Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Roro Inten

Apa yang diharapkan dari akhir kisah ini ?

  • Happy ending

    Votes: 272 77,3%
  • Sad ending

    Votes: 50 14,2%
  • Open ending

    Votes: 27 7,7%
  • Close ending

    Votes: 24 6,8%

  • Total voters
    352
  • Poll closed .



Cundrik itu melesat dengan menyebarkan hawa panas di sekitarnya.
Menyebar ke segala penjuru sejauh kurang lebih 5 meter menghangatkan malam yang dingin menggigil.
Sinarnya terang bagaikan kembang api yang menyinari sekeliling lubuk ilalang dan area persawahan yang cukup terpencil itu.
Wuushh….
bola api itu kian mendekat ke arahnya hanya berjarak kurang dari tiga tombak!
Lalu...tap..!
Sosok berkaki empat yang ternyata seekor anjing berwarna hitam gelap itu melompat tinggi ke udara.
Selang hanya sepersekian detik saja Cundrik yang membara itu menyambar dedaunan dan rimbun semak tepat di bawah kakinya. Lalu...
Brrr…!
Sontak dedaunan dan rimbun belukar yang basah seketika terbakar !

Cundrik itu ternyata tidak berhenti begitu saja. Seolah dikendalikan oleh sesuatu yang tidak tampak benda itu melesat kembali menuju sasarannya semula yaitu di anjing hitam tadi.
Hewan itu tampak menatap tak berkesip ke arah Cundrik api yang mengarah kembali kepadanya.
Kali ini dengan mengeluarkan geraman keras ia menjejak tanah sedikit menunduk manakala Cundrik melesat semakin cepat dengan ditandai kobar api yang makin membara di sekujur rangkanya.
Tap..!
kembali dia berhasil menghindar dari tusukan ujung Cundrik yang begitu tajam dan panas.

Jleb...

Ujungnya yang runcing menghantam sebuah batu cukup besar seukuran kambing dewas lalu...
blaaar..!!!
suara keras terdengar manakala batu cadas yang nampak keras itu hancur berkeping-keping.

Tak jauh sekitar lima tombak, sosok hewan anjing tadi tampak menapak kokoh di tanah becek berlumpur seraya mendengus.

"Ada yang ingin mencelakaiku rupanya. Cundrik itu tidak mungkin muncul begitu saja tanpa ada yang mengendalikan. Aku harus waspada. Meski aku tak tahu persis siapa mereka"
"Sepertinya mereka tidak akan berhenti sebelum berhasil membunuhku.."batin hewan itu.

Matanya memandang tajam ke depan tiba2...hewan itu justru melompat menerjang keras dalam kecepatan kilat ke arah Cundrik itu..!
Apa yang dipikirkannya..?

Buk..! Brak..!

Tubuhnya terlempar jauh ke belakang seiring cundrik api melesat kekepalanya. Berguling-guling beberapa kali sebelum menghantam sebuah saung di tengah tegalan itu.
Terlihat ia tampak terpekur setengah merunduk. Tubuhnya menggigil seolah menahan sesuatu yang berat.

Grrgrgrgr….!

Geraman keras terdengar keras dari mulutnya yang ternyata tengah menggigit benda yang mirip Cundrik itu.
Moncongnya beberapa kali bergoyang-goyang keras bersamaan dengan getaran si Cundrik yang seolah berontak.
Kepalanya makin keras menggoyang lalu ia mengayunkan kepalanya ke samping dengan keras!

Wuut..!

Lalu Cundrik itu terlempar ke kanan menerabas semak2 yang kembali terbakar di tengah hujan lebat itu.

----------
Di kejauhan dua sosok manusia terlihat berjalan pelan di tengah hujan lebat ke arah "pertempuran" tak lazim itu.

"Mas Toyo, kobar api itu makin jelas, aku khawatir terjadi sesuatu di tegalan itu.."
tutur salah satu di antara mereka sambil menggigil menahan dinginnya malam yang berhujan deras.

"...aku juga sepemikiran denganmu Adi Ragil, aku penasaran sekali dengan nyala api itu. Siapa tahu itu sejenis meteor atau... malah UFO kayak di film-film. Kita akan ketiban rejeki besar…hehehe.."kata Toyo penuh harap sambil menggosok-gosok kedua tangannya berusaha menahan dingin yang menusuk.
Keduanya terus berjalan pelan hanya berlindungkan selarik pelepah pisang.

Sementara area tegalan di mana dua sosok itu beradu laga sudah berubah menjadi hamparan yang tak terbayangkan.
Semak, tegalan ketela pohong dan pepohonan yang semula rimbun membelukar meranggas terbakar habis dan hanya menyisakan tanah lapang gosong seluas kurang lebih setengah lapangan bola. Abu dan sisa dedaunan terbakar beterbangan ke sana ke mari di tiup angin.

Dua sosok tampak berhadapan satu sama lain dengan jarak 3 tombak.

Pertama sosok hewan anjing berwarna gelap yang berdiri dengan nafas yang memburu. Sinar matanya yang mencorong hijau menambah aura seram wajahnya yang menyeringai memperlihatkan giginya yang bertaring tajam.
Urat-urat tampak bertonjolan di kepalanya menandakan kondisinya telah mencapai ketegangan yang memuncak.
Beberapa bagian tubuhnya tampak terdapat luka sayatan dan hitam seperti menghangus mengeluarkan bau sangit.

Sosok kedua yang sama sekali tidak lazim adalah sosok keris Cundrik yang sekujur rangkanya yang terbuat dari logam tempa seakan membara bagai baru keluar dari tungku pembakaran.
Benda itu melayang-layang di udara sembari mengeluarkan suara dengung dan hawa panas yang menyengat. Tetes hujan yang deras mengenainya sekejap mata lenyap menjadi asap saking panasnya.

"Aku sudah tidak punya waktu lagi. Aku harus segera kembali. Pertempuran ini harus segera diakhiri. Terpaksa kugunakan aji Malih Rogo Sejati. Meski akan beresiko mereka akan tahu jati diriku…"
kembali sosok hewan itu membatin.

Hujan sudah mulai mereda. Maka terlihat cukup jelas wujud keduanya yang tengah berhadapan.

Sesaat Cundrik itu bergetar keras lalu seiring suara desingan yang terdengar tajam menusuk gendang telinga benda itu melejit dengan kecepatan yang nyaris tak bisa diikuti pandangan mata ke arah sosok hewan itu.

"Graaaakkkhh….!!
Hewan itu menggeram dahsyat lalu dengan gerakan tak kalah cepat menelan Cundrik itu ke dalam mulutnya itu!
Sudah putus asakah dia…?!

----------
Sementara di sebuah tempat yang jauh di luar kota Banyumili terletak di lereng sebuah tebing bukit. Suara teriakan seorang lelaki terdengar dari dalam sebuah rumah kayu yang hanya disinari sebuah lampu minyak sederhana.

"Aaaahhhkkk….!!!
Bruukkk…!!!
Oooohhh…!!!...awaaass paaakk…!!


Kedua orang itu kontan terjengkang ke belakang manakala sosok pria berbaju hitam dan bersorban yang sebelumnya tengah bersila di depan mereka terpental ke belakang disertai pekik parau dari mulutnya.
Seru kekagetan terlontar juga dari mulut dua orang yang ada di situ.
Sajen, dupa, kendi serta beberapa bilah keris yang semula tergeletak di depan meja ketiganya seketika ambyar berantakan dan pecah berkeping-keping.

Sosok pria bersorban itu terdorong seperti terpental melayang ke belakang jauh sampai punggungnya membentur dinding rumah yang terbuat dari bata yang telah lapuk di makan usia hingga retak.
Suara pekik keluar dari mulut orang tersebut.

Sosok pria berpakaian serba hitam dengan ikat kepala seperti sorban itu tegak berdiri mengambang di atas lantai dengan jarak sejengkal dari atas tanah!

Kedua tangannya menggenggam lehernya sementara mukanya pucat pasi dengan kedua matanya mendelik memerah.
Hanya dengusan lemah yang keluar dr bibirnya yang menganga laiknya orang yang tercekik.
Kedua kakinya menegang kaku dan mengejang pelan.

"Ooorrggg….ooorrgggh….."

Kedua orang tadi yang sempat terjengkang terkapar buru-buru bangun.
Mereka lamat-lamat melihat satu sosok bayangan hitam menyerupai tubuh manusia tepat berdiri di depan pria bersorban hitam yang tengah menggantung di dinding.
Selarik bayangan seolah tangannya terlihat seperti mencengkram lehernya.
Sosok bayangan kian jelas menampakkan diri.
Meski hanya diterangi lampu minyak "sentir", kedua pria yang tengah duduk terpekur dalam kekagetannya melihat sosok yang baru muncul itu sebagai sosok laki-laki!

Tangannya terlihat meraih dan mencengkram leher si pria bersorban itu.
Suara dengusan dan helaan napas terdengar kian jelas bersamaan sosok tersebut terlihat gamblang.

"Kowe rak usah melu-melu. Aku tidak suka ada orang mencampuri urusanku. Arep minggat opo njaluk mati..?!"
kata sosok pria tersebut dengan suara berat dan dalam bak datang dari dasar bumi.

"...kkaakkhh….am..mpouunn...ak..akkuuuu...ming..minggaaat…"
terdengar suara pria bersorban yang tercekik itu samar. Matanya mendelik dan nafasnya putus putus.
Sepertinya ajalnya sudah dekat.

Tak lama kemudian sosok itu menoleh ke arah dua orang yang sedari tadi duduk terjengkang jauh di belakang dengan muka pucat.
Kedua orang itu melihat sosok pria yang tidak terlampau jelas wajahnya itu menyeringai dengan sorot mata bersinar kehijauan.

"Tak balikke barangmu..!!"suara pria itu terdengar keras.
lalu....
(kukembalikan barangmu.red)

WUUUSSHH..!

BRAAAKK…!…!…!

Aaakkh..!


Sebuah benda bersinar merah membara menembus atap rumah kayu itu lalu menancap ke dinding tembok yang diiringi suara atap rubuh dan pekik kesakitan seseorang.

Sosok pria itu lalu berpaling badan setelah sebelumnya melepaskan cengkeramannya ke leher pria berpeci itu. Kemudian...
seet..!
Tubuhnya berkelebat cepat bagai bayangan lalu melesat ke atas atap yang berlubang lalu menghilang.

Sementara air hujan kian membasahi ruangan itu akibat atap yang berlubang besar tadi.
Dua orang itu lalu perlahan-lahan mendekati pria yang terkapar dalam posisi duduk bersandar pada dinding rumah yang temboknya retak menghitam.

"Ki Joko...Ki…?? salah satu dari keduanya yang berjaket preman kemudian mendekati pria bernama Ki Joko yang tergolek lemah.
Dengan sedikit ragu dan takut dia menggoyangkan bahu Ki Joko.

'Ki... Ki Joko …"katanya lalu mendadak...

Brukk...
sosok pria bernama Ki Joko lalu terkulai tergeletak di lantai.
Dalam remang lampu minyak yang samar menerangi wajahnya tampak satu raut muka pria setengah tua yang begitu amat lelah.
Yang mengejutkan bagi si pria berpakaian berpakaian preman sekaligus membuat sekujur bulu tubuhnya meremang takkala melihat di wajah pria tua itu tampak segores codet atau luka sayat memanjang mulai dari dahi melintang hingga ujung dagunya.
Luka codet yang sebelumnya tidak ada!
Luka itu seperti baru saja dan meninggalkan bekas menghitam seperti hangus terbakar di wajahnya serta mengeluarkan bau sangit daging terbakar.
Sungguh mengerikan.

"Aaahh...aalaass...aaa..alaas...tu..aaa.."samar si pria tua bernama Ki Joko itu berkata terbata-bata.
Lalu...
brukk..
tubuhnya terguling entah pingsan entah mati.

"Don,..kemari…"tutur si pria berjaket kepada rekannya di belakang.

"Gimana pak kapten,...kata si pria muda bernama Donny setengah berbisik.

"Lihat…."tutur si pria sebelahnya sambil menunjuk pelan ke arah dinding tepat di belakang punggung Ki Joko.

Sebuah benda seperti keris kecil atau Cundrik berwarna hitam legam mengeluarkan asap tipis menancap hingga separuh badannya di dinding.

Keduanya seperti tercekat dan sontak merinding.
"Sepertinya Ki Joko terluka oleh senjatanya sendiri. Benar apa yang kita pikirkan Don. Yang kita hadapi bukan manusia biasa juga bukan dedemit. Tapi sosok sakti yang entah apa tujuannya melakukan semuanya ini.."katanya lagi.

"Ki Joko hanya mengucap satu kata yang...kurang lebih seperti mengucap...alas tua.."

Pria muda bernama Donny tampak terpekur.
"Alastua... Alastua…'"tuturnya lirih berkali kali.
"Pak kapten...apa mungkin yang di maksudkan…"

Sontak keduanya saling berpandangan.

"Bukit Alastua..! kata mereka berdua hampir berbarengan.


=========

Perbukitan Alastua yang berdiri begitu besar dan gagah tampak diselimuti pedut / kabut putih yang hampir menutupi sebagian besar puncaknya yang ditumbuhi pepohonan besar.
Udara dingin yang menusuk kian menambah kesan seram dan membuat siapapun yang mencoba beruji nyali pastinya akan lari tunggang langgang dibuatnya.

Satu sosok terlihat di salah satu gua pada sebuah lereng terjal bukit yang sepintas mustahil untuk dilewati manusia.
Namun nyatanya sosok manusia itu ternyata sudah berada di dalamnya.

Sosok itu duduk terpekur dalam diam. Sekilas tak ada siapapun selain dirinya. Namun jika diperhatikan lebih seksama. Ada satu sosok asing yang bisa dikatakan sungguh menyeramkan dan sulit diterima nalar.

Sosok itu menempel di dinding gua yang terbuat dari batu cadas hitam. Kepalanya begitu besar sampai kira-kira 3 kali ukuran normal manusia. Dalam posisi bersedekap saja Wajahnya tidak kelihatan hanya tertutup rambutnya yang panjang dan sangat lebat menjela punggung.

"Nyoto, sudah dekat waktunya kau menyelesaikan ritualmu. Saatnya kau mencapai tugas akhir yang harus kau selesaikan secepatnya.."
terdengar suara yang begitu berat laksana raksasa yang bergaung keras hampir ke seantero gua yang cukup besar dan luas itu.

Sosok pria yang tengah bersila sambil menundukkan muka di tanah gua langsung membuka matanya.
"Saya siap Aki…"sahut pria tersebut yang adalah Nyoto adanya.

"Satu setengah purnama ke depan kau harus mendapatkan Cupu Manikmaya. Bawalah kemari bersama anak perempuanmu"
"Maka sempurnalah ajian Semar Mesem yang kau idamkan. Aku tunggu kedatanganmu…. Sunyotoooo...…"

suara angkernya menggema menyeramkan meski sosoknya telah menghilang dari pandangan.
Pria yang ternyata Nyoto adanya masih terpekur diam.

"Aku akan bawakan Cupu Manikmaya kepadamu. Tapi tidak dengan anakku…lirih terdengar bergetar suara Nyoto sembari mengangkat wajahnya perlahan.

Terlihatlah wajahnya yang dingin tanpa ekspresi dengan sepasang mata mencorong tajam seraya kedua tangannya terkepal erat.

======

"Kak, kok kebetulan sekali kakak ngepasi lewat waktu itu ?
"Aku ndak bisa kebayang kalu kak mawar tidak datang.."
kata Indah sambil kemudian bangun dari pembaringannya.

Kondisinya sudah membaik pasca kejadian di rumah Ivan sekitar 2 hari lalu. Ia terpaksa libur sehari dari sekolahnya.

Mawar hanya menarik nafas dalam lalu memandang adiknya penuh perhatian.

Kemudian pandang matanya mengarah ke sudut luar jendela kamar.
"Aku sendiri ndak begitu mengerti hanya perasaanku saja mengatakan kalu aku harus menjemputmu"
"Sejak awal aku sudah pesan ma kamu supaya hati2. Ndak kukira ternyata Ivan co brengsek…"kata mawar sambil mendengus.

Usai berkata Mawar terdiam sambil matanya menerawang ke luar jendela kamarnya.

"Kenapa kak..?" tanya indah begitu melihat kakaknya seperti berpikir sesuatu.

"Ehmm..."
"Aku cum mikirin sesuatu ndah"
"Waktu itu aku seharusnya tiba lebih cepat di rumah Ivan. Aku kan berangkat hampir satu jam lebih awal. Rumah dia khan paling setengah jam dari sini. Kondisi jalan juga relatif lancar meski hujan lebat.."
kata mawar lagi sedikit merenung. Indah tampak ikut berpikir.

"Benar juga, elu khan seharusnya tiba lebih awal dan sudah sampe rumah dia sebelum ketemu aku di jalan ya kak..?"

"Malam itu aku sudah berangkat sudah separuh jalan dari rumah. Mendadak kepalaku rasanya pening...sakit. Antara sadar dan tidak aku seperti mendengar suaramu terngiang-ngiang di telingaku menyebut namaku berulang kali"
"Entah kenapa aku merasa dirimu dalam bahaya saat itu dan aku ingin segera sampai"
"Pusingku kian menjadi lalu aku seperti pingsan. Sebelum pingsan aku merasa ulu hatiku seperti hangat dan terus memanas.."
kata mawar lagi seraya tanpa sadar menggenggam mata liontin kalungnya yang berbentuk batu kecubung hitam.

Mawar menghentikan ucapannya sementara Indah menatap kakaknya seolah tak sabar.

"Setelah sadar aku langsung bergegas ke arah rumah si Ivan dan di tengah jalan itulah aku bertemu kamu dalam kondisi lemas…"
kata mawar lagi masih dengan menggenggam liontin kecubung hitamnya.

Indah menghela nafas panjang lalu spontan memeluk kakaknya.
"Terima kasih kak…"kata Indah lirih dengan mata berkaca-kaca.

Mawarpun memandang adik kesayangan satu-satunya ini dengan penuh kasih sayang lalu membelai rambut Indah yang panjang.

"Percayalah ndah, demi adikku satu-satunya aku akan berbuat yang terbaik demi untuk keselamatanmu…"tutur Mawar lagi yang balas memeluk erat adiknya itu.
Sesaat kemudian mereka saling melepas pelukannya.

"Btw, kamu lagi ngegambar apa sih kak. Kok ada lumayan banyak kertas coretan di sini.."kata Indah sesaat setelah mereka melepas pelukannya masing-masing.

Ia lalu mengambil beberapa lembar kertas gambar yang tergeletak di meja belajar kakaknya.
Dilihatnya kertas-kertas itu semua menampilkan satu corak yang sama. Corak gambar seekor serigala dengan aneka rupa dan ragam jenisnya.





Gambar Serigala kreasi Mawar

"Ohh...itu gambar sketsa serigala kok. Buat design kaos ma logo bendera anak-anak klub pecinta alam di sekolah. Sisanya beberapa sih cuma iseng aja"
"Ndak tau juga nih. Beberapa hari ini aku seneng aja ngelukis serigala. Sampai2 kubelain nonton film dokumenter tentang serigala di Animal Planet...
kata Mawar sambil merapikan alat tulisnya.

"Iya ya., elu khan sebenarnya paling takut ama Werewolf ya kak….seremmm…".
"Guuk!...Auuuu...auuuu..hihihi...!!!"goda Indah kepada kakaknya sambil melompat ke arah kakaknya seraya melolong laiknya serigala.

"Iiih….udah ah…"kata Mawar sambil menahan senyum lalu keduanya tertawa bareng.

Mata Indah lalu menatap liontin batu kecubung hitam yang bertengger di dada mawar.

"Eh..kak, omong-omong, kalungmu itu aku seperti melupakannya. Menurut ceritamu...papa yang kasih itu ke kamu waktu masih bayi ya kak..?"

Mawar tak segera menjawab.

'He eh..kata papa sih begitu.." kata mawar sambil menundukkan kepala menatap sekilas mata kalungnya.

Sejenak keduanya terdiam.

"Oh ya, minggu depan khan sudah penyisihan tahap ke dua"
"Kamu kudu fit dan siap lho ndah. Untung aja penyisihannya bukan minggu ini.."kata mawar.

"Iya kak. Aku tahu. Aku memang harus mempersiapkan diri..."balasnya sambil tersenyum seraya mengenggan erat kedua tangan kakaknya.

======



Toyota Land Cruiser VXR Turbo

Sore itu terlihat sebuah mobil SUV jenis Toyota Land Cruiser tampak berjalan terseok di tengah jalan becek berlumpur di sebuah hamparan tegalan salah satu lereng Perbukitan Alastua yang memang begitu luas.

Meski sudah dibekali mode gerak 4 roda tak urung membuat mobil off-road itu kepayahan menghadapi medan tersebut.
Beberapa orang tampak berjubel di dalamnya.

"Sontoloyo, kenapa dia meminta kita untuk datang di tempat celaka seperti ini. Seorang Bupati yang kondang dan disegani macam Suryo Adipati harus merangkak seperti anjing buduk mendatangi majikannya. Terlalu..! terdengar sumpah serapah keluar dari salah satu penumpang yang tak lain adalah Bupati Suryo Adipati.

(Untuk apa dia repot-repot datang ke tempat terasing ini...ehmm)

"Yah, sampeyan kudu sabar. Ini khan perintah langsung dari beliau sendiri. Masakah mau kita tolak…"kata yang lainnya seorang perempuan muda.

Setelah hampir setengah jam bergelut dengan tanah dan bebatuan akhirnya mobil itu sampai di sebuah tanah pedataran yang cukup lapang dan penuh berimbun pepohonan.

Nampak dibaliknya terdapat sebuah sendang atau telaga yang cukup luas dan penuh berair jernih.

Sebuah rumah kayu sederhana terlihat di kejauhan tak jauh dari sendang tersebut.

Sebentar kemudian mobil mereka berhenti tepat di halaman rumah yang terlihat sepi tak berpenghuni itu.
"Sepertinya tak ada orang. Apakah dia ada di dalam ..? kata perempuan itu lagi sambil celingak-celinguk
Sebentar kemudian Suryo Adipati memberi titah kepada si pengemudi.

"Dalu, kamu turun dan coba ketuk pintu rumah itu…"katanya kepada si supir.

"Siap pak.."kata si supir yang berpakaian safari gelap lalu beranjak membuka pintu mobil.

Klek...
pintupun terbuka lalu sopir bernama Dalu itupun perlahan berjalan menuju rumah yang terlihat angker itu.
Tak urung bulu kuduknya sontak berdiri manakala dirinya semakin dekat ke arah pintu masuk rumah yang terbuat sebagian dari batu bata dan papan reot itu.

Suasana sore yang semakin gelap menuju petang tanpa lampu listrik membuat keadaan tambah mencekam.
Hukk...hukk...
suara burung hantu terdengar samar-samar.

Tok..tok...tok...
suara pintu terketuk takkala Dalu sampai di depan pintu.

"Selamat malam...adakah orang di dalam..? permisi pak…!
Si Dalu sambil lirik kanan kiri menahan rasa tidak nyaman di sekujur tubuhnya.
Ketika hendak mengetuk kembali spontan pintu terbuka dengan sendirinya...Nguiikk...

mendadak…

kaookkk...kaookk!!!!
suara beberapa burung gagak menyeruak dari dalam pintu yang terbuka iiringi suara pekik yang riuh terdengar mengejutkan Dalu yang seketika terjungkal dengan muka pucat pasi.

Sementara para penumpang mobil tak kalah kaget dan spontan dua orang wanita didalamnya memekik.
"Tamu sudah datang dari jauh kenapa tidak langsung masuk …"terdengar suara seseorang dari dalam rumah.

"Dia sudah tahu kedatangan kita. Ayo Noor,..kita turun.."ajak Adipati.
Sebentar kemudian turunlah Suryo Adipati bersama dua orang wanita.

Pertama adalah sosok yang tak asing yaitu Noor Anggraeni dan satunya lagi perempuan muda berpakaian seragam coklat khas PNS.

"Kakang Benowo...kau ada di dalam..? aku sudah datang memenuhi permintaanmu…"kata Adipati setengah berteriak.
Suasana di sekitarnya tak urung membuat pria yang terlihat angkuh dan perkasa ini merasa jerih juga.

"Silakan masuk...tamu2 terhormat…" terdengar suara balasan dari dalam rumah.

Adipati dan Noor saling berpandangan lalu keduanya masuk ke dalam diikuti oleh Dalu dan perempuan satunya.

Suasana di dalam rumah yang gelap seketika terang ketika Dian menyala dari sebuah lampu minyak yang bertengger di dinding.

Sorot mata Adipati menatap lamat ke dalam lalu dilihatnya satu sosok yang duduk bersila dengan tubuh bertelanjang dada hanya kain celana panjang dekil dan ikat kepala di kepalanya.
Rambutnya yang gondrong riap-riapan menjela bahu yang kurus serta sebagian menutupi wajahnya.

"Kakang Benowo... aku Adipati sudah datang. Sebagaimana janjimu...hal penting apa yang ingin kau sampaikan…? tanya Adipati.

Pria yang duduk bersila itu lalu perlahan membuka kedua matanya. Mata yang sayu dan keriput dengan kumis lebat menutupi bibirnya.
Jemari tangannya yang bersedekap memperlihatkan cincin2 akiknya yang mencolok memenuhi seluruh ruas jarinya kecuali jempolnya.

Adipati dan ketiga rekannya seketika terduduk di lantai manakala si pria tersebut melambaikan tangan.

"Ramalan itu akan segera tiba. Benda keramat Cupu Manikmaya Keraton Karang Taruna akan muncul kembali dan petaka akan menimpa dirimu…."kata pria tua aneh bernama Benowo itu.

Air muka sang Adipati sontak berubah. Dirinya yang selama ini terlihat gagah , garang dan disegani berubah 180° menjadi sosok yang lain.

"Apa yang harus kulakukan kakang.."tanya Adipati penuh cemas dan ketakutan.

Ki Benowo sesaat terdiam lalu menyeringai sambil mengangkat tangannya.

"Ini semua buah karma dari leluhurmu...Pangeran Ajibarang yang menelikung dan berkhianat kepada Prabu Kamandanu, raja yang sah dan dicintai rakyat sampai dengan mengorbankan permaisuri Dewi Sekar Mirah...hingga berakibat kutukan turun temurun"
"Sekarang setelah beratus tahun, giliran kau yang terkena imbasnya.
"Seperti ayahmu, kau ditakdirkan akan mati mengenaskan...Suryo Adipati. Dan itu akan terjadi dalam waktu tak lama lagi…."kata si Aki dengan nada seolah mengancam.

Sontak ucapan itu membuat Adipati terkesiap. Mukanya yang sayu dan cekung bagai pucat tak berdarah. Bulir keringat dingin mulai membasahi keningnya.
Noor yang ada disebelahnya menatapnya tajam nyaris tak mempercayai penglihatannya.
Bupati Suryo Adipati, sosok yang terkenal angkuh, penuh percaya diri, dihormati dan disegani lawan maupun kawan bisa merasa panik dan takut seperti ini bak bertingkah layaknya anak kemarin sore.

"Kau dan leluhurmu memang ditakdirkan memegang tampuk kekuasaan Keraton Banyumili namun harus terbayar dengan nyawa…dan itu tidak akan berhenti…"
"...tidak akan berhenti sampai di dirimu saja melainkan nanti akan menimpa juga ke anakmu dan terus sampai ke cucu turunanmu…"
"Akibatnya bisa sama parahnya malah bisa jadi jauh lebih buruk dari kau dan leluhurmu. Camkam itu…"

Kata-kata yang keluar dari bibirnya seiring suara tawa seraknya yang sumbang terdengar bagai palu godam menghantam kepala dan dada Adipati yang perkasa.
Mendadak kepalanya terasa pusing.

"Eddy….."desisnya menyebut nama kecil putra kesayangannya alias Freddy Umbara.
Tak ayal dadanya berdegup kencang. Peluh dingin sontak membasahi dahinya yang berkerut serta kedua telapak tangannya.

Sesaat mereka terdiam. Lalu kemudian berkata lagi si lelaki tua memecah kebisuan.

"Hanya ada satu jalan keluar untuk mengatasi kutukan itu. Berhasil atau tidaknya itupun tergantung keberuntunganmu…"lanjutnya lagi.

Adipati mengerenyitkan dahi lalu menatap tajam ke arah Ki Benowo.
"Apa yang harus kulakukan kakang Benowo...cepaat katakan…! kata Adipati tak sabar sambil setengah berlutut memohon.

Dalu sang asisten pribadi yang telah ikut Sang Bupati sekian lamapun seolah tak mempercayai matanya.
Junjungannya yang sedemikian berwibawa dan ditakuti di luar sana seolah berubah bak kucing pasar pecundang yang kalah berebut makan.

Sementara perempuan muda berseragam PNS di sebelahnya yang tak tahu menahu hanya terdiam dan hanya menoleh sesaat.
Entah apakah yang dipikirkannya sama dengannya atau tidak.

"Syaratnya berat...
"Kau harus mendapatkan permaisuri Prabu Kamandanu, alias Dewi Sekar Mirah dan mengawininya…"
berkata Ki Benowo sambil kembali menyilangkan tangan di dada yang telanjang.

"Aaa...appaa..!!!
teriak kaget sang bupati.

Raut kekagetan juga tampak jelas di wajah Noor Anggraeni.

"Ii..iituu... mustahil kakang benowo. Dia sudah mati ratusan tahun lalu bagai…!"
katanya lagi setengah tak percaya atas apa yang didengarnya barusan sebelum cepat-cepat dipotong oleh Ki Benowo.

"******..!!...
"Aku belum selesai bicara.
"Mengawini sosok sejatinya memang tidak mungkin karena dia telah lama mati. Tapi percayakah kau dengan adanya titisan atau reinkarnasi…?
kata Ki Benowo kemudian dengan mimik sangat serius.

"Reinkarnasi...titisan…??

Kata-kata itu menggelayut sesaat di pikiran semua orang yang hadir termasuk Adipati.
"Engkau percaya tidak ... Dimas Adipati.!
tanyanya lagi dengan suara sedikit keras.

Adipati sesaat terdiam saja tidak menjawab.

"Kakang,...Bagiku Bupati Suryo Adipati hanya melihat itu sebagai sebuah dongeng belaka, rekaan cerita masa silam yang hanya ada dalam film saja. Aku tidak percaya adanya titisan... reinkarnasi atau apapun namanya. itu semua omong kosong. Sekali dia mati ya sudah…"kata Adipati.

"Kalu begitu...aku tidak bisa menolong. Selamat menjalani takdirmu…. Dimas Adipati... pergilah!"
hardik kemudian Ki Benowo sembari membalik badan.

Namun mendadak...

"Kakang Benowo…! kata Adipati sambil tangannya mengamit lengannya.
"Baik...baik..aku menurut apa katamu. Taruhlah aku percaya soal penitisan itu. Lalu apa yang harus kulakukan…? kata Adipati merajuk setengah bersujud kepada Ki Benowo.

"Hahaha...Sang Bupati Suryo Adipati yang sombong dan congkak akhirnya tunduk pada keangkuhannya sendiri"
"Noor..!!!..delok-en.
"Liat tho bupatimu iki..!
"
Wedi mati sampai menjilat ludahe dhewe. Jan ora kajen dadi bupati. Ora ono pantes-pantese…hahaha…"
terdengar tawa keras Ki Benowo yang seraknya membahana ke penjuru sudut ruangan.
(Tidak dihargai sebagai bupati.red).

Sementara Suryo Adipati yang setengah menunduk merah padam mukanya menahan emosi yang makin memuncak antara marah, dongkol dan malu bercampur aduk.
Ia yang adalah seorang Bupati Banyumili yang disegani dan dihormati kini bagaikan seorang kacung rendahan yang dipermainkan seolah tak punya martabat sama sekali. Gengsi dan harga dirinya yang sundul langit di mana terpupuk sejak mudanya dipuja-puja dan dihormati bak seorang putra mahkota seketika jatuh ke titik nol bahkan minus membuat giginya gemeretak menahan amarah.
Bahunya bergetar pertanda kegelisahannya kian tak terkendali.

Tawa Ki Benowo semakin menjadi-jadi manakala melihat tingkah pria bernama Suryo Adipati ini.
"Kau keluarlah sebentar…tapi jangan rusak gubuk reotku ini. Memang tidak bisa dibandingkan istanamu di kota. Tapi bagiku...gubuk ini jauh lebih berharga dari seluruh hartamu.
"Metuo saiki...hahahah.." kata Ki Benowo lagi.

"Haaahhhh…!!!
Dengus nafas panas Suryo Adipati menyembul seiring tubuhnya yang segera bangun berdiri lalu bergegas keluar rumah.
"Kangmas Adipati...kau mau kemana ..? tanya Noor kemudian lalu mengikuti Adipati keluar rumah kayu itu.

Diluar ternyata Adipati sudah berada di depan sebuah Pohon Rasamala besar sebesar paha orang dewasa setinggi 30 meter ! Lalu…

"Keparat…!!!!....Bangsaaat...!!!...

Syuuut…!..Brakkk!!!!....Sraaakkk…!!!

Seiring teriakan keras dibarengi sumpah serapahnya kepalan tinjunya meluncur deras lalu menghantam batang pohon rasamala itu hingga hancur berkeping-keping dan patah menjadi dua bagian kemudian ambruk ke tanah mengeluarkan suara berderak keras.



Pohon Rasamala.

Semua yang ada di dalam seperti Dalu dan perempuan muda berseragam PNS itu terkecuali Ki Benowo sontak tersentak kaget bukan kepalang mendengar teriakan keras dan serapah Adipati di malam petang itu.

Sementara Noor yang berada di luar serta menyaksikan apa yang tengah terjadi sontak terkaget.
Ia sendiri tak menyangka kaget tak dinyana-nyana ternyata Suryo Adipati bukan pria biasa yang asal congkak dan arogan namun juga memiliki 'isi" yang bukan main-main. Ia pun tak bisa membayangkan bagaimana jadinya bila yang terkena jotosan Adipati tadi adalah tubuh manusia.

Dengan nafas memburu Adipati kembali mengayunkan tangannya sekali lagi ke pohon di sebelahnya dibarengi sumpah serapah dari mulutnya.
Pohon itu kembali menemui nasib yang sama dengan rekannya tadi.

Setelah dua kali jotosannya mengenai pepohonan terlihat Adipati tampak terengah-engah. Nafasnya memburu dengan muka merah padam.

"Noor, masuklah kau...percuma kau tunggu dia. Sebentar lagi dia pasti kembali..hehehe.."kata seseorang dari dalam yang bukan lain adalah si tuan rumah. Ki Benowo.

Tak berapa lama setelah Noor masuk disusul kemudian sosok Suryo Adipati sambil sedikit terengah. Mukanya yang sayu dan tampak dingin menatap tajam ke arah Ki Benowo.

"Sudahlah kakang, jangan permainkan aku. Sekarang bantu aku...bagaimana aku bisa menemukan titisan Sekar Mirah...dan secepatnya aku terlepas dari kutukan maut itu.."kata Adipati tak sabar.

"Kau betul2 egois Dimas. Sak penak udelmu ngongkon-ngongkon wong tuwo koyok Benowo.(menyuruh.red)
"Nek bukan dirimu yang duduk di hadapanku, wis awit mau tak seblat mencelat rohmu soko ragamu...alias modar..."
terdengar pelan suara Benowo sambil mukanya yang keriput tertutup rambut itu tampak kelam membesi.

Suryo Adipati yang memberanikan diri menengadahkan kepala menatap wajah Ki Benowo sontak terperanjat melihat muka Benowo yang terlihat angker.

"Perlu kau ketahui bahwa ayah dan kakekmupun sudah tahu soal ini. Namun mereka gagal mendapatkannya".
"Satu yang harus pahami bahwa Dewi Sekar Mirah adalah sosok perempuan ningrat yang memiliki aura agung yang tidak dimiliki wanita kebanyakan.
"Konon dia memiliki aura istimewa berupa pesona kecantikan yang mampu memikat dan menundukkan pria hanya dengan tatapan mata.
"Dia tidak menggunakan susuk, jimat atau sejenisnya karena dia memang dilahirkan sebagai sosok Nariswari seperti halnya Ken Dedes…"
kata Ki Benowo sambil sekilas sudut matanya melirik ke arah Noor Anggraeni yang langsung terkesiap takkala berpadu pandang dengannya.

Noor merasakan mukanya memerah dadu ketika ia merasa disindir oleh perkataan lelaki tua itu.

"Ciri lainnya adalah dia memiliki pertanda murub rahasyanipun. (menyala rahasianya.red). Kau harus menemukan perempuan dengan ciri-ciri seperti itu. Sedang mengenai apa, siapa dan bagaimana kau mendapatkannya itu adalah urusanmu.." tambah lelaki tua itu kembali.

Lama Adipati terdiam.

"Berapa waktuku yang tersisa kakang sebelum petaka itu tiba..?" tanya Adipati cemas.

Ki Benowo hanya menghela nafas.
"aku bukan tukang ramal. Aku hanya berfirasat waktumu kurang dari dua purnama lagi.."

"Tak bisakah kau memberitahu adikmu ini mengenai perempuan titisan Sekar Mirah itu kakang…! tanya Adipati lagi.
"Tolonglah aku kakang...tolonglah, kalu perlu apapun yang kakang minta akan kuberikan asalkan itu bisa membantuku terlepas dari kutukan jahanam ini…".

Ki Benowo memandang lekat ke arah sepasang Adipati yang kembali tertegun seolah ketakutan dipandang seram seperti itu.

"Sosok titisan Dewi Sekar Mirah tak berada jauh dari sini.
"Dia ada di Banyumili karena dia terikat erat dengan keberadaan Keraton Karang Taruna dan pusaka Cupu Manikmaya."
"Hanya itu petunjuk yang bisa kuberikan.."
"Saiki ndang gelis awakmu kabeh minggat soko ngarepku....!" kata Ki Benowo dengan angkernya. (Cepat kalian pergi dari hadapanku.red).

"Baik kakang. Terima kasih kakang Benowo..aku pamit.." kata Adipati lantas menjura kepada Ki Benowo.

"Eiit...tunggu dulu Dimas. Mengko dhisik Dimas Adipati sing bagus dhewe...hehehe.
"Opo kowe lali, aku yo wis pesen marang awakmu. Kalu kamu datang kemari bawalah oleh2 dari kota kepada orang tua bangkotan ini.
'Masakah kau tega minggat begitu saja tanpa meninggalkan apa-apa.
"Apalagi tadi sudah kuberitahu semua menyangkut hidup matimu...tegel tenan kowe..heh..!?
kata Ki Benowo sambil bersedekap.

Adipati selintas memberanikan diri menatap wajah lelaki tua ini.
Sungguh raut mukanya yang awut-awutan dan datar itu sulit diterka apakah permintaan tersebut sungguhan atau hanya main-main.
Ia yang menganggap dirinya orang paling dekat dengan lelaki tua itu saja tak bisa memahami jalan pikirannya apalagi orang lain.
Salah sedikit saja bisa-bisa nyawa melayang.

"Maaf, kakang Benowo...
"bukankah kau tadi bilang bahwa kau tak mau apa-apa…" kata Adipati setengah bertanya.

"Semprul..! kakeane..! cangkemmu bosok..!! rai-mu nggilani..! pelimu mambu…!!! Sopo sing ngomong ngono heh…!!??..kupingmu wis budeg po...!!!!..hehehe….."
kembali Ki Benowo berkata seenaknya sambil terkekeh-kekeh.

Mendengar itu semua membuat muka Adipati kembali memerah padam namun hanya diam.
Ia sadar dipermainkan tapi tak bisa berbuat apa-apa terhadap lelaki tua ini selain hanya menelan mentah-mentah caci maki yang terarah kepadanya. Kasihan sekali.

Apalagi Noor cs hanya terdiam menunduk menyaksikan dan mendengar Sang Bupati Banyumili diperlakukan bak keset sepatu.

"Aku ndak butuh bandhamu...aku rak butuh. Aku ora butuh mobil, ora butuh omah mewah, ora butuh duit ..aku butuhe mong siji…" kata Ki Benowo seolah menggantung ucapannya.

Adipati menunggu dengan was2 dan cemas.
("Jangan2 tua bangka ini meminta hal yang aneh-aneh…"batin Adipati).

"Aku cuma pengin macul karo nandur Adipatiiii...hehehe…"
katanya kemudian sambil tergelak.
"Aku mong njaluk karo kowe sawah utowo tegalan. Masalahe aku butuhe saiki..piye jal...!!
kata Ki Benowo pelan namun seolah menusuk jantung Adipati.

Adipati yang terkesiap lalu terdiam sesaat kemudian senyuman getir dan ragu tersungging di bibirnya.
"Kakang , bukankah di samping kanan kiri gubugmu tersedia tanah lapang begitu luasnya. Kau boleh melakukan apa saja..kau.."

"Songooonggg..!!!!....guoblook..!!!
Utekmu cupet…!!!..matamu picek…!!!!..
lha nek pacule iki kepriye arepku macul...Heh!!!
Sur..surrr…!!!..mripat nek dideleh ning silit yo koyok ngono dadine…
!!..
berkata demikian Ki Benowo lalu spontan menarik kain celana panjang lusuhnya.

"Sreet... sreeettt…!!!

"Aaakhhhh….!

Jerit tertahan keluar seketika dari mulut kedua perempuan yang ada di ruangan itu. Noor Anggraeni dan perempuan muda berseragam PNS itu sedangkan mata Adipati dan Dalu mendelik dengan mulut terperangah.

Kedua pria itu tak mempercayai penglihatannya. Noor dan si perempuan itu tampak menutup muka dengan kedua tangannya.

Saat ini terlihatlah sosok tua Ki Benowo dalam posisi duduk mengangkang.
Tidak ada yang berubah dari dirinya kecuali satu..bagian selangkangannya!
Selangkangannya yang tidak tertutup sehelai kain itu memperlihatkan perut dan pinggang sosok tua dengan kulit kering keriput.
Sungguh pemandangan yang tak sedap dilihat.

Namun ada sesuatu yang membuat sepasang mata Adipati dan Dalu tak berkesip memandangnya.

Sebuah benda besar hitam tampak menggantung di tengah selangkangan lelaki tua itu.
Benda itu perlahan seperti nge-per mengangguk. Lalu naik sedikit demi sedikit kemudian menjulang tinggi hampir sama rata dengan perutnya yang keriput.
Sebuah pemandangan yang mengejutkan semua yang hadir termasuk Adipati.

"Ituu…"lirih Adipati menatap seolah tak percaya penglihatannya.

Ki Benowo, lelaki tua yang laiknya sudah berusia 70 tahunan ternyata memiliki pusaka yang sungguh luar biasa.
Dokter spesialis kelamin lulusan terbaik Harvard sekalipun akan dibuat takjub dan bisa jadi akan membuat jurnal penelitian ilmiah tentang ini.

Kontol lelaki tua ini mengacung tegak ngaceng besar panjang dan kekar berurat. Bentuk dan ukurannya dahsyat. Kurang lebih sama besar dengan milik Nyoto.
Sangat kontras dengan sosok si kakek yang rada pendek dan kurus keriput.

Sungguh di luar akal sehat. Menakjubkan.

Adipati menghela nafas. Ia paham maksud lelaki tua ini.
*Aku mudeng karepmu kakang. Kalu begitu nanti kukirimkan orang membawakan perempuan pilihan untukmu.."kata Adipati.

"Hehehe…..kowe jan budeg tenan. Aku njaluk saiki kok malah sesuk-sesuk…"kekeh Benowo.
(Kamu memang tuli. Aku minta sekarang kok malah besok.red).

Raut muka Adipati seketika mengkerut mendengarnya. Sepertinya lelaki tua ini tidak bisa diajak kompromi.
Ia sedikit berpikir keras beberapa saat.
Lalu tiba-tiba Ki Benowo menyahut lagi.
"Gitu aja kok repot. Ndak usah dipikir njlimet. Bukankah ada 2 perempuan bersamamu.
"Aku njaluk salah siji ae kanggo ngancani aku ning kene barang sehari dua hari...piye heh..?!" tanya Ki Benowo mendesak.
(Aku minta salah satu buat nemenin.red)

Adipati terhenyak mendengar permintaannya.
"Kakang, kalu Noor..akuuu…"ucapan Adipati seketika terputus manakala melihat Benowo menggelengkan kepala.

"Wong wedok Lont* seperti dia aku ora doyan. Biso-biso manukku malah keno "sipilis".
"Aku njaluk sing sebelahe wae sing ayu, manis, semok lan denok deblong kuwi..!
"piye cah ayu…gelem tho ngancani aku...hehehe!!!
tawa Ki Benowo membahana seraya pandang matanya mengarah ke perempuan muda sebelah Noor yang berpakaian PNS.

Sementara muka Noor Anggraeni seketika memerah mendengar perkataan pria tua itu. Seperti halnya Adipati, ia hanya diam saja.
Namun beda dengan respon si perempuan muda berseragam PNS itu yang sontak pucat pasi.
Sebentar ia memandang ke arah Adipati lalu kepada Noor Anggraeni. Keduanya terlihat terdiam sambil balik memandang ke arahnya dengan pandangan penuh arti.
Adipati menghela nafas kembali.

"Apa boleh buat Rum, kau tinggal disini menemani kakang Benowo. Besok lusa aku suruh Dalu atau siapa nanti untuk menjemputmu…"kata Adipati lagi.

Rum terperanjat mendengarnya. Wajahnya semakin pucat lalu sebentar ia melirik ke arah selangkangan pria tua yang tampak jorok itu.
Batang penisnya yang besar , panjang nampak kaku berurat dengan kantong pelirnya menggantung besar pertanda reservoar air maninya telah melebihi ambang batas.

"Tidaaakk…!!!...
mendadak Rum menjerit lalu seketika bangun dari duduknya lalu berusaha berlari ke arah pintu keluar.
Namun hanya tinggal selangkah lagi kakinya menapak pintu keluar...mendadak tubuhnya seolah terpantek. Menegang kaku dan tak bisa digerakkan.

"Mau kemana cah ayu..? hehehe...
"mau tak kasih sing enak kok malah mlayu.."kekeh Ki Benowo.
"Nek sing jenenge Ki Benowo wis duwe karep...tidak ada yang bisa menolak..hehehe…" kata pria tua itu lagi seraya tangannya mengayun.
(Kalu yang namanya Ki Benowo sudah punya keinginan.red).

"Kemari cah manis…!
"Ora usah wedi...ndak perlu takut...aku ora bakal nyokot gulumu koyok drakula.
"Aku mung arep nyokot pentilmu wae......hehehe...." suara tawa seraknya kembali terdengar bak suara setan dari belantara.

Noor sebagaimana seorang perempuan dapat merasa apa yang akan dialami oleh perempuan bernama Rum ini.
Tak ayal membayangkannya membuat jantungnya berdegup kencang dan bagian alat kelaminnya mendadak...basah.

Bersamaan ayunan tangan Benowo, tubuh perempuan muda berseragam PNS itu sontak seperti tertarik oleh suatu yang tak kelihatan.
Mundur teratur setapak demi setapak alias berjalan mundur membelakangi masuk ke dalam ruangan tadi!

"Tidaaak...aku tidak mauu…!!
"Pak Adipati….tolonggg paaakk..!!
terdengar jeritnya mulai terdengar pilu.

Adipati hanya menatap nanar tak bergerak. Dalu dan Noor apalagi.
Mereka bertiga seolah terpaku sambil menanti kira2 pertunjukan apa yang akan mereka saksikan.

Sebentar kemudian si perempuan begitu sampai di depan Benowo....tubuh si perempuan itu seketika berputar balik langsung berhadapan dengan pria tua yang bertelanjang dari pinggang ke mata kaki dengan jarak hanya selangkah.

Ia berusaha memejamkan mata tak ingin melihat pemandangan porno di depannya ini.
Tapi anehnya…sepasang matanya tak bisa ia pejamkan. Ia seperti dipaksa oleh satu kekuatan misterius di luar kehendaknya untuk terus menatap penis si kakek tua yang kini terlihat begitu keras dan tegak berwarna merah gelap tanda aliran darahnya telah memenuhi sekujur urat syaraf di batang kejantanannya.

"Siapa namamu nduk…? tanya kakek itu sambil menatap tajam ke arahnya.
Si perempuan berusaha untuk mengatupkan mulutnya. Tak ingin menjawab pertanyaan itu.

Namun tanpa ia bisa kendalikan, bibirnya lirih mengucap sebuah nama.

"Rumiyati…"
jawabnya sambil merasakan sekujur tubuhnya terasa kaku dan tidak bisa digerakkan.

"Apa pekerjaanmu sehari-hari Rum…?

"Saya...sebagai...staf sekretariat…Bupati Suryo Adipati…"katanya sambil terbata.

"Ooo... pantesan.
"Selerane Adipati jebule podo karo aku senenge karo wong wadon sing dedege sedheng nenggih waringin sungsang.
"Gede duwur koyok Dewi Arimbi bojone Werkudara namung montok tur bahenol. Jan mantep tenan.
Marai kontol ngilu tambah sangsoyo ngaceng….
hehehe. Mantep...mantep...hehehe," kata kakek Benowo lagi dengan lagak santai.

Kali ini ia menyandarkan punggungnya sambil tetap mengangkang.

"Rumiyati..***miyati...."
desah Ki Benowo perlahan sambil mengusap dagunya yang berjenggot lebat mbrangas.
Senyuman tipis penuh arti tersungging di bibirnya yang tertutup kumis begitu lebat dan penuh tak terawat.
Matanya yang sayu dan cekung menatap sekujur tubuh Rumiyati yang berdiri kaku laksana patung dengan kedua tangannya menjuntai begitu saja di kanan kiri sisinya

Rumi diam berdiri terpaku hanya wajahnya yang terlihat pucat dan matanya tampak ketakutan. Sedangkan bibirnya yang tipis dan merah basah sedikit membuka tapi tidak ada suara apapun yang keluar dari bibirnya.

Ki Benowo menatap kembali sejenak wanita berusia sekitar 28 tahun ini. Dengan tubuh terhitung tinggi dan besar berisi sekitar 167 cm dan berat 60 kg. Berkulit kuning langsat dengan body montok dan padat berisi.
Rambut lurus panjang sepunggung. Lehernya jenjang dan mulus.
Wajah bulat cukup manis dengan tatapan yang sayu menggoda.



Rumiyati

Rumiyati, meski memiliki tubuh tinggi gemuk semlohai namun tetap terlihat seksi dengan pinggangnya yang cukup ramping.
Buah dadanya membusung dan menonjol menyembunyikan payudaranya yang besar.

"Susumu nyengkir gading...bunder gedi tur lancip.
"Kempolmu ngembang pudhak...dowo, padet tur berisi.
"Bangkekanmu nawon kemit....(
"Bokongmu manjang ilang, pinggulmu ombo, bokongmu gedi tur bunder.
"Jan marai kontolku ngacenge pool..hehehe!
......
"Aku malah jadi tambah penasaran. "Aku pengin tahu ada apa di balik baju seragammu itu...hehehe.."
"Rumiyati...cah ayu...
"Aku pengin liat dirimu wudo mblejit.
"Lepaskan
bajumu nduk…"
(telanjang bulat.red)

Rumiyati yang tengah berdiri kaku sontak kedua tangannya bergerak perlahan namun pasti membuka kancing kemeja seragam coklat PNSnya !
Sungguh tak bisa dinalar.

Rumiyati melepas kancing atasan seragamnya dengan "sukarela" tanpa bisa ia menolak meski otaknya memerintahkan tidak!
Tak ada suara keluar dari bibirnya yang setengah terbuka.

Satu demi satu kancing baju atasan Rumi terlepas.
Mulai dari atas menampakkan dadanya yang putih mulus lalu turun ke belahan payudaranya yang mengapit gunung kembarnya yang besar dan mengkal. Bra-nya yang berwarna merah berenda terlihat malu-malu menyembul menyangga susunya yang montok.

Kancing demi kancing akhirnya terlepas seluruhnya hingga memperlihatkan kubang pusarnya yang imut.

"Lepaskan...saja Rum.
"Lepaskan semua Rum.
"Rak usah isin-isin. Ndak usah malu-malu...hehehe" kata Ki Benowo lagi.

Rumiyati yang tak bisa bersuara sulit menyembunyikan ekspresi wajahnya yang panik.
Manakala sepasang jemari tangannya yang putih lembut kembali bergerak. Kali ini mempereteli baju seragamnya sendiri yang sudah tidak berkancing.

Mulai dari pundaknya yang mulus indah terus turun sampai dengan pergelangan tangan untuk kemudian teronggok begitu saja di bawah telapak kakinya yang bersepatu hak setinggi 5 cm.
Sungguh sebuah awal pertunjukan yang mendebarkan hati.
Namun ini barulah awal dari rangkaian pertunjukan yang pastinya akan sangat menarik untuk ditunggu.

Terlihatlah Rumiyati berdiri sekitar dua langkah didepan Ki Benowo. Sementara Adipati cs hanya mampu melihat dan menantikan apa yang akan terjadi berikutnya.
Selintas lalu Noor saling berpandangan mata dengan Adipati tanpa berucap sepatah katapun.

Rumiyati berdiri dengan hanya mengenakan bra warna merah menyala membungkus sepasang bongkah buah dadanya yang terlihat besar dan penuh.

"Wahh….jan PNS jaman saiki jebulane yo pancen seksi - seksi...hehehe…"
Selang beberapa saat.
"Lho...kok mandeg Rum..? Buka sekalian tho bh-ne.. (berhenti.red)
...ben aku iso weruh pentilmu karo susumu sing montok tur mantep kuwi…hehehe.....
'Ayoh...cepet...hehehe,"
suara gelak Ki Benowo yang langsung "dipatuhi" Rumiyati dengan melepas pengait bra-nya dan…

Sreg...tuing…!

Suara bra seksi warna merah Rumiyati terdengar jatuh tergolek begitu saja di lantai disusul menyembulnya sepasang buah dada Rumiyati ke arah Ki Benowo dan disaksikan pula oleh adipati dan yang lainnya.
"Hahaha...bener tebakanku. Susumu jan guede dan mengkel koyok Kates California.
"Pentilmu item gede....Ckckck...
"Pengin tak emut pentilmu kuwi... hehehe....
Tapi mengko wae….
saiki giliran ngisoranmu sing belum..".
"Cah Denok...
"copoten rokmu...karo cawetmu skalian...hehehe. I
Itu kalu kamu pake cawet lho ya...!?…ayoo...cah ayu.. hehehe…"

Seperti dihipnotis, kembali Rumiyati menggerakkan jemari tangannya ke pinggang.
Membuka belt roknya lalu melorotkan kain roknya begitu saja hingga semata kaki. Celana dalam model Thong yang berbahan satin merah menyala tampak menjepit ketat gundukan vaginanya yang membukit di pangkal pahanya.



Celana Dalam model Thong Rumiyati

Suryo Adipati yang sehari2 bergaul dengan Rumiyati juga tak menyangka asistennya yang sehari2 terlihat kalem keibuan ternyata dibaliknya berpenampilan bak artis panas.
Iapun sempat menelan ludah. Tak urung pula batang kemaluannya mulai menggeliat dan mengeras.

Sekarang Rumiyati dalam posisi berdiri tegak dan hanya mengenakan celana dalam saja.
Ki Benowo tergelak begitu melihat Rumiyati. Matanya yang cekung terlihat membesar menatap Rumiyati.
"Hehehe….jan bokongmu pancen semok, gede, njentit lan mateng empuk...hehehe…
"tempikmu mumbul berarti bolongan tempikmu sing kanggo kenthu mestine jeru,...asiiikkk.
"Ketoke pas bangeeet mengko dileboni kontolku.
"Rasane pasti mak nyusss….hehehe",
"Tapi nanti dulu cah ayu. Aku ora gelem kesusu.
Aku mau menikmati permainan pemanasan dulu...hehehe…".
(Tempikmu menyembul berarti liang tempikmu harusnya dalam.red)

Ki Benowo tampak memandang lekat dalam jarak sekitar 2 langkah saja masih dalam pose mengangkang. Batang penisnya yang besar kekar sepanjang 18 cm tampak tegak ngaceng.
Sekali-kali batang berurat itu mendongak-dongak.
Sepertinya si penis seolah tengah bergembira ria karena akan segera bertemu kekasihnya.

Jari jemari Ki Benowo yang bertengger di sandaran kursi kemudian seperti bergerak-gerak dengan gerakan-gerakan ritmik kemudian digoyangkan sedikit demi sedikit lalu...
...makin lama sedikit dipercepat.

Ajaibnya, gerakan jari pria tua ini ternyata membawa pengaruh yang sungguh luar biasa terutama bagi Rumiyati.
Seiring gerakan rancak jari jemari pria tua ini, tubuh montok bahenol Rumiyati yang nyaris telanjang bulat dan hanya ditutupi celana dalam minim warna merah bergerak berirama ke kiri ke kanan layaknya Boneka Marionette.

Rambutnya yang panjang lebat tergerai sepunggung ikut berayun.
Sementara pinggul dan pantatnya bergoyang ke kiri ke kanan sambil kedua tangannya melambai melenggang kangkung lagi2 hanya berhelaikan cawet minim menutupi kemaluannya serta sepatu hak setinggi 5 cm.
Sungguh pemandangan yang menggetarkan dan tak masuk di akal.





Marionette.

Makin lama gerakan melenggang Rumiyati berubah semakin rancak dan dinamis.
Sampai kemudian seiring gerakan jemari Ki Benowo, Gerakan Rumiyati semakin "menggila". Menari bergoyang bergerak cepat laiknya penari jaipong profesional!

Sungguh indah menggairahkan dan sangat merangsang namun di sisi lain juga mendirikan bulu roma seperti ada hawa mistis dan gaib yang mengelilinginya.

Tubuh bahenolnya yang telanjang dan hanya ditutupi sehelai cawet segitiga minim menutupi liang senggamanya kian bergerak cepat berputar ke kanan kekiri kemudian meliuk-liuk indah.
Sepasang susu indahnya yang sebesar pepaya terlontar ke sana ke mari seperti gangsing.

Sementara itu di bagian bawah satu tontonan atraksi yang begitu menggetarkan khalayak terpampang begitu jelas dan nyata.
Pinggul bulat nan indah serta sepasang bongkah pantat besar nan montok Rumiyati yang memang aduhai bergerak begitu dahsyat.

Sampai kemudian pantatnya bergerak seirama dan bertenaga melakukan gerakan goyang ngebor layaknya Inul Daratista!
Setelah beberapa lama berganti kemudian menjadi goyang ngecor laiknya Uut Permatasari.
Selang sekian menit kemudian berganti menjadi goyang patah-patah ala Anissa Bahar disambung joget ala Dewi Persik dengan goyang gergajinya yang dahsyat.
Hampir berbagai macam gaya dilakukan semua oleh Rumiyati. Goyang itik-nya Zaskia Gotik sampai goyang oplosan ala Ines YKS yang begitu menggoda.

Semua dilakukan Rumiyati dengan begitu fasih dan sempurna. Begitu memukau tak kalah dengan aslinya.
Lagi2 hanya mengenakan cawet celana dalam plus sepatu hak-nya.
Padahal sebelumnya tak sekalipun Rumiyati pernah apalagi mampu melakukannya.

Sementara itu raut muka Rumiyati sangat bertolak belakang dengan keadaannya saat itu.

Muka memucat dan memelas dengan mata membelalak-belalak sesekali terpejam-pejam tanpa mampu bersuara!
Entah apa yang sebenarnya dirasakan Rumiyati saat itu. Hanya dia yang tahu.

Sungguh pertunjukkan "aneh bin ajaib" yang membuat Adipati dan Noor terhenyak dan terpukau tak mampu berkata-kata.
Lalu bagaimana dengan Dalu. Pria awam yang sehari-hari sebagai sopir pribadi Adipati ini seperti terlupakan.
Ternyata dia ada tepat di sisi samping Adipati agak ke belakang dalam keadaan...mengocok kontolnya.
Sosok jangkungnya yang berkulit hitam gelap dan ceking ini tergolek dengan sepasang kaki mengangkang. Sementara batang penisnya yang kaku dan cukup panjang menyembul dari resleting celananya yang dibiarkan terbuka.
Pandang matanya begitu nanar menatap ke depan. Tak berkedip menonton atraksi gratis sajian striptis live yang begitu mendebarkan dan sangat langka ini.
Dengus nafasnya tampak memburu seiring kocokan batang penisnya semakin cepat bersamaan tarian erotis Rumiyati.

"Hehehe...hahahaha...manteeep tenan..!!!
Kowe jan pinter joget Rum..***m. Hayoo goyang teruss...ngebooor teruss...ngecoor terusss...nggeraji teruusss….ngoplos teruusss...hahaha…"gelak tawa serak Ki Benowo terdengar keras seolah tanpa henti seiring aksi Rumiyati.

Sekarang jemarinya yang sebelah kiri mulai mengelus lalu mengocok batang kontolnya yang mengacung kaku.
Sedangkan jemari tangan kanannya yang bersandar masih saja beraksi bak seorang magician.

Tak terasa hampir satu jam berlalu. Rumiyati masih saja beraksi menari dengan berbagai gaya dan macam sesuai keinginan sang sutradara yaitu Ki Benowo.
Rumiyati terus "digojlog" dengan berbagai gaya termasuk jogetan impor Gangnam style ala Psy yang fenomenal.



Goyang Gangnam style "Psy"

Peluh bercucuran di sekujur tubuh telanjangnya hingga celana dalamnya basah kuyup.
Tetes keringat menetes kian membasahi lantai yang berubin sederhana itu. Sampai akhirnya…

"Bruuuk…..

Rumiyati jatuh terduduk kelelahan setelah berjoget keras tanpa henti.
"...Walah...hurung bar kok wis leren Rum. Ayooo...meneh.." kata Ki Benowo.
(Walah, belum selesai kok berhenti. Ayo lagi.red)

Namun Rumiyati masih terduduk lemas dengan rambut panjangnya menutupi wajahnya.
Tubuhnya yang telanjang tampak dibanjiri peluh membuat kulitnya basah mengkilap terkena sinar lampu minyak yang cukup temaram.

Melihat hal demikian membuat Ki Benowo tak tinggal diam.
"Wah...harus di doping ini…"kata si kakek Benowo lalu jemarinya seperti mengambil sesuatu dari saku bajunya dan dilemparnya ke arah Rumiyati.
Sreet..!
Huup..yaa..!
Bersamaan wajah Rumiyati menengadah lalu seolah dengan sendirinya mulutnya membuka lebar.
Sebuah benda kecil sebesar tablet obat berwarna hitam melayang dan langsung tertelan Rumiyati.

Tak butuh waktu lama tubuh Rumi yang terduduk perlahan bangun kembali lalu berjalan ke arah Benowo lalu berdiri diam terpaku dengan jarak hanya selangkah...! di hadapan Kakek ajaib ini
Kaki jenjangnya yang telanjang dan mulus padat melebar mengangkang. Sementara kedua tangannya masih berjuntai di samping.
"Sekarang saatnya Rum... hehehe.."

Rumiyati yang sudah dalam posisi tegak berdiri dan kaki melebar seketika "on fire" kembali.

Wajah cantiknya yang semula terlihat dan basah berkeringat sontak segar kembali. Matanya yang semula sayu seolah bersinar lagi.
Meski sorot matanya yang seolah dipaksa menatap lelaki tua itu tidak mampu menyembunyikan kegelisahan yang dipendamnya.
Hanya sesaat jari jemari nan kurus kering dan bertabur bintang...(eh..sori🤭🙏.red) bertabur cincin akik aneka rupa itu bergerak !

Rumiyati yang semula diam sontak bergerak kembali.
Bahu indahnya bergerak bersamaan dengan tangan kanan mengayun ke arah dada sedangkan tangan kirinya terayun ke pangkal pahanya.
Sekejap kemudian seiring dengan tangan kanan dan kirinya bergerak ritmik tiba2 wajah Rumiyati mendongak dengan sepasang matanya yang lentik membelalak-belalak. Mulutnya menganga tapi tak ada suara sama sekali!
Adakah yang terjadi..?!

Suryo Adipati dan Noor Anggraeni sontak terkejut antara heran, takjub dan terangsang manakala pemandangan baru tersaji di muka mereka.

Rumiyati tampak masih berdiri mengangkang namun sambil jemari kanannya meremas-remas buah dadanya sedang jemari kirinya menggesek dan menggaruk-garuk vaginanya masuk dari balik cawet celana dalamnya !!
"Hehehehe….
"ennaak Rum..enak..? Enak ora…heh..!!??..Hehehehe..
"aku ndak denger Rum...aku ora krungu swara merdumuuu...!!..hehehe..."
"Yo wis nek ngono...tak gede-kan suaramu.
Aku ora marem nek kowe mbisu wae. Tak gede-kan yo..! ben kontolku tambah ngaceng krungu swaramu ….hahahaha…"
seiring tawanya si kakek Benowo menggerakkan jari telunjuk dan jempolnya dengan memutar perlahan seperti tengah membesarkan volume radio.
Dan efeknya….?

"Aaakhhh….aaakkkhh...tiddaakk...oooohh…. ammpuunnn...Kiii...ooohh…. ammpunnn...inii..ennaakkk...bangeeet....nikmaaattt....Ooouughhhhh...

Terdengarlah erang dan rintih keluar dari bibir merah merekah Rumiyati dibarengi derai kekeh Ki Benowo.
"hehehee...merdu tenan swaramu Rum...."

Rumiyati terus tanpa henti meremas-remas susunya yang besar lalu memijit pentilnya yang telah mengeras. Sementara tangan kirinya terus mengobel dan menggese-gesekl memek dan itilnya.
Wajah ayunya menengadah dengan mata terpejam menahan nikmat luar biasa yang bersumber dari sepasang payudara dan liang kewanitaannya.

Sungguh pertunjukkan yang mendebarkan jantung.

Tak lama kemudian terlihat Ki Benowo melambaikan kedua tangannya ke muka lalu menarik berlawanan arah seperti menarik tali.

Breeet…!!
Cawet celana dalam merah Rumiyati sebagai penutup terakhir tubuhnya seketika sobek dan tanggal dari selangkangannya menyisakan tubuh indah dan bahenol Rumiyati nan putih mulus tanpa sehelai benangpun!

Rumiyati menggeletar dan menggeliat seiring remasan dan kobelan tangannya sendiri di kedua organ intimnya itu.
Lendir kawinnya merembes tak tertahankan keluar dari lubang senggamanya yang berjembut sampai meleleh di kedua paha putihnya yang padat.
Ia terus mengerang dan merintih manakala gerakannya tangannya semakin cepat… semakin keras meremas susunya dan mengocok memeknya.

"Aaaahh….aaahhh...akkuu...tak tahaaan...akhh..kku...mau keluaarr....aaahhh...aahh….akkuu...ndak tahann laggiii...ooooggghhhh…"

"Hehehe...kowe arep metuu Rum...hehehe..
"keluarkan saja Rum!
"Ojo mbok tahan...keluaarrkan saja cah ayuu..heheheh…"

Dan bersamaan dengan tusukan kedua jari tengah Rumiyati menusuk dalam dan amblas ke dalam kuntum liang kawinnya yang cantik merekah basah....lalu

"AKKUU....KELLUAAARR..!!
"Aaaakkkhhh…!!!"
CREET…CRECEETT..CRET..!!

"AKKUUHH...MMETTUUU…!!!!!!
'Ooouughhh....!"
CREEET...CRET…CRECEET...!!


Selarik cairan bening menyemprot deras keluar dari lubang kencing Rumiyati. Berkali-kali.
Beriringan dengan tubuh telanjang Rumiyati mengejang-ngejang saat puncak orgasmenya diraihnya dengan sempurna.
Bokongnya yang bulat padat dan pinggulnya yang besar mengejat-ngejat ke ke depan dengan tumit sepatunya terangkat-angkat ke atas saat proses pengeluaran air maninya berlangsung begitu nikmatnya dan memabukkan.

"Ooohhh….hhhaaaahhh….ssshhh.."
erang lirih terdengar dari bibir merah Rumiyati sesaat setelah fase klimaksnya yang dahsyat terlewati.

Sementara itu Adipati yang sejak tadi sudah terangsang terlihat tidak bergeming.
Ia melirik ke arah Noor. Perempuan muda itu tampak terduduk lemah dengan mata terpejam. Sementara jari-jarinya tampak meremas susunya sendiri yang menonjol menantang dari balik kaos ketatnya.
(Hmmmm…??)

"Noor-pun bahkan mulai terpengaruh dengan Aji Jaran Ngeblek yang dikerahkan oleh kakang Benowo. "Sungguh ilmu pengasihan yang menakutkan...tapi ini belum puncaknya.
"Seumur-umur baru kali ini aku melihat langsung. Apa aku bisa mencapai tahapan seperti yang dicapai kakang Benowo...ckckck..luar biasa..."
batin Adipati sambil menggelengkan kepala.

Sekejap kemudian Adipati langsung mengerahkan tenaga dalamnya kala melihat sosok tua Benowo perlahan bangun dari duduknya lalu melepas bajunya yang tersisa.
Benowopun sekarang sudah dalam keadaan telanjang bulat sama halnya dengan Rumiyati.
Kini mereka berdua sudah berdiri saling berhadapan dengan jarak hanya selangkah dalam keadaan telanjang bulat
Tubuh Rumiyati yang cukup tinggi ditambah sepatu hak-nya membuat Ki Benowo terlihat pendek yaitu hanya setinggi dagu.
Sungguh kontras dengan tubuhnya yang rada pendek, bagian selangkangannya berbanding terbalik dengan sosoknya.
Batang penisnya mengacung tegak, besar dan panjang melebihi pusarnya.

"Hehehe..***m...
"Sekarang kita sudah sampai di puncak permainan.
'Aku pengin merasakan bagaimana nikmatnya jepitan tempikmu yang dalam itu.
Bersiaplah cah ayu…..percayalah ini akan jauh lebih nikmaaat dari sebelumnya...hehehe…"

Sesaat mata Benowo terpejam lalu detik berikutnya membuka kembali namun kali ini berwarna putih seluruhnya dan seperti berkilat..!
"Hmm...ternyata awakmu wis ora perawan, cah ayu. Doyan kenthu juga kamu Rum. Tapi itu bukan masalah. Gampang buat Benowo membuatmu perawan lagi.
"Tempikmu bakalan kembali keset, peret dan rapet koyok cah perawan SMA...hehehe.."

"Ssshhh...haaahh…"desis halus keluar dari bibir Rumiyati.
"Aaakkh…!!!
tiba2 erangan keluar dari bibir Rum seiring kedua tangannya terpentang ke samping tubuhnya.
Bersamaan kedua paha dan kaki Rumiyati yang semula membuka lebar sontak merapat dan menempel satu sama lain. Kepalanya mendongak ke atas.

Sekian detik kemudian kedua pahanya yang sudah menempel seolah bergerak halus saling menggesek satu sama lain, bergerak saling berlawanan naik turun diiringi goyangan pinggul dan pantatnya yang mengayun lembut bagai penari keraton.
Begitu erotis..!
Lalu kemudian terjadi sesuatu yang begitu mengejutkan bagi siapapun yang melihatnya.
Seiring gerakan gemulai nan erotis itu terjadi sesuatu yang luar biasa di pangkal paha Rumiyati.

Bibir vagina Rumiyati yang memang sudah terlihat menggelambir mendadak menciut!
Liang senggamanya yang semula terlihat lebar berongga mendadak menyempit!
Lalu jembutnya yang membelukar tiba-tiba rontok dengan sendirinya memperlihatkan bukit venusnya yang menonjol.

Sungguh sebuah keajaiban telah terjadi.

Kini terlihatlah sebuah penampakan area genital seorang wanita dewasa yang dari semula lebar menggelambir kecoklatan dan terlihat berongga dihiasi bulu kemaluan yang cukup lebat berubah seketika.
Yang nampak sekarang adalah area kemaluan sesosok wanita dewasa namun memiliki area genital bak seorang gadis remaja nan perawan.
Terlihat begitu rapat tanpa celah, sempit hanya berupa garis saja, berwarna merah muda dan bersih dengan hanya ditumbuhi jembut rapi nan halus.

Adipati tak mempercayai pandang matanya melihat semuanya ini.
Sejenak ia mengucek ngucek matanya.
"Astaga...benarkah yang kulihat ini. Memek Rum berubah seketika.
"Kalu kakang Benowo mau...ia bisa kaya raya hanya dengan mengandalkan ajian ini…"batin Adipati sambil terus mengamati apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Hehehe….sudah selesai Rum.
"Saiki sudah waktunya Rumiyati.
"Aku pengin ngentot tempikmuuu…Gaaagghh...!!"
seiring erangan pria tua itu tubuh Rumiyati kembali menegang kaku.
Kedua tangannya masih terpentang dengan kedua paha kembali mengangkang!
Lalu anomali pun kembali terjadi…!

Belahan vagina Rumiyati yang sudah terlihat rapat sedikit demi sedikit tampak seperti tersibak...membuka perlahan hingga menampakkan isi dalam liang kewanitaannya.
Tampak berongga dan sempit berwarna merah jambu, berulir-ulir basah dan mengedut-ngedut…
Sementara disisi lain erangan dan rintihan Rumiyati sontak terdengar begitu indah di telinga.

"Aaahhh...bessaarr...aaahhh...keraass...aaahhhh...
panjaaang...penuuuhh sekaliih...aaakkhh... ammpuunnn….nikmaaat...nikmaaatnya...aaaahhh…"


Kedua mata Rumiyati membelalak-belalak...takkala ia rasakan sesuatu yang begitu panjang, keras dan besar berurat perlahan memasuki gerbang pintu surgawinya yang membasah dan hangat.
Benda itu tidak kelihatan tapi terasa sekali menyumpal liang cintanya. Menggese-gesek, masuk menggilas dinding liang nikmat vaginanya yang bak perawan.
Benda yang ia rasakan sama persis dengan batang penis suaminya. Tapi ini jauh lebih besar, lebih panjang , lebih keras dan jauh lebih enak.
Memberikannya rasa nikmat yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

Rumiyati terus mengerang tanpa henti.

Sementara itu Adipati memandang tak berkesip ke arah kemaluan Benowo yang berdiri hanya berjarak selangkah dari selangkangan Rumiyati.

Kontol ngaceng nan kekar itu mengacung-ngacung, mendongak-dongak dengan irama teratur.
Irama yang sama persis dengan gerak peristaltik di dinding liang vagina Rumiyati!!

Ia bisa melihat dengan cukup jelas setiap kali kontol ngaceng itu mendongak bersamaan pula liang vagina Rumiyati berkontraksi menjepit dan meremas.
Begitu seterusnya….!

Suryo Adipati, satu-satunya orang yang bisa melihat semua fenomena ini sontak tersentak hampir terjungkal.
"Jagad dewa Batara!...
"inikah puncak ilmu pengasihan yang didambakan oleh semua lelaki di jagat ini…? katanya lirih sedikit bergetar dengan mata melotot.

Dilihatnya kedua sosok yang bak bumi dan langit itu berdiri berhadapan dengan jarak hanya selangkah.

Sepasang mata Benowo dan Rumiyati terpejam-pejam seolah menikmati betul aktifitas seks gaib yang mereka lakukan.
Kembali setiap kali kontol kekar nan kaku Benowo mengangguk dan mendongak, setiap itu pula dinding rongga kemaluan Rumiyati yang kembali "perawan" dengan keset-nya, dengan rapet-nya...dengan peret-nya dan dengan...begitu legit-nya…
bergerak meremas-remas...
menjepit-jepit...berdenyut-denyut...
...dan mencengkram benda tak kasat mata yang memasuki, menerobos dan menghunjam-hunjam liang nikmatnya.

"Aakhh...kontol..!...

"Ssshh...tempik..!....

"Ooouggh...kontool..!...

"Haaahh...tempiiik…!....

"Aaa...konnn...toool…!!!!...

"Hooohhh...temmm...piiik…!!!!....


Ucapan jorok disertai erangan dan rintihan kenikmatan yang keluar dari bibir merah nan basah Rumiyati saling bersahutan saling menimpali dengan desah nikmat yang keluar dari mulut Benowo.
Setiap kali kontol Benowo mendongak maka pantat bahenol Rumiyatipun seolah terangkat bersamaan tumit kakinya yang berhak tinggi itu ikut jinjit.
Bisa dibayangkan betapa besar, panjang dan kekarnya ukuran batang kontol Benowo di lubang kemaluan Rumiyati!!

Ritual perkawinan sepasang anak manusia yang berlangsung secara gaib itu masih berlangsung terus sampai hampir 3 jam !
Sungguh luar biasa nikmat yang dirasakan oleh Rumiyati dan Ki Benowo.
Tak bisa dibayangkan bagaimana nikmatnya mereka berdua..!

Tubuh Adipati sontak bergetar melihat itu semua. Benteng dirinya yang diselimuti tenaga dalam sulit membendung pengaruh gaibnya.
"Oooghhh…,"
Adipati mengerang pelan lalu cepat memejamkan mata berkonsentrasi mengatur jalan nafas dan mensirkulasikan kembali aliran darahnya yang sempat kacau.
Ia merasakan aliran spermanya mulai bergerak turun menuju batang penisnya meski tanpa ia kontrol.

Sungguh mencengangkan…!

"Haaah...Jaran Ngeblek...betul2 ilmu setan dari neraka…"batinnya kembali sesaat setelah ia berhasil mengendalikan diri.

Dilihatnya Noor masih terpaku tertunduk sambil tangannya gemetar. Bercak kental dan bening tampak membasahi area selangkangannya yang berlegging ketat.
Bagaimana dengan Dalu…???

Sementara itu bagi Rumiyati dan Benowo setelah 3 jam berlalu erangan dan rintihan keduanya makin kencang terdengar.
Hingga akhirnya…

"Kelluaarr..!!!...
.CREET!...AAAKKHH...!!!!.
"Keluaar…lagii..!!! ..
CREET..!..lagiih.. CREET…!!
"keeluar lagii.!! CREET..!!!... lagiihh......Oouughhh..!!!

pekik Rumiyati terdengar pilu saat klimaksnya kembali dicapainya bersamaan air maninya memancar deras dari lubang kencingnya sambil bokong bulatnya mengembang mengempis mengejat-ngejat.

Sementara itu saat air maninya memancar Ki Benowo mendadak jongkok membuka mulutnya lebar-lebar dan...menelan air orgasme Rumiyati masuk ke tenggorokannya mentah2..!!!

Kemudian...
Hanya berselisih beberapa detik setelah klimaks Rumiyati yang disusul tubuhnya ambruk ke lantai, Ki Benowo yang tuntas menelan air mani Rumi langsung berdiri kembali sambil menggeram dahsyat….

"AAARRRGGHH…!!!!
CROT..!!.CROOT..!!.CROCOOOT…!!!
CROOT.!!.. CROOT…!!!


Muncratlah air mani Benowo dari pucuk ujung kontolnya yang membonggol besar.
Keluar deras dari lubang kencingnya bak magma Merapi.
Menyembur, menyemprot berkali-kali seolah tanpa henti.
Pantatnya yang kurus kering mengejat-ngejat seiring keluarnya air nikmat dari kantong pelirnya.
Begitu banyak dan berlimpah lendir spermanya yang putih dan kental itu sampai membasahi sekujur tubuh telanjang Rumiyati yang terkulai lemas di lantai.
Rumiyatipun pingsan tak sadarkan diri.

"Haaahh….nikmaatnyaaa….hehehe…"kekeh Ki Benowo tanpa sedikitpun terliat lelah.
Ki Benowo sesaat memandang Rumiyati yang tergeletak pingsan lalu menghirup nafas panjang.

"Huaah...luar biasa, tubuhku terasa segar sekali..hehehe.."
kata Benowo kemudian menoleh ke arah Adipati cs.

"Bagaimana Dimas…?! katanya sambil tersenyum penuh arti.

Adipati terlihat bangun lalu menjura kepada Benowo.
"Kakang ternyata berhasil menguasainya. Aku sungguh salut kepadamu kakang Benowo.."tutur Adipati seraya menjura.

"Hahaha….ilmu tidak ada habisnya Adipati. Peduli setan apakah itu ilmu sesat atau tidak...sing penting aku seneng...aku enak tur kepenak...iyo tho..?! ....Hehehehe…"
gelak tawa seraknya kembali terdengar sumbang dan aneh.

"Tapi kenapa kakang tadi…" ucapan Adipati terputus saat Benowo menggelengkan kepala.

"Kau mungkin bertanya kenapa aku harus meminum air maninya tadi bukan…?
'Itu adalah syarat utama agar ilmu ini bisa langgeng dan membuatku panjang umur...hahaha…"

"Kau tidak tahu diriku yang sebenarnya, Adipati. Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku jauh lebih tua dari perkiraanmu….bahkan lebih tua dari ayahmu. Aku seusia dengan kakekmu jika dia masih hidup.." katanya sambil menyorot tajam Adipati.

Suryo Adipati terdiam seolah terhenyak setengah tak percaya. Usianya sendiri hampir 60 tahun. Bila dia sepantaran kakeknya maka usianya sekarang pasti lebih dari seabad!

"Karena itu segeralah pergi sesuai perintahku tadi. Bila kau tidak sayang nyawamu berarti kaupun tidak sayang nyawa anakmu...", katanya lagi dengan mimik angker.

Adipati seperti tersadarkan.

"Eddy…,"desisnya lagi menyebut nama putra kesayangannya ini.
"Kalu begitu aku segera pergi kakang...aku pamit.."kata Adipati lalu bergegas mendatangi Noor yang sudah kembali sadar.

"Titip salamku pada anakmu. Kuharap ia tidak bermain-main dengan kitabku yang dicurinya…"
kata Benowo yang membuat langkah Adipati terhenti sesaat.

"Apaa.!..dia kemari dan mencuri kitabmu..!.kapan itu kakang…? kenapa kau tidak memberitahku..?!"

"Hehehe….soal biasa"
"Dasar anak muda kota yang pengin bersenang-senang. Dia datang setahun lalu untuk memperbesar dan menguatkan kontolnya bersama juga sejumlah teman-temannya..." katanya santai.

"Lalu kitab itu…? tanya Adipati lagi.

"Hanya sebuah kitab pengasihan untuk anak-anak bau kencur..hehehe.
"biarkan saja…"
sambung Benowo lagi sambil mengambil secarik kertas dan tembakau dari balik saku bajunya.
Sebentar kemudian asappun mengepul dari ujung rokok kawungnya.

Sesaat Adipati terdiam lalu terdengar suara Noor.
"Kangmas Adipati...kau.."suara Noor terdengar lirih seketika Adipati merengkuh tangannya.

"Kita balik ke Banyumili…!"katanya setengah berseru.
Belum lagi kakinya keluar pintu terdengar suara Benowo.

"Bagaimana dengan pria ceking ini Adipati..?
Apa aku harus menendangnya ke dalam jurang ..heh..!? Hehehe…"

"Oh ya...maaf kakang.."sontak Adipati berbalik dan dia tertegun.

Sopir pribadinya yang sekaligus salah satu orang kepercayaannya terkapar setengah pingsan dengan mulut menganga sedikit berbusa.
Batang penisnya terkulai menjulur dari dalam celananya yang terbuka. Ceceran bekas spermanya tampak berlelehan dari ujung penisnya sampai membasahi celananya.
Desah dan nafas putus2 keluar dari bibirnya yang sedikit ndower dengan mata membelalak separuhnya memutih.

"Sontoloyo, dasar tidak berguna. Bikin susah saja…"katanya mendamprat lalu meraih bahu Dalu dan sedikit tertatih membawanya keluar dari ruangan itu.

Sungguh pengaruh ajian ini sungguh menakutkan bagi orang biasa.

"Lusa aku suruh orang untuk menjemputnya kakang Benowo…"kata Adipati sambil melirik ke arah Rumiyati yang tergolek di lantai rumah.
Samar2 terdengar suara erangan lemahnya pertanda ia mulai sadar.

"Hehehe...tak perlu buru2 Adipati"
"Aku masih ingin bersenang-senang dengannya"
"Lagipula kau tidak perlu kuatir ia kenapa-kenapa"
"Bukankah kau justru lebih sadis dari aku….hehehe…"
kata Ki Benowo yang kontan membuat dahi Suryo Adipati mengerenyit.

Tanpa membalas ucapannya, Adipati segera berjalan pelan sambil merengkuh Dalu. Sementara Noor Anggraeni mengiringi di sampingnya.

"Kangmas...bagaimana dengan Mbakyu Sundari…"tanya Noor sesampainya di dalam mobil.

"Aahh...kau tidak perlu memikirkan dia. Biar itu urusanku…"kata Adipati sedikit ketus sambil mengibaskan tangan.

Jemarinya lalu memutar kunci kontak mobil ke posisi on dan....

Jreeng…!!..Bruum…!!!...bruumm…!!

Sesaat kemudian mobil SUV 4WD gagah bertitelkan Toyota Land Cruiser VXR 200 yang dibekali dengan mesin diesel 1HD-T turbo berkapasitas 4.4L dengan 8 silinder segaris bertenaga sebesar 240 HP pada putaran mesin 3600 rpm dan torsi puncak sebesar 600 Nm pada putaran mesin 1400 rpm bergerak pelan menyusuri jalan berlumpur dan berbatu itu.


Sementara malampun kian beranjak semakin dalam.

Selepas mobil itu menghilang di balik rimbun pepohonan, Ki Benowo tersenyum penuh arti sambil mengusap janggut dan kumisnya yang mbrangas.
"Adipati...Adipati,....untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak…hehehe," katanya pelan sambil terkekeh.

======

Sore itu menjelang petang di sebuah jalanan pusat Kota Banyumili hilir mudik kendaraan dan keramaian semakin menggurita bersamaan jam pulang kerja para karyawan dan pegawai.
Sebuah mobil sedan sport roadster warna silver menerobos jalanan tengah kota yang padat merayap. Sesekali suara klakson terdengar nyaring menjerit menimpali polah tingkah si pengemudi mobil sport yang seenak udelnya itu.
"Yah...benar Bu Siska. Betul, saya sendiri...Freddy Umbara. Bagaimana…? ...ok...kita ketemuan di kantor saya saja. Di sana kita leluasa membahas rundown acara untuk agenda puncaknya. Ok...Bu Frida..ok...sy tunggu kedatangannya...makasih…sampai ketemu besok.."
Sesaat si pengemudi melihat ponselnya sebelum lawan bicaranya menutup percakapan.
Dilihatnya sepintas sesosok perempuan cantik dan berbusana modis dengan hijab model kekinian terlihat di layar ponselnya sebelum kemudian terputus.



Frida Ludwina..

"Ehmmm... Frida Ludwina...so sexy...kau targetku berikutnya...hehehe,"
kata si pengemudi seraya tersenyum tipis sambil membetulkan kacamata Ray-Bannya.

Woeeeng…!
Mobil sport itupun melesat jauh di jalan raya nan lapang ke arah ufuk barat dimana langitnya mulai berwarna jingga pertanda Sang Surya sudah menurunkan kelambunya.​
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd