Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Roro Inten

Apa yang diharapkan dari akhir kisah ini ?

  • Happy ending

    Votes: 272 77,3%
  • Sad ending

    Votes: 50 14,2%
  • Open ending

    Votes: 27 7,7%
  • Close ending

    Votes: 24 6,8%

  • Total voters
    352
  • Poll closed .
Bimabet
Dalam memilih sesuatu seringkali orang dihadapkan pada pilihan sulit sekaligus membingungkan.

Tidak bisa hanya melihat dari satu sisi saja melainkan dari aspek lain. Akhirnya orang cenderung mengatakan bahwa tidak ada sesuatu yang mutlak. Bahwa si a...cantik sedangkan si b…tidak cantik. Masakan ini enak....yang itu kurang enak. Semua dikembalikan kepada personal masing-masing setiap manusia.
Tinggal hanya berbeda cara orang dalam memandangnya. Semua berujung pada soal ….selera.

Seperti kata orang bijak bahwasanya selera itu tidak mengenal "benar salah" tapi "suka dan tidak suka...butuh dan tidak butuh".

Pun sama halnya keadaannya dengan dua sosok wanita muda atau yang lazim disebut dengan gadis remaja yang malam itu tengah asyik bercengkrama di sebuah kamar indah dan ber-AC.

Taruhlah jika ada seorang pria di minta untuk memilih diantara keduanya maka bisa dipastikan sang pria akan mengalami tingkat kepusingan memuncak bukan lagi dalam skala level harimau, iblis atau naga seperti anime One Punch Man….tapi sudah mencapai tahap kebingungan level dewa laiknya Lord Boros kontra Saitama. Tidak cukup disembuhkan hanya dengan meminum Bodrex ataupun kerokan dengan mengoles balsem.

Yah...kenapa demikian…?

Diibaratkan seperti menghadapi multiple choice. Mana yang akan dipilih. Burger, pizza, kebab, fried chicken atau mungkin...pecel Madiun..??!!
...karena keduanya sama cantiknya, sama menariknya dan sama mempesonanya. Tinggal dikembalikan kepada hukum alam yang berlaku di muka tadi.

Semuanya itu masalah selera. Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan.

.................

Jam berbentuk Winnie The Pooh di dinding kamar kedua gadis itu telah menunjuk pukul 8 malam.

Sayup-sayup suara kuartet muda nan energik HIVI! mendendangkan lagu "Remaja" terdengar merdu dari balik speaker Harman Kardon Onyx Studio 4



🎵🎶🎵🎶…..
Kita remaja yang sedang dimabuk asmara
Mengikat janji bersama selamanya
Hati telah terikat, sepasang mata memikat
Melambungkan asmara yang selalu meminta
Mengulur senja menanti datang

Sang pemilik hati
Rela menanti sejak terbit mentari
Tak sabar 'tuk berbagi
Segala isi di hati
Jayakan sanubari
Dan bercumbu di ujung hari
……...🎵🎶🎵🎶🎵

Mawar tengah membuka laptopnya. Sepertinya ada tugas dari sekolahnya yang tengah dikerjakannya. Posisi duduk bersila di lantai karpet tebal memakai piyama longgar bermotif polkadot.
Sebuah kacamata protector radiation tersemat di tungkai hidungnya menambah kesan charming dan smart di wajahnya yang cute.
Sesekali kepalanya mengayun seiring irama lagu.

"Kak mawar, sungguhan itu terjadi di kelasmu…? tutur Indah sang adik yang asyik mengutak-atik hp sams*ng galaxy S20 terbaru miliknya.

"He eh…."sahut mawar sambil pandang matanya fokus ke layar PC-nya.

"Terus gimana dong...nasib pak guru biologi itu…? tanya indah lagi.

"Entahlah...aku belum jelas tahu tentang beliau. Tapi kabar selentingan yang kudengar...beliau kena mutasi ke sekolah lain diluar kota ".

"Sssttt...kak, jangan jangan gurumu itu punya kelainan seksual kak.."kata indah lagi. Kan ada tuh...orang yang suka nunjukin kegiatan seksual mereka ke orang lain. Sesuatu yang harusnya private diketahui banyak orang justru menjadi suatu kebanggaan bagi si orang itu. Kalu ndak salah namanya…eksshibi...eskhibiii.." lanjut indah mengingat-ingat.

"Ekshibisionisme…! tiba tiba mawar menyahuti.

"Yah beneeer!!....itu dia kak. Ekshibisionisme! Banyakkan orang kayak gitu. Upload video dia di situs-situs bokep.
Nunjukin dia lagi gituan entah coli entah ngewe ama pacarnya...sama apa lah gitu. Ndak cuma orang biasa lo. Selebritis juga ada...."tutur indah semangat.

Indah lalu beringsut ke arah mawar. Menggeser dan mendekatkan tubuhnya yang hanya berbalut berbalut hotpants ketat sepaha lengkap dengan kaos buntungnya.

"Kalu aku jadi dia….aku akan mengajukan surat pengunduran diri kak. Bukan kenapa-kenapa, kalu cuma mutasi doang...aib kejadian itu kan seperti kapas yang pecah ketiup angin. Beritanya sudah menyebar kemana-mana. Seklian aja ganti profesi..malunya itu lho kak.."sahut indah lagi.

Mawar terdiam. Sesaat terbayang selintas kejadian pagi itu. Reflek tangannya menggenggam kalung Bahar bermahkota Batu kecubung hitam di lehernya. Terasa hangatnya mengalir hingga ke sekujur tubuhnya.

"Gimana tentang ajang pemilihan Miss Roses of The Year tahun ini...kamu jadi ikut ? tanya mawar mengalihkan pembicaraan.

Indah tersenyum sebentar kemudian mengeluarkan secarik kertas, membukanya dan menunjukkan kepada kakaknya tercinta dengan bangga…!

Ta..ra..!!

Di kertas putih itu tertulis besar sebaris kalimat bertinta merah menyala.
pass 1st round selection

Mawar tersenyum lalu sambil mengacungkan jempol.
"Selamat ya ndah..aku ikut senang kamu lolos seleksi pertama. Trus abis ini disuruh ngapain lagi ..?

"Tahapannya sih ada beberapa kok sebelum grand final. Abis ini seleksi fisik dan psikologi, wawancara, kemudian pra kontes melalui tes bakat dan keterampilan lalu tes fotogenik.. catwalk...sudah.
"Kabarnya Roses Entertainment yang ngadain acara sudah menjalin kerjasama tuh dengan brand kosmetik terkenal asal Amerika "Maubeliin".
"Siapa yang juara nantinya akan di kontrak sekian waktu jadi brand ambassadornya atau bintang iklannya. Kayak si Pevita Pearce gitu. Gw jadi tambah semangat.."kata indah mengangkat kedua tangannya sambil tersenyum memejamkan mata.

"Btw, seleksi lanjutan ama kontesnya persisnya kapan sih ?
"...kali aja aku bisa ikut ndampingi kamu ndah. Yehhh..sapa tahu bawa hoki...bisa nganter kamu jadi juara 1. kan aku juga ntar kecipratan rejeki…"lanjut mawar terkekeh.

"Amiiin. Sebulan dua bulan lagi kak. Aku juga lagi latihan terus nih. Pokoknya ndak cuma kecipratan rejeki. Kalu boleh gw pengin jadiin elu kakakku tersayang ...mawar sembilu...sbg calon manajer gw…" kata indah sambil memeluk mawar.

"Ini baru adikku. Ini baru yang namanya kacang inget ama kulitnya...hihihi…"kekeh mawar lagi.

Indah tampak bingung sambil usap usap kepalanya.

"Maksudnya apaan sih...kak. kok ujug-ujug ngomongin soal kacang ma kulit?

"Maksudku, kamu kudunya terima kasih ma aku. Karena aku..kamu bisa lahir ke dunia.
Coba kalu bukan mawar yang lahir... tapi si susi, si meli atau si Anik...belum tentu kamu yg lahir di rumah ini…"tambah mawar sambil mengerling menggoda.

"Yee...kalu itu mah beda. Itu namanya takdir kali. Papa sama mama aja ketemu terus nikah itu juga namanya takdir.
"Lagian kalu gw ndak lahir trus yang mau jadi adik lu sapa kak ? balas indah sambil mencibir.

"Iya ya...sapa ya?
"...ndak mungkin juga kalu si ambon temen kamu yang item dekil itu apalagi si bool yang hobi ngupil ma kentut sembarangan.
"Amit amit deh..!! no way "lanjut mawar sambil meleletkan lidah dan mengibaskan tangan.

"Makanya kak... bersyukurlah elu bersyukur bgt punya adik ...gw. Lagian ntar kalu beneren gw juara dan….kakak bisa gw angkat jadi manajer.
Khan enak buat kita berdua ...kita bisa jalan bareng...bisa shopping bareng. Lagian sebagai calon manajer nanti. Gw betul betul cari positifnya aja lho kak…"kata indah memancing.

"Ya dong...meski gak sepinter kamu...diem diem gini aku bisa kok bikin laporan, bikin schedule kamu kalu pas manggung bisa bikin... ".

Belum habis mawar selesai bicara indah langsung menyela sambil mengangkat tangan.

"Bukan...bukan itu kali kaakk.
"...Yg gw maksud itu...gw mau angkat elu jadi manajer karenaa..***jinya...bisa nego..***jinya standar saudaraan alias muuuraaahhh…!!!...
" ..hihihi…

"Yee...mau enaknya sendiri...emangnya tiap hari aku mau makan garem digaji murah gitu !!...
"nih rasain ...dari si calon manajer..!! balas mawar sambil berdiri melayangkan bantal guling ke arah indah.

Keduanya lalu saling timpuk. Canda tawa seketika pecah di kamar itu.

Sesaat kemudian keduanya tampak berdiri bersisian di depan cermin besar sebadan.

Secara postur Indah lebih tinggi dari Mawar. Dengan tinggi sekitar 170 cm dan berat 53 kg..indah memang terlihat bak model.

Wajah cantik sedikit tirus, tubuh langsing tapi berisi dengan rambut lurus panjang, hitam lebat. Kulit putih mulus tanpa cacat membuat semuanya terlihat sempurna. Ditambah suara merdunya dan kepintarannya dalam mengolah gaya beberapa kali membawanya menjuarai kompetisi menyanyi baik live ataupun karaoke serta modelling sejak ia duduk di bangku sekolah dasar.

Sementara mawar yang berdiri di sebelahnya dengan selisih tinggi sejari manis tampak tak mau kalah dengan adiknya.
Beberapa kali terlihat berusaha bergaya bak model meski...terlihat kaku.

"Body lu emang mantap ndah. Muka ok, Postur dapet, talent top bgt, otak encer. Kurang apa lagi coba..? kalu sampe kamu ndak juara aku bakal gantung sepatu…"kata mawar.

"Emang elu pemain bola pake gantung gantung sepatu..?
"emang sih secara gw udah cukup PD bwt bersaing. Tp seleksi berikutnya peserta juga makin berat lho Kak. "..artinya sdh ndak sekelas iwak peyek lagi..."kata indah sambil memutar-mutar tubuh seksinya.

"...ikan mujair kali..."tambah Mawar dengan spontan disusul tawa adiknya lalu bersama tersenyum kecil.

"Makanya mudah mudahan aku bisa nemenin kamu bwt ikut seleksi lanjutan...ada faktor x yang kadang nggak disangka sangka. Faktor lucky alias bejo alias Untung.."

"Iya deh. Kakakku sayang...muacchh…"balas peluk dan cium Indah yang disambut mawar dengan sukacita.

Tak lama kemudian terdengar sayup-sayup dr kamar mereka dendang merdu dr bibir indah dan mawar diiringi musik via apliksi Smule. Sambil berjoget riang menyanyikan lagu lawas dari Ikko...Ratu Oke!​



Namaku si Ratu Oke
Umurku dua dua
Lahir di kota Paris Van Java
Profesi aku banyak
Namaku si Ratu Oke
Umurku dua dua
Papaku Jawa, mamaku Cina
Yang naksir aku banyak
Ka-ka-ka-ka-ka-ka-ka-kata orang kulit kamu oke
(Eeh, gara-gara kulit, aku pernah jadi model iklan sabun di TV)
Ka-ka-ka-ka-ka-ka-ka-kata orang rambut kamu oke
(Gara-gara rambut, aku pernah jadi model iklan shampoo di majalah-majalah)
Ka-ka-ka-ka-ka-ka-ka-kata orang bibir kamu oke
(Gara-gara bibir, aku pernah jadi model iklan lipstik)
Ka-ka-ka-ka-ka-ka-ka-kata orang gigi kamu oke
(Gara-gara gigi, aku pernah jadi model pasta gigi juga meng)
Kulit jadi duit
Rambut jadi duit
Bibir jadi duit
Gigi jadi duit
Kulit duit, rambut duit
Bibir duit, gigi duit….🎶🎵🎶🎵🎶🎵


=============

Malam semakin beranjak mendekati pukul setengah 9 malam. Setelah acara seremonial dan tutur sambut berakhir Acara Gala Dinner Kemitraan Pemkab Banyumili dan asosiasi pengusaha swasta Banyumili sudah sampai pada acara ramah tamah yang dibarengi makan malam prasmanan ala standing party.

Hilir mudik hadirin memenuhi Balairung kabupaten yang bersebelahan dengan Paseban Ageng.

Tak kurang dari 300 orang tamu yang hadir sebagian tampak menikmati sajian santap malam yang telah disediakan tuan rumah. Sisanya lagi asyik bercengkrama dengan sesama tamu ataupun rekan bisnis. Beberapa menikmati alunan musik lembut menggema di ruangan menambah suasana keakraban.

Nyoto tampak asyik sendiri menikmati suasana di luar Balairung. Sebentar dia berkeliling di area taman sambil sesekali menatap indahnya langit malam Banyumili yang malam penuh bintang.

Sementara istrinya tengah asyik berbincang-bincang dengan beberapa tamu yang hadir.

Nyoto adalah pria yang semenjak lajang mudanya senang menuntut ilmu. Utamanya ilmu Kanuragan termasuk juga didalamnya ilmu kebatinan.

Bersama adik angkatnya sekaligus adik seperguruannya, mereka mengembara mencari ilmu dan menimba pengalaman. Sampai akhirnya mereka bertemu dengan seorang tua yang mengasingkan diri dan berilmu kadigdayan linuwih tinggi yang mereka sebut Eyang Kakung lalu mengangkat keduanya sebagai muridnya.

Nyoto sebagai orang yang berilmu sudah barang tentu memiliki penalaran indera lebih peka dari orang biasa. Terutama mata batinnya alias Indra ke enam nya!

"Hmmm...."Nyoto menggumam.

Sedari tadi semenjak pertama kali tiba di halaman Paseban Ageng rumah dinas Bupati. Dia sudah merasakan getaran gaib di seluruh penjoro Paseban itu.

Getaran gaib itu bukannya tanpa sebab apalagi dikaitkan dengan sejarah yang telah diketahui khalayak mengenai masa lalu bangunan yang sekarang menjadi rumah dinas Bupati Suryo Adipati ini.

Yah, Paseban ini dulunya adalah merupakan bagian utama bekas Keraton kerajaan Karang Taruna kurang lebih 4 abad silam.

Nyotopun terus melangkah mengitari lalu sejenak dia berhenti di sebuah pohon beringin besar di samping Balairung.

Getaran kuat ia rasakan dr sisi bangunan berpusat di pohon ini.

Sejenak ia seperti hening cipta. Nafasnya nampak naik turun teratur dan dalam. Lalu dibukanya kedua matanya dan menatap ke arah pohon. Dan ia terkejut…

Dilihatnya pohon besar itu adalah sebuah bangunan menyerupai candi dan diatasnya bercokol satu sosok raksasa setinggi kurang lebih setiang bendera...seperti mahluk lelembut sejenis Buto.

Rambutnya kemerahan laksana api dan mata mencorong merah. Kulit berbulu lebat hitam dan njeggrak (berdiri) seperti landak!

Ia memandang ke arah Nyoto. Namun diam. Hanya menggeram halus. Nyoto nampak terhenyak tapi ia tak gentar dan cepat menguasai diri.

Ia terus berjalan mengitari sampai hampir ⅔ bangunan Balairung. Dilihatnya kali ini seorang wanita berambut panjang tergerai berpakaian laiknya putri bangsawan jaman dulu berkemben dengan jarik melilit kaki hingga perut.
Sejumlah perhiasan khas seorang putri tersemat di tubuhnya. Ia tengah bermain di pancuran smping dengan menggoyangkan kaki duduk diatas pancuran.



Nyoto mengamati seksama untuk melihat wajah sang putri yang tertutup selaris rambutnya yang jatuh sepaha. Nyoto sedikit mendekat hingga hanya beberapa meter saja.
Mendadak langkahnya terhenti saat tiba2 sang putri menolehkan wajahnya. Nyoto terkejut bukan kepalang saat melihat wajah sang putri.

Wajah putri itu … sama persis dengan istrinya tercinta, Roro Inten !
Ia seperti melihat istrinya berpakaian bak putri keraton. Spontan Nyoto mendekat namun sang putri mengangkat tangan kanannya ke depan seolah menahan laju Nyoto.
Lalu menggelengkan kepala beberapa kali. Tanpa suara…!

Sang putri lalu berdiri lalu melakukan hal yang serupa kali ini kedua tangannya yang seolah menahan. Dengan mimik muka menghiba lalu bergerak mundur menjauhi !

Nyoto yang sangat penasaran ingin berkomunikasi lebih lanjut dengan sang putri namun mendadak HP nya berbunyi.
Spontan ia menunduk lalu mengangkat telponnya...ternyata Roro Inten yang menghubunginya.

Begitu ia mengangkat kepala lagi diliatnya sang putri sudah jauh di sana dibalik pepohonan besar yang banyak tumbuh di halaman Paseban. Lalu tak kelihatan lagi…

"Kangmas...aku masih ngobrol sebentar sama Bu Dewi..dari the Dewi boutique and Salon....paling mbentar lagi selesai.."kata sang istri dr balik speaker.

Nyoto tak sempat membalas. Perhatiannya masih tertuju pada sosok wanita putri yang menyerupai istrinya.

Ia berusaha hening cipta kembali tapi seperti ada tabir yang menutupi penglihatannya.

Sesaat ia terpaku dalam diam. Entah kenapa mendadak ia merasa khawatir dan….takut akan keselamatan istrinya Pikiran dan perasaannya menjadi bercampur aduk antara heran, penasaran dan khawatir yang makin memuncak.

Ia lalu memutuskan kembali ke Balairung namun tak sengaja ia menoleh ke sisi kirinya.
Ia terkesiap...sesosok pria entah sejak kapan sudah diam memandangi penuh kebisuan.

Tak jelas ia melihat mukanya tapi selintas pria ini mengenakan bandana atau ikat kepala dari kain model tradisional menutupi hingga rambutnya. Berdiri sekitar 10 langkah. Asap rokok nampak mengepul dr sudut bibirnya.

Nyoto melihat skeliling tak ada orang lain kecuali dia si orang misterius. Apakah dia tahu segala gerak-geriknya sejak awal...entahlah.

Tak keluar sepatah katapun dr bibir nyoto. Sesaat keduanya saling menatap seolah saling menjajagi dalam remang gelap. Binar lampu taman sulit menjangkau area pertemuan mereka.
Sebentar kemudian Nyotopun bergeming lalu segera beranjak pergi.

Si orang misterius menatap kepergian Nyoto dalam keremangan.
Seutas seringai tipis tersungging di bibirnya yang berkumis tebal beruban sambil asyik menghisap rokok kawung yang ujungnya tampak merah membara.

Sementara di dalam Balairung para tetamu masih sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.
Alunan musik pop dan riuh rendah keramaian langsung tergelar begitu Nyoto sampai di pintu masuk Balairung.

Pandang mata Nyoto menebar ke segala arah menelisik keberadaan istrinya di antara tamu yang cukup padat berlalu lalang.

Sebentar kemudian salah seorang yang cukup dikenalnya diantara tamu terlihat melambaikan tangan seraya mendekat bersama 2 orang lain.

Nyoto mengenal orang itu sebagai pak Tofan Sekretaris Daerah Pemkab Banyumili yang berarti merupakan tangan kanan kepercayaan sang penguasa Kabupaten Banyumili, Sang Bupati Suryo Adipati!

"Pak Nyoto, akhirnya ketemu juga dengan anda di sini. Sy sebenarnya tengah mencari anda. Ada hal cukup penting yang ingin saya bicarakan dengan anda.."kata pak Tofan sambil tersenyum lebar.

Jabat erat Pak Tofan yang sok akrab itu membuat Nyoto rada geli. Pria pendek dan tambun serta memakai wig ini pernah meminta fee kepadanya saat Nyoto berhasil memenangkan tender pembangunan pasar kota beberapa waktu lalu.

Beberapa saat mereka bercakap.

"Kalu soal itu bisa kita obrolkan di lain hari pak Tofan. Saat ini sy kira kurang tepat membicarakan hal krusial apalagi menyangkut pekerjaan.."sahut Nyoto kemudian sambil memegang lengan pak Tofan.

Pak Tofan tampak kurang puas. Namun kemudian hanya mengangguk seraya berkata,
"Baiklah pak Nyoto, kita bicarakan lain kali. Tapi jangan kesampingkan dengan tawaran saya. Saingan anda banyak. Kalu anda siap dan ok, segera sy atur agenda pertemuan dengan Bapak Bupati".

Nyoto tidak menjawab hanya tersenyum tipis. Sesekali ia menoleh ke kanan kiri mencari istri nya.

"Oh ya, pak Nyoto...
'..sy ingin mengenalkan anda dengan kedua kawan karib sy ini. Anda mungkin hanya pernah mendengar namanya saja tapi belum pernah berjumpa langsung dengan kedua orang hebat ini.
"Mari pak Kapolres..! kata pak Tofan seraya mempersilakan orang pertama berseragam dinas polisi lengkap dengan tanda pangkat letnan kolonel tersemat di pundaknya.

Beberapa lencana penghargaan tampak menempel di seragamnya. Sebaris nama tampak tertera di dadanya... Subandi.

"Sy pernah mendengar nama besar anda pak Nyoto. Seorang pengusaha sukses yang dermawan dan sangat piawai yang mampu memindahkan hampir 500 pedagang pasar kota yang hendak direnovasi.
"Tanpa gejolak tanpa perlawanan bahkan dengan sukarela. Suatu hal yang tidak mampu dilakukan bahkan oleh sekelas Bupati Suryo Adipati sekalipun.
"Sy salut kepada anda pak Nyoto…"tutur pria yang bernama lengkap Letkol pol Subandi ramah.

Usianya mungkin hanya terpaut sedikit lebih tua dr Nyoto, sekitar 48 tahun.

Nyotopun tak sungkan menjawab dengan sedikit menjura hormat.

"Baru kali ini juga sy berkesempatan bertatap muka dengan bapak Kapolres.
"Prestasi bapak yang membongkar jaringan penyelundupan barang2 cagar budaya peninggalan kerajaan Karang Taruna yang menghebohkan itu selesai di tangan bapak…"balas Nyoto.

Keduanya saling tersenyum saat keduanya saling menyanjung satu sama lain.

"Oh ya pak nyoto..kenalkan juga, ini kapten Darwis ..Kanit Reskrim polres Banyumili…"tutur pak Kapolres lagi.

Kapten Darwis sedikit menunduk lalu .."siap...sy pak..!"

"Omong2 bagaimana dengan perkembangan kasus pencurian ari2 bayi yang terjadi akhir2 ini terutama di desa2 pinggiran..pak Kapolres?? apakah sudah menemukan titik terang nya..?" tanya pak Tofan tiba2.

Letkol Subandi hendak menyahut tapi keburu di jawab oleh kapt. Darwis.

"Masih dalam pendalaman pak sekda. Bukti2 dan hal2 vital yang sekiranya dibutuhkan sudah kami dapatkan. Secepatnya akan segera ditangani oleh Kanit Reskrim.."kata kapt. Darwis mantap berusaha terlihat menyakinkan.

"Betul pak sekda. Dr laporan telisik tim buru sergap polres yang dipimpin oleh kapt Darwis...kita sudah menemukan indikasi atau petunjuk yang diperlukan.
"Mudah mudahan dalam waktu dekat misteri pencurian akan terungkap berikut dalang pelakunya…"kata Letkol Subandi lagi.

Nyoto dari tadi seperti terdiam hanya mendengar ketiganya bercakap-cakap. Kemudian.

"Anda tidak perlu repot-repot pak Kapolres. Menurut hemat saya..kasus ini akan segera berakhir dalam waktu dekat.."tutur Nyoto.

Letkol subandi dan kapt Darwis kemudian menatap ke arah Nyoto dengan penuh tanda tanya.

"Kenapa anda bisa berpikir demikian pak Nyoto…? tanya sekda Tofan kemudian.

Mendengar pertanyaan pak sekda, Nyoto tak langsung menjawab.

Hanya tersungging sebuah senyuman saja di bibirnya. Sebuah senyuman yang terasa getir, perih dan hampa.

Nyotopun Hanya mengangkat pundak.
"Ini cuma intuisi seorang pedagang pak. Orang-orang seperti kami ini biasa terlatih menggunakan indera keenamnya untuk mengambil keputusan dalam berbisnis. Tidak hanya berpikir asal-asalan saja.."kata Nyoto lagi lalu tersenyum tipis

Letkol Subandi tampak mengangguk pelan mendengar ucapan Nyoto sedang Kapt Darwis hanya terdiam lalu sebentar mereka saling berpandangan.

"Tentunya sy tetap berharap bapak Kapolres dan seluruh jajaran tim kepolisian bisa segera mengungkap kasus ini demi terjaminnya rasa aman dan tentram seluruh masyarakat di Banyumili…"kata Nyoto seperti mengakhiri pembicaraan.

Oya, Maaf, pak sekda, pak Kapolres, pak kapten...sy harus segera undur diri untuk mencari istri sy. Waktu sudah semakin malam.
"Sy dan istri harus bersiap untuk pulang. Mungkin di lain waktu kita bisa berjumpa lagi dan mengobrol banyak hal lainnya. Mari .." kata Nyoto kembali lalu memberi salam Namaste kepada ketiganya.

"Silakan pak Nyoto….hati2 diperjalanan," jawab pak Tofan.

Nyotopun segera berlalu lalu kemudian berhenti. Ia coba menghubungi istrinya via ponsel. Namun ternyata low baterei. Ia lupa meng-charge ponselnya tadi.

"Ah..sial.."gerutunya dalam hati.

Sorot matanya sejenak mengamati para hadirin yang terlihat padat.

Sebentar kemudian pandang matanya membentur sosok wanita bergaun biru yale berbahan velvet ketat membungkus tubuhnya yang ramping dan padat berisi.
Sejenak sepasang sorot mata Nyoto yang tajam mulai memperhatikan wanita itu.

Mulai dari wajahnya. Ehmmm...terlihat cantik menawan dengan riasan yang cukup tebal dihiasi rambut yang panjang terkuncir modis. Lalu turun ke lehernya yang jenjang.
Gaun model slip dress yang dipakainya memperlihatkan pundak dan kulit dada yang terbuka begitu indah mempesona.

Pundaknya yang telanjang menyiratkan bahwa ia hanya memakai bra model cup untuk menyangga payudaranya yang……besar dan mengkal.

Berlanjut ke belahan punggungnya yang memperlihatkan belikat nan menggoda.
Pinggang nan ramping memaksa pandang mata Nyoto melebar pada chicane lingkar pinggulnya kemudian masuk pada hairpin tikungan balik badan mengikuti chamber lintasan miring nyaris 90° menuju pucuk bongkah sepasang buah pantatnya yang montok menggiurkan.

Salah satu kakinya menjulur ke muka membuat sebongkah pantatnya seperti hendak jatuh memperlihatkan pemandangan yang seronok sekaligus artistik.



Pada saat menatap sepasang salak berukuran super inilah Nyoto mendadak berdebar jantungnya. Sesuatu yang biasa sebenarnya ia temui setiap saat pada sosok istrinya Roro Inten karena istrinyapun juga memilikinya.

Entah kenapa ia merasa bergetar dadanya ditambah timbul sesuatu yang begitu kuat merasuki pusat kendali kelelakiannya lalu menembus barikade nurani akal jernihnya dan mengambil alih kontrol atas lingga kejantanannya yang semula meringkuk serta merta perlahan tapi pasti bangkit menegang...mengeras!

Nyoto merasa ini sesuatu yang tidak wajar. Indra batinnya yang tajam justru membuatnya kian terperosok ke dasar ketidakberdayaan. Ia sulit beralih pandang dari sosok wanita cantik misterius itu.
Apalagi sebentar kemudian si sosok jelita menoleh ke arahnya sembari tersenyum manis memperlihatkan lesung pipi yang kian mengacaukan pikirannya.

Nyoto berusaha mengambil-alih kendali atas dirinya. Dialihkan pandang matanya lalu mengambil nafas dalam sambil bibirnya seperti mengucap sesuatu lirih.

Perlahan ia bisa menguasai diri. Nafsu birahinyapun mereda. Saat ia membuka mata ragawinya maka Indra batinnya yang semula sudah terbuka saat ia berkeliling di luar Balairung sontak aktif kembali tanpa ia sengaja.

Nyotopun bisa melihat sesuatu di dalam Balairung dimana orang biasa tak bisa melihatnya.

Ia terhenyak banyak sosok astral berwarna pendar putih bersliweran ke sana ke mari. Bentuknya tidak terlihat jelas hanya berupa bayangan sosok putih manusia berkelebat. Tidak pasti apakah itu perempuan atau lelaki.

Lalu pandangannya mengarah kembali ke sosok wanita cantik bergaun hijau yang sempat memancing hasratnya timbul.

Dilihatnya tidak ada yang berubah dari sosok wanita tersebut hanya saja ia kini melihat sekujur tubuh si wanita seperti terbungkus oleh semacam kain mori putih mirip pocong mulai dari leher sampai mata kaki kecuali kepalanya.

Sedangkan di atas dahi, dada dan pantatnya seperti dilingkari oleh untaian melati putih. Sekali lagi si wanita melempar senyum manis kepadanya.
Namun tidak seperti tadi kali ini Nyoto tidak terpengaruh olehnya barang sedikitpun.

Melihat sang pria yang menjadi targetnya tampak anteng dan kalem tidak seperti sebelumnya sontak membuat wajah sang wanita tampak heran lalu diam tanpa ekspresi.

Ia lalu melanjutkan obrolannya dengan tamu di depannya namun sesekali kerling matanya nakal melirik ke arah Nyoto.

"Perempuan memang mahluk yang tidak pernah puas. Haus akan pujian bahkan rela di bohongi asal itu membuatnya senang….hehehehe.." tiba tiba terdengar seseorang berkata diiringi suara tawanya.

Begitu dekat. Begitu nyata.

Nyoto yang dalam keadaan terpekur hening tidak menduga dan tidak menyadarinya seketika langsung menoleh ke arah suara dan tawa itu.

Selintas terlihat disampingnya persis telah berdiri sosok pria sedikit bungkuk dengan memakai baju sorjan ala abdi istana jaman dulu. Tingginya sekitar selengan Nyoto yang 180 cm.

Rambutnya terlihat gondrong gimbal tak beraturan seleher bewarna hitam bercampur uban. Serta berikat kepala mirip Iket tradisional dari Pasundan! Ikat kepala kain hitam…!!!

Nyoto memandang pria asing itu tak berkesip. Ia terpana sesaat bilamana pikirannya langsung terbayang kepada sosok misterius yang ia temui tadi di luar Balairung.

Diliriknya pria itu dan tampak jelas wajah sang pria tersebut. Kumis lebat dan tak tercukur rapi membuat bibirnya nyaris tak kelihatan.

Matanya terlihat cekung dengan kantong mata menggelambir di sisinya. Kulit wajah legam kemerahan membuat kesan tak biasa pada dirinya. Sulit ia menerka berapa usia orang ini.
Di sudut bibirnya terselip rokok kawung lintingan (gulungan.red) yang masih mengepulkan asap.

"Lihatlah cah wadon kae (anak perempuan.red)
"...sebenere yo wis ayu...wis semok...kurang apa lagi. Namun nyatanya isih wae kurang lan njaluk luwih…"tutur si pria asing sambil menuding ke arah sosok wanita cantik bergaun biru itu.
(masih saja merasa kurang dan minta lebih.red).

"Segala cara upaya ditempuh buat nambah daya tarik kepada laki-laki...pasang susuk...pasang ajimat…jan sontoloyo.
"Ngono kok ora bakal akeh wong sing podo pegatan...podo selingkuh... hehehe...tutur si pria tua itu lagi seraya menghembuskan rokoknya.
Spontan bau tembakau tajam menyengat.
(Kalu begitu...masakah tidak ada orang2 yang tidak mau bercerai dan selingkuh.red)

Nyotopun sedari tadi cuma diam tak tahu harus berkata apa.
Ia seperti terpaku dan terhipnotis oleh sosok asing ini.

"Kalebu uwong sing dadi lelakon maling ari2 jabang bayi sing lagi marai geger ning Banyumili…kakeane tenan," lanjut si orang tua aneh itu.

(Termasuk orang yang menjadi pelaku maling dan bikin geger di banyumili.red)

Mendengar ucapan terakhirnya membuat Nyoto tersadar. Ia pun memandang si orang asing.

Dalam hatinya ia mencoba menerka siapa sebenarnya orang tua ini, diliat dr gelagatnya dia sudah berada cukup lama di ruangan Balairung yang ber-AC dingin. Tapi diliatnya tak seorangpun petugas yang berani menegur.

"Maaf, kalu boleh sy tahu Bapak siapakah…?
"Apakah salah satu dari pihak pengusaha swasta seperti sy…? sepertinya pernah bertemu sebelumnya ? tanya Nyoto penuh selidik sambil mengalihkan pembicaraan.

"Hehehe….aku bukan siapa-siapa anak muda.
"Aku hanya orang tua pikun yang gaweane macul karo nandur…"jawab si bapak sedikit acuh.
(kerjaannya mencangkul dan menanam.red)

"Bapak... petani..atau .."kejar Nyoto namun keburu dipotong si bapak sambil mengangkat tangan lalu menggeleng.

"Ora...ora. Aku dhuduk petani. Memange cuma petani thok sing gaweane macul karo nandur..? Jawab si bapak memprotes. (Bukan.red).

"Maksute ingsun...
"...macul karo nandur ning tempike cah wedok alias ngenthu...hehehe...
"...mudeng ora…? lanjut si bapak sambil kembali terkekeh. (Maksudku.red).

Mendengar jawaban si bapak, Nyoto tersenyum geli.

"Dasar orang tua keblinger. Jangan2 dia orang ndak waras yang kesasar…" batinnya.
"Dr omongannya sepertinya dia juga melihat apa yang kulihat...tapi jangan2 dia cuma ngawur saja…"

Sejenak Nyoto mengalihkan pandangan mengarah ke jemari kanan si bapak aneh yang asyik masyuk menghisap rokok kawungnya yang terlihat menipis.

Jari telunjuknya yang hitam legam penuh ali ali (cincin.red) melingkari di semua jarinya kecuali jempol.

Cincin akik beraneka ragam bentuk corak dan warna semakin mengesankan dan menyakinkan bagi Nyoto bahwa dia memang orang gila yang kesasar.

Namun apakah betul demikian…?

"Maaf pak, sy permisi dulu ,"kata Nyoto lalu meninggalkan si bapak tua sendirian sambil berkeliling mencari istrinya.

Sementara di waktu yang bersamaan. Roro Inten tengah asyik mengobrol dengan seorang tamu wanita berkerudung. Beberapa kali senyum dan tawanya pecah menghiasi wajah ayunya.

"Maaf ya jeng, sy ambilkan minum sekalian ya.."kata Roro sembari beranjak ke salah satu meja.

Setelah mengambil 2 seloki kecil wedang jahe Roro Inten melangkah berbalik namun tak dinyana ia bersenggolan dengan seseorang.

Prak..!

Salah satu seloki jatuh berderak ke lantai sementara isinya tumpah sebagian memercik membasahi orang tersebut.

"Oh...maaf..!...maaf pak...!
"...saya tidak sengaja.."kata Roro terburu-buru sambil spontan mengambil tissue dan hendak mengelap baju pria tersebut.

Sosok pria tersebut hanya terdiam saja saat Roro Inten mengelap baju jasnya.

"Sungguh beruntung sekali lelaki yang kelak menjadi suami anda. Anda bukan hanya ayu mempesona tapi juga sangat perhatian…" tiba tiba si pria berkata dengan suaranya yang berat dan rada serak sambil tangannya sempat memegang tangan halus Roro yang langsung ditarik oleh si empunya tangan.

Roro yang sedikit kaget tampak tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh pria tersebut. Ia lalu menatap pria tersebut.

Maka terlihatlah sosok pria paruh baya berwajah sendu cenderung tirus. Wajahnya yang mengotak memperlihatkan tulang rahangnya.
Meski sepintas terlihat gagah namun memberikan kesan keangkuhan pada dirinya.



Dagunya yang lonjong panjang menonjol membuatnya terlihat berbeda dari kebanyakan pria lain.
Rambutnya klimis tertata rapi dan nampak hitam mengkilap

Dari tubuhnya yang mengenakan jas itu tercium aroma parfum wangi kayu Cendana yang kuat. Memberi kesan jantan dan maskulin nan begitu melekat

Sosoknya lebih tinggi dari dirinya yang sebenarnya sudah memakai high heels. Sepertinya hampir setinggi suaminya.

"Sy tamu di sini dan sy datang bersama suami saya.."kata Roro datar.

"Ooo...Maaf,..
"...sy tidak bermaksud kurang ajar. Anda wanita yang anggun dan terhormat.
"Maafkan kelancangan saya.."kata si pria seraya melempar senyuman dengan sedikit menjura.

Roro tak menanggapi lalu hendak berlalu saat diliatnya tamu wanita berkerudung yang tadi bersamanya datang tergopoh-gopoh.

"Maaf,..maaf...Permisi Bapak Bupati...
"...beliau ini teman karib sy. Barusan saja ngobrol dengan sy. Mungkin beliau kurang memperhatikan panjenengan tadi waktu acara sambutan di depan.."tutur si ibu dengan hormat.

Sejenak Roro yang terdiam sambil memandang pria di depannya lekat2.

"Suryo Adipati.."desisnya dalam hati.

Entah kenapa timbul rasa eneg (tidak suka.red) meski baru bertemu langsung dengan penguasa Banyumili ini.

"Tidak apa-apa ibu Dewi. Sayanya yang kurang hati hati hingga bersenggolan dengan beliau ini.
"Oya..sebagai tuan rumah ..bolehkah sy mengetahui nama anda dan dari manakah berasal..? kata sang bupati kemudian dengan kalem.

Roro yang sebenarnya sudah jengah dan hendak beranjak pergi terpaksa menjawab.

"Nama saya Roro Inten Ayu Dewi Rengganis...pak bupati.
"Saya dan suami datang dari Trenggono, Banyumili Wetan," lanjut Roro masih dengan nada datar cenderung dingin.

"Bu Roro ini bagaimana sih...yang dihadapinya sekarang bukan sembarang orang lho.."batin Bu Dewi.

"Eehhm....nama yang begitu indah seperti orangnya.."sahut sang Bupati sembari tersenyum simpul sambil menunduk sebentar.

"Beliau ini istri dari kontraktor pak Pujo Satmoko, Bapak Bupati.
"Pemilik dari PT. Mawar Seroja Utama.."tambah ibu Dewi yang justru kelimpungan sendiri.

"Oooh...sudah sy duga anda bukan orang sembarangan.
"Ternyata istri dari Pak Pujo yang terpandang itu.
"Omong-omong di manakah gerangan beliau...kok ndak bersama sama anda ..? tanya sang bupati.

"Saya juga tengah mencari suami sy. 'Maaf, pak bupati...sy permisi dulu.
"...Bu Dewi...mari.."ujar Roro cepat cepat mengakhiri.

"Kenapa tergesa-gesa Bu Roro...malam masih panjang.
"Silakan menikmati dulu suasana disini. Lagipula anda dan suami termasuk tamu saya yang teristimewa", kata sang Bupati lagi seolah hendak mencegahnya pergi.

Roro Inten yang tidak ingin memperpanjang pembicaraan lalu menjura sedikit.

"Maaf, sy sudah ditunggu suami saya. Terima kasih atas undangan dan sajian Bapak," tutupnya berusaha tersenyum meski dengan berat hati lalu melangkah pergi.

Tak lama 2 orang pelayan tiba lalu membersihkan sisa gelas yang jatuh.

Sang Bupatipun memandang kepergiannya sambil mengusap dagunya yang lonjong kokoh.

Sepasang matanya yang sayu namun dingin menatap nanar pinggul dan bokong perempuan ayu nan jelita bernama Roro Inten itu yang mekar begitu indah menggoda terbungkus gaun brokat ketatnya bergerak menjauh.

"Eseme jan pait madu.
"
Ternyata dia istri Pujo Satmoko...ehmmmm..."gumam sang bupati suryo dengan senyum penuh arti.
(Senyumnya "sepahit" madu.red)

Sebentar setelah punggung Roro tak kelihatan lagi. Bupati Suryo melambaikan tangan ke arah samping seperti memanggil.

Tak lama seorang berpakaian safari bertubuh tegap datang.

"Saya menghadap...pak Adipati ..!

"Bagaimana ? dia sudah datang belum ? tanya Bupati Suryo.

"Sudah pak. Tadi saya lihat beliau ada di ruangan ini. Lalu maaf, mendadak beliau seperti menghilang. Para petugas di sekitar Balairung yang ketat mengawasi para tetamu keluar masuk juga tidak melihat beliau keluar" sambung si petugas.

"Ya sudahlah. Sana..!
kata sang bupati dengan nada tegas kepada petugas tsb yang segera beranjak pergi sambil menunduk hormat.

"Kangmas....kangmas...ckckck. masih saja tidak berubah polahmu…"kata sang bupati lalu segera berlalu.

Sementara entah kebetulan atau tidak Nyoto yang celingukan kesana kemari juga tidak melihat ketika seorang wanita lewat di depan matanya.

Lalu bruk..!!

"Aahh..!
terdengar pekik kecil dari si wanita yang hendak terguling namun seketika dengan cekatan Nyoto berhasil mencegahnya jatuh.

Tangan Nyoto yang kekar berotot tampak merengkuh memeluk pinggang ramping si wanita yang ternyata adalah si wanita cantik bergaun slip dress warna biru yale yang tadi sempat menarik perhatiannya.

"Maaf, sy yang ceroboh tidak melihat Anda lewat…"kata Nyoto sedikit rikuh lalu melepaskan pelukannya.

"Sama-sama...
"Sy juga asyik ngobrol di hp tidak memperhatikan kanan kiri," kata si wanita muda nan cantik itu sambil tersenyum menahan malu.

Suara pria ini terdengar berat dan berwibawa membuat si wanita seolah tergelitik dan berdebar hatinya. Setelah berdiri mapan keduanya tegak saling berhadapan.

Kali ini si wanita bisa memandang pria yang menyita perhatiannya sedari tadi dengan sangat dekat.

Menurut taksirannya usia pria ini sudah tidak muda lagi. Mungkin 45 th atau lebih. Tapi justru terlihat ketampanannya yang matang sungguh menarik dengan garis muka yang tegas mengotak memberi kesan jantan dan maskulin sekaligus mengayomi.



Sorot mata tajam bagai sembilu dengan alis hitam nan tebal menonjol membuat dada si wanita berdebar-debar.
Postur tinggi tegap mungkin sekitar 180 cm. Ia yang sudah mengenakan hak setinggi 7 cm pun dipaksa sedikit mendongak.

Sekejap pandang matanya sempat mengerling ke bawah tepatnya ke selangkangan pria ini. Sontak debar jantungnya bergejolak tak karuan.

Sebaliknya, Nyotopun mengakui bahwa wanita muda yang menurut perkiraannya baru berusia sekitar 25 tahun ini memang memiliki daya tarik seksual yang luar biasa.

Sekelebat aroma tubuhnya menggoda nafsunya. Namun kekuatan batinnya cukup untuk membentengi nalarnya.

"Maaf, sy permisi dulu…"kata Nyoto kemudian tanpa basa-basi.

"Saya...eehh..!
seru si wanita cantik bergaun biru itu hendak mengatakan sesuatu namun keburu si pria berlalu.

"Ibu Noor Anggraeni..."
"Maaf, Bapak Adipati sudah menunggu ibu di ruang VIP…"kata seorang wanita berpakaian batik tiba-tiba menyapanya.

"Oh ya, aku segera menyusul," katanya lembut sambil pandang matanya berbinar menatap Nyoto yang sudah menjauh.

Sementara itu setelah sekian waktu berkeliling di tengah hiruk pikuk tamu Nyotopun bersua dengan istrinya tercinta, Roro Inten Ayu Dewi Rengganis.

"Nimas Ayu !..
"...aduuh..kemana saja kau nimas ...kucari sampai ke mana mana sampai hingga ke ujung dunia...gemetar lututku Nimas..
'Aku sangat mengkhawatirkan dirimu nimas," sahut Nyoto sambil mengamit kedua telapak tangan istrinya kuat2 lalu memeluknya erat.

"Ahh...Kangmas
"..sudah..malu kalu dilihat orang..ini khan tempat umum.
"Aku juga sama mencarimu kesana kemari Kangmas.
"Kukira kau di bawa dedemit penunggu tempat ini…" sahut sang istri sambil merengut manja di depan Nyoto.

"Ah..demit di sini mana mau sama aku. Bukankah dia lebih menyukai wanita cantik seperti dirimu Nimas...hehehe.."goda Nyoto.

"Iiihhh...kangmas kok gitu sih.
"Masak istri sendiri mau mbok korbanke.." balas Roro Inten sambil berdiri menyamping setengah membelakangi suaminya dengan tangan bersedekap.

Tingkahnya bagai gadis remaja yang tengah ngambek kepada pacarnya. Nyoto memang sangat suka menggoda istrinya. Dan ia justru begitu bahagia bila berhasil membuat istrinya cemberut dan sewot seperti saat ini.

"Nimas...begitu saja kok marah. Kangmas tidak sungguh sungguh. "Bukankah kangmas selalu bilang kepadamu bahwa untuk dirimu akan kulakukan semuanya sekalipun lautan api pasti kan kuseberangi...pucuk Gunung Mahameru kan kudaki...badai samudera pasti kan kulewati asal bisa tetap bersamamu Nimas.." rayu Nyoto sambil jemari tangannya menyentuh lembut dagu istrinya yang menggantung indah.

Mendengarnya tak ayal langsung membuat luluh hati Roro Inten. Dia memang paling tak mampu melawan rayuan maut suaminya tercinta. Alias sekali serang langsung KO-lah ia.

"Ah gombal…"
ucap Roro spontan sambil tersenyum malu. Mukanya sontak merona menambah ke-ayuan parasnya.

Sementara Nyoto hanya tersenyum lebar mendengar "cibiran" istrinya tercinta itu.

Ia tak tahan bila suaminya berlaku demikian. Digenggamnya erat jemari tangan suaminya lalu seraya berbalik ia meraba lembut sepasang pipi suaminya dengan jemarinya yang halus lembut.

"Ah...akuu...sangat mencintaimu... Kangmas. Jangan biarkan aku sendiri Kangmas…" kata Roro perlahan penuh perasaan yang bergejolak antara perasaan gembira dan kesedihan bercampur dengan birahi yang mulai menggelayuti.

Nyotopun hampir tak mampu menguasai dirinya bilamana melihat kepasrahan istrinya. Syahwatnya seketika bangkit menjalar ke segala sisi rongga kelelakiannya.

Namun berbeda dengan dengan apa yang ia alami sebelumnya takkala bersua bersama wanita cantik bergaun biru tadi.

"Ayo..kita pulang Nimas.
"Kita kembali ke istana Kebahagiaan milik Sunyoto Pujo Satmoko.."tutur Nyoto lembut sambil menggenggam erat jemari istrinya yang masih meraba kedua pipinya.

Diciumnya lembut kedua tapak tangan istrinya itu.

Roro Inten pun tersenyum penuh rona kebahagiaan di wajahnya.

Sesaat kemudian mereka melangkah keluar gedung Balairung ditemani suara merdu sang penyanyi band meng-cover lagu indah dari Bob Tutupoli…"Tinggi Gunung Seribu janji"
…..

Memang lidah tak bertulang
Tak terbekas kata-kata
Tinggi gunung seribu janji
Lain di bibir, lain di hati

Aku pergi takkan lama
Hanya satu hari saja
Seribu tahun tak lama
Hanya sekejap saja
Kita 'kan berjumpa pula

Seribu tahun tak lama
Hanya sekejap saja
Kita 'kan berjumpa pula
….​


Tepat sesaat setelah keduanya menyeberang lobi dan sampai di parkiran mobil. Sebuah sedan roadster warna perak meluncur cepat diantara mobil yang terparkir rapi lalu berhenti tepat di depan lobi sambil mengeluarkan mendecit ala drafting.

...ciieeet.!!!..

suaranya melengking membuat sebagian besar tamu khususnya yang berada di luar gedung terkejut lalu spontan menoleh ke arah asal suara.
Tidak terkecuali Nyoto.

Ia sejenak memperhatikan mobil silver itu sementara Roro Inten telah masuk terlebih dulu ke dalam mobil SUV nya.

Tampak tertulis di bagian list bonnet mobil roadster perak itu …"Mercedes Benz SL 350 AMG Sport".




Mercedes-Benz SL 350 AMG

Lalu muncul satu sosok pria muda berpakaian necis dengan hem tergulung di lengannya bergegas keluar dari dalam mobil.
Tanpa bicara sepatahpun, ia melempar kunci mobilnya ke salah satu petugas vale lalu masuk ke dalam Balairung dengan disambut salam menjura oleh hampir semua petugas jaga yang hadir!

Nyotopun hanya menggeleng pelan melihat aksi sang pemuda barusan lalu bergegas menutup pintu mobil SUV Pajero Sport miliknya.

Sebentar kemudian bergerak perlahan keluar dari area Paseban Ageng rumah dinas Bupati.

"Mas Freddy, anda sudah ditunggu bapak di ruang VIP bersama dengan yang lain…"kata seorang ketua panitia acara sambil menjura kepada lelaki muda ini.

Pria muda yang dipanggil Freddy ini hanya menoleh sebentar kemudian berlalu begitu saja menuju ruangan yang dimaksud.

Di dalam ruangan VIP sebuah ruangan terpisah yang terletak di samping dalam Balairung tampak beberapa orang duduk mengitari sebuah meja bundar dengan sajian makanan lengkap terhampar di meja makan.

Yang pertama adalah sosok tuan rumah yang tak lain Bupati Suryo Adipati, disamping kanannya duduk Kapolres Banyumili Letkol pol. Subandi bersama sang kapten yang bersisian dengan Sekda Tofan.
Kemudian di sisi lainnya duduk wanita muda nan cantik bergaun ketat biru Yale yang sempat menarik perhatian Nyoto ! lalu yang terakhir..
sosok pria misterius yang juga sempat bersua dengan nyoto juga ada disitu !
Ia memakai busana yang sama yaitu baju sorjan beriket kepala kain tradisional berwana hitam dan berambut gondrong menjela leher yang sebagian telah beruban.
Sosok ini memakai akik hampir di semua jari tangannya kecuali jempol.



Sebatang rokok kawung terselip di sudut bibirnya yang nyaris tidak kelihatan karena tertutup kumis nan lebat kaku dan tak beraturan!

Dengan mata cekung hampir terpejam entah sadar entah tertidur pria yang sulit diterka umurnya ini sesekali memainkan cincin batu akiknya di kedelapan jemarinya hingga mengeluarkan suara gemeretak.

Keletek…. keletek... keletek….

Senyum tersungging di bibir sang Adipati takkala melihat kedatangan pria muda ini.

"Kamu sudah datang Ed, kami semua sudah menunggu cukup lama...duduklah.."kata Adipati.

"Di mana ibunda.." tanya Freddy dengan mimik tajam serius kepada Adipati.

"Ibumu tidak bisa datang karena kurang enak badan. Makanya aku meminta Noor untuk menemani ayah…"jawabnya lagi.

"Huuh…" Freddy mendengus sambil melirik sejurus ke wanita muda bergaun biru yang ternyata adalah Noor Anggraeni dengan tatapan ketidaksukaan.

Noor yang tahu diperhatikan pura2 tak melihat sambil cuek meminum seduhan teh hijau yang barusan dituang oleh para pelayan.

Mendengar hal demikian tanpa pakai lama Freddy pun balik badan meninggalkan ruangan. Sontak Bupati Suryo Adipati menegurnya dengan sedikit keras.

"Eddy..!!! Mau kemana kau ? tanyanya.

Freddy yang ditegur tidak menjawab melainkan hanya menoleh sesaat ke ayahnya lalu berbalik bergegas pergi.

"Dasar anak bengal…" kata Adipati lagi sambil bersungut-sungut sesaat setelah freddy pergi.

Tak lama terdengar derum suara mobil sportnya melengking keluar dari sepasang knalpot gandanya.

Bruuumm !!!

Sebentar lalu mobil sport buatan Jerman itu melesat pergi keluar dari pintu gerbang Paseban lalu lenyap ditelan gulita.

Tak lama kemudian mobil para tamu pun mulai bergantian keluar silih berganti dari komplek Paseban Ageng meninggalkan kesunyian yang kembali menyergap sekitaran komplek rumah dinas Bupati Suryo Adipati tersebut.​
 
Terakhir diubah:

Dalam khasanah tatanan kejawen usaha dalam mencari pendamping hidup memang tidak gampang alias gampang-gampang susah atau susah-susah gampang.
Kenapa ?
Karena di dalam urusan satu ini, manusia banyak melibatkan unsur rasa hati, gejolak jiwa, dan terutama urusan gelora cinta.

Bagi kaum Lanang atau lelaki khususnya di tanah Jawa sudah merupakan keniscayaan bahwasanya dalam mencari pendamping itu hendaknya mencari calon istri yang bukan hanya berpikir mengenai hal hal seperti diatas melainkan juga seyogyanya memenuhi kaidah prinsip kejawen tentang bagaimanakah sejatinya perempuan yang ideal itu.

Hal tersebut telah dikiaskan turun temurun mulai dari jaman dahulu hingga saat ini melalui berbagai panyandran atau yang berarti kiasan tipe wanita yang pantas dijadikan pendamping si lelaki sekaligus menurunkan keturunannya kelak.

Maka muncullah panyandran atau kiasan seperti​
  1. Lambe iwir manggis karengat (bibir bagaikan buah manggis terbuka​
  2. Liringe sor madu juruh (kerling matanya mengalahkan manisnya juruh madu)​
  3. Sor tang nyuh danta santene (payudaranya mengalahkan kelapa gading)​
  4. Adege padmanagara (tubuhnya seperti padmanagara)​
  5. Lumampah giwang lan gangsa (lenggangnya beralun senada gamelan,seperti seekor angsa)​
….dan seterusnya.

Sedangkan tipe wanita Jawa ideal hendaknya mencerminkan watak dan perilaku sebagaimana berikut :​
  • Kusuma Wicitra
Ibaratnya bunga mekar yang sangat mempesona. Wanita yang mengharumkan dirinya dengan perbuatan baik, menjaga kehormatan dan kesucian dirinya.​
  • Padma Sari
Padma Sari atau Bunga teratai dalam budaya Jawa merupakan simbul kemesraan. wanita cantik yang penuh kasih mesra hanya bila bersama dengan suaminya.​
  • Sri Tumurun
Ibaratnya bidadari nirwana yang turun ke dunia. Wanita yang ideal sebaiknya cantik raga dan jiwanya. Sederhana, rendah hati akan cahaya cinta dan berbagi kasih.​
  • Sesotya Sinangling
Ibaratnya intan yang amat indah, berkilauan. Wanita yang menjadi perhiasan hanya bagi suaminya, sehingga dapat memperindah dan mencerahkan hidup dan masa depan suaminya, juga keluarganya.​
  • Traju Mas
Ibaratnya alat untuk menimbang emas. Ini merupakan simbol wanita setia​
  • Gedhong Kencana
simbul wanita yang berhati teduh dan berjiwa teguh sehingga dapat memberikan kehangatan dan kedamaian bagi suami dan keluarganya.​
  • Sawur Sari
Ibaratnya bunga yang harum semerbak. Wanita yang ideal sebaiknya dikenal karena kebaikan hatinya, keluhuran budi pekertinya, kehalusan perasaannya, keluasan ilmunya, kemuliaan akhlaknya. Kecantikan fisik dan kekayaan harta yang dimiliki wanita hanya sebagai pelengkap, bukan syarat mutlak seorang wanita ideal.

Dan terakhir yang kerap dianggap sepele salah satunya karena dianggap "tabu" dan dinilai "hanya" merupakan kewajiban yaitu :​
  • Pilungan
Ibaratnya cahaya yang sangat indah di peraduan/singgasana raja. Wanita yang cantik jasmaninya juga dapat mempersembahkan keindahannya hanya kepada suaminya ketika berolah asmara atau bercinta di peraduan.

Pertanyaannya…
apakah di jaman sekarang perempuan yang memenuhi semua kriteria selayaknya di atas tadi masih ada…?

Jawabnya….masih ada.

Banyakkah…?......
maybe yes maybe no

Mungkin 1 diantara 10 atau 1 : 100 bisa malah 1 : 1000 mungkin sejuta.

Entahlah….
...seperti kata seorang teman
"Jodoh adalah misteri"
"Jodoh adalah soal takdir"
Manusia berharap….Gusti Kang Kuasa menentukan.

Maka sangat beruntunglah dan berbahagialah mereka diantara kaum lelaki yang bisa mendapatkannya.

Dan....Sunyoto Pujo Satmoko…..
salah satu pria yang berhasil mempersuntingnya.


Raden Roro Inten Ayu Dewi Rengganis


Malam semakin merayap di langit Kota Banyumili. Jalan jalan dalam kota tampak lengang dari hilir-mudik kendaraan hanya sesekali tampak mobil dan motor berjalan menyusuri sudut kota.

Suasana yang nyaris serupa juga tampak terlihat di salah satu sudut kamar Istana Kebahagiaan milik Sunyoto Pujo Satmoko.

Kamar tidur berukuran luas dan besar itu tampak dihiasi oleh beragam ornamen dan hiasan kayu memenuhi pelbagai sudut ruang.

Kemegahan kamar kian kentara dan mencolok dengan beberapa pilar soko guru terbuat dari gelondong kayu jati utuh. Berdiri menjulang kokoh tegak perkasa menyangga langit langitnya yang cukup tinggi.

Dari keseluruhan penataan ruang pribadi yang sedemikian saja maka orang sudah bisa menilai selera dan bagaimana kuasa si pemilik kamar itu.

Dinding kamar yang berdampingan dengan sebuah taman pribadi dibiarkan terbuka begitu saja.
Seolah mempersilahkan remang cahaya bintang di langit masuk dari sisi luar berpadu lampu kamar yang bersinar temaram.

Suatu paduan kombinasi berseni tinggi menimbulkan aura elok nan indah dan romantis namun sekaligus menghanyutkan bagi siapa saja yang berada di sana.

Sementara di tengah tengah kamar terdapat sebuah dipan tempat tidur besar nan klasik berbentuk panggung persegi yang ke 4 sisi tiangnya menjulang tinggi tertutup kelambu warna putih.

Kelambu warna putih berbahan kain organdi yang tertutup rapat itu nyatanya tidak bisa sepenuhnya menyembunyikan siluet sepasang manusia di dalamnya.

Siluet dua orang yang terlihat saling menyatu. Saling menarikan tarian primitif... tarian gemulai yang meletupkan pijar birahi...penuh gairah... penuh luapan nafsu membakar syahwat yang makin lama makin memuncak..!

"Aaakhh...kau cantik sekali Nimas."
"Kau...begitu menggairahkan nimass "Aku...tidak tahan…
lirih kata keluar dari bibir Nyoto sembari kedua tangan kekarnya mengusap usap lembut rambut kepala istrinya tercinta Roro Inten lalu bibirnya yang tebal langsung mengecup dahi Roro terus turun ke sepasang matanya yang jeli.

Sejenak mereka bertatapan. Sepasang mata Roro berbinar manja membalas tatapan nafsu suaminya.

"Cumbulah aku kangmas….cumbulah aku sepuasmu...
Puaskan hasrat dirimu padaku Kangmas... taklukan aku dengan birahimu...kangmasss......pujoohhh...
ssshh..aahhhh...

ucapnya terputus seketika ia mengerang saat Nyoto melabuhkan ciumannya ke sepasang matanya yang seketika terpejam dikecupnya berkali-kali terus menyusuri tiap sudut wajahnya yang jelita.

Kecupan demi kecupan tanpa henti bertubi mendarat bagai senapan otomatis.
Dari mata turun ke hidung terus menyamping ke sepasang kulit pipinya yang lembut.
Dikecupnya pelan trus...
makin lama makin kuat. Hingga pipi mulusnya merona merah tanda birahinyapun mulai mangkat.

"Aaaahhhh .."
erang Roro tak tertahan manakala ciuman lelaki yang dicintanya kini melumat daun telinganya yang mungil.
Bibir dan mulut sang lelaki mengulum lembut lalu dijilatnya lubang telinganya.

Sementara jari jemari Nyoto yang besar dan kekar mulai meraba dan meremasi seluk beluk tubuh istrinya yang masih terbalut kain jarik kebaya.

"Ssshhhh….aaakhh..."
Roro mendongak sambil menggelengkan kepala kian kemari saat bibir basah dan lidah kasar si lelaki menciumi dan menjilati leher jenjangnya yang putih mulus.

"Hmmmm..."
Nyoto menghisap hisap sekujur batang leher Roro sambil tangannya meraba punggungnya berusaha melepas kebaya yang masih membungkus ketat tubuh indahnya.

Tak lama kain kebaya keemasan berenda yang dikenakan Roro mulai tanggal satu demi satu.
Kancing demi kancing. memperlihatkan kulit pundaknya yang berwarna kuning gading lembut bersinar.

Setelah meninggalkan bercak bercak merah di sepanjang leher jenjang Roro, bibir Nyoto tanpa aba-aba langsung melumat bibir tipis Roro menutup suara erangan wanitanya yang tersiksa birahinya sendiri.

"Ssshhh….kang..mas...ehhhmmm...mmmm.." hanya terdengar gumaman Roro manakala si lelaki menciumi bibirnya penuh nafsu.

"Ooohhh..."

Roro mengerang semakin keras takkala Nyoto mulai mempermainkan kulit dadanya dengan ciumannya disertai remasan remasan kecil di buah dadanya dan masih terbungkus bra warna hijau.

Sementara Nyoto yang semakin meninggi kadar testosteronnya mulai hilang kendali karena terbawa nafsu yang seolah berontak.

Nafsu yang sejak tadi terpenjara di Paseban Ageng Banyumili!

Seolah telah menemukan telaga yang dicarinya untuk melepaskan dahaga Nyoto yang sebenarnya sosok lembut kepada istrinya menjadi seolah liar dan meledak-ledak.

Breet...!! breet...!!

kebaya mahal itu pun koyak seketika ketika direnggut paksa oleh sepasang tangan kekar Nyoto.

"Oouuuhhh...!!!
pekik Roro Inten manakala si lelaki mulai menciumi belahan dadanya yang menggoda dari balik bra.

Begitu gencarnya serangan itu membuat Roro tak sempat mengambil nafas.
Apalagi setelah bra yang melindungi dadanya terlempar ke atas dan mempertontonkan sepasang payudara yang menakjubkan.

"Aaahhh..."erang Roro.
Payudara yang mengkal, menggantung sebesar pepaya muda namun terlihat kencang serta mulus tanpa cela. Bertengger dipucuknya sepasang buah pentilnya bagai mutiara hitam kecoklatan mengacung tegak akibat rangsangan birahi Roro yang deras mendesak menantang Nyoto untuk menjamahnya.

Tidak butuh waktu lama bagi Nyoto untuk segera melakukan aksi yang lebih liar. Kedua belah tangannya memeluk punggung telanjang Roro dan…
mulutnya langsung melahap payudara mengkal Roro.
Lidahnya yang hangat menciumii areolanya, menjilat dan mengunyah pentilnya yang tegang lalu menghisap hisap pentil itu sekuatnya sampai tertarik.

"Oooohhh….yaaahhh...kangmasss pujoohhh...isaaap...isap teruss.. putingkuu..masss...yang kerass...masss...ooouugh"
rintih Roro Inten sambil menggeliat

Tidak cukup itu kedua belah tapak tangan Pujo yang besar berotot langsung......
mencengkram.....
meremas-remas....kedua susu Roro sampai penyot.

Diiringi desah Roro yang semakin kuat...
Nyoto beralih kebawah menarik jarik yang melindungi bagian bawah tubuh istrinya, menutupi pinggulnya yang lebar dengan bokong besar yang bulat menonjol.

Nafas Nyoto tampak memburu dan matanya memerah bak jalang...!
Sungguh luar biasa besar derita birahi yang ditanggungnya.
Dan malam ini akan ia ledakkan semua bersama di dalam tubuh indah wanitanya...
Roro Inten Ayu Dewi Rengganis.

Auuukhhh...kakang..!!
jerit manja Roro ketika Nyoto meloloskan jarik yang membelit bagian bawah tubuhnya dan menyobek sisanya…..

breet...!!!!

breet...!!!!!

Nyoto terus berusaha menelanjangi Roro membuka penutup tubuh yang menyembunyikan tubuh molek Istrinya itu dan....

breett..!!!

secarik kain jarik terakhir pun tanggal dari kakinya.

Aaakhhh... kangmas…!!
seiring pekik dan erangan manja Roro yang seketika terguling ke samping manakala Nyoto menarik sisa jariknya.

Nyoto mendengus melihat wanitanya terbaring di ranjang pernikahannya dalam kondisi tubuh nyaris telanjang hanya memakai celana dalam mungil berenda berwarna hijau gelap tampak ketat membungkus bukit kemaluannya.

Roro memandang Nyoto dengan sayu. Nafasnya tampak memburu ditandai dengan buah dadanya yang naik turun menggemaskan.



Roro Inten

Sungguh luar biasa kecantikan istrinya. Tubuh padat dan semampai Roro yang satu jam lalu rapat tertutup sekarang terpampang dihadapannya dalam kondisi nyaris telanjang.

Nyoto lalu bergerak melepaskan kemeja dan kaosnya.
Seketika nampak tubuhnya yang atletis.
Bahu dan dadanya bidang dengan sedikit bulu diatasnya.
Lengannya kekar berisi dengan lingkar otot menambah kesan jantan.

Dengan sorot mata tajam Nyoto mulai mendekati sang wanita.
Roro merasakan debar jantungnya menguat.
Meski sudah menikah hampir 20 tahun namun suaminya adalah sosok pria langka dan istimewa yang mampu membuat wanita manapun akan penasaran dan terpesona akan setiap gerak dan langkahnya.

Setelah begitu dekat dengan saling merasakan hirup nafas masing-masing.

"Malam ini kita akan mengarungi samudra kenikmatan Nimas. Aku ...ingin memasuki dirimu sayang dan menikmati segala yang ada dirimu …"

"Aaakhh.. kangmas..aku...juga ...ingin merasakan bagaimana perkasanya engkau ... kangmas".
"Lakukanlah kangmas".
"Aku rela..."
"Akuuhh …"

Belum selesai Roro, Nyoto langsung menyergapnya dengan ciuman panas melebihi sebelumnya.
Didekapnya erat tubuh ramping dan padat istrinya lalu bibirnya kembali melumat bibir tipis Roro.

Bibir keduanya saling terkatup satu sama lain tanpa menyisakan celah. Kembang kempis bibir keduanya saling mengenyot.
Di susul dua lidah yang saling membelit dan menghisap.

Permainan silat lidah makin panas ketika Nyoto menarik lidah merah nan hangat Roro dengan bibirnya lalu menghisap air liur Roro sampai menetes di sudut bibirnya sendiri.

"EhEhmmm.mmmm ..."
mulut Roro membuka memberi kesempatan lidah suaminya mengobrak-abrik seluruh liang rongga mulutnya seraya memejamkan mata menikmati cumbuan lelakinya.

Bersamaan jemari Nyoto mulai turun menyusuri punggung Roro terus ke pinggang mengusap mengelus kulit tubuh perempuannya yang sehalus sutra itu lalu bertengger sejenak di pinggul besarnya.

Bermain main sesaat lalu turun meremas sepasang buah pantatnya yang sekal dari luar celana dalamnya. Menarik narik kain satin berbentuk segitiga itu hingga nyaris koyak.

Setelah puas bersilat lidah Nyoto lalu mengalihkan ciumannya ke area dada istrinya menyusuri belahan susu payudara sang wanita yang ranum bagai sepasang buah pepaya matang siap untuk dipetik.

"Ooouuugghh.ssshh...kangmasss..."
......erang Roro
menikmati jilatan suaminya yang berputar di sekitaran perut dan pusar mulusnya yang masih saja terlihat elok untuk seusianya.
Tubuhnya rampingnya menggeliat bak kepanasan manakala ciuman Nyoto masih berkutat di perut mendekati area genitalnya.

"Aaassshhh...lepass...lepaskaaan...saja.kangmass...akuu….tak...tahannn...lagiii… ssshhhh…."

Spontan Nyoto langsung menarik keras kain cawet hijau pupus berbahan satin yang menutupi bagian paling sensitif istrinya.

Breet...!!!

Breet.....!!!!!

lalu robek dan terkoyak.

"Aahhh...kangmasss..."kembali rintihan merdu keluar dr bibir indah istrinya yang seolah dipayungi selarik bulu kumis samar dan cantik itu.

Seketika mata Nyoto seakan membara menatap lembah ciut dan sempit di pangkal paha sang wanitanya.

Lembah sempit dan ciut yang membukit dan ditumbuhi bulu jembut yang membelukar.
Belukar jembut itu rapi mengapit di tengahnya tampak segaris celah rongga berulir berwarna kemerahan yang kembang kempis mengeluarkan cairan bening nan kental membuatnya makin basah.

Celah berongga sempit itu ditemani oleh sepasang daging tipis nan lembut berwarna gelap bagai sepasang bibir yang memayungi dan samar memercikkan wangi harumnya yang kian menohok kelelakiannya.
Hoohhh...sungguh betapa cantiknya lubang itu...pikir Nyoto.

Mata Nyoto nanar menatap keindahan celah kewanitaan istrinya.
Sesaat ia terpaku sambil jemarinya meraba lembut.
Roropun menggelinjang manakala suaminya berbuat demikian.

Lalu...sruup...sruuup...sruuup...

bibir sang lelaki mulai mencium dan menjilat celah liang basah berongga Roro yang seakan tak kuasa menahan geli nikmat begitu menusuk.

"Ooouugh... kangmasss…."
rintih Roro terdengar parau bersamaan tubuh indahnya yang tanpa sehelai benang mengejang seiring jilatan dan kuluman sang suami pada bagian alat vitalnya.

Nyoto terus menjilat liang basah berongga Roro.
Cairan kental bening seakan tanpa henti keluar dari rongga kemerahan itu menebarkan aroma khas yang kian membakar birahi sang lelaki.
Kedua jemari tangan lembut dan lentik Roro meremas rambut dan kepala sang lelaki seiring rasa gatal dan geli yang dirasakannya makin memuncak.

Kemudian mendadak Nyoto menghentikan ciumannya sejenak.
Ia melihat sesuatu yang begitu menarik perhatiannya.
Dibukanya ujung atas gelambir bibir vagina Roro.
Dibukanya kulup yang seolah mencungkupi dan memcuatlah sebuah benda bulat kecil sebesar ujung ruas jari kelingkingnya.

Tegang mengacung berwarna merah pekat.

Yah...
Nyoto berhasil menemukan biji kelentit sang pujaan hatinya yang bersembunyi malu malu.

Biji kelentit Roro Inten sungguh menakjubkan. Menyembul kaku dari balik atas ujung kulup liang alat vitalnya sebesar ujung ruas jari kelingking !
Biji kelentit itu memancing Nyoto untuk langsung menyerbu dengan mencium dan menjilati kelentit Roro.
Sementara tangan kekar Nyoto meremas bokong besar nan putih Roro.

"Aaahhh...ooohhh" …. kangmasss...geliiiihhh….aaaahhh…"
erang nestapa istrinya tak tertahankan kala itilnya dipermainkan dengan buas.

Geli dan nikmat telah memuncak pada diri Roro tinggal menunggu titik kulminasi akhir.
Bersamaan biji kelentit Roro yang makin merah, seakan kewalahan dan gelagapan menahan kuluman dan jilatan buas sang suami,
Roropun kian menjerit dan melolong parau saat mendekati puncak klimaksnya.

"Aaaakkkkhhhh!!.Ooouughh!!!...kang...masssss...!!!

Roro Inten bagai hilang kendali. Kepalanya menggeleng kian kemari. Tubuhnya yang telanjang bulat menggeliat geliat lalu menggelinjang semakin keras tak beraturan.
Kedua tangannya meremas sprei di kanan kirinya.

Sepasang paha bulatnya nan putih mulus mengangkang lebar-lebar. Wajahnya menegang keras.

Kepalanya yang tadi bergoyang sontak terpaku diam disusul mata indahnya yang besar bening membelalak berbarengan mulutnya menganga lebar.
Air liur merembes tak tertahankan dari sudut bibir disusul gerakan ritmik pantat bulatnya terangkat mengejat-ngejat dahsyat….

…..CREET...CREET….CREEET..!!!

Selarik semburat air bening kental muncrat dari lubang kencingnya. Menyembur dahsyat…..
sekali...
dua kali….
tiga kali...
empat kali…!!
Saking nikmatnya letupan pelepasan birahi yang sedari tadi telah menyiksa ragawinya tak sedikitpun keluar suara dari bibir tipisnya yang merekah basah itu.
Luar biasa..

-----------------
Nyotopun lalu bangkit menegakkan tubuhnya yang kekar berotot.
Sejenak ia menatap penuh sayang sang istri tercinta yang terkulai lemas dalam keadaan mabuk klimaksnya.

Perlahan Nyoto memelorotkan celana panjangnya hingga tanggal semata kaki.
Diciumnya lembut kening dan pipi merona istrinya.
Dibelainya dengan penuh kasih rambut indah wanita pujaannya itu yang masih tersanggul meski sedikit berantakan.
Lalu pelan-pelan Roro Inten mulai sadar dr mabuknya.
Diliatnya sang suami tercinta dekat sekali di wajahnya. Nafas harum sang lelaki pujaan menerpa hangat wajahnya yang berkeringat.

"Kau begitu luar biasa... Nimas sayang" belum pernah kau keluar sebanyak ini…"tutur lembut Nyoto.

"Ahhh, kau...yang luar biasa kangmas. Kau membuatku begitu bergairah Kangmas Pujo..."balas mesra istrinya.

"Eeh..ituuuhh…!!"
sejenak Roro mengeluarkan suara tertahan sambil mengerling ke bawah tubuh suaminya.
Sadar akan dirinya Pujopun tersenyum lalu ikut memandang ke bawah tepatnya di selangkangannya.

Pujo berbaring setengah duduk di samping Roro.
Celana dalam Briefs warna gelap yang dikenakan memperlihatkan perutnya yang tampak masih rata dan kencang.
Namun bukan itu yang menjadi pusat perhatian Roro melainkan yang ada dibaliknya.

Celana dalam itu tampak menggembung menonjol besar di bagian tengahnya.
Samar terlihat sosok benda bagaikan sebatang pipa atau lebih persisnya seperti buah mentimun tercetak jelas dibaliknya.
Mentimun itu begitu besar dan panjangnya sampai ujungnya mencuat keluar dari dalam celana dalamnya yang sudah berukuran L.
Ujungnya membulat tumpul seperti kepala jamur yang merekah.
Dari ujungnya yang terbelah terlihat jelas cairan berwarna bening dan kental meleleh keluar.
Roro tersenyum tersipu menahan malu di pipinya yang merona.

"Kangmas, kangmas belum yaa…"tuturnya manja.

Nyotopun mengangguk sambil tersenyum memandang istrinya yang kemudian beringsut bangkit. Sepertinya Roro Intenpun sudah pulih kesadaran fisik dan batinnya.

"Kangmas….pengin…?? kata Roro lagi dengan lembut sambil tersenyum mesra lalu tersipu malu.

Sejenak Nyoto terdiam lalu menggenggam lembut pipi istrinya itu.

"Sangat…" tutur Nyoto pelan mendesah.

Suaranya terdengar bergetar karena menahan nafsu sebesar gunung yang belum terlampiaskan sepenuhnya.

Roro beranjak bangun lalu mendorong dada bidang Nyoto dengan lembut dengan sepasang tangannya yang halus dan berkuku lentik.
Nyotopun langsung rebah telentang di atas pembaringan cintanya dengan kaki terpentang lebar.

Ia memandang tajam ke arah Roro Inten yang tengah merangkak ke arahnya bagaikan singa betina lapar.

Sudut pinggangnya yang melekuk indah bersambung dengan pinggulnya yang melebar menyangga sepasang buah pantatnya yang mempesona. Besar.....bulat.....putih.....mulus....dan............penuh!

Sementara pemandangan lain yang tak kalah menakjubkan tersaji di hadapannya.
Dalam posisi merangkak seperti itu membuat payudara Roro menggantung begitu indah.
Besar dan bulat bagaikan buah pepaya. Mengkal dengan ujung putingnya coklat kehitaman mengacung tegak menandakan birahinyapun telah bangkit kembali.

Nyotopun memejamkan mata tak kuasa melihat semua keindahan itu. Tak kuasa untuk membebaskan kejantanannya yang terkungkung rapat menuntut pembebasan bersyarat.

Namun hanya sekejap saja apa yang diinginkan Nyotopun seolah terkabulkan.

Pelan tapi pasti jari jemari lembut wanita pujaannya ini menggelayut di sisi luar celana dalamnya.
Menyentuh tonjolan batang penisnya yang sebesar mentimun.



(Ilustrasi penis Nyoto.red)

"Ssshh….besar sekali kangmas...ooohhh..
....betapa panjang dan begitu keraasss. Sekian lama bersamamu aku masih saja takjub melihatnya kangmas…"
desah Roro Inten sambil mengerling manja.

Jarinya yang lentik mempermainkan ujung penis Nyoto berbentuk kepala jamur yang merekah basah mengeluarkan air madzi-nya yang bening dan kental.

Nyotopun memejamkan mata. Ia begitu menikmati kelakuan Roro Inten manakala jari jemari istrinya tercinta bermain di ujung kepala zakarnya yang membonggol besar.

Begitu Roro menarik ujung jari lentiknya maka setetes cairan madzi Nyoto mengayun membentuk laksana untaian benang kristal yang langsung dijilat oleh Roro Inten!

"Haaahhh…!"
Nyoto mendesah kuat. Menahan gejolak birahinya yang melonjak tinggi melebihi trafo gardu PLN dikarenakan melihat polah wanita pujaannya ini.
Ingin sekali dia langsung menubruk Roro Inten dan melepaskan penat syahwatnya yang nyaris membludak. Namun ia memilih menanti aksi sang Dewi.

Puas dengan permainan pembukaan. Roro Inten mulai melangkahkan bidak caturnya ke tahap selanjutnya.
Dilepaskannya dengan perlahan sekali celana dalam Briefs warna gelap suaminya.
Sontak seketika pula sepasang mata indah Roro Inten membelalak bersamaan lenguh Nyoto yang terdengar samar.

"Hoohh.."
Nyoto mendesah lega luar biasa dikarenakan batang kemaluannya yang sejak tadi terkungkung dan tersiksa akhirnya terbebas dan lepas.

Pandang mata Roro Inten tidak terlepas barang sekejap bilamana melihat batang kejantanan Sunyoto Pujo sang suami tercinta.

Batang kemaluan itu mengacung kokoh dengan sudut kemiringan 60° nyaris tegak lurus menghadap langit langit.

Muncul dari balik rimbun jembutnya batang itu tegak ngaceng sepanjang 17 cm! dengan diameter 6 cm!
Otot pejal yang mengelilinginya ditambah ujung kepala bonggol yang besar meruncing membuatnya bagaikan mesin bor yang siap menghunjam dan menjebol apa saja yang ada didepannya.

Batang pejal itu mengangguk-angguk mendongak-dongak seiring aliran darah yang deras menyelimutinya. Sungguh sulit dipercaya hal itu ada pada pria seusia Nyoto.
Ini mungkin karena sejak muda Nyoto terbiasa berlatih fisik kanuragan sekaligus hasil olah batinnya yang mumpuni.

Roro Inten memandang dengan takjub sambil pandang matanya berputar mengelilingi batang lingga suaminya tercinta. Ia seperti tengah mengamati sebuah benda seni bernilai tinggi.

Sebentar kemudian Roro berusaha melingkarkan jari jari lentiknya di sekeliling batang pejal itu.
Ia terkejut mendapat kenyataan bahwa lingkar jemari tangannyapun tidak mencukupi untuk itu.

Namun akhirnya ia mendapat ide dengan menggunakan kesepuluh jarinya sekaligus…!!

"Aaaahhhh...ooohhhh….nikmaaat...halus dan lembut sekaliii...jari tanganmu Nimas Ayuuu….ooohhh"
erang Nyoto terdengar nyata di telinga Roro Inten yang tersenyum sambil kesepuluh jemarinya yang indah, halus, lembut mengurut, meremas dan mengocok batang penis suaminya.

"Aaahhh….terusss...kocok manukku Nimasss...aaasshhh...kocoookk...terusss...nikmaaatnya... Nimas ku sayang…"
suara erangan Nyoto semakin keras terdengar membuat Roro semakin bernafsu dan terangsang !

Senyum Roro pun terkembang merekah begitu manisnya disertai binar matanya melihat suaminya tercinta mengerang-ngerang menahan nikmat tak tertahankan saat jemari tangannya yang begitu halus lembut mengocok-ngocok batang penis kekar dan kaku itu.

Bagi Roro Inten suara desah dan erangan suaminya bagaikan alunan musik antah berantah yang menusuk kalbu dan membuai sukmanya. Membuat gairah kewanitaannya melonjak drastis dan….
ia merasakan pentil susunya menegak lagi disertai lendir cintanya merembes keluar dari celah sempit liang kawinnya yang menggelambir basah, hangat dan menggeletar !

Kocokan jari jemari lembut Roro Inten makin lama...makin kuat...makin cepat….membuat batang pejal itu kian memerah...kian mengeras maksimal ! Terdesak darah yang memenuhi sekujur urat-urat nadi batang kemaluan Nyoto.

Di saat yang sama Roro Inten juga merasakan nafsunya tiba-tiba menggelegak dahsyat.
Sungguh...!!

Lendir cintanya kian banyak keluar dari liang kewanitaannya dan luber membasahi paha padatnya nan putih mulus.
Suara erang Nyotopun berpadu dengan desah lirih Roro yang justru kelimpungan menahan birahinya sendiri.

Kemudian tanpa aba-aba Roro menundukkan kepalanya ke selangkangan suaminya lalu....

"…..ehmmmm..mmmm.ehmmmmm…"
suara desah Roro terdengar tertahan manakala batang penis kekar Nyoto masuk ke dalam mulutnya.

Bibirnya tipisnya yang merah merekah basah dan hangat mengulum penis Nyoto yang berurat.
Dikulumnya berkali-kali...
keluar masuk..
keluar masuk....
Penis Nyoto yang begitu gagah membuat darah birahi Roro Inten mendidih bagai jarang di kuali. Membuatnya seolah lupa diri akan martabatnya sebagai seorang wanita ningrat wanita kaya nan terhormat ! Meski...ia melakukannya hanya kepada kekasih hatinya. Sunyoto Pujo Satmoko, suaminya.

Roro Inten seolah berpacu dengan waktu terus tanpa henti mengenyot, menghisap dan mengulum batang penis Nyoto suaminya.
Mulutnya sampai kempot bilamana ia mengisap isap penis Nyoto.

Tak lama lidahnya yang hangat ikut membantu merangsang batang penis Nyoto yang berurat.
Membelit dan mengisap mulai dari ujung bonggolnya yang berlendir hingga ke leher batang penisnya membuat pria ini merem melek merasakan nikmat tiada tara.

"Hooohhh….haaahhh..." "teruusss...kulum..manukku...nimass.".""jilat manukku..."
"isap yang kerasss...sayaang...."
"nikmaaattt sekali... mulutmu Nimasss….haaahh!"

sahut Nyoto yang masih telentang dengan mata setengah terpejam menyelami nikmat luar biasa yang diberikan oleh istrinya tercinta.

Roro Inten tampak berusaha mati-matian untuk memasukkan batang penis kekar suaminya seluruhnya ke dalam mulut sampai ke pangkalnya namun apa daya..
sungguh Nyoto dianugerahi batang kejantanan yang luar biasa.
Seakan batang itu semakin besar dan keras di dalam mulutnya membuat Roro hampir tersedak beberapa kali.

Sementara Roro Inten merasakan geli yang amat sangat di area genitalnya. Lendir cintanya terus keluar membasahi bibir liang kewanitaannya yang sudah merekah itu.
Iapun menyudahi aksinya lalu melangkah ke atas tubuh kekar suaminya.

Tubuhnya yang ramping putih nan sintal itu sungguh serasi dengan suaminya yang tinggi kekar berotot dan berkulit sawo matang.
Dengan tinggi sekitar 165 cm sungguh padanan yang pas dengan nyoto yang 180 cm.

Roro Inten mulai melakukan aksi berikutnya yang pastinya lebih panas dari sebelumnya.

Dengan posisi menindih suaminya yang telentang ia menggesek-gesekan badannya yang halus mulus bak sutra ke tubuh jantan Nyoto yang kasar berotot.

Ia melakukannya mulai dari bagian dada, perut, kaki bahkan selangkangannya!
Seiring tubuh telanjang keduanya yang saling menggesek...
Roro mengintensifkan dengan menggesekkan buah dadanya yang mengkal dan berkulit lembut ke dada bidang suaminya.
Sepasang pentil susunya yang mengacung keras saling berhimpitan dengan puting susu Nyoto.

Terusss...

Roro Inten terus melakukannya sampai ia sendiri tak tahan!

Sementara sepasang payudaranya tengah beraksi melakukan tugasnya disisi atas Roro Inten mencium bibir Nyoto dengan buas lidahnya memaksa masuk ke rongga mulut Nyoto membelitnya lalu mengisap lidah Nyoto dengan keras.
Nyotopun tak mau kalah dengan balas membelit lidah istrinya.

Mmmmppp…mpphhh….mmmmppphhhh” erang keduanya.

Jari jemari Roro meremas mengeremus rambut kepala suaminya. Demikian halnya dengan Nyoto. Remasannya sampai membuat rambut indah Roro Inten yang hitam lebat tersanggul......lepas!
lalu jatuh tergerai hingga menjela pantat.
Merambahi kulit punggungnya yang halus bercahaya.

Sungguh pemandangan yang menggetarkan.

Air liur merekapun saling bercampur satu sama lain dan berceceran meleleh di sudut bibir dan pipi keduanya. Disertai suara erangan keduanya yang makin keras.

Berlalu di bagian atas ketegangan sudah mendekati puncak. Di sisi bawah memperlihatkan pemandangan yang lebih lebih lagi.

Sepasang paha dan kaki Nyoto dan Roro Inten saling membelit saling menggesek satu sama lain.
Paha padat, putih dan mulus Roro Inten bergesekan dengan paha besar, kekar dan kasar berbulu Nyoto.
Saling menggesek gesek dengan keras berikut tungkai dan betis mereka.

Sementara ciuman panas keduanya terus bergelora bagaikan ombak di samudera lepas.

"Mmmmppp…mpphhh….mmmmppphhhh..
erang keduanya seakan tak putus putus.

"Ssshhh...hahhhhh…"
rintih Roro Inten ketika tanpa sengaja pahanya menyentuh benda tumpul yang menonjol besar hangat dan kaku di selangkangan suaminya.

Nalurinya sebagai perempuan menuntun tangan kanannya meraih batang besar dan kaku itu lalu mengocoknya pelan.
Pelan...lalu lambat laun bertambah cepat...makin cepat...makin keras. Sementara bibirnya masih beradu panas dengan bibir suaminya.

"Aaasshhh…. Nimas Ayuuu…."
Nyoto melepas pagutan pada bibir istrinya saat merasakan kocokan nikmat jemari lembut Roro pada batang kemaluannya.
Lalu ia pun melakukan hal serupa.

Jemari Nyoto yang besar dan kasar bergerak menukik meraba lekuk pinggang istrinya yang ramping terus bergerak intens menyusuri sisi dalam lipatan paha montok Roro menuju ke pangkal pahanya lalu berhenti di celah liang vaginanya yang merekah basah oleh lendir cintanya.

"Oouuhhh….ssshhhh….aaahh kangmasss…."
desah Roro tak tertahankan manakala jemari telunjuk dan jari tengah Nyoto menggesek dan menekan alat kelaminnya.

Jadilah mereka berdua saling mengocok kontol dan menggesek memek.

Makin lama makin cepat hingga …

"Kangmasss….akuu...mmmetuuu!!..
aaakhh..!

pekik nikmat Roro Inten sambil menggeliat mengejang saat kembali klimaks untuk kedua kalinya.

Berbeda dari sebelumnya, Roro Inten tidak butuh waktu lama untuk pulih. Setelah kalah dua kali oleh suaminya membuatnya seolah beringas.

Ia lalu mendorong keras dada Nyoto hingga membuatnya tubuhnya telentang kembali di ranjang. Dinaikinya tubuh telanjang suaminya yang besar dan kekar.
Lalu Roro pun duduk mengangkang tepat di atas selangkangan suaminya dimana batang kemaluannya tegak menantang.

Sejenak dikibaskannya rambut panjangnya yang indah tergerai sampai sebokong.
Riap rambutnya yang lebat sebagian menutupi paras ayunya yang memerah karena birahi.
Keringat tampak membasahi sebagian tubuhnya yang indah dan telanjang.

Setelah mendapatkan posisi yang tepat. Roro mulai menggerakkan pinggulnya yang besar.
Bergerak maju perlahan ...kemudian...
mundur..... bergerak maju lagi...
terus....mundur.
Begitu seterusnya makin lama makin cepat.

"Ssshhh…..aaahhh…..kangmass pujoo...aaaooohhh...pel..peli..pelimuu......kangmass….
"Ooohh..pelimuu!...kerasss…bessaaar.."
"Rorooo...suka... pelimuuu ... Kangmas pujoo.....aaahhh...!!

erangan Roro tak tertahankan manakala batang kemaluan Nyoto yang besar dan kaku mulai bergesekan dengan bibir vaginanya yang merekah.


Roro Inten

Pinggul besar dan pantat montok Roro terus bergerak langsam maju mundur dengan ritme yang teratur menggesekkan pangkal pahanya dengan batang selangkangan Nyoto yang mencuat.

Terlihatlah batang kekar dan kaku kemaluan Nyoto dengan ujung bonggolnya yang mekar begitu gagah menyingkap bulu jembut Roro yang indah membelukar. Menguak lembah sempit kewanitaan istrinya. Menggilas biji itil sang wanita pujaan hati lalu menyusup ke dalam liang vaginanya yang basah kuyup akibat cairan cintanya yang telah meluber.

Semakin lama ditahan rasa geli di dalam liang kewanitaannya maka semakin tinggi desakan birahi untuk segera mencapai puncak kenikmatan klimaks yang hendak dituju.

"Aaahhh….aaahhh......aahhhh…!!!!

Seiring erangan dan rintihannya Roro Inten terus bergoyang kian kemari diatas selangkangan suaminya. Rambutnya yang panjang menjela bokong tersibak kian kemari seiring goyangannya.

Pantatnya yang besar dan putih montok mengayun-ayun dengan dahsyat.

Pinggulnya yang mekar indah berpadu dengan sepasang pahanya yang padat mendorong bibir vagina dan daging itilnya menggesek menggilas batang kaku kemaluan Nyoto berusaha meredakan rasa geli luar biasa yang berpusat di dalam alat vitalnya.
Pantatnya naik turun..maju mundur..serong kanan kiri silih berganti tak beraturan begitu cepat.
Ooohhh...sungguh gerakan berirama nan erotis dan begitu menggetarkan jantung.

Bokong indah Roro yang besar bulat dan putih mulus itu terus menari begitu terampil seiring putaran pinggulnya mempertontonkan pemandangan menakjubkan di atas ranjang yang tiada duanya.

Kurang lebih 15 menit kemudian...

Goyangan pinggul Roro Inten telah berubah menjadi genjotan - genjotan maju mundur yang makin cepat..
makin dalam...!!!
makin liar... !!!
makin kasar...!!!...
makin menjadi-jadi!!

Hingga keluarlah kata-kata "indah" seiring suara merdu mengharu biru keluar dari bibir ranum Raden Roro Inten Ayu Dewi Rengganis yang kian membuluh sukma suaminya tercinta.

"KANGMASSS !!!...AAAKHHH... SAYANGGG...!!!
"KANGMASSS CINTAKUUU...!!! "...MANUKMUUHH .... KANGMASSS..!!
"ROROO PENGIIIN MANUKKMUU.. KANG..MASSS..!!!
"ROROO PENGIIN KAWIN KARO MANUKMUUU KANGMASSS....!!!

"ssshhh ....aaaakkkkhhhh..!!
aaahhh !!!...
"kawinnn..!!!
Kawinnnnn....!!!
"akuuu...penginnn kawin !!!
Rorooo...pengiinn...dikawini..!!!
"kawiniii akuuu….kangmasss…!!

"KAWINNN.....!!!!
"KAWINI AKUUU...KANGMASS..!!

"lebokke manukmuuu ning njero tempiikku kangmasss!!!!…
Aaahhhh…!!!
"Rorooo.... njaluuuk dikawini...!!!….
"Rorooo...pengin kawin sekarang kangmasss…!!!

sekaranggg.....kangmasss !!!!...sekaranggg...!!
"Roroo njaluuuk dikawin kangmasss..!

"Oohh....KONTOOLLL…!!!!
...
"tempikkuuu pengin ngenthu karo kontolmuuu Kangmasss...!!!

"KONTOLLLL….oohh...KONTOOLLL...!!"


"Tempiiik...tempikkuuu...njaluk kenthu..!!!...njaluuukk....dikenthuu...
karooo...kon..tolmuu !!...kangmasss..!!

"Aaahhhh..kenthuu !! akuu….kangmass…!!.
"kenthuh akuuu... kangmasss pujooo!!!

"AKKHHHHH….KENTHUUUHHH...!!!!!"

CREETT….CRECEEET….CREEET... …

Roro Inten menjerit histeris manakala meraih klimaksnya ke 3 kalinya di malam ini bersama suaminya tercinta.
Tubuhnya kembali lunglai bersamaan selesai pancuran air nikmatnya muncrat dr lubang kencingnya.

Beberapa saat kemudian Roro pulih kesadarannya lalu membuka matanya.

"Kau belum keluar juga...kangmas..? tanya Roro dengan mesra sembari tersenyum memandang pria pujaannya ini.

"Jangan pikirkan aku..nimas. yang terpenting adalah dirimu bisa puas," jawab Nyoto sambil mengusap lembut dagu indah Roro bak wange ngungkal gerang.

"Tidak boleh begitu kangmas...suami istri tidak boleh egois. Mementingkan dirinya sendiri"
"Kangmas sudah memuaskan aku hingga berkali-kali. Sekarang saatnya kangmas yang harus terpuaskan"
"Aku rela...ikhlas lahir batin marang sliramu mas Pujo…"tutur Roro Inten dengan lembut.

Sepasang matanya yang tadi terlihat sayu karena kelelahan tampak berbinar penuh gairah.
Senyumnya terkembang begitu manis ke arah suaminya tercinta.

Nyotopun balas tersenyum.

Sudah hampir 2 jam lamanya mereka masih hanya saling mencumbu. Nyoto yang masih mengalah dan menahan diri sejak tadi setelah mendapat lampu hijau dari istrinya langsung mengambil alih kendali. Permainan harus diakhiri secepatnya karena takutnya nanti justru akan berakibat buruk dan menyiksa terutama bagi Roro Inten istrinya tercinta.

Dengan mengambil nafas dalam beberapa kali. Nyoto langsung memeluk istrinya lalu menggulingkan tubuh Roro yang tanpa sehelai benang itu sehingga berbalik dia sekarang yang menindih tubuh langsing dan padat istrinya.
Ditindihnya tubuh indah itu dengan berat badannya yang kekar namun tetap disangga dengan dua belah tangannya yang kokoh.

Dipandangnya sesaat sepasang mata indah dan bening itu.
Dikecupnya lembut sepasang kelopaknya.

"Kau sudah siap ... Nimas..? kata Nyoto dengan lembut.

"Aku sudah siap dari tadi Kangmas.."jawab istrinya sambil mengerling menggoda.

"Masukkan kontol besarmu kangmas"
"Masukkan yang keras ke dalam lubang tempikku"
"Penuhi tempikku dengan batang pelimu kangmass...."
"Jebol tempikku dengan pelimuu..."
"taklukan wanitamu ini….dengan kejantananmu Kangmas…"
"penuhi rahimku dengan pejuh hangatmu kangmas..pujoo."
'buat akuuu...hamm...miill…....

ehhmm...mmmppphhhh...!!!! ehhhmmm...mmmppphhhh....!!!

Tiba-tiba….
terputus kalimat yang terlontar dari bibir lembutnya karena keburu disumpal oleh bibir Nyoto.

Mendengar kata2 istrinya tercinta itu spontan batang kontol Nyoto yang masih kaku seketika mencuat lebih keras membesar sampai ke tingkat maksimal.
Urat-urat darah di sekeliling batang kemaluannya tampak menyembul menahan desakan syahwatnya yang memuncak.

"Ooouughh…!!
kangmas….kangmaskuu….!!

Roro Inten mengerang merintih mendesah dengan gairahnya yang kembali membara!

Sigap Nyoto melebarkan paha istrinya. Digesekkan berkali-kali ujung pelinya yang menegang kaku dikuntum tempik Roro Inten yang lembut dan merekah indah.
Sekali lagi lendir cintanya mengalir membasahi liang kemaluannya.
Nyoto memandang nanar ke arah lubang vagina Roro...lalu…

Bless...blesss…. blesseekk...

"Ooouughhh…!!!!!!"
Roro memekik manakala ujung peli Nyoto yang membonggol besar menembus.......
....menghunjam lalu amblass ke dalam vagina Roro.

Bibir dan liang vagina Roro dipaksa meregang maksimal manakala batang peli kekar suaminya telah menembus alat vitalnya.
Nyoto merengkuh memeluk tubuh indah istrinya dengan erat seakan tiada dilepaskannya lagi.

"Hahhh....aahhhh...."

Betapa nikmat yang dirasakan Nyoto ketika dinding liang vagina Roro yang kenyal...hangat....basah dan bergerinjal menghisap dan meremas begitu kuat di sepanjang alat vitalnya mulai dari kepala hingga batang peli.

Tangan kiri memeluk punggung Roro sedangkan tangan kanannya melingkar di pinggulnya sambil jemarinya meremas remas pantat istrinya yang bulat menggairahkan.

Digenjotnya tempik Roro Inten dengan keras penuh tenaga. Kepala kontol Nyoto merasuk mendesak dinding tempik Roro sampai ke titik yang terdalam.

Dinding rahim...!

Merasakan ujung pelinya telah menyentuh rahim istrinya membuat birahi Nyoto seketika memuncak sampai ke titik merah.

Sepasang telapak tangannya yang kekar berotot mencengkram meremas bokong Roro yang bulat indah lalu ditarik ke arahnya dengan keras bersamaan ia hunjamkan batang penisnya kuat-kuat..!

BLESSS!!!

"Aaaaahhhh…!!!"
erangan Roro terdengar begitu merdunya takkala tikaman nikmat itu datang sekonyong-konyong hingga terasa menembus jantung.

Pelukan Nyoto mendekap erat tubuh indah Roro sambil menekan batang pelinya sedalam mungkin ia dapat masuk hingga menyentuh dasar liang senggama Roro.
Digenjotnya liang nikmat itu tanpa henti keluar masuk dengan kecepatan tinggi.

Sleep...sleep...sleeepp.

Awalnya Roro Inten merasa sedikit ngilu karena batang peli suaminya yang luar biasa besar dan panjang menghunjam menerobos liang kewanitaannya yang meski sudah begitu basah dan meregang.

Namun sedikit demi sedikit ngilu itu berangsur lenyap tertindih oleh rasa nikmat yang semakin menjadi-jadi tak tertahankan sampai nafas Roro memburu laksana beliung hendak merontokkan ragawinya.

"Ooohhhh..,ooohhh....ooohhh.."

Sungguh rasa nikmat seiring hunjaman kontol gagah suaminya yang dibarengi rasa penuh cinta dan gairah membara dari keduanya terasa begitu istimewa dan tiada banding.

Semua syaraf-syaraf lembut di dalam vaginanya merespon daging asing yang memasukinya itu dengan cengkraman yang kuat.

Lima belas menit kemudian Nyoto merasakan pelukan Roro semakin mendekap dan pinggulnya bergerak dengan liar.
Ia tahu istrinya bakal mendapat kembali orgasmenya.
Lalu ia semakin mempercepat ayunan pinggulnya dan menghujamkan kontolnya sedalam mungkin ia dapat masuk.

Tak berapa lama kemudian...

KANGMASSSS.......!!!!!!!
"ROROO KELL..LUUAARRR....!!!
......
"AAARRRRGGH.....!!!


Pekik Roro terdengar begitu merdu menusuk saat klimaks ke 4-nya yang paling kuat datang menyergapnya.
Jemarinya mencengkram...menekan bongkahan pantat suaminya.

Pinggul dan pantat wanita jelita nan penuh cinta dalam raga dan jiwanya kepada suaminya ini berayun terangkat membuat liang senggamanya menelan habis batang peli kekar Nyoto tanpa sisa.

Semua otot-otot kewanitaannya berkontraksi berirama dengan sangat cepat dan kuat diikuti di bagian panggul dan rahim.
Lalu diakhiri dengan cengkraman kuat pada peli sang lelaki.

Genjotan Nyoto mendadak macet total, peli kekarnya bagai tercekik dan terkunci. Bahkan gumpalan sperma kental yang terdorong dari testisnya sulit memancar hingga menyesaki saluran kencingnya.
Kejadian yang berlangsung hanya sekian saat itu membuat Sukma Nyoto langsung melayang ke surga.

Rasa geli plus nikmat yang ia rasakan sungguh tak terlukiskan....!

"Aakkhhh....!!

Kontan saja Nyoto pun memekik keras sementara kedua matanya mendelik nyaris terbalik dengan mulut menganga.

Setelah vagina Roro Inten kembali berkedut-kedut barulah ujung penis Nyoto lega memuncratkan sperma seolah lepas dari sumbatannya.

Cairan sperma putih nan kental itu meletus dahsyat dari puncak kepundan lubang kontolnya..!!
menyembur...menyemprot....begitu kuat dan deras ke dalam liang nikmat kewanitaan sang istri tercinta...yang begitu hangat...membungkus
begitu peret.......menahan
begitu legit......menjempit...meremas... menghisap...memmm..
.!!!....
.....

OOOUUUHHHHH..!!!!!

....betapa surga di dunia itu benar-benar ia rasakan nyata adanya...
...surga yang ternyata berada begitu dekat...
...surga itu ada di dalam lubang kemaluan dari wanita yang ia kasihi dengan sepenuh jiwanya...Roro Inten Ayu Dewi Rengganis !!




Nyoto bersama istri, Roro Inten Ayu Dewi Rengganis


“Nimaaassss.....!!!....
......
"Nimasss ROROOO...sayangkuuuu!!!!!

......
....Aaarrrrggh....!!!!

Pekik Nyoto dengan keras sambil dipeluknya tubuh telanjang nan indah Roro Inten dengan segenap jiwanya.

Diremas-remasnya bokong besar, putih dan montok istrinya itu begitu kuat seraya reflek ditariknya keras-keras ke arah selangkangannya seiring pengeluaran air mani dari lubang kencingnya melalui proses ejakulasi yang teramat nikmat.

"KELUAAARR...!!!!"
CROOOT

"Ooouughh...!!!"
CROOOT…

"NIKMAAATTTT....!!!!!.."
CROT ... CROT

....lagi...dan lagi....

Luar biasa....!

Daging kejantanan Nyoto mengembang mengempis dan menghentak-hentak sambil terus menerus menyemburkan spermanya dalam vagina Roro Inten hingga memenuhi rahim seakan-akan ia ingin mengosongkan seluruh persediaan mani di kantung telurnya.

Bermili-mili liter sperma ia muntahkan dari zakarnya bersamaan remasan daging hangat di lorong nikmat vagina istrinya, Roro Inten.

Begitu banyak cairan mani yang ia keluarkan dari buah zakarnya sehingga liang vagina Roro bagai tak mampu menampung semuanya.
Sebagian tumpah meluber di sepasang paha putih nan montok Roro dan sisanya mengotori seprey ranjang perkawinan Sunyoto Pujo Satmoko dan Raden Roro Inten Ayu Dewi Rengganis.

_________

Sejenak keduanya terpaku dalam diam. Seolah membeku meresapi sisa-sisa persenggamaan yang telah biasa mereka berdua lakukan bertahun-tahun lamanya.

Sebentar kemudian tubuh kekar Nyoto bergerak halus.
Nyoto beringsut menyamping di sisi kanan Roro Inten istrinya.
Batang kemaluannyapun sudah kembali melunak pun demikian dengan dengus nafas dan denyut jantung keduanya.
Berangsur-angsur normal seperti semula.

"Terima kasih Nimas Ayu istriku. Kau telah memberiku kenikmatan yang luar biasa.. malam ini….sayang"
kata Nyoto lembut sambil mengecup lembut dahi Roro Inten.

"Akupun sama kangmas. "Engkau suamiku dan sudah kewajibanku sebagai seorang istri melakukan yang terbaik untuk pria yang dikasihinya"
"Pria yang bertanggung jawab tanpa kenal lelah senantiasa menjaga, melindungi dan mengayomi keluarganya"
"Pria yang telah memberikan kasih sayang yang begitu tulus selama ini kepada anak perempuan yatim piatu bernama Roro Inten Ayu Dewi Rengganis"
"Aku sangat beruntung menjadi pendampingmu kangmas pujo..."
Kata Roro Inten dengan lembut sembari mengamit tangan suaminya dengan mesra.
Dibalik kelelahannya sepasang mata beningnya menatap Nyoto dengan mesra

"Aku selalu berharap dan berdoa kepada Gusti Kang Kuoso dan welas asih. Semoga keluarga kita senantiasa diberikan keselamatan dan kebahagiaan Kangmas…"lanjut Roro Inten lirih dan lelah.

Beberapa lama Nyoto terdiam tidak membalas.
Lalu diliatnya sekilas istrinya yang terkulai dalam pelukannya.
Sepasang mata bulat berhiaskan alis dan bulu mata nan indah itu tampak terpejam.
Nafasnya terlihat lambat dan teratur. Roro Inten tertidur pulas dalam dekapan suaminya tercinta.

"Itu juga harapanku Nimas…"
balas Nyoto kemudian dengan suara lirih.
Dikecupnya kepala istrinya dengan mesra sambil pandang matanya menerawang jauh ke atas langit-langit kamarnya.

============

Di malam yang bersamaan di dalam sebuah kamar tertutup di salah satu sudut ruangan Paseban Ageng Banyumili rumah dinas Bupati Suryo Adipati.
Di salah satu sudut kamar tampak tergelar sebuah altar batu yang diatasnya tertata sesaji dan dupa.
Bau kemenyan dan asap dupa keras menyeruak menyelimuti seluruh penjuru ruangan tak seberapa luas yang dindingnya terbuat dari batu cadas itu.
Ruangan yang ternyata menyerupai sebuah bunker atau ruang bawah tanah itu letaknya persis di bawah kamar pribadi sang Adipati.

Terlihat tepat di depan altar seorang pria tengah duduk bersila sambil setengah menunduk.

Ia berpakaian laiknya bangsawan keraton jaman dulu lengkap dengan penutup kepala, jas hitam berenda benang emas menyerupai beskap dan celana panjang kain setinggi betis.

Sejenak sosok itu seperti diam mematung.

Lalu perlahan sosok itu bergerak sambil tangan kanannya mengamit gagang keris yang terselip di pinggangnya dan kemudian mencabutnya perlahan sekali.

Seiring dengan tercabutnya gagang keris itu maka terlihatlah dalam genggaman orang tersebut sebilah utuh keris berlekuk 5 (lima) berciri Pulanggeni yang terliat mengepulkan asap tipis dan pamornya memancarkan cahaya kemerahan!



Begitu tercabut keris berlekuk 5 itu seakan hidup dan bernafas.
Ia menebar aura magis yang begitu kuat menyebar ke seluruh penjuru kamar.
Sontak cahaya pamornya yang terang kemerahan ikut menerangi seluruh ruangan yang semula remang kini menjadi terang benderang.
Pendar cahaya merah itu sampai ke wajah si pria dan sepintas memperlihatkan raut mukanya. Raut muka seorang lelaki berusia 50an tahun.

Dengan sorot mata yang sayu berhiaskan tulang rahang mengotak dan pipi yang menonjol terlihat tirus. Dagunya yang lonjong seolah memperlihatkan keangkuhannya yang tersirat jelas di balik parasnya yang kaku dan dingin.

Ia mengangkat keris itu didepan dadanya sambil bibirnya komat kamit seakan membaca mantra.

Sebentar kemudian disarungkannya kembali keris itu ke warangkanya. Kamar yang semula terang kembali remang dan hanya ditemani sebuah lampu minyak yang bersinar seadanya.

Pria itu lalu menengadah.

Bibirnya yang menghitam dan tampak kasar itu sejenak terlihat bergetar lalu berganti seutas senyuman tipis tersungging di sudut bibirnya.

"Tunggulah aku sebentar lagi…. kekasihku...."
"bersabarlah…..calon istriku….Raden Roro Inten Ayu Dewi Rengganis.."​
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd