Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Roro Inten

Apa yang diharapkan dari akhir kisah ini ?

  • Happy ending

    Votes: 272 77,3%
  • Sad ending

    Votes: 50 14,2%
  • Open ending

    Votes: 27 7,7%
  • Close ending

    Votes: 24 6,8%

  • Total voters
    352
  • Poll closed .
keknya pada gak bisa masuk ke semprot nih makanya pada gak update
 
Sebuah mobil SUV jenis Mitsubishi Pajero Sport Dakar memasuki lahan parkir sebuah gedung dengan sigap meski penuh berjejal mobil.



Mobil-mobil yang kadang diparkir serampangan dan asal2an tidak membuat keder si pengemudi Pajero yang notabene seorang pria paruh baya.

Dengan radius putar yang cukup kecil ditambah sistem power steering canggih khas mobil masa kini membuat pengemudi mobil SUV bongsor hanya butuh sekian menit untuk memarkirkan mobilnya dengan rapi.

"Dasar parkir seenaknya...hmm…"
gumam pria pengemudi Pajero sambil melepas kacamata Oakley Holbrook Black Original miliknya.



Oakley Holbrook Black Original

Terlihatlah seraut wajah pria paruh baya yang ganteng dan karismatik. Sebaris kumis tipis menghiasi bibirnya yang gelap.
Dagunya yang kokoh mengesankan sosok pria yang tangguh dan berkepribadian kuat.

Setelah beberapa saat merapikan diri si pria lalu bergegas keluar dari dalam mobil dan berjalan ke arah gedung lobi utama. Gedung megah berlantai 7 yang masih satu komplek dengan Rumah dinas Bupati Banyumili.

Setelah berjalan beberapa saat pria trendy bertubuh tinggi tegap tersebut sampai di area lobi gedung.
Sesaat ia memandang sekitar area lobi gedung yang baru pertama kali ini dirambahnya.

"Ehmm…"
gumamnya kemudian setelah pandangannya membentur dua sosok tak lazim yang terdapat di dalam ruangan tersebut.

Dua sosok hewan buas yang terkenal di dunia perhewanan sebagai pemangsa kelas atas dan masing-masing menempati strata tertinggi sebagai predator nomor wahid.

Si pria kemudian mendekat untuk melihat lebih seksama kedua sosok hewan tersebut.

Setelah cukup dekat spontan ia menjulurkan tangan berusaha meraba salah satu sosok hewan tersebut yaitu sosok si macan tutul.
Hanya sejari saja ia menyentuhnya sontak ia menghentikan gerakan jarinya manakala seseorang memanggil namanya.

"Pak Nyoto…!

Nyotopun menoleh kearah asal suara.

Seorang pria rada pendek dan berkepala nyaris botak berseragam PNS terlihat sedikit tergopoh-gopoh mendatangi.

"Pak Nyoto...ah, sy kira anda tidak jadi datang. Beliau sudah menunggu kedatangan anda.."kata pria tersebut.

Nyotopun tersenyum tipis.
Lalu pandang matanya menatap kembali ke arah dua "patung" hewan buas tersebut.

"Bagaimana pendapat anda pak Nyoto..? "
"Bagus tidak menurut anda..?" tanya pria botak tersebut dengan nada bangga sambil berkacak pinggang.

Nyoto tak menjawab hanya mendesah pelan.
"Bagus sekali…"jawab Nyoto dengan santai pada akhirnya.

"Keduanya sy datangkan langsung dari luar. Macannya sy datangkan dari Tanzania. Sedangkan burungnya dari Kanada"
"Saya jamin tak ada yang seperti ini dimanapun…"kata pria itu lagi.

"Jadi anda yang mendatangkan ini semuanya…?"
tanya Nyoto yang dibalas anggukan kepala oleh pria tersebut.
"Bagus sekali, tapi...apakah sudah mengantongi ijin perlindungan satwa. Karena setahu saya keduanya sosok hewan yang dilindungi undang-undang.."
"Bukan begitu pak Tofan..? tanya Nyoto yang sontak membuat pak Tofan sedikit tersentak.
Air mukanya tampak berubah. Senyumnya tak nampak lagi.

Sesaat ia hanya terdiam lalu kemudian terdengar suara tawanya.

"Hahaha...itu semua bisa diatur pak Nyoto apalagi Pak Bupati sendiri sing kagungan kerso.." sahut Tofan.
(Yang punya keinginan.red).

'Begitu ya.."sahut Nyoto.

Sesaat keduanya terdiam sebelum seorang wanita cantik muncul dari pintu lift samping lalu menyapa keduanya.

"Eh...pak Tofan, katanya mau ada tamu untuk pak Adipati...kok malah asyik disini. Sampeyan sudah ditunggu lho. Nanti beliau kelamaan menunggu.." kata wanita cantik tersebut sambil tersenyum manis lalu pandang matanya membentur sosok Nyoto yang berdiri di sebelah Tofan.

Matanya membesar takkala melihat Nyoto. Sepertinya ia pernah berjumpa sebelumnya dengan pria gagah ini.
Tofan yang tersadar tampak kikuk.

"Oh ya...aduhh, bisa berabe ini...mari pak Nyoto..kita segera ke lantai atas.." kata Tofan.

Nyotopun tersenyum dan memandang sesaat wanita cantik itu lalu segera hendak berlalu mengikuti Tofan sebelum sebuah suara merdu menegurnya.

"Ohh...anda pak Nyoto ya yang tempo hari ketemuan di Paseban Ageng waktu acara gala dinner itu"
"Maaf, sy hampir tak mengenali anda…"kata si wanita itu lagi sambil tersenyum.

Nyoto menghentikan langkahnya lalu berpaling ke arahnya.

"Sy... Noor Anggraeni..yang sempat bertabrakan dengan anda waktu itu…"

"O ya, sy baru inget. Maaf, Bu Noor…ehmm..anda ada keperluan juga rupanya dengan pak Bupati njih..? tanyanya dengan ramah.

"Begitulah pak…banyak sih yang pengin ketemuan dengan beliau. Tau sendirilah pak..maunya apa. Yang itu deh...yang ini deh..
"Oya omong2 jangan panggil saya Ibu ah... kedengarannya ndak nyaman ditelinga. Kurang akrab aja. Panggil saja saya...Noor…"sahutnya kemudian sambil tersenyum manis ke arah pria gagah ini.

Nyoto pun balas tersenyum lalu sedikit kaget takkala tiba-tiba jemari Noor yang putih mulus menyentuh lengannya yang kekar.

"Jangan lama-lama disini. Beliau itu bukan tipe orang yang sabaran dan tidak suka menunggu. Takutnya anda akan pulang dengan tangan hampa…"kata Noor tersenyum penuh arti.

Nyotopun tersenyum tipis lalu dengan sedikit menjura berbalik badan ke arah pak Tofan yang sudah menunggu di depan lift.

"Ternyata dia Sunyoto Pujo Satmoko yang terkenal itu. Sungguh ganteng dan mempesona...ehmm.." batinnya seraya mengamati kepergian Nyoto.

Sesaat pandang matanya nakal menatap bongkah pantat Nyoto yang terlihat kokoh berisi di balik celana panjang Lawell-nya lalu seutas senyum tersungging di bibirnya yang tipis kemerahan.

Sebentar kemudian pintu lift menutup bersama Nyoto dan Tofan.

"Orangnya cantik ya pak…?"kata Tofan seraya tersenyum memandang Nyoto.

"Siapa pak..? balas Nyoto tak mengerti.

"Tadi...ibu Noor Anggraeni. Kabarnya banyak lho pria2 yang naksir sampai berminat mengawininya"
"Mulai dari perjaka sampai yang sudah beranak cucu. Dari kelas pegawai sampai pengusaha kaya. Tapi...taulah sendiri orangnya. Sebagai adik dari pak Adipati tentu tak sembarang orang yang bisa jadi suaminya"
"Beliau itu pilih-pilih orangnya. Mungkin pak Nyoto berminat...hehehe.. tadi sepertinya beliau akrab dengan njenengan…?"kata Tofan.

Sesaat Nyoto memandang pak tofan lalu terkembang senyum kecil di wajahnya
"Ehmm...adik dari Adipati rupanya…"batin Nyoto.

"Kalu hanya nuruti nafsu dan selangkangan tak akan ada habisnya pak Tofan"
"Lagipula kalu sudah dianugerahi istri secantik dan setia layaknya Dewi Woro Sembodro pantaskah kita berpaling..? Betapa nistanya kita.."tutur Nyoto seraya menoleh menatap pemandangan luar gedung di dinding lift yang berdesain terbuka transparan naik turun tingkat silih berganti.



Dewi Woro Sembodro

Terbayang di pelupuk matanya seraut wajah wanita yang ayu mempesona. Wajah istrinya tercinta, Roro Inten Ayu Dewi Rengganis.

Tofan hanya terdiam mendengar ucapan itu. Entah apa yang dipikirkannya.

Serrr..
pintu lift pun terbuka. Angka digit menunjukkan lantai 5.

"Mari pak Nyoto…"
keduanya lalu masuk ke ruangan depan dan disapa oleh seorang pegawai wanita muda nan cantik.

"Selamat datang pak Tofan. Bapak Bupati sudah menunggu. Silakan masuk…"katanya sambil melambaikan tangan mempersilahkan kedua pria yang baru tiba itu untuk masuk.

Keduanya memasuki sebuah ruangan yang cukup luas dengan ornamen kayu yang terlihat menonjol.
Riasan dan segala pernak-pernik hiasan yang terdapat di dalamnya semakin menambah aura elegan sekaligus mewah.
Nyoto yang juga seorang penggemar vintage sesaat ikut mengagumi penataan ruangan yang menurutnya terbilang cukup luar biasa.

Keduanya lalu merebahkan bokong di kursi sofa kulit yang mahal itu kemudian terdiam masing-masing. Nyoto tampak tenang dan sibuk dengan hapenya sedangkan Tofan seperti tidak tenang dan gelisah. Sesekali kepalanya menoleh ke sana kemari dan kakinya bergoyang. Ada sekitar 10 menitan mereka berdua terdiam sebelum akhirnya terdengar suara tapak sepatu pantofel yang lambat laun semakin keras dan mendekat!

Tofan nampak masih terlihat tidak tenang. Sedang Nyoto yang mengetahui tuan rumah sudah akan tiba segera memasukkan hp nya kembali.
Nyoto merasa getaran suara sepatu ini seperti mengandung wibawa yang tidak lazim.
Ia merasakan betul.

Sebentar kemudian terdengar suara pria berat dan terdengar serak disusul satu sosok muncul dari balik almari buffet.

"Ah...tamu yang ditunggu sudah tiba rupanya. Selamat datang Pak Pujo...ehmm.. maaf , pak Nyoto. Selamat datang di kantor saya yang tak seberapa ini…"tutur si pria yang barusan tiba dengan suara yang berat dan sedikit serak sembari menjulurkan tangan.

Nyoto yang sadar siapa pria yang barusan tiba ini pun langsung menyambut uluran tangan sang tuan rumah sembari berdiri.

"Terima kasih Pak Adipati atas undangannya. Senang berjumpa dengan anda. Sebuah kehormatan bisa bertemu langsung secara pribadi dengan Bapak Bupati.."balas Nyoto.

Keduanyapun berjabat tangan dengan erat. Senyuman terkembang di wajah keduanya.


Nyoto


Suryo Adipati

Jabat tangan yang hanya sepersekian detik itu nyatanya menimbulkan kesan mendalam dan tak biasa diantara mereka.
Postur Suryo Adipati yang memang tinggi tegap ternyata bisa diimbangi oleh Nyoto yang tak kalah gagah.

Tofan yang berada diantara keduanya seolah melihat dua jawara pilih tanding siap beradu laga.

Lalu bagaimana dengan Nyoto dan Adipati.

Keduanya ternyata memiliki rasa yang sama. Rasa yang sulit dikatakan dengan kata-kata karena mereka baru pertama kali bertatap muka langsung.

"Aneh, mengapa dadaku berdegup kencang…"
batin Nyoto sesaat setelah dia berjabatan tangan dengan penguasa Kabupaten Banyumili ini.

"Ehmm, kenapa aku mendadak berkeringat dingin…"
batin Suryo Adipati sepersekian detik setelah tangannya bersalaman dengan Nyoto.

"Panggil saja sesuai nama saya pak Bupati..Nyoto atau Pujo pun sama saja.."tutup Nyoto mengakhiri jabat tangan mereka.

Adipati melepas senyum seolah berusaha mengeluarkan suasana penat yang mendadak muncul di hatinya.

"Silakan duduk pak Nyoto.."

---
"Selamat kepada anda pak Nyoto telah terpilih menjadi salah satu pengusaha konstruksi terbaik dari Pak Gubernur. Sy mewakili segenap jajaran pemerintahan dan warga kabupaten Banyumili juga sangat bangga akan penghargaan ini.." tanya Adipati mencairkan suasana.

"Terima kasih pak bupati Suryo, ini juga karena peran serta aktif dari pemkab terutama dari bapak selaku kepala daerah..".

"Ah, ini sudah kewajiban saya memberdayakan para pengusaha lokal agar dapat berkiprah di kancah yang lebih luas"
"Oya panggil saya ...pak Suryo atau pak Adipati saja. Itu lebih enak. Biarkan para staf sy seperti pak Tofan serta lainnya itu yang memanggil sy dengan sebutan resmi...karena mereka memang kacung saya...hahaha.."
kata Adipati sambil tertawa ringan.

Nyoto tersenyum kecil mendengar ucapannya sedangkan Tofan hanya tersenyum sambil mengangguk-ngangguk seperti beo.

"Sy menunjuk anda sebagai pemenang sakaligus penanggung jawab pelaksana pembangunan gedung convention center yang baru di Banyumili bukannya tanpa alasan pak Nyoto"
"Salah satunya karena penghargaan tersebut membuat saya yakin akan pilihan saya"
"Dan...sy harap bapak tidak menyia-nyiakan peluang ini.."berkata Adipati.

"Tentu saja pak Adipati. Ini juga merupakan bentuk penghargaan dari pemkab dan DPRD Banyumili kepada saya. Sy akan dengan berusaha sebaik-baiknya untuk melaksanakan amanat dari wakil rakyat untuk kepentingan warga Banyumili…"kata Nyoto kemudian.
Sebentar mereka bertiga terlibat dalam percakapan selama beberapa menit.

Selang sekian waktu berlalu 2 orang pegawai perempuan PNS cantik dan bahenol keluar dari dalam pastry membawakan sajian khas dan berselera.
Wedang aren dan cemilan sinkong rebus yang masih hangat.

"Ah..yang ditunggu telah tiba. Silakan dinikmati cemilannya pak Nyoto. Maaf jika sajiannya tidak seperti waktu di Gala Dinner tempo hari... silakan.."kata Adipati.

Nyoto tersenyum sesaat pandang matanya menatap kedua pegawai itu. Baju ketat seragam PNS nya mencetak bodi keduanya yang membentuk buah dada yang membusung berikut bongkah pantatnya yang bulat menonjol.
Nyotopun menghela nafas. Ia mengamati sedari tadi semua pegawai perempuan khususnya di kantor bupati ini nyaris berpenampilan serupa. Muda, cantik dan seksi.
Sedangkan Tofan tampak jelalatan menatap bokong salah satu pegawai yang tengah menaruh hidangan di depan matanya.
Sekelumit kain cawet segitiga tampak tercetak samar di rok coklat ketatnya.

"Oya...dengar2 dari berita, istri anda masuk jajaran wanita berpenampilan dan berkepribadian terbaik terbaik atau best appearance versi radio female ya pak Nyoto...sungguh saya iri dengan anda .."kata Adipati kemudian.

Nyoto hanya tersenyum. Dia tak menyangka sang Bupati yang kondang ini membuka pembicaraan dengan topik mengenai istrinya.

"Itu cuma berita hiburan yang berlebihan pak Adipati. Saya kira semua wanita yang berperan sebagai istri sekaligus seorang ibu pun berhak atas penghargaan tersebut.
"Istri saya juga tidak terlalu peduli…"

"Istri anda….ibu Roro Inten memang wanita idaman pak Nyoto. Anda sungguh beruntung dan pastinya sangat bahagia.
"Sy kira semua pria juga pasti mendambakan wanita pendamping seperti halnya ibu Roro..bukan hanya sosok yang cantik menawan tapi juga memiliki kepribadian yang mengagumkan.
"Jiwa sosial dan kepeduliannya sungguh patut dijadikan teladan bagi semua perempuan khususnya di Banyumili ini.
"Sayapun sebenarnya ingin sekali bisa berjumpa langsung dengan istri anda pak Nyoto.
"Mudah-mudahan sy bisa bertatap muka dengan Bu Roro..yah sekedar bertatap muka saja..." kata Adipati dengan mimik datar dan suara mendalam.

Nyoto sesaat menatap tajam ke arah Adipati.
Ia merasakan ada sesuatu yang tersembunyi di balik ucapannya. Sesuatu yang aneh dan misterius. Sesuatu yang mendadak membuat dirinya...tidak nyaman.

Lagi-lagi Nyoto tidak menjawab hanya melempar senyuman tipis.

Sesaat ketiganya meneruskan percakapan meski Nyoto sudah tidak betah dan ingin segera pergi dari situ.
Setelah sekian waktu Nyotopun berpamitan untuk kemudian beranjak pergi meninggalkan kantor Bupati Banyumili diiringi tatapan tajam dari sepasang mata yang sayu dan berdagu lonjong itu.

"Roro Inten Ayu Dewi Rengganis…"lirih suara keluar dari bibir yang gelap itu diikuti senyum sinisnya.

=======



Petang itu suasana di Hotel Sheraton bintang lima begitu ramai seperti ada hajatan atau pesta bangsawan.

Sebuah convention hall yang begitu luas dan mewah bertabur lampu gantung nan anggun menambah nuansa kemewahan berpadu dengan para tetamu yang berpakaian indah hilir mudik memenuhi area hall.

Suara iringan band musik jazz kian menambah semarak sementara para tetamu yang mayoritas adalah kaum hawa riuh melontarkan canda dan tawa diantara sesamanya.

Sesosok wanita anggun berpakaian dress ketat warna ijo pupus dengan rambut tebal hitam tersanggul indah terlihat mencolok diantara tamu yang hadir.

Raut wajahnya yang begitu ayu nan jelita kian mempesona manakala senyum dan tawa terkembang di bibirnya tipisnya yang memerah basah. Beberapa kali bahunya nan indah bergetar saat dirinya melepas tawa bersama beberapa rekannya.

Semua gelagat keindahan ini tidak terlepas dari pandang mata seorang berkedudukan tinggi yang menjadi tamu kehormatan acara tersebut.

Sosok yang bukan lain adalah Suryo Adipati, sang penguasa Banyumili.

"Jeng Roro, mana suamimu tumben kok sendirian…? kata seorang wanita berkerudung kepada si wanita anggun itu.

"Oh, kangmas Pujo., Dia ndak bisa nganter karena ada acara bisnis katanya. Jadi yah...anakku yang nganter tadi. Paling pulangnya aku minta jemput anakku.."kata si wanita yang adalah Roro Inten.

Jemarinya yang halus tampak mengambil sepotong buah salad strawberry lalu buah itupun segera lenyap dibalik bibirnya yang indah diiringi anggukkan kepala wanita berkerudung itu.
Keduanya kemudian larut dalam obrolan khas wanita yang mengasyikkan.

Selang beberapa saat terdengar suara MC pria dari balik corong speaker mengalun gagah.
Sepertinya acara malam itu akan segera dimulai.

"Mohon perhatian kepada segenap tamu hadirin yang terhormat. Acara Bulan Dana Sosial dan Bakti Persatuan Dharma Wanita Pemkab Banyumili akan segera dimulai.
"Hadirin sekalian dimohon berdiri mendengarkan lagu kebangsaan dan disusul menyanyikan bersama mars Dharma Wanita diiringi orkes musik Ibu2 PKK Kecamatan Lohjinawi…"

Sebentar kemudian lagu pembukaan pun mengalun hidmat dan merdu.
Disusul acara sambutan dan prakata oleh beberapa pihak.

Sampai kemudian…

"Beranjak ke acara berikutnya yaitu penyerahan plakat penghargaan kepada pihak2 yang ikut berperan aktif dalam rehabilitasi ODGJ dan anak-anak terlantar yang akan diserahkan oleh Bapak Bupati Suryo Adipati didampingi ibu ketua PKK Kabupaten Banyumili.."

"Kepada Bapak Bupati dan ibu Siti Sundari Adipati...dipersilakan…"
kata si MC dari balik mic-nya.

(ODGJ : orang dengan gangguan jiwa.red)

Kedua petinggi pemkab Banyumili ini pun beranjak dari kursi kehormatan lalu keduanya berjalan ke arah panggung utama dengan Siti Sundari berjalan di belakang suaminya.

Tak lama keduanya dengan didampingi sejumlah staf panitia diiringi musik tradisional langgam menyerahkan piagam dan plakat kehormatan kepada individu2 yang dianggap berjasa besar dalam membantu penanganan problem sosial di Banyumili termasuk salah satunya...
Roro Inten Ayu Dewi Rengganis.

"Terima kasih Bu Roro…"
kata Adipati dengan senyum terkembang penuh arti kepada Roro Inten lalu menatap dengan pandangan tajam menggelitik.

Dengan jarak sedekat ini ia bisa menikmati kejelitaan paras Roro Inten dan aura pesona agung yang terpancar dari sosok wanita anggun ini.

Sang Adipati yang kuat batinnya bisa merasakan daya seks appeal yang begitu tinggi luar biasa sesaat ia menjabat erat tangan lembut nan halus dari sang Prameswari (Wanita terhormat.red)

Roro Inten yang merasa canggung dan tidak nyaman berpandangan dan berjabat tangan hanya mengerling sekejap saja tanpa menjawab lalu pandangnya mengarah ke arah perempuan di belakang Adipati yang bukan lain adalah Siti Sundari.

Tapi mendadak…

"Ahh..aduuh..!"
terdengar seru kecil keluar dari bibir Roro Inten.

Spontan Siti Sundari bergegas mengamit tangan Roro Inten yang masih tergenggam erat tangan kokoh suaminya.

"Ahh...tanganmu sedikit berdarah..Bu Roro. Sini saya ambilkan kapas…"kata Sundari lalu memandang tajam ke arah Adipati.
"Sudah kubilang hati2 kalu kau bersalaman pak, lihat ali-alimu telah melukai tangan bu Roro…"
kata Sundari lagi lirih dengan sedikit ketus kepada suaminya.

Ia lalu mengambil sebuah kapas dari balik tas bahunya.
Perlahan ia menyentuhnya ke tangan Roro yang sedikit berdarah lalu mengusap dengan penuh hati-hati.

"Ah.. terima kasih Bu Siti. Tidak apa-apa, hanya sebuah luka kecil saja. Beliau juga tidak sengaja. sudah biarkan saya saja Bu.."kata Roro Inten sambil mengambil kapas dari tangan Sundari.

Sundari tampak memandang tidak suka ke arah suaminya. Sementara Adipati dengan lagak santai hanya sedikit menjura kepada Roro Inten.

"Betul sekali Bu Roro...maaf, sy memang tidak sengaja. Biasa namanya juga pria Bu Roro.
"Selain jam tangan cuma cincin yang bisa dipamerkan beda kalu dengan perempuan…"katanya seraya melirik ke arah Sundari.

Roro Inten kembali acuh dengan ucapan Adipati.
Hal ini bukannya tidak disadari oleh sang Bupati.

Sebentar kemudian acara penyerahan selesai. Lalu keduanya berikut Roro Inten dan para penerima penghargaan kembali ke tempat duduknya masing-masing.
Insiden yang berlangsung hanya beberapa detik itu luput dari pandangan hadirin kecuali hanya disaksikan segelintir orang.

Sesaat sebelum duduk, Adipati tampak mencium cincin yang terpasang di jari tengah tangan kanannya.
Cincin yang telah "melukai" jemari halus dan suci dari seorang Roro Inten Ayu Dewi Rengganis.

------
Acara berlangsung selama kurang lebih 1,5 jam.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam.

"Iya sayang, mama sudah selesai. Tolong mama dijemput ya. Ok.. mama tunggu. Ndak perlu ngebut...ya. muaacch.."kata Roro Inten melalui sambungan telepon.
Sebentar kemudian ia menutup HP-nya lalu sejenak celingak-celinguk sambil melihat situasi loby hotel yang terlihat cukup ramai.

Sejumlah tamu dan karyawan hotel terutama kaum lelaki tak jenak dan tak bosan-bosannya memandang sosok ayu nan mempesona ini.
Hingga akhirnya sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam metalik berhenti tepat di depannya ia berdiri.

"Bu Roro, masih menunggu jemputan..? Mari bareng dengan saya…***mah anda di Banyumili Wetan tho...searah dengan saya…."
kata seorang wanita cantik dari kaca jendela sebuah sedan BMW seventh series / seri 7 terbaru seharga hampir 2 milyar ini sambil melayangkan senyuman.



All New BMW Seventh Series

"Oh Bu Siti rupanya.
"Terima kasih Bu Siti...anak saya sudah bersiap menjemput…"
kata Roro Inten sedikit terkejut sembari balas tersenyum manis.

Tak butuh waktu lama Siti Sundari mendadak keluar dari pintu tanpa disadari oleh sang pengawal.

"Ayolah Bu Roro..sy memaksa lho.."kata Sundari sambil tersenyum lalu mengamit tangan Roro dan menariknya masuk ke dalam mobil sedan mewahnya tanpa mampu ditolaknya.

"Suami saya lebih suka pulang pergi sendirian. Sy juga ndak ambil pusing. Karep-karepmu.
"Makanya saya senang ada teman ngobrol selama perjalanan.." kata Sundari sesaat setelah mereka berdua masuk ke dalam.

"Putri anda...Indah Seroja banyak bercerita tentang anda dan keluarga.." tuturnya lagi sambil memegang tangan Roro Inten yang masih terbalut Tenso*las.

Roro Inten memandang tajam ke arah Sundari.

"Ibu kenal dengan Indah…? katanya dengan heran.

"Tentu saja...dia anak yang baik, energik dan penuh talenta…"balas Sundari sambil tersenyum kecil.

Tak lama cerita mengalir dari bibir Sundari yang berwarna violet.
Sesekali senyum terkembang di wajah Roro mendengar penuturannya.
Sebentar kemudian sedan mewah produksi Bavaria itu melesat menembus keramaian malam Kota Banyumili ke arah timur.

=======

Malam kian larut menjelang pukul 12 malam.
Suasana di sebuah pemukiman tak jauh dari pusat kota terlihat lengang.
Hanya suara jangkrik dan sesekali suara katak terdengar memecah keheningan.

Situasi yang sama terlihat di sebuah rumah megah yang terlihat artistik dengan desain tradisional yang kental dan asri.

Di pintu gerbang yang terbuat dari kayu kokoh itu tertera sebuah plakat batu bertuliskan "Istana Kebahagiaan Sunyoto Pujo Satmoko".

Yah betul, rumah peristirahatan milik Nyoto.

Menengok ke dalam tak terdengar aktifitas berarti. Sesekali terdengar suara timbangan rotan ditengah kolam yang sayup-sayup terdengar menambah suasana hening dan syahdu.

Roro Inten tampak tergolek di ranjang tidurnya. Sendirian, tanpa ditemani suaminya tercinta.
Sesekali ia mengolet. Sepertinya ia belum tertidur.

Sejenak tubuh indah Roro yang hanya berbalut gaun tidur yang cukup tipis itu menggeliat.
Sungguh gerakan yang teramat sangat menggoda bagi siapapun pria yang melihatnya.
Gaun tidur yang cukup tipis itu terlihat menerawang seolah tak mampu menyembunyikan siluet tubuhnya yang hanya mengenakan secarik cawet segitiga model open pearl G-string transparan warna maron ketat membungkus bukit kemaluannya. Peragaan adibusana yang sekaligus mempertontonkan bongkahan pantatnya yang besar, putih mulus dan menonjol begitu indah.



Roro Inten dengan Open Pearl G-string Maron

Sementara buah dadanya yang membusung bulat dan besar indah tergantung begitu saja tanpa bra. Rambut indahnya yang berwarna hitam legam dan lebat yang dibiarkan tergerai lepas nyaris sebokong seakan kian menegaskan bahwa yang tengah terbaring itu sejatinya bukanlah sosok wanita biasa melainkan sesosok Dewi kahyangan yang tengah beristirahat di Bumi setelah sekian waktu bertamasya mengarungi belantara hutan Swargaloka nan permai.

Mata indahnya nan lentik beberapa kali terlihat terpejam tapi pikirannya masih saja mengembara tak tentu arah.

"Hehh...kangmas Pujo...segeralah pulang kangmas.
"Roro merindukanmu kangmas.
"Roro tidak bisa tidur nyenyak tanpa belaian tanganmu kangmas...aahh…"
Terdengar suara Roro Inten mengalun lirih dari sepasang bibir indah yang dipayungi seuntai bulu tipis samar menyerupai kumis nan cantik itu.

Sesaat pandang matanya yang terbaring di bantal busa nan empuk itu menatap mesra sebuah pigura foto kecil yang bertengger di atas meja tepat di dekat kepalanya berbaring.

Foto suaminya yang tengah mendekap mesra dirinya dari belakang sambil mencium mesra keningnya.

Beberapa lama ia memandangi foto tersebut tanpa ia sadari hawa di kamarnya berubah menghangat.

Sementara di luar rumah suara jangkrik yang semula santer terdengar mendadak hening.
Seolah seperti di komando jangkrik - jangkrik tersebut diam membisu. Gerangan apa yang terjadi…?

Sementara di kamar Mawar.

Gadis remaja itu juga seolah tak tenang. Beberapa kali ia tampak menggeliat seperti kegerahan meski AC menyala sejuk.
Sesekali terdengar erangan halus keluar dari bibirnya nan mungil.

Kembali ke kamar Roro.

Tubuhnya yang terbaring tampak tak bergerak. Sepertinya dia telah terlena dalam tidurnya.
Tubuh indahnya yang nyaris telanjang tampak terdiam namun tidak dengan sepasang matanya terlihat terpejam namun terlihat bergerak rancak.
Kelopak matanya mengerjap-ngerjap terus bergerak seolah tanpa henti.

Sebentar kemudian bau bunga kantil menyeruak tajam di dalam kamar Roro entah darimana datangnya membuat bulu kuduk meremang.

-------
Taman itu begitu indah bak Taman Dewata Swargaloka di dalam dongeng.
Begitu indah dipenuhi pepohonan rindang dan rimbun rapi menghijau diselingi taman bunga aneka rupa yang begitu asri.

Cahaya mentari pagi yang menghangat dibarengi desau angin semilir menambah suasana hari itu begitu menyenangkan dan menggugah hati.

Kepak sayap kupu-kupu nan indah silih berganti beterbangan di antara bunga warna-warni yang bermekaran.

Suara jeram yang terdengar menambah kesan kesejukan yang menembus sukma mematri jiwa.
Sebuah air terjun nampak menjulang tinggi nan gagah diselingi kabut pagi yang masih membumbung dipucuknya.

Suasana asri yang tercipta makin sempurna dengan keberadaan sesosok wanita yang begitu cantik dengan rambut panjang yang lebat menghitam menjuntai indah sepinggangnya yang ramping hingga hampir menutupi bokongnya yang besar dan bulat mempesona.

Gaun tipis warna putih yang menerawang tidak mampu menyembunyikan sepenuhnya lekuk tubuhnya yang indah bak busur Sri Rama.

Gemericik air yang begitu bening dari puncaknya mengalir di tengah bebatuan dibawahnya lalu singgah bermain sejenak diantara jemari kakinya yang putih mulus bak pualam untuk kemudian pergi membawa kedamaian yang kian merambah.
Sesaat sang wanita cantik itu terlihat riang tengah bermain dengan kecipak air nan sejuk.

Senyumnya merekah di bibirnya nan merah saat menatap wajahnya sendiri di balik aliran tirta bening laksana cermin.
Sebentar kemudian ia menatap langit yang membiru dengan mega putih berarak perlahan.

Ia menghembuskan nafas panjang lalu mengangkat tangannya ke atas sambil menengadahkan wajahnya nan ayu bak bidadari seolah bersiap menerima anugrah agung dari seluruh penjuru alam raya.
Sesaat ia tengah dalam keasyikannya menyerap anugrah alam suara seseorang memanggil namanya dengan mesra.
Suara seorang pria…

"Nimas Roro…"

Sang wanita jelita yang ternyata Roro Inten adanya langsung menoleh. Sedetik kemudian senyuman manis terkembang di bibir indahnya yang merekah memerah basah.

"Kangmas Pujooo…"
pekiknya manja lalu setengah berlari menghampiri pria yang tak jauh berdiri di sisi sungai dengan kedua tangan terpentang lebar seolah menyambut kedatangan sang Dewi pujaan penuh sukacita.

Roro lalu menghambur ke dalam pelukan pria yang teramat dikasihinya ini.

"Kangmas Pujo.."
katanya lirih sambil menatap mesra wajah tampan nan lembut berwibawa itu.

"Nimas Roro...aku kangen padamu Nimas.."
kata Nyoto seraya tersenyum manis kepada Roro. Membuat istrinya kian hanyut dengan pesona yang dipancarkan oleh sang pria pujaan.

"Kangmas..ahh...kangmass..Pujo..cium aku..kangmass... peluk aku. Aahh...aku...sayang. aku juga...teramat rindu kepadamu...kangmass..aaahh.."lirih suara Roro begitu manja sambil bergelayut di leher kokoh Nyoto.

"Aku ingin melepas rinduku kepadamu Nimas. Aku ingin bercinta denganmu..
Nimas sayang...
Nimas Ayu...istriku... kekasihku…"
rayu Nyoto sambil mendesah kian erat memeluk tubuh indah istrinya yang makin pasrah.

"Aku juga...ingin kangmass...
"Akuuu..
"Akuu..juga ingin bercinta denganmu kangmas. Akuu ingin bercinta sepuasnya denganmu.
"Akuuu ingin digauli olehmu kangmas...
gauli aku Kangmas...
"cumbulah diriku... kangmass..
kangmasss...ooohhh"

Erang Roro terputus takkala bibir panas suaminya menutup jalur suaranya mengunyah bibirnya lalu berbarengan keduanya larut dalam ciuman yang begitu liar bergelora.

Saling lumat dan saling lilit diantara bibir dan lidah keduanya kian menambah gairah syahwat yang terus membakar birahi keduanya kian memanas menuju titik didih.

"Aahh... kangmas...
"lepaskan kangmas...
"telanjangi aku... telanjangi diriku kangmass...
"buat aku telanjang supaya aku bebas menyatu denganmu kangmass pujoo...
ooohhh.."

erang Roro kian menjadi manakala selanjutnya Pujo meraih gaun tipis yang dikenakannya dilorotkan sampai tergolek di ujung kakinya yang jenjang dan begitu mulus.

Kini Roro berdiri dalam pelukan suaminya tercinta dalam keadaan telanjang bulat tanpa sehelai benangpun menutupi tubuh indahnya bak bidadari.
Erang dan rintih Roro terus mengalir seolah tanpa henti manakala kembali lidah liat dan basah Nyoto menjelajahi sekujur tubuhnya yang telanjang.
Dari wajah terus turun ke pundak, lalu berputar berkutat di area buah dadanya yang besar nan sekal berisi. Berdiam sebentar di pucuk pentilnya yang mengacung kaku.

"Aaahhh...jilat...hisaapp... kuluuum pentilku kangmass... enaakk sekaliih kangmass...remas remasss...susukuu... kangmasss..ooohhhh...teruusss... kangmass…"erang Roro yang kian terbakar birahinya.

Nyotopun tidak berdiam diri.
Melihat pujaan hatinya kian meradang membuat syahwatnya melonjak tinggi. Dengan menggeram halus ia melanjutkan ciumannya nan panas ke area perut istrinya yang singset nan putih mulus lalu kemudian….

"Ssshhh….aaahh...tempik!... tempikku... kangmass…! aaauugghh...jilaaat...jilaaatt...tempikkukang..massss...
jilaaat...yang keraasss...aaahh...nikmaaat... nikmaaatnya jilataaanmuuu... kangmass...
masukkan lidahhmuu...kangmass...
kuluumm..itilkuu..kulum..kacangkuu... kangmas...aaahhh…


Pinggul dan pantat bahenol Roro tersentak-sentak takkala lidah dan bibir suaminya tercinta mengobel liang kewanitaannya...mengobrak-abrik liang kawinnya yang merekah merah nan basah.
Lendir cintanya mengalir tanpa henti membasahi kuntum liang vaginanya yang merekah indah.

Nyoto segera membaringkan tubuh telanjang istrinya yang kian menggeliat dan menggeletar tak kuasa menahan nikmat birahi yang menyerang.
Dibukanya paha padat Roro untuk memudahkan dirinya bergerilya di area genitalnya.
Hingga akhirnya…
"Akuuu maau kelluaarr...kangmasss…!
"Akuuu areep meettuuu…!!
"Aahh...aahh...aaahhh..kang..masss……. AKUHHHH...DAPEET…!!!

Cret...creeet...creet..aaakkkhhaaakhh...creet...creet...!!!
Lolong kenikmatan tak tertahankan dari bibir Roro manakala sampai di puncak cumbu asmara suaminya tercinta.

Roro tergolek manja di padang rerumputan nan lembut dan asri itu sambil memandang nakal ke arah suaminya.
Pandang matanya menatap penuh birahi ke arah selangkangan lelaki pujaannya ini yang tampak menyembul besar.
Sambil tersenyum genit, Roro melambaikan tangan ke arah Nyoto dengan pose menumpuk pahanya yang putih nan padat seakan menutupi pangkal pahanya.
Ia seperti menggoda sang pejantan. Memancing si pejantan agar berusaha bagaimana caranya membuka paha si betina demi melakukan penetrasi.
Sang pejantan tahu trik ini lalu dia melakukan sesuatu yang tidak di sangka oleh si betina.

"Nimas Roro, aku tidak akan melakukannya. Aku akan membuatmu membuka sendiri dirimu dan memohon kepadaku.."kata Nyoto.

Lalu disusul terlepasnya kain panjang yang membelit tubuh bagian bawahnya.

Sebuah batang penis yang begitu indah dan jantan terpampang di hadapan Roro Inten.
Roro Inten sampai membelalak melihat kegagahan batang penis suaminya ini. Begitu besar, panjang, kekar berurat dan kaku mengacung.
Mengangguk-ngangguk....
seolah memanggil sang betina untuk mendekatinya.

Roropun yang tengah berada dipuncak birahinya seketika berdiri lalu menubruk tubuh telanjang suaminya. Ditindihnya tubuh kekar suaminya itu yang jauh lebih besar darinya.
Roro mengangkangkan paha padatnya dan mendudukkan batang penis kekar suaminya tepat di bawah liang peranakannya yang telah merekah basah.

"Ahh….kangmass...aku kangen kontolmu….
"aku kangen pelimuu.. kangmass…
Roroo...pengiiinnn.....Kon..ttoooolll..
!!!!

Lalu dihempaskannya pinggul dan pantatnya yang besar dan montok ke bawah dengan keras..!

"Sreet...blesss... blesseekk…!

"Aaakhhh….aaakhh....kangmass... bessaaar... sekaliih…. kontoolmuu…. penuuuhh...di dalemmmm tempikkuu...aaakhhh.. nikmaaat...kangmass...
kontoolmuu ...berdenyut…!!

"Aaaah.. Nimas Roro...
liang surgamu begitu nikmaat menjepit batangku..nimas..ooh…"

balas Nyoto merasa nikmat luar biasa.

Sedetik kemudian Nyoto langsung menggulingkan tubuh indah Roro. Kemudian dengan segenap berat badannya nan kekar, Nyoto menindih tubuh telanjang Roro Inten yang tanpa sehelai benang lalu dengan batang kejantanannya nan kekar ia menggenjot liang kawin Roro Inten yang begitu cantik berjembut...begitu menggoda.

Bless... blesseekk….!!!

"Aaakhh...akkh….akhhh..kang..masss...
"Entoot aku...
gumuli akuuu...
senggamai akuu...kangmass...
ooohhh...kenthuu Rorooo…. kenthuh...oohh... kenthuh...
enaakk ngenthuuu karo kontoolmuu...kangmass...
enaaakknya..dientoot….ooohhh...
Ooohhh...nikmaatnya...ngentoot...
teruusss... ngentoot...kangmass...ooohhh...jangan berhenti….nikmaaat...nikmaaatnya dientoot kontoolmuu.. kangmass...aaahhh…."


Suara pekik nikmat dan erangan Roro Inten kian menjadi seiring hunjaman keras dan dalam batang kejantanan suaminya tercinta di liang kenikmatannya sampai akhirnya….

"Kangmass Pujo...!!
cintaakuu..tresnakuu..!!

AKKUU... DAPEET….!!!
AKKUU... MUNCRAAT…!!
AKKHH..!!!.CREEET…
OOOUGGH...!!!! CREEET…
nikmaaatnya..!!!...


creeet...creet

Roro mengejang-ngejang dibawah tindihan tubuh kekar suaminya.
Sepasang tangannya yang putih mulus meremas-remas bokong padat suaminya.
Pantat dan pinggulnya yang montok indah mengejat-ngejat manakala proses pengeluaran mani dari lubang kencingnya berlangsung begitu nikmat dan memabukkan.

Terus dan terus seakan tanpa henti.

Setelah sekian saat berlalu perlahan-lahan semuanya berubah gelap dan hening. hanya erangan halus yang keluar dari bibir Roro yang tipis menggoda.
Suasana kembali gelap seolah malam telah tiba.
Cahaya matahari dan awan berarak sontak menghilang dan kini berganti sebuah kelambu putih terkembang lebar dengan lampu kamar yang menyala redup.

Suara gemericik air terjun yang mengalir syahdu kini berganti suara halus hembus udara yang keluar dari lubang ventilasi AC.
Suara rimbun dedaunan yang terdengar riuh berganti suara jangkrik yang entah kenapa...mendadak bersuara kembali menyanyikan irama malam yang menghanyutkan.

Sementara di atas ranjang kayu yang begitu indah nan artistik tertutup kelambu itu tampak sosok Roro Inten tergolek lemah telanjang tanpa sehelai benang.
Gaun tidur dan cawet celana dalamnya entah sejak kapan telah tanggal dan tergolek begitu saja di samping pembaringannya.
Hanya erangan halus yang keluar dari bibir Roro yang tipis menggoda dengan sesekali tubuh indahnya yang tiada tertutup sehelai kain menggeliat pelan.

Matanya yang berbulu lentik tampak terpejam mengisyaratkan bahwa dia masih kepati dalam tidurnya.
Sementara sprei pembaringannya sebagian tampak basah kuyup oleh cairan bening yang entah dari mana datangnya.
Cairan yang berbau khas...cairan yang sama persis terlihat merembes membasahi sepasang paha putihnya nan indah padat berisi.
Cairan bening yang sama pula persis keluar dari alat vitalnya di pangkal pahanya.
(Hmmm..??)

-------------
Sementara itu cukup jauh di sebelah barat Istana Kebahagiaan Sunyoto persisnya di rumah kediaman pribadi Bupati Suryo Adipati.

Di sebuah ruangan yang cukup gelap hanya berdian-kan sebuah lampu minyak sederhana sesosok pria bertelanjang dada hanya mengenakan ikat kepala seperti blangkon tradisional tengah duduk bersila.
Kedua tapak tangannya terkatup dan memunculkan asap serta samar sebuah cahaya kemerahan terlihat dari balik jemarinya.
Sebuah keris Pulanggeni berlekuk 5 dalam posisi tegak berdiri tanpa ada yang menyangga!!
Beberapa untaian bunga kantil putih tampak tersampir di gagang keris dan juga dipergelangan tangannya. Sementara di sisi lain sejumlah nampan terbuat dari tembaga juga berisi bunga kantil yang menebarkan bau wangi menyengat ke segala penjuru ruangan.



Bunga Kantil Putih (Cempaka Putih)

Keris itu memancarkan hawa angker yang membuat sekujur tubuh rangka logamnya seakan membara.
Sosok yang semula diam itu perlahan membuka kedua matanya tampak seraut wajah sayu dengan dagu lonjong menampilkan sosok yang tak asing lagi. Bupati Suryo Adipati.

Desah halus keluar dari bibirnya lalu pandang matanya menatap ke bawah selangkangannya. Dan…
Tampaklah selangkangannya yang terbuka memperlihatkan batang kemaluannya yang setengah tegang dan terlihat mengganguk perlahan.
Sedangkan di ujung penisnya yang masih tampak mengacung keras tepatnya pada lubang kencingnya terlihat lelehan sperma kental yang sepertinya barusan muncrat beberapa saat yang lalu.

Haaahhh….
Kembali ia memejamkan mata lalu membuka lagi.
Sesaat kemudian dibukanya telapak tangannya dan terlihat sebuah cincin akik di atasnya.

Diperhatikan lebih seksama maka tampak terlihat ada noktah kecil terdapat di sisi samping cincin yang rada runcing.

Noktah yang berwarna semu kemerahan dan sudah tampak mengering.
Noktah itu sepintas terlihat seperti sebuah noda biasa.
Tapi sejatinya bukan….?!
Bukan noda bekas ceceran tinta, cat atau sejenisnya.
Melainkan noktah tersebut tak lain adalah bekas noda darah jari Roro Inten yang terluka..!

Hahhhh…
Suryo Adipati kembali mendesah.

"Sungguh luar biasa..sungguh perempuan pilihan yang belum pernah kutemui seumur hidupku.
"Sungguh sulit dicari padanannya di jagat ini.."
"Kenikmatan yang tak pernah kurasakan sebelumnya…"
"Sayang ajian ini belum sesempurna si tua Benowo...belum bisa merasuk sepenuhnya secara hakiki ke dalam raga…"
"Tapi…."
Adipati berhenti mengucap lalu muncul seutas senyum tipis di bibirnya kemudian berubah menjadi tawa pelan yang makin lama semakin keras...

"Hahahaha...hahahaha…."

"Aku tidak butuh Jaran Ngeblek...aku rak butuh Jaran goyang...jaran kepang….lan jaran2 liyane..."

"hahahaha…"
"Karena aku telah menemukannya...aku telah menemukannya….!!

"Hahaha…!!!
"betul kata Benowo...wanita yang murub rahasyanipun...seperti Ken Dedes..."
"Menyala kemaluannya..."
"Sumunar tempik'e..."

"Haaahh…"
"sungguh tak kusangka..sekali tepuk dua lalat kena…"
"Engkaulah dia... engkaulah diaa... Sekar Miraaah..!!!
"Aku telah menemukanmuu..!!

"Hahahaha….hahahaha….!!!
"Leluhurku, pangeran Ajibarang telah merestuiku...dan ditanganku akan ku patahkan kutukan jahanam Kamandanu itu…!!!

"Roro Inten Ayu Dewi Rengganis…!

"aku harus mendapatkanmu..."

"aku akan mengawinimu..."

"Hehh…!!!

Siapapun yang coba menghalangi Suryo Adipati…..maut imbalannya..!!

Sopo wae sing arep ngalangi karepe Suryo Adipati….bakalan kojor alias modar…!!!

Hahahaha….hahahah…!!!
suara tawanya terdengar keras menyiratkan ambisi yang tak terbendung lagi kian menggema di dinding cadas bebatuan yang memenuhi ruangan itu.
Ambisi yang kelak akan mempengaruhi roda pemerintahan Kabupaten Banyumili.

=======

Suasana siang di sebuah bengkel mobil di pusat kota Banyumili tampak begitu ramai.
Suara hilir mudik kendaraan saling tumpang tindih dengan deruman suara mobil yang berderet rapi menjalani pemeriksaan kesehatan dari para montir terlatih.
Sungguh sebuah bengkel yang laris. Entah karena memang pelayanannya yang prima atau ada faktor X yang mendukungnya.
Yang pasti siapapun pemilik mobil yang hendak memeriksakan tunggangannya kepincut dengan bengkel yang terlihat megah dan "bersih" ini.

Tepat di sampingnya sebuah car wash plus auto detailing mewah mendampingi seolah mengesankan layanan perawatan paket komplit luar dalam bagi si tunggangan tersayang.

Sebuah papan reklame besar mencolok di pinggir jalan membentuk sebaris nama yang tentunya nama panggilan dari bengkel otomotif tersebut.
ANTHONY MOTOR
CAR SPECIALIZED CARE
AND
AUTO DETAILING CARWASH



Anthony Motor Car Shop Care

Tampak sebuah mobil BMW seri 3 E46 tergolek pasrah "diobrak-abrik" oleh sang montir.
Seorang pria muda terliat tengah menemani sang montir di samping tunggangan kesayangannya ini.

"Mas Bram, penyakit BMW 318 seri E46 memang ada kebanyakan pada seal klep-nya yang sering bocor.
"Gejalanya yang itu tadi sering munculnya asap putih dari knalpot mobil alias ngebul pada mesin.
"Itu disebabkan oli yang bocor melalui seal klep yang rusak bercampur dengan proses pembakaran.
"Efeknya yah...oli lebih sering habis"
"Untuk solusinya ya harus dilakukan penggantian seal klep, bisa orisinil atau aftermarket dengan harga terjangkau.." kata sang montir dengan menyakinkan.

Pria muda bernama mas Bram itu termenung sejenak lalu tampak mengangguk saja.

"Ya udah pak, ganti saja dengan yang original. Bisa saya tunggu khan pak…? tanya co itu.

"Bisa kok mas , paling lama setengah jam.." balas si montir yang dibalas senyuman dari mas Bram.

"Ok pak bil, sy tungguin ya…"kata Bram lagi sambil menepuk bahu pria paruh baya itu.

Tak lama setelah sang montir berlalu dua tiga mobil berurutan masuk ke dalam bengkel tersebut menambah antrian panjang kendaraan yang hendak di overhaul.

Sungguh luar biasa.

Berbanding terbalik dengan beberapa bengkel yang juga relatif besar tak jauh dari Anthony Motor.
Terlihat sepi dan hanya ada beberapa kendaraan saja yang tengah diperiksa.
Anthony Motor sejatinya belum lama berdiri. Paling akhir diantara bengkel-bengkel lainnya. Namun secara ajaib cepat sekali menarik antusiasme dari para mania otomotif utamanya di Banyumili.

Hal ini tentunya mengundang tanda tanya sebagian besar pemain besar yang lebih dulu eksis.
Tak heran prasangka dan dugaan bertebaran dimana-mana tentang Anthony Motor.
Penglarisan, memakai jasa dukun sampai ilmu magic terus mengemuka. Namun Anthony cuek saja tidak menanggapi.
Sepertinya dia memegang prinsip dasar "anjing menggonggong kafilah tetap berlalu".
(Hmmm...apakah demikian..?..mari kita tengok).

-------
Ruang kantor Anthony Motor dimana sang owner alias bos besar berada di lantai paling atas.
Dengan menggunakan lift pribadi pastinya tidak sembarang orang bisa masuk seenaknya apalagi sekelas karyawan.
Sementara di lantai bawah kesibukan para karyawan tengah berjibaku dengan job desc-nya masing-masing. Suara derai tawa terdengar santer beberapa kali di lantai atas dari balik ruangan yang berdekor minimalis namun menyiratkan aura mewah dan aristokrat.

"Hahahaha...dasar anak taek si Wawan itu....baru digoyang sekali dua kali langsung croot…dasar peltu. Harusnya dia training dulu sama ayam babon baru boleh ngentot..hahaha.."
kata seorang pria berumur 30an tahun dengan rambut Curly gondrong seleher.

Wajah yang sebenarnya terlihat cukup ganteng namun terlihat tirus dan dingin.
Muka persegi dengan tulang wajah mengotak plus kumis dan cambang tipis yang dibiarkan tidak rapi kian memberi kesan pria yang bebas sekaligus bad boy.
Celana jeans belel yang sobek di sana sini menambah aura slengean dan seenaknya sendiri.

Sepintas lalu orang akan menyangka dia pemuda tidak waras yang barusan melarikan diri dari rumah sakit jiwa tapi sebuah arloji Omega Speedmaster Apollo 8 Dark Side of the Moon seharga 120 jutaan yang melilit di pergelangan tangannya membuat orang harus membuang pikiran tersebut jauh-jauh.



Omega Speedmaster Apollo 8 Dark Side of the Moon Series

"Bos Edy kan tau sendiri..goyangan si Arum memang gila...
"Apalagi jepitan memeknya ...ckckck. sekali dia ngebor...dijamin langsung croot.. hahaha.."
balas seorang pria muda sebaya bermata sipit yang duduk berhadapan dengan si pemuda bernama bos Edy tersebut.

"Dia saja yang letoy...buktinya kemaren gw maen 2 jam-an sampai Arum ngecrit berkali-kali.
"Kewalahan dia minta berhenti...hehehe..
"Gw sih cuek aja. Hajar bleh..!
'Gw entotin dia sampai tepar megap-megap kehabisan tenaga..hehehe.
Tapi gw akui memeknya memang mantap...
nampol kata orang....hehehe.."
kata si pemuda berambut kriwil gondrong itu seraya mengacungkan jempolnya.

"Elu emang beda kelas Bos. Tapi terus terang terapi dan resep dari pamanmu yang aneh bin ajaib itu memang mujarab.
"Tiap kali gw ngewe ma ce berasa kuat terus... serasa pengin teruss. mantaaap...hehehe..kata pria bermata sipit itu lagi.

"Anton...Anton...gitu saja mah soal kecil.
Bukankah berkat jimat pamanku...bengkelmu yang dulu sepi bak kuburan jadi seperti ini...
laris manis tiada duanya....
Bukan begitu Gan..Juragan...hehehe.."
kata pria bernama bos Edy sambil mengambil sebatang rokok kretek dari sakunya lalu menyalakannya

"Ini khan berkat suhu semprot alias Bang Freddy Umbara putra mahkota Sang Bupati Suryo Adipati.
Kalu tidak , jelas mustahil bersaing dengan dedengkot2 tua macam Siswoyo Motor dan lainnya…"kata Anton seraya membetulkan kacamata minusnya.

"Dasar penjilat kau Ton. Untung kau sadar diri, kalu tidak sudah gw injak-injak bisnismu jadi perkedel... hehehe,"
kata si pemuda yang ternyata Freddy Umbara.

Sesaat wajah Anthony berubah kelam.

Suara Freddy sebenarnya terdengar datar namun bagi Anthony bagaikan suara pelatuk pistol yang siap meledak kapan saja di kepalanya.
Beberapa kali ia menggelengkan kepala dengan senyuman getir.

Sebentar kemudian suara ketukan pintu terdengar pelan lalu masuklah seorang dara manis berpakaian ketat dan seksi bak umbrella girl membawa baki berisi lemon squash dan cemilan ringan.
Rambutnya yang panjang tergerai sebahu menambah aura kecantikan yang menarik perhatian Freddy.

Setelah selesai menaruh minuman si gadis hendak beranjak pergi sebelum tiba tiba tangan kekar Freddy memegang tangannya lalu menarik pinggang yang ramping. Membuat si gadis tak ayal jatuh terduduk di pangkuan Freddy diiringi pekik si gadis yang tertahan.

"Aakh... Pak..!

"Hehehe….siapa namamu manis.."
tanya Freddy seperti bernafsu sambil menjawil pipi mulus si gadis.

Pelukannya kian erat dan kokoh membuat si gadis pasrah menerima pelecehan ini.
Freddy makin menjadi manakala si gadis seperti berontak yang justru membuat Freddy makin bernafsu menggerayangi tubuh seksi sang dara di balik seragam ketatnya ini.

Suara tawanya terus terdengar sambil bibirnya yang berbau rokok menyosor begitu saja di leher tengkuk dan telinga sang dara yang putih mulus.
Sementara Anthony tidak bisa berbuat apa-apa melihat pegawainya diperlakukan tidak senonoh.

Untungnya setelah beberapa saat Freddy tidak melanjutkan aksinya. Iapun melepaskan mangsanya namun dengan meninggalkan sebuah tepukan ringan di bokong montok sang dara.

"Hahaha... pergilah. Denia...denia ...kapan2 kita sambung lagi permainan yang belum selesai ini sepulang kerja yah...
Kalu tidak bisa2 aku di damprat bos-mu ini…,"
kata Freddy dengan santainya sambil melirik ke arah Anthony.



Denia

Gadis manis bernama Denia ini buru2 bergegas meninggalkan ruangan tanpa membawa baki kosong yang tadi dibawanya.

"Hehehehe...pegawaimu betul2 bikin gw konak , ton.."
"Si Denia, Sari, Yulia... ckckck...nanti aku cicipi mereka satu persatu..," kata Freddy sambil menyeruput lemon squash yang terhidang di meja.

Anthony hanya tersenyum saja sembari sekali lagi kali ini merapikan hem-nya yang sebenarnya tidak kusut.
Jantungnya sempat deg2an manakala kejadian tadi tersaji di depan matanya. Ia tak bisa membayangkan bagaimana bila Freddy sampai menumpahkan hasratnya kepada Denia di ruang pribadinya.
"Fiuuuhh…hampir saja.."katanya dalam hati.

Sesaat kemudian suara ketukan pintu kembali terdengar lalu satu sosok pria jangkung masuk ke dalam dan segera menyalami Freddy dan Anthony.

"Om Freddy…"
kata si pria yang baru masuk lalu duduk bersebelahan dengan Freddy.

"Hebat kamu Van, bisa ngalahin tim basket STIE Adiguna yang juara Nasional 2 kali berturut-turut.
Pastinya akan ada reward buat kalian semua …"tutur Freddy sembari tersenyum datar.
Asap rokok mengepul dari sudut bibirnya yang tebal.

"Terima kasih om. Ini juga support penuh dari om selaku sponsor utama….hehehe. jadinya kami semua semangat betul buat menghadapi kompetisi tahun ini…"kata si pemuda jangkung sambil mengusap rambut undercutnya berpomade ala anak basket.

"Sudah ketemu orangnya…?" tanya Freddy lagi

"Sudah om. Memang Ivan butuh waktu. Maklum cari ce yang bernama seperti itu plus ciri2 yang om kasih tempo hari...rada sulit…"kata si pemuda bernama Ivan itu.
"Kalu dari awal gw tahu kalu ce ini yang om maksud...sudah dari kemaren Ivan kasih ke om.
Ini juga ada IG ma Facebook nya...cuma HP-nya sepertinya sudah ganti…" lanjut Ivan kemudian seraya memberikan beberapa foto kepada Freddy.

Anthony terlihat terdiam selain hanya mendengarkan saja pembicaraan keduanya.
Sesekali ia melihat ke laptopnya melihat data perubahan omzet neraca keuangan harian bengkelnya hingga menit terakhir yang siang hari ini saja sudah tembus 300 juta rupiah.
(Ehmm...luar biasa bukan).

Sementara Freddy terus mengamati foto yang diberikan oleh Ivan.

Foto seorang gadis remaja berpakaian SMA yang begitu manis dengan senyum terkembang di bibirnya yang indah.
Sorot mata jernihnya yang bersinar jeli seolah menunjukkan bahwa dia seorang gadis innocent.
Bagai tiada noda tiada cela.

"Dia kakak dari mantan gw om. Namanya ,... Mawar Sembilu…" kata Ivan perlahan seperti menahan sesak di dadanya.

"….Mawar Sembilu...."desah Freddy perlahan.

"Memang betul dia.
"Gila…!!....memang dasar gila...!!
"Freddy yang terlahir sebagai sosok pejantan no 1 di Banyumili….dibuat penasaran oleh bocah SMA yang baru saja datang bulan...
"Dasar keparat.!!..hehehe.

'Mawar Sembilu....

"Mawar Sembilu...

"ketemu juga akhirnya....Hahahaha…

"thk u Van...!
"Sebagai bayarannya...elu ntar malam gw traktir sing song sekalian main bilyard di Anjani Pub plus pijet sepuasmu...
"kalu perlu elu entotin sekalian terapisnya...Ok Van..!!???...hehehe..."
tanya Freddy sambil tertawa lebar.
Tangannya yang kekar berbulu merangkul pundak Ivan.

"Waaau !...mau banget Om. Thk u Om Fred…" balas Ivan seraya tersenyum lebar mendengarnya.

Freddy lalu menunjuk ke arah Anthony.

"Elu ikut Ton...temenin kita. Kita happy happy bareng... hahahaha…"
kata Freddy yang kemudian lalu dibalas acungan 2 jempol oleh Anthony.​
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd