Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Roro Inten

Apa yang diharapkan dari akhir kisah ini ?

  • Happy ending

    Votes: 272 77,3%
  • Sad ending

    Votes: 50 14,2%
  • Open ending

    Votes: 27 7,7%
  • Close ending

    Votes: 24 6,8%

  • Total voters
    352
  • Poll closed .
Sabtu siang di Minggu keempat.

Angin semilir berhembus lembut mengiringi sebuah mobil SUV gagah perlahan memasuki area komplek Paseban Ageng rumah dinas Bupati Banyumili.

Mobil gagah itu menyusuri jalan-jalan cantik lebar beraspal yang mengitari area Paseban Ageng yang luasnya hampir setara dengan luas komplek Istana Kepresidenan di Bogor, Jawa Barat.

Pepohonan besar nan perdu tumbuh subur terlihat tertata asri berikut hamparan sabana menambah pesona nuansa bening dan damai di lingkungan Paseban Ageng Banyumili.

Sesekali terdengar suara kicauan burung liar yang beterbangan dan belasan rusa berkeliaran di pojok halaman berumput nan luas.

Mobil itu terus berjalan mengitari jalan beraspal yang relatif terlihat sepi oleh aktifitas pegawai, karyawan maupun para tamu di lingkungan Paseban Ageng.

Gedung-gedung megah dan modern berdampingan dengan bangunan-bangunan klasik peninggalan kerajaan Karang Taruna menyiratkan sejarah panjang Paseban Ageng yang tak lekang oleh waktu.

Beberapa menit kemudian sampailah mobil SUV gagah bertitel Mitsubishi Pajero Sport Dakkar warna hitam legam itu di sebuah pendopo yang merupakan akses belakang dari Paseban Ageng Utama.

Dua sosok pria wanita terlihat keluar dari mobil tersebut lalu kemudian berbarengan berjalan memasuki pendopo berdesain klasik namun artistik bernilai tinggi itu.

"Sugeng rawuh Pak Nyoto, Ibu Roro...
"Monggo penjenengan berdua dipersilakan masuk ke ruang dalam…." Kata seorang pelayan wanita berpakaian adat dengan ramah lalu diikuti oleh kedua tamu yang barusan tiba itu.

Mereka bertiga memasuki lorong pendopo yang cukup panjang untuk kemudian sampai di bagian sisi dalam pendopo.

Sisi dalam yang dimaksudkan oleh si pelayan itu ternyata sebuah ruangan besar dan megah menyerupai aula yang memiliki beranda begitu luas terdiri atas taman-taman dan kolam begitu indah dan asri.

Bahan penyusun pendopo yang merupakan perpaduan batu gunung dan kayu hutan nan kokoh memberi kesan vintage yang begitu kental sekaligus mistis.

Keduanya lalu duduk di sebuah sofa yang terbuat dari ukiran kayu jati menghadap taman dengan ditemani gemericik suara jeram mengalun lembut dari sisi depan.

"Pak Nyoto, Ibu Roro...
"...beliau berpesan sambil menunggu beliau datang, panjenengan berdua dipersilakan menikmati hidangan khas Paseban Ageng Banyumili...
"Jika tidak ada keperluan lain dari panjenengan berdua...saya pamit undur diri...…" kata si pelayan.

"Oh Njih. Cukup Ibu. Matur nuwun…" balas Nyoto seraya mengangkat tangan.
Si pelayan tersenyum lalu menjura pergi meninggalkan keduanya.

"...Birr Djawi...hmmm..
"...minuman yang konon hanya di buat untuk para raja dan kerabat kerajaan…." kata Nyoto lirih sambil menyeruput sajian minuman bernama Bir Djawi yang berwarna kecoklatan itu

Sruuppp…

"Ahh, segarnya…..
"...rasanya tidak jauh berbeda dengan buatanmu Nimas.
"Kau tidak mencobanya Nimas…? tanya Nyoto kepada Roro Inten.

Roro Inten hanya tersenyum tipis seraya menggeleng. Sementara Nyoto dengan cekatan mengambil beberapa panganan yang tersaji di atas meja.


Panganan khas Keraton (Urip-urip gulung, dendeng age,...)


Birr Djawi

(Bonus Resep)
Adapun bahan-bahan untuk membuat Bir Jawa adalah:
1. 1/2 sedot air jeruk nipis
2. Gula batu sesuai selera (atau bisa menggunakan gula pasir)
3. 1 btg daun serai untuk garnis
4. 3 bunga cengkeh
5. 5 cm kulit secang
6. 2 biji kapulaga
7. 5 cm kayu manis jangan
8. 300 ml air
9. 5 cm jahe, bakar dan memarkan

{..Langkah membuatnya :
Didihkan air ke dalam panci hingga mendidih.
Kemudian masukkan semua bahan rempah kecuali jeruk nipis dan gula lalu tunggu hingga berwarna merah darah.
Selagi panas, Anda bisa masukkan air rebusan ke dalam gelas yang sudah diberi gula batu dan air jeruk nipis.
Gunakan garnis batang serai sebagai pemanis.

Anda juga bisa menyajikan minuman ini selagi dingin karena dengan dinginnya air bisa membuat Bir Jawa semakin enak dan cocok untuk menghangatkan tubuh..}


Tak lama kemudian suara langkah sepatu terdengar menggema dari dalam pendopo menuju beranda.

"Selamat datang Jeng Roro...Pak Nyoto.
"Senang sekali anda berdua akhirnya berkenan datang ke Paseban Ageng khususnya di Pendopo Dalem Songgo Buwono...bagaimana hidangan buatan kami…? kata seorang wanita cantik berusia 50an dengan ramah.
Sosok wanita yang terlihat anggun dengan setelan kebaya plus kain jarik membungkus tubuhnya yang terlihat langsing.

"Oh Ibu Siti rupanya.
"Sungguh luar biasa Bu...
"Sajiannya sungguh istimewa....
"...Dendeng Age, Tim pinyik, prawan kenes dan beberapa lainnya….ditambah Birr Djawa..ckckck
"...tambah mantul Bu...hahaha..
"Terima kasih Bu Siti..." kata Nyoto sambil berdiri menjura bersama Roro Inten.

"Syukurlah jika anda berdua menyukainya.
"Silakan dinikmati sambil kita ngobrol-ngobrol…."kata Sundari lagi lalu mengambil tempat duduk di depan suami istri itu.

"Sudah lama ya Jeng menunggunya ?
"Sy masih ada perlu di belakang soalnya. Barusan tadi nyiapin buat tamu istimewa saya, Panjenengan berdua…" ujar Sundari sembari tersenyum simpul.

Roro hanya tersenyum tipis hampir tidak kelihatan. Nyoto yang mengetahui gelagat tak biasa dari istrinya yang biasanya ceria manakala beranjangsana mengamit tangan halus Roro.

"Nimas Roro sebenarnya ingin datang dari kemaren Bu. Dari dulu dia memang menyukai tempat-tempat bersejarah dan bernilai historis Bu.
"Termasuk menyambangi Paseban Ageng sekaligus menikmati nuansa klasik peninggalan Keraton Karang Taruna dengan leluasa.
"Hanya saja kesibukan saya sehingga baru Sabtu ini bisa berkesempatan ke Paseban Ageng terutama di Sasono Songgo Buwono…" kata Nyoto sembari pandang matanya mengitari ke segenap penjuru pendopo.

"Ooo...begitu ya Jeng.
"Ndak usah khawatir...nanti saya ajak njenengan berdua berkeliling Paseban Ageng..." Ujar Sundari yang dibalas senyum manis Roro Inten.

"Oya..
"...Jeng Roro hobi memasak. Pastinya sudah tidak asing dengan Birr Djawi...betul begitu Jeng ? tanya Sundari.

"Njih Bu.
"Saya pernah membuatnya. Apalagi di jaman seperti sekarang ini, apa sih Bu yang bisa dirahasiakan…? ujar Roro lirih seperti ditekan sambil melirik ke arah suaminya.

Nyoto sesaat tertegun dengan pandangan istrinya yang tidak biasanya. Sementara Siti Sundari hanya tersenyum simpul seolah mengiyakan perkataan Roro Inten barusan.

"Seperti janji saya tempo hari, saya ingin mengajak anda berdua berkeliling menikmati panorama Paseban Ageng. "..biarlah saya menjadi tour guide sehari ini saja. Khusus buat tamu2 istimewa saya.
"Gratis tanpa dibayar…"kata Sundari sambil tersenyum kecil.

Nyoto menjura membalas senyuman Sundari.
"Sebuah kehormatan untuk saya dan Nimas Roro, Bu Siti Sundari…"

Ketiganya lalu berjalan ke luar pendopo.

Di halaman pendopo sudah tersedia sebuah mobil golf warna putih beserta seorang sopir.
Sebentar kemudian golf car mini itu perlahan bergerak mengelilingi area Paseban Ageng yang luas itu.



"Jeng Roro... Pak Nyoto...
"...itu adalah Bangsal Langgeng Budoyo...
"...dulu merupakan bangsal penerimaan bagi para tamu keraton yang datang berkunjung…"
tunjuk Sundari pada sebuah bangunan menyerupai limas dengan pilar batu yang kokoh menyangganya.

Roro dan Nyoto tampak serius mengamati seluk beluk bangunan megah yang meski sudah berumur ratusan tahun namun masih terawat baik.

"Oya Bu Siti,
"Saya dengar salah satu tempat istimewa yang terkenal dari peninggalan Keraton Karang Taruna adalah Sendang Tirta Kencana... dimana letaknya ya Bu..? tanya Roro Inten kemudian memecah keheningan.

"Walah, Jeng Roro ternyata tergelitik juga tho dengan cerita mengenai sendang itu..
"...nanti akan saya ajak anda berdua ke sana..". balas Sundari.

"Ehmm...Sendang Tirta Kencana...
"Bukankah kalu saya tidak keliru, ...tempat itu dipercaya sebagai pemandian bagi para putri keraton kala itu Bu Siti…? ujar Nyoto setengah bertanya sambil berpikir sejenak.
(Sendang : telaga.red).

"Betul sekali Pak Nyoto.
"Sendang Tirta Kencana adalah pemandian para putri keraton beserta kerabat dekat raja saat itu.
"Meski saat ini sudah tidak dipakai lagi, kami tetap merawat sendang itu…"kata Sundari menjelaskan.

"Kalu tidak salah air sendang itu diyakini mengandung manfaat untuk kesehatan dan kecantikan...betul demikian Bu Siti..? tanya Nyoto.

Sundari hanya tersenyum ringan mendengar pertanyaan itu.

"Ah, di jaman internet sekarang ini kadang masih saja banyak orang percaya hal-hal yang berbau takhayul Pak Nyoto.
"Bukannya saya tidak mempercayainya. "Saya cuma berusaha berpikir dengan jernih. Dengan logika nalar Pak Nyoto…" kata Sundari menjawab pertanyaan Nyoto itu

Nyoto terlihat mengangguk pelan.
Roro yang berada di sampingnya hanya diam sambil sesekali terlihat memejamkan mata dan menarik nafas panjang tanpa disadari oleh yang lainnya.

Setelah melaju kurang lebih 10 menitan dari Bangsal Langgeng Budoyo sampailah mereka di sebuah tempat menyerupai pemandian kuno yang tersusun atas batu gunung berukir dan di beberapa sudut terpancang sejumlah arca.

Sebuah pohon beringin raksasa dengan sulur-sulurnya menjuntai hingga ke pintu gerbang pemandian yang juga tersusun atas bebatuan yang tertata apik.

"Inikah Sendang Tirta Kencana yang terkenal itu.
'Sungguh indah strukturnya. Begitu mengesankan.
"Bu Siti, sungguh saya tidak mengira di jaman itu para arsitek keraton sudah memiliki kemampuan engineering dan desain visual mengagumkan...ckckck.." puji Nyoto yang seorang arsitek mengagumi struktur bangunan pemandian yang indah dan luar biasa itu.



Sendang Tirta Kencana Pra - Restorasi

"Dulu tidak seasri ini Pak Nyoto, ..terbengkalai dan tidak terurus.
"Begitu saya tinggal di Paseban Ageng, saya minta para pegawai dan ahli untuk membenahinya.
"Bagaimanapun ini adalah benda cagar budaya yang tak terpisahkan dari Paseban Ageng sebagai peninggalan Keraton Karang Taruna.
"Layak harus dilestarikan…"tutur Sundari sambil beranjak turun dari mobil diikuti oleh kedua tamunya.

Langkah kaki mereka menginjak satu persatu ubin tangga perundak yang dari terbuat batu kali yang halus dan rapi buatannya.
Lantai pemandian berusia berabad itu terasa masih demikian kokoh tak tertandingi.

Sebentar kemudian ketiganya telah memasuki area pintu masuk pemandian yang menyerupai gapura berukir indah dan begitu alami dengan beberapa bagian tertutup lumut serta bunga aneka warna.

Ketiganya terutama Nyoto dan Roro tak berkesip memandang ke tengah pemandian yang berukuran cukup luas dan lebar itu.

Dinding pemandian setinggi kira-kira hampir 3 meter menyerupai benteng tampak mengelilingi area sendang seluas kira2 setengah lapangan bola.

Rimbunnya pepohonan beringin nampak tumbuh begitu besar mengakar berikut sulur-sulurnya yang menjuntai sampai pula di pinggiran sendang dengan airnya yang begitu bening dan bersih.

Kelebat dan kicau burung-burung Pipit beterbangan ke sana ke mari dengan sesekali terbang rendah kian membuat semarak suasana.

Suara air mengalir dari pancuran berbentuk patung angsa di pinggir sendang menandakan sumber air pemandian itu seolah tak pernah habis dalam kurun waktu sekian lamanya.
Ajaib !

Roro tampak antusias melihat sendang yang tergelar nyata di pelupuk matanya.
Cuaca yang cukup hangat di tengah sendang yang teduh dan membawa angin semilir memancing minatnya untuk turun.
Sejumlah kupu-kupu terbang cantik aneka rupa tampak riang seolah ikut menyambut kedatangan para tetamu agung termasuk Roro Inten.



Salah satunya yang berwarna biru nan cantik bahkan hinggap sejenak di atas pundak Roro sebelum terbang kembali seiring langkahnya menuruni tangga berundak pemandian itu.

Roro yang melihatnya nampak tersenyum penuh suka cita.

"Hati-hati Nimas…!
kata Nyoto setengah berseru manakala Roro Inten setengah berjongkok lalu mengayuh air sendang yang menguncup hingga luber ke semua sisinya dengan jemarinya yang putih dan halus.

"Airnya terasa begitu sejuk, dingin dan jernih Kangmas….ah..
"Bu Siti, bolehkah saya sekedar membersihkan diri di sendang ini ..? sebentaaar sajaa…" kata Roro Inten penuh harap sambil memandang Sundari lalu pandang matanya nan bening indah menatap sekeliling.

Ditariknya nafas dalam berulangkali sambil bibirnya terlihat menyunggingkan senyum ceria penuh kelegaan tiada terperi.
Sungguh berbeda dari dirinya beberapa menit yang lalu.

Sundari hanya tersenyum melihatnya lalu menyilakan Roro Inten.

"Mari Pak Nyoto.
"Anda jangan khawatir Jeng Roro akan baik-baik saja..." ajak Sundari sambil mengamit lengan Nyoto yang sempat tertegun khawatir akan keselamatan istrinya tercinta itu.

Keduanya membalik badan lalu meninggalkan Roro sendirian di tepian sendang yang sunyi itu.
Nyoto masih sempat menoleh ke arah Roro yang berada di belakangnya.

Sepeninggal keduanya, Roro bergegas melepaskan sanggul rambutnya menyusul kemudian gaun atasannya hingga hanya meninggalkan kemben membungkus dadanya yang montok dan putih mulus itu.

Rambut hitam dan lebatnya seketika tergerai begitu indah mempesona hingga mencapai pinggulnya yang mekar indah.
Tetes demi tetes air sendang nan bening dan sejuk itu mulai membasahi helai demi helai rambut Roro hingga ke ujung.

Sebentar kemudian kedua tangan yang putih mulus itu menakup air tepian sendang.
Dibasuhnya lembut wajah ayunya yang beralis tebal melengkung indah menghiasi sepasang mata berbulu lentik dan tengah terpejam itu dengan air bening Sendang Tirta Kencana.
Angin semilir mengayun lembut bersamaan semerbak wangi bunga kenanga mendadak tercium di sekitaran pemandian itu..!!

"Gusti Putri menyukainya…? terdengar suara wanita lembut merdu mendayu di telinga Roro Inten.

Roro Inten yang asyik masyuk lalu menoleh ke samping.

Persis di sebelahnya dalam jarak dua langkah duduk di bibir sendang seorang perempuan muda berambut panjang bersanggul emas berbentuk burung angsa tersenyum ke arahnya seraya memainkan air telaga dengan jemari lentiknya.

"Saya menyukainya.
"Airnya begitu jernih begitu menyejukkan...
'...pantas orang-orang ingin sekali mandi dan membilas diri di tempat ini...hahhh...ehmmm…"jawab Roro Inten dengan sesekali memercikkan air ke leher dan tengkuknya nan halus berbulu tipis itu.

"Hihihi….Gusti Putri ternyata baik hati dan peka. Tahukah anda..?
"...Sendang Tirta Kencana ini khusus dibuat sebenarnya oleh Paduka Prabu Kamandanu hanya untuk Gusti Putri semata...
"Jangankan orang lain bahkan kerabat istana sekalipun tidak diperbolehkan mandi di sini.."
"Begitu sayangnya beliau kepada istrinya sampai membangun pemandian seindah ini…" lanjut perempuan itu sambil mendekat ke arah Roro Inten.

"Gusti Putri seharusnya tinggal di Keraton Karang Taruna, tidak di tempat lain. Bersediakah Gusti Putri kembali…? tanya perempuan itu kali ini hanya berjarak selangkah saja dari Roro Inten.



Roro memperhatikan sejenak perempuan itu.
Ia mengenakan baju laksana bangsawan putri jaman kerajaan dahulu.
Dengan giwang dan manik-manik emas menghiasi tangan dan badannya serta kuluk penutup kepala berwarna keemasan menutupi kepalanya yang berambut panjang indah sepinggul.

Sungguh menyiratkan sosok keanggunan bak putri legenda masa silam. Begitu menawan begitu mempesona bahkan bagi Roro Inten yang juga seorang wanita.

Roro terdiam lalu sesaat memandang air telaga yang begitu bening seolah hendak bercermin.

"Wajah anda begitu mirip dengan saya...
"...kalu boleh tahu siapa anda dan apakah anda ada hubungan dekat dengan Ibu Siti Sundari ataupun Bupati Suryo Adipati…? tanya Roro sambil memandang lekat sosok jelita di hadapannya ini.

"Nama saya...Dewi Sekar Mirah, Gusti Putri.
"...dan saya tidak ada hubungan sama sekali dengan kedua nama yang Gusti Putri sebutkan tadi…"katanya sambil tersenyum.

"Pulanglah Gusti Putri…
"Di Keraton inilah tempat anda sebenarnya...jangan biarkan orang lain merebut tahta Paduka...
"...jangan biarkan kesewenang-wenangan merajalela…

"Kutitipkan ini kepada Gusti Putri...semoga kelak akan bermanfaat…" kata perempuan bernama Dewi Sekar Mirah itu lalu memberikan sebuah bejana hitam legam terbuat dari logam kokoh berukir burung angsa dan roda Cakra.

Sesaat Roro hanya mematung. Dipandanginya sosok wanita ayu itu seolah berharap jawaban yang pasti untuk menguatkan batinnya.

Sementara mendung tiba-tiba menggelayuti kompleks Paseban Ageng membuat sejumlah abdi dalem Paseban terheran-heran.

"Aneh ya Jon,
"Nembe wae panas terik. Ujug-ujug langite dadi mendung banget...
"...soko ngendi ki…?
tanya seorang abdi bertubuh pendek gemuk.

(Aneh ya Jon...baru saja panas terik..tiba2 langit berubah mendung..darimana ini..?)

Jono yang masih menyapu jalan di dekatnya sebentar menoleh lalu mendongak.

"Maksudmu...
"..mendung iki kiriman soko pawang udan...ngono maksutmu..?
"Oalah...Tris...Tris..
"Udan panas kuwi rejeki. Mbok disyukuri.
"..Amargo kabeh kuwi anugrahe Gusti Pangeran kang Moho Kuoso kang paring ing pandum.
"..dadi manungso...kok nggresulo wae...ckckck…"

kata abdi bernama Trisno itu sambil menggelengkan kepala lalu melanjutkan kerjaannya menyapu jalan.

(Maksudmu mendung ini kiriman dari pawang hujan...gitu maksudmu...hujan panas itu rejeki.. disyukuri..karena semua itu anugrah Tuhan Yang Maha Pemurah...jadi manusia kok bisanya ngeluh..)

Namun hanya sesaat setelah Trisno menutup mulutnya cahaya kilat diiringi suara halilintar menggetarkan langit tepat di atas Paseban Ageng membuat kedua abdi itu terkaget.

"Bawalah ini untuk suami Gusti Putri. Semoga Paduka berkenan menerimanya…" katanya lagi sambil menyorongkan benda berbentuk cupu itu.

Sesaat benda itu beralih tangan kemilau halilintar kembali membelah langit diiringi suara gemuruh terdengar di pelosok kompleks Paseban Ageng dan sekitarnya.

Cuaca seketika berubah drastis. Air hujan mendadak turun semakin deras dan ikut membasahi ke segenap kompleks area Paseban Ageng Banyumili.

"Nimas... Nimas…!
Seru Nyoto setengah berlari sambil membawa payung yang dibawanya dari mobil golf.
Nyoto lalu bergegas masuk ke dalam pemandian.

Nyoto terdiam melihat pemandangan di depan matanya.
Di tengah lebatnya hujan yang turun membasahi bumi antara sadar dan tidak ia melihat sesosok wanita cantik jelita berpakaian bak putri keraton berdiri tepat di mana istrinya berada. Sementara ia tak melihat sosok Roro Inten di situ.
Sosok jelita tersebut tersenyum kepadanya lalu sedikit menekuk lutut menjura di depan dada ke arahnya.

Nyoto seakan terpaku. Ia begitu sulit untuk membuka mulutnya yang terasa keluh apalagi menggerakkan badannya.

Bersamaan seberkas cahaya kilat kembali menyambar langit yang serta merta menyilaukan pandangan membuat Nyoto terpaksa menutup matanya.

Nyoto yang telah membuka mata mendapati sosok wanita menyerupai putri itu seolah lenyap.
Berganti sosok istrinya tercinta yang berada di tempatnya semula dengan tubuh basah kuyup oleh air hujan.

"Ah... Nimas...kau basah sayang…"
"Sini Nimas, kangmas pegangi…" katanya cemas lalu memegangi tangan Roro Inten.

Tanpa terlihat oleh Nyoto, pandangan Roro Inten tampak kosong dan hanya diam manakala suaminya mengamit pinggangnya lalu bersama-sama keluar dari Sendang Tirta Kencana.

Sundari tampak bergegas memberikan handuk yang memang tersedia di mobil golf itu lalu memberikannya ke Roro Inten yang terlihat menggigil kedinginan.

"Oalah Jeng, udan deres ndak disangka-sangka...
"Kasihan sampai basah kuyup...nanti saya pinjamkan baju buat ganti Jeng Roro njih.
"Kita kembali ke pendopo Pak..! katanya kepada Pak Sopir.

Sesaat kemudian mobil golf yang mereka tumpangi melangkah pelan di tengah hujan deras yang anehnya hanya menyirami kompleks Paseban Ageng Banyumili dan sekitaran saja.

Sementara Nyoto tengah menyelimuti handuk ke tubuh Roro Inten yang terlihat menggigil kedinginan, kedua abdi Jono dan Trisno nampak berjoget-joget di tengah hujan sambil terus melakukan kegiatan keseharian mereka menyapu jalan.
Suara teriakan dan nyanyian amburadul silih berganti keluar dari mulut keduanya.

"Asiik... !!!...udan..udanan...asikkk…!!!...
udan..udanan....la la la la la la....🎵🎵🎵 Hahahah..!!!

Seorang
abdi perempuan berusia lanjut yang kebetulan melihat keduanya hanya menggumam halus.

"Walah...dasar bocah-bocah gendeng…mengko kesamber bledek, rasakno..." katanya hendak berlalu membawa baki berisi gelas.

JEDERRRR…!!!

Waaaa...!!!


"Tenan tho. Ben kono…sukur..! katanya cuek sambil terus melangkah.

Beberapa lama kemudian hujan mulai mereda.

Sementara di dalam Pendopo Songgo Buwono terlihat Nyoto, Roro Inten dan Sundari tampak masih berbincang-bincang.
Baru saja mereka menyantap hidangan lezat dan istimewa berupa ikan mas bakar, lalapan, nasi merah dan pisang rebus.

"Bagaimana kondisimu Jeng..? tanya Sundari sambil menghirup segelas wedang uwuh hangat di tangannya.

"Syukurlah, saya merasa baik dan sehat Bu.
"Terima kasih atas baju yang ibu pinjamkan inj....
"..tak dinyana ternyata pas juga buat saya.." balas Roro seraya tersenyum manis.

"Weleh2...
"...padahal baju itu saya pake saat berat saya lebih dari yang sekarang lho Jeng..
"Ada setahunan kalu ndak salah. "Berarti Jeng Roro lebih gemuk dari yang saya kira...atau memang perawakan njenengan yang memang besar…"ujar Sundari sambil memegang dan mengamati gaun yang dipake Roro.

Memang terlihat pas dan cocok dengan Roro Inten yang semampai.
Meski hanya pinjaman namun Nyoto dan Roro langsung maklum berapa harga gaun dan baju seorang wanita high class seperti Siti Sundari.

"Kalau kata orang tua dahulu, panjenengan itu kalung usus...
"...apapun yang dipake terlihat serasi dan elok dipandang mata.." ujar Sundari sambil memandangi Roro Inten dengan takjub.

"Kalu Jeng Roro mau..baju itu tidak usah dikembalikan. Buat Jeng Roro saja ya.." kata Sundari sambil tersenyum.
Roro hanya tersenyum simpul mendengarnya

Sementara Nyoto tampak terdiam lalu sejenak pikirannya menerawang saat tadi ia melihat sesuatu di Sendang Tirta Kencana.

"Oya Bu, saya ingin menanyakan sesuatu.
"Apakah benar Dewi Sekar Mirah itu sering mandi di sendang itu…? tanya Nyoto penuh ingin tahu.

Sundari sesaat terdiam lalu mendesah pelan.

"Cerita mengenai Dewi Sekar Mirah sudah diketahui banyak orang di Banyumili, Pak Nyoto...dan seolah telah menjadi legenda tak terpisahkan turun temurun dari generasi ke generasi....
"Tapi kisah aslinya seperti apa...saya sendiripun tidak tahu persis.
"Lagipula sudah merupakan hal yang lumrah. Sesuatu yang bersifat sejarah apalagi adat dan budaya kerap dibarengi mitos ataupun hal-hal yang tidak logis...
"Namun info yang saya tahu dari para kerabat keraton dan para sesepuh serta ahli sejarah yang pernah kemari….memang demikian halnya…" lanjut Sundari.

"Saya sendiri bukan asli dari Banyumili. "Mungkin suami saya yang pastinya lebih paham soal sejarah di sini karena dia masih ada trah Keraton…"kata Sundari mengakhiri.

Nyoto hanya mengangguk pelan.

"Bagaimana denganmu Nimas…? "Apakah engkau melihat atau merasakan sesuatu sewaktu di Sendang Tirta Kencana…? tanya Nyoto seolah penasaran akan apa yang tadi sempat dilihatnya.

"Aku tidak melihat apa-apa kok Kangmas...cuma waktu di akhir tadi aku merasa sedikit pusing.
"Untung kau cepat datang Kangmas...
"...mungkin kehujanan dan dingin membuatku sempat kurang enak badan…" jawab Roro.

"Begitu ya…" ujar Nyoto seolah berpikir keras akan ingatannya sendiri.

"Kenapa Pak Nyoto..?
"Adakah sesuatu di sendang tadi yang membuat njenengan kepikiran terus…" kali ini giliran Sundari yang bertanya.

Nyoto sesaat terdiam lalu menggeleng pelan seraya tersenyum tipis.

"Oya Bu Siti,
"..maaf, omong-omong dari tadi kami berdua tidak bersua dengan Pak Adipati..? tanya Nyoto.

"Iya Pak Nyoto..mungkin njenengan berdua bertanya-tanya dari tadi.
"Suami saya memang ada acara dinas luar kota menemani Pak Gub.
"Paling malam ini suami saya pulang…" ujar Sundari.

"Suami saya itu tipikal orang sibuk Pak Nyoto, Jeng Roro...
"...ndak tentu pulang perginya. "Seringkali pergi ndak bilang-bilang…
"..eh...ujug-ujug tekane mak jegagig. Koyok demit.
"Yo wis ben...karepe.." kata Sundari dengan lagak cuek melengos lucu khas Srimulat.

Roro tersenyum sembari menundukkan kepalanya. Lain halnya Nyoto yang tertawa kecil.

"Oh sebentar ya Jeng…ada telpon...

"Yah, halo...yah..piye...ooo...wiwik wis babaran ki..
"Anakke lanang opo wedok…?
"Ehmm...syukur yo..
"...aku yo melu doake wae moga-moga wiwik lan bayine diparingi sehat kabeh yo..

(Bagaimana..Wiwik sudah lahiran...anaknya laki / perempuan...aku ikut mendoakan semoga Wiwik dan bayinya sehat selamat.. red)

"Ehmm...aku ndak bisa mastikan.
"..tapi tak usahakan secepate njenguk si Wiwik di rumah sakit. Syukur nek Noor gelem tak ajak sekalian…
"... upacara penguburan ari-ari bayine si wiwik ning kene wae yo…

(Upacara penguburan ari 2 bayi si Wiwik di sini saja ya.red)

"Wis...tho, yakin karo budhe....aman terjamin.
"Ok..nanti kabar-kabar lagi ke Budhe Siti ya…
"Ya...ya…hati-hati. Mugi rahayu njih. Amin"

Klik
..!

"Hmm...ini ponakan saya barusan lahiran Jeng di rumah bersalin…"
"Wiwik ponakan saya itu...suaminya adiknya Pak Adipati, namanya Suro Buntoro.."kata Sundari menjelaskan

"Mungkin njenengan berdua sudah tahu berita sepak terjang Buntoro di koran….
"Yah...sampai sekarang dia masih mendekam di penjara..
"Saya ikut perihatin akan nasibnya si wiwik.
"..bagaimanapun dia perempuan...tidak kerja lagi..
"Yah...hidup kadang memang begitu pahit Jeng.."
ujar Sundari dengan suara ditekan seakan-akan ucapan itu ditunjukan untuk dirinya sendiri.

Roro Inten hanya terdiam dengan pandangan haru seolah bisa merasakan apa yang tengah dipikirkan oleh wanita cantik di depannya ini.

"Saya tidak mengira kalu Pak Buntoro yang terlibat kriminal itu masih ada trah Keraton Karang Taruna bahkan ternyata adik kandung Pak Bupati sendiri…
"Apa Pak Adipati sering berhubungan dengan adiknya itu Bu…? tanya Nyoto.

Sundari hanya mengangkat bahu.

"Suami saya itu tipikal pria berpendirian keras dan tidak suka diatur-atur.
"Jangankan sekarang setelah mendekam di rutan. Setahu saya sebelumnya malah Buntoro hampir tidak pernah ke sini.
"Dulu sekali pernah ke mari malah ujungnya sempat hampir berantem dengan suamiku.
"Pak Adipati lalu mengusirnya dari Paseban Ageng.
"Entah apa masalah persisnya suamiku ndak pernah cerita…" kata Sundari sambil sebentar menatap langit-langit pendopo seolah mengingat-ingat.

Sesaat Nyoto tampak terdiam menunduk seolah ada yang ia pikirkan.

Sebentar kemudian seutas senyumanpun tersungging di bibirnya manakala sebuah petunjuk yang telah lama ia cari akhirnya terbuka tanpa ia duga-duga.

"Kapan kira-kira rencana penguburannya Bu ? tanya Nyoto lagi.

"Mungkin awal Minggu depan Pak Nyoto. Nunggu ponakan saya si wiwik kembali dari rumah sakit…" jawab Sundari.

"Gusti Kang Moho Kuoso...tidak meninggalkan aku.
"Duh Gusti, matur nuwun..
"...matur nuwun Gusti…"
batin Nyoto dengan perasaan senang luar biasa bercampur galau berkecamuk di dalam hatinya.

Tak lama kemudian Nyoto dan Roro Inten pamit untuk kembali ke Trenggono, Banyumili Wetan.

"Jeng Roro...
"...mampirlah kembali kapan-kapan. "Saya senang sekali ada teman ngobrol apalagi seperti njenengan.
"Jarang sekali saya bisa cocok ngobrol sama orang.
"Sering juga ndak papa, asal kabari saya lebih dulu. Takutnya Jeng Roro ndak pethuk sama saya…" kata Sundari lembut sambil saling mencium pipi dengan Roro Inten setibanya mengantarkan kedua tamunya sampai di halaman pendopo.
(Bertemu.red)

"Tentu saja Bu Siti...
"Sungguh begitu luas Paseban ini. "Begitu banyak tempat menakjubkan yang belum semuanya saya datangi. "Mudah-mudahan saya bisa ke sini lagi lain waktu.
"Terima kasih atas semua hidangan dan sambutan Ibu yang begitu luar biasa...
"...saya dan Kangmas Nyoto mohon pamit Bu Siti…" kata Roro lembut sambil tersenyum manis yang dibalas senyuman serupa Siti Sundari.

Jabat tangan Sundari untuk Nyoto akhirnya memungkasi kunjungan Nyoto dan Roro Inten ke Paseban Ageng Banyumili kali ini.
Senyum kekaguman tampak tersirat di wajah cantik yang mulai berangkat senja mengiringi kepergian suami istri yang begitu serasi itu pulang dari kompleks Paseban Ageng

Sebentar kemudian Siti Sundari menatap langit Banyumili yang masih terlihat mendung dengan rintik air hujan jatuh perlahan.
Sejenak ia terngiang perkataan Roro Inten.

"Bu Siti tidak khawatir dengan kasus pencurian ari-ari yang masih misterius itu. Saya agak was-was.
"Siapa tahu pelakunya mengincar ari-ari keponakan panjenengan itu…" kata Roro sesaat sebelum masuk ke dalam mobil.

"Ah..saya sudah menyiapkan pengamanan yang berlapis Jeng. "Makanya saya suruh kemenakan saya menguburkan ari-arinya di sini saja. "Penjagaan di Paseban Ageng...24 jam Jeng.
"Lagipula saya sudah memanggilkan orang tua untuk perlindungan tambahan…" jawab Sundari.

"Orang tua…? Maksud Ibu... paranormal.." tanya Roro lagi yang dibalas senyum dan anggukan Siti Sundari.

"Beliau Ki Ageng Benowo, orang yang sudah dianggap sesepuh di sini. Banyak yang bilang beliau...sekti.
"Entahlah, saya sendiri bingung Jeng...sekti sing piye ? Saya juga ndak mudeng...ben urusane dewe-dewe.." kata Sundari sambil tersenyum kecut.

Roro Inten yang mendengarnya cuma tersenyum geli.
Namun sedetik kemudian senyuman itu menghilang dari bibir indah Roro. Sekelumit rasa lain mendadak muncul di benak hatinya menimbulkan rasa takut serta khawatir yang tak lumrah dan datang tiba-tiba.
Rasa cemas yang sulit dijelaskan oleh dirinya sendiri.

Sementara mobil Pajero itu menyusuri jalan nan basah dengan sedikit genangan di sana sini.
Rasa was-was dan khawatir di benak Roro Inten justru semakin menjadi. Percakapannya dengan Sundari sebelum pergi terus menggelayuti pikirannya.

"Kenapa aku ini...
"...harusnya aku merasa tenang dengan ucapan beliau tadi. Tapi mengapa dadaku berdegup kencang.
"Ada apa ini….? batin Roro sambil sesekali memejamkan matanya berusaha menenangkan hatinya.
=======

Malam semakin larut melingkupi penjuru Mayapada Banyumili. Hawa dingin dari pucuk Gunung Anoman seolah-olah membuai segenap makhluk ciptaanNya dalam ketidakberdayaan dan kedamaian yang membumi.

Hujan yang turun kian deras dari pekatnya langit malam membuat setiap insan enggan beranjak dari keterlenaan.

Sementara itu gemuruh halilintar yang sayup terdengar sampai ke dalam kamar nan indah itu nyatanya tidak mempengaruhi sepasang insan yang tengah bergumul dalam kubangan birahi untuk mendaki menuju puncak asmara.

Berkas cahaya kilat yang merasuk melalui pori-pori langit kamar dan kaca jendela hingga menembus ranjang kelambu nan cantik itu seakan membiaskan tubuh sepasang pria dan wanita yang dalam keadaan telanjang bulat tanpa sehelai benangpun menutupi tubuh keduanya.
Yah, tubuh bugil nan basah berkilap berbasuh peluh.

Sepasang anak manusia terlihat tengah bergelut di ranjang perkawinan Sunyoto Pujo Satmoko dan istrinya, Roro Inten Ayu Dewi Rengganis.

Nyoto tengah menggenjot Roro Inten dalam posisi menindihnya

Tubuhnya yang berkulit gelap, besar dan kekar berotot begitu serasi dengan tubuh ramping indah padat berisi Roro Inten nan putih mulus bak pualam.

Paha indah Roro Inten mengangkang lebar memperlihatkan liang kewanitaannya yang tersumpal penuh batang penis Nyoto yang kekar berurat.
Menembus keluar masuk tanpa henti berlelehkan lendir kawin nan bening kental melumuri bak piston mesin ke dalam liang rahim nan indah sang permaisuri tuk mengail kenikmatan surgawi bersama-sama sebagai anugrah Dewata di alam nan fana ini.

Nyoto mengerang-erang lalu menggeram dahsyat manakala hunjaman kontolnya semakin dalam merobek-robek liang sempit Roro yang begitu nikmat itu

Liang nikmat kewanitaan Roro Inten memang tercipta nyaris sempurna tiada duanya.
Sungguh istimewa...sungguh nikmat tiada terkira bagai serasa surga yang mengejawantah di atas dunia

Begitu liat menjepit, hangat membalur, sangat kuat menyedot-yedot batang kekar penis Nyoto dengan gerakan meremas-remas, menjepit-jepit, menghisap-hisap begitu intens begitu kuat dengan skala kekuatan Dinamometer di atas 200 poin.
Luar biasa...!!



Skala Dinamometer Genggam
  • Skor rata-rata kekuatan genggaman untuk pria adalah 105. Jadi, usahakan skor Anda di atas angka ini.
  • Untuk wanita, skor rata-ratanya adalah 57. Kalau skor Anda di atasnya, artinya kekuatan genggaman Anda cukup baik atau bahkan sangat bagus.

Secara normal dinding vagina nan istimewa Roro Inten itu mampu meluluhlantakkan penis pria manapun di dunia.

Namun lain dengan penis Nyoto yang seolah tercipta sebagai pasangan tempur sejoli kelamin Roro Inten.

Bagaikan pertarungan gladiator "hidup mati" bagi kedua alat kelamin sepasang anak manusia berbeda jenis itu. Keduanya yang berusaha saling "menaklukkan" saling "mengalahkan" namun dengan memberi kenikmatan satu sama lain berbalut rasa kasih yang tulus dan murni.

Sang vagina merintih dan mengerang tanpa henti manakala sang penis berusaha terus sekuat tenaga mencapai batas terdalam si vagina.

{..."Ooohhh...Kontol..!!!
"Ooohh...Kontooooll...jangaaann... terlaluuu dalaammm...Kontol..!!!
"Akkuu...takk kuaaat..
..Dirimu terlaluuu perkasa..Kon...tool..!
"Batangmuu...membuat lubangkuu...
penuh..!!!....Oohh..sesaknyaaa...!!
"Aahh..ujung ...ujung kepalamuu...
....menyentuh-nyentuh dinding rahimku...
......mentoookkk…!!!
"Ampuuun...aaahhh...kontooool...
.ampunnn kontol... ooohh.. ampuuun...!!

"Aaahh...Memek..!
"Kau begitu cantik...Mek...Memek..!
"Dirimu begitu nikmaaattt…Memekku... ...sayangkuuu..!!!
"Hangatmu menyelimuti diriku... kebasahanmu meneduhkan bara hatiku...ohhh.. Memek...
"Akkuu tak ingiinnn..lepas dari hisapan mu...aaakh…
"Akuu...ingin terusss menusuk-nusuk lubangmu Mek...Memek...!!!
..sempitnya lubangmuu...sayang...!!
ooouggh..!!
"Akuuu...ingiinnn teruuss berada di daaalamm dirimuuu selamanyaaa... ooohh...Memek!!!...sayangkuu….!!
...aaakhh..!!!

"Ooouggh... akuu jugaaa...tidak mauuu berpisah denganmuu...Tol...Kontool..!!!
"..kauuu...begituuu besaar...begituuu gagahh... begituuu kerasss...mengawini lubangkuu…!!!..
"Menggesek kegatalanku...menggaruk dahagaku dengan keras dan kakunya dikau...
Ooohh...Kontol...Kontoolku...sayangkuu...aku cintaaa...akuuu sayang kamuu...Kontooll..!!!!

"Ooohh...Memek...Memekku..!! "Dewiku….kau dewiku...Mek..!!! Aku cintaa..kamu…!!
"Ooohh...Memek...sayangkuu. Akuu...ingin membuahi telur-telurmu nan matang itu…!!
"Akuu...inginn memasukkan bibit spermaku ke dalam cangkang telurmu nan hangat itu…Mek...Memek..!!!
"Akuu...inginn...kau hamil...anak-anakku…...Mek…!
"Maukah...kau dibuahi sayang….??!! maukah kau menjadi ibu...dari anak-anakku...aahh..???!!

"Aaahh... Kontol!!!!
"Akuuu mauuuu!!!!!
"Akuuu maauu jadi ibuu dari anak-anakmuu!!!
"Akuu mauuu...jadi ibuu dari anak-anakmu...Kontoool!!!!.
"...akuu...akuuh..pengin hamiiillll...anak-anak Kontooool..!!!

"Marilah kita menyatukan diri...dewikuu…kekasihku..!! Ajak si kontol
"Marilah... pangeranku...kekasihku...!! Balas si Memek
Satukan diri kita...dalam nikmat karunia Gusti Kang Maha Agung…Terpujilah Dia...Gusti Ingkang Murbeng Gesang...!!! kata keduanya berbarengan...}


Sang Kontol dan Sang Memek semakin cepat seiring sejalan seirama...
......mendayung semakin kuat…

Yang satu...ketat menghisap dan yang lain tajam menusuk…

Hingga pada suatu titik... Sang Kontol menghunjam begitu dalam dan keras...sampai mentok di dasar liang nikmat Sang Vagina…
Sementara Sang Vagina….langsung mencengkram Sang Penis dengan begitu kuat hingga macet..!

Lalu menghisap-hisap dengan begitu rapat dan kuatnya berusaha mendapatkan madu manis Sang Penis​
dari dasar kawah maninya sampai Sang Penis tak kuasa menahan hisapan Sang Vagina untuk tidak terpancut mani nikmat dari lubang kepundan kontolnya.

Sang Penis akhirnya menyerah dalam kepasrahan seiring muncratnya madu putihnya yang bernama Mani seiring teriakannya yang menggetarkan kalbu bersama-sama dengan Sang Vagina.

CROOOOT... Aaarhhhgg…!!!

CREET...ooohh…!!!

CROCOOT... oouugghh…!!!

CRECEET….ooohhhh…!!!

CROOOOT…Akuuu Metuuu... NOOOR !!!!


"Akuuu…ngecroot…NOOOR…!!! Aaarrrgghh.. Nikmaaattt...!!!

CROTT


Pantat kekar Nyoto mengejat dahsyatnya saat kelaminnya menyemburkan mani kental bermili-mili liter...berisi jutaan sperma dewasa mengarungi lorong liang kewanitaan Roro Inten yang berkedut dahsyat saat keduanya meraih kenikmatan puncak senggama untuk yang kesekian kali sekaligus sebagai pamungkas perkawinan indah mereka di malam itu. Sungguh tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

Saking banyaknya air mani Nyoto dari persediaan kantong pelirnya sampai sisanya bermuncratan dari sela-sela bibir indah vagina Roro Inten yang rapat berjembut membungkus batang kekar berurat dan berakar penis Nyoto.

Roro Inten pun ikut mendesak-desakan pangkal pahanya yang ciut ke selangkangan kokoh suaminya berikut bokong besarnya nan putih membulat indah itu mengejat dahsyat saat ia memompakan air kenikmatan keluar dari indung telur dan prostatnya melalui lubang kencingnya.

Keduanya melolong dahsyat penuh nikmat keluar serentak dari segenap tubuh telanjangnya dengan sepasang mata mereka membelalak-belalak dalam kelezatan klimaks ruh surga perkawinan yang menakjubkan itu.

Sesaat tubuh keduanya yang saling berhimpitan dan berpelukan erat tanpa sehelai benang itu mengejang-ngejang lalu beberapa waktu kemudian terpekur dalam diam.

Sementara di luar sana pelan tapi pasti suara gemuruh halilintar dan kilatan petirpun mereda diiringi air hujan melambat jatuh perlahan bersamaan geliat keduanya kian melemah.

"Kau begitu luar biasa Nimas Roro…dewiku. Terima kasih sayang...." kata Nyoto tersenyum puas memandang wajah jelita tanpa cacat istrinya yang tergolek lelah di sisinya.

Kecup lembut Nyoto singgah di dahi, pipi dan terakhir di bibir merah nan indah itu.

Roro hanya diam dan berusaha untuk tersenyum. Senyuman yang terlihat getir dan masam namun tidak disadari oleh Nyoto.

Sebentar kemudian Nyotopun terlelap dalam tidurnya meninggalkan Roro Inten yang masih terjaga dalam heningnya malam dan remang sejuk kamar pengantinnya.

Roro perlahan bangkit dari pembaringannya lalu mengenakan kembali gaun tipis yang tergolek tak jauh dari sisinya.

Sebentar ia menoleh ke arah suaminya yang terlelap pulas dalam tidurnya.

Sejenak ditatapnya wajah tampan dan kebapakan itu.

Wajah yang penuh gurat asam garam kehidupan.

Wajah kokoh yang sepintas terlihat keras namun sejatinya begitu lembut di dalamnya.

Wajah pria yang telah menemaninya dalam suka maupun duka selama hampir dua puluh tahun lamanya.

Wajah pria yang begitu ia cintai sekaligus begitu menyayangi dirinya sebagai perempuan garwo-nya atau sigaring nyowo.

Sedetik kemudian Roro mendesah lirih lalu jemarinya yang lembut membelai pelan wajah suaminya.

("Kangmas, sudah lama kita bersama-sama mengarungi bahtera rumah tangga.

"Banyak cobaan, ujian dan aral telah kita lewati berdua dengan saling asah, asih dan saling asuh..."

"Kita sudah saling berjanji setia sehidup semati dalam suka dan duka…"


"Kita sudah saling berjanji memaafkan dan saling mempercayai. Saling menguatkan satu sama lain"

"Dan...itu semua sudah kita lalui dalam proses sedemikian panjang sampai hari ini"

"Namun terkadang ada saja yang mencoba merayu kita... menggoda kita, entah aku ataupun dirimu... Kangmas…"

"Menggoda ikatan buhul tali kasih di antara kita..."

"Aku sadar...aku paham...aku mungkin bukanlah sesempurna yang kau dambakan…"

"Tapi aku berusaha untuk memberikan yang terbaik... mempersembahkan sebaik-baiknya dari diriku sebagai istrimu…"

"Mungkin pula...di luar sana ada sosok wanita-wanita lain yang mengharap cintamu…"

"Sosok...wanita...yang memiliki kelebihan yang tidak kupunyai…"

"Aku... menyadarinya kangmas…"

"Aku...akuu... memakluminya kangmas.."

"Namun…. sebagaimana janji kita di awal mula...bahwa kita harus saling terbuka saling jujur saling percaya sebagai suami-istri....tidak ada lagi yang disembunyikan...tidak ada lagi rahasia…."

"Bertahun-tahun lamanya aku berusaha memegang teguh janji itu….pun demikian halnya dirimu...Kangmas.."

"Namun kini aku seperti menyangsikannya Kangmas...aku meragukannya kangmas…"


"Entah siapa yang salah…"

"Hanya satu yang kupinta darimu kangmas…"

"... kejujuran…."


"Semoga kau menyadarinya kangmas…"

"….kalu tidak...aku takut kangmas….aku takut...tidak mempercayai dirimu lagi….aku takut berprasangka akan ketulusan cintamu…."


"...semoga engkau mengerti...Kangmas Nyoto....suamiku.."

"Duh Gusti...kuatkan diri Roro..tuntunlah kami berdua...hamba dan suami hamba... Kangmas Pujo
…")

Bibir Roro Inten tampak tergetar manakala kalimat terakhir itu keluar seiring tarikan nafasnya.

Beberapa bulir air nan bening tampak mengalir dari sepasang mata bening yang berbulu lentik dan terpejam itu lalu bergulir membasahi sepasang pipi putih dan ranum Roro Inten.

Perlahan ia mengangkat tangannya dan terlihatlah secarik kain yang terlihat kumal menyerupai sebuah celana dalam G String warna pink berenda dalam genggamannya.

Didekapnya G string warna pink berenda itu dalam pangkuannya. Sayup terdengar di telinganya pekik nikmat suaminya tercinta kala mencapai puncak senggama dengan menyebut sebuah nama yang rasanya tak asing lagi….


….(NOOOR...akuu..keluaar…!!!!.....)

………..

Sesaat kemudian sayup terdengar suara isak Roro Inten mengalun lirih.

Riuh suara jangkrik genggong dan kodok ngorek mendadak senyap, hening dan sunyi seakan-akan ikut larut terbawa arus kegundahan hati Sang Prameswari.
 
Terakhir diubah:
Pas ngecrot manggil nama noor & ketahuan sama roro 🤣 misi pak bupati berhasil bikin keluarga nyoto berkonflik
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd