SembilanBenua
Semprot Lover
- Daftar
- 18 Oct 2020
- Post
- 244
- Like diterima
- 11.008
Dalam memilih sesuatu seringkali orang dihadapkan pada pilihan sulit sekaligus membingungkan.
Tidak bisa hanya melihat dari satu sisi saja melainkan dari aspek lain. Akhirnya orang cenderung mengatakan bahwa tidak ada sesuatu yang mutlak. Bahwa si a...cantik sedangkan si b…tidak cantik. Masakan ini enak....yang itu kurang enak. Semua dikembalikan kepada personal masing-masing setiap manusia.
Tinggal hanya berbeda cara orang dalam memandangnya. Semua berujung pada soal ….selera.
Seperti kata orang bijak bahwasanya selera itu tidak mengenal "benar salah" tapi "suka dan tidak suka...butuh dan tidak butuh".
Pun sama halnya keadaannya dengan dua sosok wanita muda atau yang lazim disebut dengan gadis remaja yang malam itu tengah asyik bercengkrama di sebuah kamar indah dan ber-AC.
Taruhlah jika ada seorang pria di minta untuk memilih diantara keduanya maka bisa dipastikan sang pria akan mengalami tingkat kepusingan memuncak bukan lagi dalam skala level harimau, iblis atau naga seperti anime One Punch Man….tapi sudah mencapai tahap kebingungan level dewa laiknya Lord Boros kontra Saitama. Tidak cukup disembuhkan hanya dengan meminum Bodrex ataupun kerokan dengan mengoles balsem.
Yah...kenapa demikian…?
Diibaratkan seperti menghadapi multiple choice. Mana yang akan dipilih. Burger, pizza, kebab, fried chicken atau mungkin...pecel Madiun..??!!
...karena keduanya sama cantiknya, sama menariknya dan sama mempesonanya. Tinggal dikembalikan kepada hukum alam yang berlaku di muka tadi.
Semuanya itu masalah selera. Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan.
.................
Jam berbentuk Winnie The Pooh di dinding kamar kedua gadis itu telah menunjuk pukul 8 malam.
Sayup-sayup suara kuartet muda nan energik HIVI! mendendangkan lagu "Remaja" terdengar merdu dari balik speaker Harman Kardon Onyx Studio 4
Tidak bisa hanya melihat dari satu sisi saja melainkan dari aspek lain. Akhirnya orang cenderung mengatakan bahwa tidak ada sesuatu yang mutlak. Bahwa si a...cantik sedangkan si b…tidak cantik. Masakan ini enak....yang itu kurang enak. Semua dikembalikan kepada personal masing-masing setiap manusia.
Tinggal hanya berbeda cara orang dalam memandangnya. Semua berujung pada soal ….selera.
Seperti kata orang bijak bahwasanya selera itu tidak mengenal "benar salah" tapi "suka dan tidak suka...butuh dan tidak butuh".
Pun sama halnya keadaannya dengan dua sosok wanita muda atau yang lazim disebut dengan gadis remaja yang malam itu tengah asyik bercengkrama di sebuah kamar indah dan ber-AC.
Taruhlah jika ada seorang pria di minta untuk memilih diantara keduanya maka bisa dipastikan sang pria akan mengalami tingkat kepusingan memuncak bukan lagi dalam skala level harimau, iblis atau naga seperti anime One Punch Man….tapi sudah mencapai tahap kebingungan level dewa laiknya Lord Boros kontra Saitama. Tidak cukup disembuhkan hanya dengan meminum Bodrex ataupun kerokan dengan mengoles balsem.
Yah...kenapa demikian…?
Diibaratkan seperti menghadapi multiple choice. Mana yang akan dipilih. Burger, pizza, kebab, fried chicken atau mungkin...pecel Madiun..??!!
...karena keduanya sama cantiknya, sama menariknya dan sama mempesonanya. Tinggal dikembalikan kepada hukum alam yang berlaku di muka tadi.
Semuanya itu masalah selera. Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan.
.................
Jam berbentuk Winnie The Pooh di dinding kamar kedua gadis itu telah menunjuk pukul 8 malam.
Sayup-sayup suara kuartet muda nan energik HIVI! mendendangkan lagu "Remaja" terdengar merdu dari balik speaker Harman Kardon Onyx Studio 4
…..
Kita remaja yang sedang dimabuk asmara
Mengikat janji bersama selamanya
Hati telah terikat, sepasang mata memikat
Melambungkan asmara yang selalu meminta
Mengulur senja menanti datang
Sang pemilik hati
Rela menanti sejak terbit mentari
Tak sabar 'tuk berbagi
Segala isi di hati
Jayakan sanubari
Dan bercumbu di ujung hari
……...
Kita remaja yang sedang dimabuk asmara
Mengikat janji bersama selamanya
Hati telah terikat, sepasang mata memikat
Melambungkan asmara yang selalu meminta
Mengulur senja menanti datang
Sang pemilik hati
Rela menanti sejak terbit mentari
Tak sabar 'tuk berbagi
Segala isi di hati
Jayakan sanubari
Dan bercumbu di ujung hari
……...
Mawar tengah membuka laptopnya. Sepertinya ada tugas dari sekolahnya yang tengah dikerjakannya. Posisi duduk bersila di lantai karpet tebal memakai piyama longgar bermotif polkadot.
Sebuah kacamata protector radiation tersemat di tungkai hidungnya menambah kesan charming dan smart di wajahnya yang cute.
Sesekali kepalanya mengayun seiring irama lagu.
"Kak mawar, sungguhan itu terjadi di kelasmu…? tutur Indah sang adik yang asyik mengutak-atik hp sams*ng galaxy S20 terbaru miliknya.
"He eh…."sahut mawar sambil pandang matanya fokus ke layar PC-nya.
"Terus gimana dong...nasib pak guru biologi itu…? tanya indah lagi.
"Entahlah...aku belum jelas tahu tentang beliau. Tapi kabar selentingan yang kudengar...beliau kena mutasi ke sekolah lain diluar kota ".
"Sssttt...kak, jangan jangan gurumu itu punya kelainan seksual kak.."kata indah lagi. Kan ada tuh...orang yang suka nunjukin kegiatan seksual mereka ke orang lain. Sesuatu yang harusnya private diketahui banyak orang justru menjadi suatu kebanggaan bagi si orang itu. Kalu ndak salah namanya…eksshibi...eskhibiii.." lanjut indah mengingat-ingat.
"Ekshibisionisme…! tiba tiba mawar menyahuti.
"Yah beneeer!!....itu dia kak. Ekshibisionisme! Banyakkan orang kayak gitu. Upload video dia di situs-situs bokep.
Nunjukin dia lagi gituan entah coli entah ngewe ama pacarnya...sama apa lah gitu. Ndak cuma orang biasa lo. Selebritis juga ada...."tutur indah semangat.
Indah lalu beringsut ke arah mawar. Menggeser dan mendekatkan tubuhnya yang hanya berbalut berbalut hotpants ketat sepaha lengkap dengan kaos buntungnya.
"Kalu aku jadi dia….aku akan mengajukan surat pengunduran diri kak. Bukan kenapa-kenapa, kalu cuma mutasi doang...aib kejadian itu kan seperti kapas yang pecah ketiup angin. Beritanya sudah menyebar kemana-mana. Seklian aja ganti profesi..malunya itu lho kak.."sahut indah lagi.
Mawar terdiam. Sesaat terbayang selintas kejadian pagi itu. Reflek tangannya menggenggam kalung Bahar bermahkota Batu kecubung hitam di lehernya. Terasa hangatnya mengalir hingga ke sekujur tubuhnya.
"Gimana tentang ajang pemilihan Miss Roses of The Year tahun ini...kamu jadi ikut ? tanya mawar mengalihkan pembicaraan.
Indah tersenyum sebentar kemudian mengeluarkan secarik kertas, membukanya dan menunjukkan kepada kakaknya tercinta dengan bangga…!
Ta..ra..!!
Di kertas putih itu tertulis besar sebaris kalimat bertinta merah menyala.
pass 1st round selection
Mawar tersenyum lalu sambil mengacungkan jempol.
"Selamat ya ndah..aku ikut senang kamu lolos seleksi pertama. Trus abis ini disuruh ngapain lagi ..?
"Tahapannya sih ada beberapa kok sebelum grand final. Abis ini seleksi fisik dan psikologi, wawancara, kemudian pra kontes melalui tes bakat dan keterampilan lalu tes fotogenik.. catwalk...sudah.
"Kabarnya Roses Entertainment yang ngadain acara sudah menjalin kerjasama tuh dengan brand kosmetik terkenal asal Amerika "Maubeliin".
"Siapa yang juara nantinya akan di kontrak sekian waktu jadi brand ambassadornya atau bintang iklannya. Kayak si Pevita Pearce gitu. Gw jadi tambah semangat.."kata indah mengangkat kedua tangannya sambil tersenyum memejamkan mata.
"Btw, seleksi lanjutan ama kontesnya persisnya kapan sih ?
"...kali aja aku bisa ikut ndampingi kamu ndah. Yehhh..sapa tahu bawa hoki...bisa nganter kamu jadi juara 1. kan aku juga ntar kecipratan rejeki…"lanjut mawar terkekeh.
"Amiiin. Sebulan dua bulan lagi kak. Aku juga lagi latihan terus nih. Pokoknya ndak cuma kecipratan rejeki. Kalu boleh gw pengin jadiin elu kakakku tersayang ...mawar sembilu...sbg calon manajer gw…" kata indah sambil memeluk mawar.
"Ini baru adikku. Ini baru yang namanya kacang inget ama kulitnya...hihihi…"kekeh mawar lagi.
Indah tampak bingung sambil usap usap kepalanya.
"Maksudnya apaan sih...kak. kok ujug-ujug ngomongin soal kacang ma kulit?
"Maksudku, kamu kudunya terima kasih ma aku. Karena aku..kamu bisa lahir ke dunia.
Coba kalu bukan mawar yang lahir... tapi si susi, si meli atau si Anik...belum tentu kamu yg lahir di rumah ini…"tambah mawar sambil mengerling menggoda.
"Yee...kalu itu mah beda. Itu namanya takdir kali. Papa sama mama aja ketemu terus nikah itu juga namanya takdir.
"Lagian kalu gw ndak lahir trus yang mau jadi adik lu sapa kak ? balas indah sambil mencibir.
"Iya ya...sapa ya?
"...ndak mungkin juga kalu si ambon temen kamu yang item dekil itu apalagi si bool yang hobi ngupil ma kentut sembarangan.
"Amit amit deh..!! no way "lanjut mawar sambil meleletkan lidah dan mengibaskan tangan.
"Makanya kak... bersyukurlah elu bersyukur bgt punya adik ...gw. Lagian ntar kalu beneren gw juara dan….kakak bisa gw angkat jadi manajer.
Khan enak buat kita berdua ...kita bisa jalan bareng...bisa shopping bareng. Lagian sebagai calon manajer nanti. Gw betul betul cari positifnya aja lho kak…"kata indah memancing.
"Ya dong...meski gak sepinter kamu...diem diem gini aku bisa kok bikin laporan, bikin schedule kamu kalu pas manggung bisa bikin... ".
Belum habis mawar selesai bicara indah langsung menyela sambil mengangkat tangan.
"Bukan...bukan itu kali kaakk.
"...Yg gw maksud itu...gw mau angkat elu jadi manajer karenaa..***jinya...bisa nego..***jinya standar saudaraan alias muuuraaahhh…!!!...
" ..hihihi…
"Yee...mau enaknya sendiri...emangnya tiap hari aku mau makan garem digaji murah gitu !!...
"nih rasain ...dari si calon manajer..!! balas mawar sambil berdiri melayangkan bantal guling ke arah indah.
Keduanya lalu saling timpuk. Canda tawa seketika pecah di kamar itu.
Sesaat kemudian keduanya tampak berdiri bersisian di depan cermin besar sebadan.
Secara postur Indah lebih tinggi dari Mawar. Dengan tinggi sekitar 170 cm dan berat 53 kg..indah memang terlihat bak model.
Wajah cantik sedikit tirus, tubuh langsing tapi berisi dengan rambut lurus panjang, hitam lebat. Kulit putih mulus tanpa cacat membuat semuanya terlihat sempurna. Ditambah suara merdunya dan kepintarannya dalam mengolah gaya beberapa kali membawanya menjuarai kompetisi menyanyi baik live ataupun karaoke serta modelling sejak ia duduk di bangku sekolah dasar.
Sementara mawar yang berdiri di sebelahnya dengan selisih tinggi sejari manis tampak tak mau kalah dengan adiknya.
Beberapa kali terlihat berusaha bergaya bak model meski...terlihat kaku.
"Body lu emang mantap ndah. Muka ok, Postur dapet, talent top bgt, otak encer. Kurang apa lagi coba..? kalu sampe kamu ndak juara aku bakal gantung sepatu…"kata mawar.
"Emang elu pemain bola pake gantung gantung sepatu..?
"emang sih secara gw udah cukup PD bwt bersaing. Tp seleksi berikutnya peserta juga makin berat lho Kak. "..artinya sdh ndak sekelas iwak peyek lagi..."kata indah sambil memutar-mutar tubuh seksinya.
"...ikan mujair kali..."tambah Mawar dengan spontan disusul tawa adiknya lalu bersama tersenyum kecil.
"Makanya mudah mudahan aku bisa nemenin kamu bwt ikut seleksi lanjutan...ada faktor x yang kadang nggak disangka sangka. Faktor lucky alias bejo alias Untung.."
"Iya deh. Kakakku sayang...muacchh…"balas peluk dan cium Indah yang disambut mawar dengan sukacita.
Tak lama kemudian terdengar sayup-sayup dr kamar mereka dendang merdu dr bibir indah dan mawar diiringi musik via apliksi Smule. Sambil berjoget riang menyanyikan lagu lawas dari Ikko...Ratu Oke!
Namaku si Ratu Oke
Umurku dua dua
Lahir di kota Paris Van Java
Profesi aku banyak
Namaku si Ratu Oke
Umurku dua dua
Papaku Jawa, mamaku Cina
Yang naksir aku banyak
Ka-ka-ka-ka-ka-ka-ka-kata orang kulit kamu oke
(Eeh, gara-gara kulit, aku pernah jadi model iklan sabun di TV)
Ka-ka-ka-ka-ka-ka-ka-kata orang rambut kamu oke
(Gara-gara rambut, aku pernah jadi model iklan shampoo di majalah-majalah)
Ka-ka-ka-ka-ka-ka-ka-kata orang bibir kamu oke
(Gara-gara bibir, aku pernah jadi model iklan lipstik)
Ka-ka-ka-ka-ka-ka-ka-kata orang gigi kamu oke
(Gara-gara gigi, aku pernah jadi model pasta gigi juga meng)
Kulit jadi duit
Rambut jadi duit
Bibir jadi duit
Gigi jadi duit
Kulit duit, rambut duit
Bibir duit, gigi duit….
=============
Malam semakin beranjak mendekati pukul setengah 9 malam. Setelah acara seremonial dan tutur sambut berakhir Acara Gala Dinner Kemitraan Pemkab Banyumili dan asosiasi pengusaha swasta Banyumili sudah sampai pada acara ramah tamah yang dibarengi makan malam prasmanan ala standing party.
Hilir mudik hadirin memenuhi Balairung kabupaten yang bersebelahan dengan Paseban Ageng.
Tak kurang dari 300 orang tamu yang hadir sebagian tampak menikmati sajian santap malam yang telah disediakan tuan rumah. Sisanya lagi asyik bercengkrama dengan sesama tamu ataupun rekan bisnis. Beberapa menikmati alunan musik lembut menggema di ruangan menambah suasana keakraban.
Nyoto tampak asyik sendiri menikmati suasana di luar Balairung. Sebentar dia berkeliling di area taman sambil sesekali menatap indahnya langit malam Banyumili yang malam penuh bintang.
Sementara istrinya tengah asyik berbincang-bincang dengan beberapa tamu yang hadir.
Nyoto adalah pria yang semenjak lajang mudanya senang menuntut ilmu. Utamanya ilmu Kanuragan termasuk juga didalamnya ilmu kebatinan.
Bersama adik angkatnya sekaligus adik seperguruannya, mereka mengembara mencari ilmu dan menimba pengalaman. Sampai akhirnya mereka bertemu dengan seorang tua yang mengasingkan diri dan berilmu kadigdayan linuwih tinggi yang mereka sebut Eyang Kakung lalu mengangkat keduanya sebagai muridnya.
Nyoto sebagai orang yang berilmu sudah barang tentu memiliki penalaran indera lebih peka dari orang biasa. Terutama mata batinnya alias Indra ke enam nya!
"Hmmm...."Nyoto menggumam.
Sedari tadi semenjak pertama kali tiba di halaman Paseban Ageng rumah dinas Bupati. Dia sudah merasakan getaran gaib di seluruh penjoro Paseban itu.
Getaran gaib itu bukannya tanpa sebab apalagi dikaitkan dengan sejarah yang telah diketahui khalayak mengenai masa lalu bangunan yang sekarang menjadi rumah dinas Bupati Suryo Adipati ini.
Yah, Paseban ini dulunya adalah merupakan bagian utama bekas Keraton kerajaan Karang Taruna kurang lebih 4 abad silam.
Nyotopun terus melangkah mengitari lalu sejenak dia berhenti di sebuah pohon beringin besar di samping Balairung.
Getaran kuat ia rasakan dr sisi bangunan berpusat di pohon ini.
Sejenak ia seperti hening cipta. Nafasnya nampak naik turun teratur dan dalam. Lalu dibukanya kedua matanya dan menatap ke arah pohon. Dan ia terkejut…
Dilihatnya pohon besar itu adalah sebuah bangunan menyerupai candi dan diatasnya bercokol satu sosok raksasa setinggi kurang lebih setiang bendera...seperti mahluk lelembut sejenis Buto.
Rambutnya kemerahan laksana api dan mata mencorong merah. Kulit berbulu lebat hitam dan njeggrak (berdiri) seperti landak!
Ia memandang ke arah Nyoto. Namun diam. Hanya menggeram halus. Nyoto nampak terhenyak tapi ia tak gentar dan cepat menguasai diri.
Ia terus berjalan mengitari sampai hampir ⅔ bangunan Balairung. Dilihatnya kali ini seorang wanita berambut panjang tergerai berpakaian laiknya putri bangsawan jaman dulu berkemben dengan jarik melilit kaki hingga perut.
Sejumlah perhiasan khas seorang putri tersemat di tubuhnya. Ia tengah bermain di pancuran smping dengan menggoyangkan kaki duduk diatas pancuran.
Nyoto mengamati seksama untuk melihat wajah sang putri yang tertutup selaris rambutnya yang jatuh sepaha. Nyoto sedikit mendekat hingga hanya beberapa meter saja.
Mendadak langkahnya terhenti saat tiba2 sang putri menolehkan wajahnya. Nyoto terkejut bukan kepalang saat melihat wajah sang putri.
Wajah putri itu … sama persis dengan istrinya tercinta, Roro Inten !
Ia seperti melihat istrinya berpakaian bak putri keraton. Spontan Nyoto mendekat namun sang putri mengangkat tangan kanannya ke depan seolah menahan laju Nyoto.
Lalu menggelengkan kepala beberapa kali. Tanpa suara…!
Sang putri lalu berdiri lalu melakukan hal yang serupa kali ini kedua tangannya yang seolah menahan. Dengan mimik muka menghiba lalu bergerak mundur menjauhi !
Nyoto yang sangat penasaran ingin berkomunikasi lebih lanjut dengan sang putri namun mendadak HP nya berbunyi.
Spontan ia menunduk lalu mengangkat telponnya...ternyata Roro Inten yang menghubunginya.
Begitu ia mengangkat kepala lagi diliatnya sang putri sudah jauh di sana dibalik pepohonan besar yang banyak tumbuh di halaman Paseban. Lalu tak kelihatan lagi…
"Kangmas...aku masih ngobrol sebentar sama Bu Dewi..dari the Dewi boutique and Salon....paling mbentar lagi selesai.."kata sang istri dr balik speaker.
Nyoto tak sempat membalas. Perhatiannya masih tertuju pada sosok wanita putri yang menyerupai istrinya.
Ia berusaha hening cipta kembali tapi seperti ada tabir yang menutupi penglihatannya.
Sesaat ia terpaku dalam diam. Entah kenapa mendadak ia merasa khawatir dan….takut akan keselamatan istrinya Pikiran dan perasaannya menjadi bercampur aduk antara heran, penasaran dan khawatir yang makin memuncak.
Ia lalu memutuskan kembali ke Balairung namun tak sengaja ia menoleh ke sisi kirinya.
Ia terkesiap...sesosok pria entah sejak kapan sudah diam memandangi penuh kebisuan.
Tak jelas ia melihat mukanya tapi selintas pria ini mengenakan bandana atau ikat kepala dari kain model tradisional menutupi hingga rambutnya. Berdiri sekitar 10 langkah. Asap rokok nampak mengepul dr sudut bibirnya.
Nyoto melihat skeliling tak ada orang lain kecuali dia si orang misterius. Apakah dia tahu segala gerak-geriknya sejak awal...entahlah.
Tak keluar sepatah katapun dr bibir nyoto. Sesaat keduanya saling menatap seolah saling menjajagi dalam remang gelap. Binar lampu taman sulit menjangkau area pertemuan mereka.
Sebentar kemudian Nyotopun bergeming lalu segera beranjak pergi.
Si orang misterius menatap kepergian Nyoto dalam keremangan.
Seutas seringai tipis tersungging di bibirnya yang berkumis tebal beruban sambil asyik menghisap rokok kawung yang ujungnya tampak merah membara.
Sementara di dalam Balairung para tetamu masih sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.
Alunan musik pop dan riuh rendah keramaian langsung tergelar begitu Nyoto sampai di pintu masuk Balairung.
Pandang mata Nyoto menebar ke segala arah menelisik keberadaan istrinya di antara tamu yang cukup padat berlalu lalang.
Sebentar kemudian salah seorang yang cukup dikenalnya diantara tamu terlihat melambaikan tangan seraya mendekat bersama 2 orang lain.
Nyoto mengenal orang itu sebagai pak Tofan Sekretaris Daerah Pemkab Banyumili yang berarti merupakan tangan kanan kepercayaan sang penguasa Kabupaten Banyumili, Sang Bupati Suryo Adipati!
"Pak Nyoto, akhirnya ketemu juga dengan anda di sini. Sy sebenarnya tengah mencari anda. Ada hal cukup penting yang ingin saya bicarakan dengan anda.."kata pak Tofan sambil tersenyum lebar.
Jabat erat Pak Tofan yang sok akrab itu membuat Nyoto rada geli. Pria pendek dan tambun serta memakai wig ini pernah meminta fee kepadanya saat Nyoto berhasil memenangkan tender pembangunan pasar kota beberapa waktu lalu.
Beberapa saat mereka bercakap.
"Kalu soal itu bisa kita obrolkan di lain hari pak Tofan. Saat ini sy kira kurang tepat membicarakan hal krusial apalagi menyangkut pekerjaan.."sahut Nyoto kemudian sambil memegang lengan pak Tofan.
Pak Tofan tampak kurang puas. Namun kemudian hanya mengangguk seraya berkata,
"Baiklah pak Nyoto, kita bicarakan lain kali. Tapi jangan kesampingkan dengan tawaran saya. Saingan anda banyak. Kalu anda siap dan ok, segera sy atur agenda pertemuan dengan Bapak Bupati".
Nyoto tidak menjawab hanya tersenyum tipis. Sesekali ia menoleh ke kanan kiri mencari istri nya.
"Oh ya, pak Nyoto...
'..sy ingin mengenalkan anda dengan kedua kawan karib sy ini. Anda mungkin hanya pernah mendengar namanya saja tapi belum pernah berjumpa langsung dengan kedua orang hebat ini.
"Mari pak Kapolres..! kata pak Tofan seraya mempersilakan orang pertama berseragam dinas polisi lengkap dengan tanda pangkat letnan kolonel tersemat di pundaknya.
Beberapa lencana penghargaan tampak menempel di seragamnya. Sebaris nama tampak tertera di dadanya... Subandi.
"Sy pernah mendengar nama besar anda pak Nyoto. Seorang pengusaha sukses yang dermawan dan sangat piawai yang mampu memindahkan hampir 500 pedagang pasar kota yang hendak direnovasi.
"Tanpa gejolak tanpa perlawanan bahkan dengan sukarela. Suatu hal yang tidak mampu dilakukan bahkan oleh sekelas Bupati Suryo Adipati sekalipun.
"Sy salut kepada anda pak Nyoto…"tutur pria yang bernama lengkap Letkol pol Subandi ramah.
Usianya mungkin hanya terpaut sedikit lebih tua dr Nyoto, sekitar 48 tahun.
Nyotopun tak sungkan menjawab dengan sedikit menjura hormat.
"Baru kali ini juga sy berkesempatan bertatap muka dengan bapak Kapolres.
"Prestasi bapak yang membongkar jaringan penyelundupan barang2 cagar budaya peninggalan kerajaan Karang Taruna yang menghebohkan itu selesai di tangan bapak…"balas Nyoto.
Keduanya saling tersenyum saat keduanya saling menyanjung satu sama lain.
"Oh ya pak nyoto..kenalkan juga, ini kapten Darwis ..Kanit Reskrim polres Banyumili…"tutur pak Kapolres lagi.
Kapten Darwis sedikit menunduk lalu .."siap...sy pak..!"
"Omong2 bagaimana dengan perkembangan kasus pencurian ari2 bayi yang terjadi akhir2 ini terutama di desa2 pinggiran..pak Kapolres?? apakah sudah menemukan titik terang nya..?" tanya pak Tofan tiba2.
Letkol Subandi hendak menyahut tapi keburu di jawab oleh kapt. Darwis.
"Masih dalam pendalaman pak sekda. Bukti2 dan hal2 vital yang sekiranya dibutuhkan sudah kami dapatkan. Secepatnya akan segera ditangani oleh Kanit Reskrim.."kata kapt. Darwis mantap berusaha terlihat menyakinkan.
"Betul pak sekda. Dr laporan telisik tim buru sergap polres yang dipimpin oleh kapt Darwis...kita sudah menemukan indikasi atau petunjuk yang diperlukan.
"Mudah mudahan dalam waktu dekat misteri pencurian akan terungkap berikut dalang pelakunya…"kata Letkol Subandi lagi.
Nyoto dari tadi seperti terdiam hanya mendengar ketiganya bercakap-cakap. Kemudian.
"Anda tidak perlu repot-repot pak Kapolres. Menurut hemat saya..kasus ini akan segera berakhir dalam waktu dekat.."tutur Nyoto.
Letkol subandi dan kapt Darwis kemudian menatap ke arah Nyoto dengan penuh tanda tanya.
"Kenapa anda bisa berpikir demikian pak Nyoto…? tanya sekda Tofan kemudian.
Mendengar pertanyaan pak sekda, Nyoto tak langsung menjawab.
Hanya tersungging sebuah senyuman saja di bibirnya. Sebuah senyuman yang terasa getir, perih dan hampa.
Nyotopun Hanya mengangkat pundak.
"Ini cuma intuisi seorang pedagang pak. Orang-orang seperti kami ini biasa terlatih menggunakan indera keenamnya untuk mengambil keputusan dalam berbisnis. Tidak hanya berpikir asal-asalan saja.."kata Nyoto lagi lalu tersenyum tipis
Letkol Subandi tampak mengangguk pelan mendengar ucapan Nyoto sedang Kapt Darwis hanya terdiam lalu sebentar mereka saling berpandangan.
"Tentunya sy tetap berharap bapak Kapolres dan seluruh jajaran tim kepolisian bisa segera mengungkap kasus ini demi terjaminnya rasa aman dan tentram seluruh masyarakat di Banyumili…"kata Nyoto seperti mengakhiri pembicaraan.
Oya, Maaf, pak sekda, pak Kapolres, pak kapten...sy harus segera undur diri untuk mencari istri sy. Waktu sudah semakin malam.
"Sy dan istri harus bersiap untuk pulang. Mungkin di lain waktu kita bisa berjumpa lagi dan mengobrol banyak hal lainnya. Mari .." kata Nyoto kembali lalu memberi salam Namaste kepada ketiganya.
"Silakan pak Nyoto….hati2 diperjalanan," jawab pak Tofan.
Nyotopun segera berlalu lalu kemudian berhenti. Ia coba menghubungi istrinya via ponsel. Namun ternyata low baterei. Ia lupa meng-charge ponselnya tadi.
"Ah..sial.."gerutunya dalam hati.
Sorot matanya sejenak mengamati para hadirin yang terlihat padat.
Sebentar kemudian pandang matanya membentur sosok wanita bergaun biru yale berbahan velvet ketat membungkus tubuhnya yang ramping dan padat berisi.
Sejenak sepasang sorot mata Nyoto yang tajam mulai memperhatikan wanita itu.
Mulai dari wajahnya. Ehmmm...terlihat cantik menawan dengan riasan yang cukup tebal dihiasi rambut yang panjang terkuncir modis. Lalu turun ke lehernya yang jenjang.
Gaun model slip dress yang dipakainya memperlihatkan pundak dan kulit dada yang terbuka begitu indah mempesona.
Pundaknya yang telanjang menyiratkan bahwa ia hanya memakai bra model cup untuk menyangga payudaranya yang……besar dan mengkal.
Berlanjut ke belahan punggungnya yang memperlihatkan belikat nan menggoda.
Pinggang nan ramping memaksa pandang mata Nyoto melebar pada chicane lingkar pinggulnya kemudian masuk pada hairpin tikungan balik badan mengikuti chamber lintasan miring nyaris 90° menuju pucuk bongkah sepasang buah pantatnya yang montok menggiurkan.
Salah satu kakinya menjulur ke muka membuat sebongkah pantatnya seperti hendak jatuh memperlihatkan pemandangan yang seronok sekaligus artistik.
Pada saat menatap sepasang salak berukuran super inilah Nyoto mendadak berdebar jantungnya. Sesuatu yang biasa sebenarnya ia temui setiap saat pada sosok istrinya Roro Inten karena istrinyapun juga memilikinya.
Entah kenapa ia merasa bergetar dadanya ditambah timbul sesuatu yang begitu kuat merasuki pusat kendali kelelakiannya lalu menembus barikade nurani akal jernihnya dan mengambil alih kontrol atas lingga kejantanannya yang semula meringkuk serta merta perlahan tapi pasti bangkit menegang...mengeras!
Nyoto merasa ini sesuatu yang tidak wajar. Indra batinnya yang tajam justru membuatnya kian terperosok ke dasar ketidakberdayaan. Ia sulit beralih pandang dari sosok wanita cantik misterius itu.
Apalagi sebentar kemudian si sosok jelita menoleh ke arahnya sembari tersenyum manis memperlihatkan lesung pipi yang kian mengacaukan pikirannya.
Nyoto berusaha mengambil-alih kendali atas dirinya. Dialihkan pandang matanya lalu mengambil nafas dalam sambil bibirnya seperti mengucap sesuatu lirih.
Perlahan ia bisa menguasai diri. Nafsu birahinyapun mereda. Saat ia membuka mata ragawinya maka Indra batinnya yang semula sudah terbuka saat ia berkeliling di luar Balairung sontak aktif kembali tanpa ia sengaja.
Nyotopun bisa melihat sesuatu di dalam Balairung dimana orang biasa tak bisa melihatnya.
Ia terhenyak banyak sosok astral berwarna pendar putih bersliweran ke sana ke mari. Bentuknya tidak terlihat jelas hanya berupa bayangan sosok putih manusia berkelebat. Tidak pasti apakah itu perempuan atau lelaki.
Lalu pandangannya mengarah kembali ke sosok wanita cantik bergaun hijau yang sempat memancing hasratnya timbul.
Dilihatnya tidak ada yang berubah dari sosok wanita tersebut hanya saja ia kini melihat sekujur tubuh si wanita seperti terbungkus oleh semacam kain mori putih mirip pocong mulai dari leher sampai mata kaki kecuali kepalanya.
Sedangkan di atas dahi, dada dan pantatnya seperti dilingkari oleh untaian melati putih. Sekali lagi si wanita melempar senyum manis kepadanya.
Namun tidak seperti tadi kali ini Nyoto tidak terpengaruh olehnya barang sedikitpun.
Melihat sang pria yang menjadi targetnya tampak anteng dan kalem tidak seperti sebelumnya sontak membuat wajah sang wanita tampak heran lalu diam tanpa ekspresi.
Ia lalu melanjutkan obrolannya dengan tamu di depannya namun sesekali kerling matanya nakal melirik ke arah Nyoto.
"Perempuan memang mahluk yang tidak pernah puas. Haus akan pujian bahkan rela di bohongi asal itu membuatnya senang….hehehehe.." tiba tiba terdengar seseorang berkata diiringi suara tawanya.
Begitu dekat. Begitu nyata.
Nyoto yang dalam keadaan terpekur hening tidak menduga dan tidak menyadarinya seketika langsung menoleh ke arah suara dan tawa itu.
Selintas terlihat disampingnya persis telah berdiri sosok pria sedikit bungkuk dengan memakai baju sorjan ala abdi istana jaman dulu. Tingginya sekitar selengan Nyoto yang 180 cm.
Rambutnya terlihat gondrong gimbal tak beraturan seleher bewarna hitam bercampur uban. Serta berikat kepala mirip Iket tradisional dari Pasundan! Ikat kepala kain hitam…!!!
Nyoto memandang pria asing itu tak berkesip. Ia terpana sesaat bilamana pikirannya langsung terbayang kepada sosok misterius yang ia temui tadi di luar Balairung.
Diliriknya pria itu dan tampak jelas wajah sang pria tersebut. Kumis lebat dan tak tercukur rapi membuat bibirnya nyaris tak kelihatan.
Matanya terlihat cekung dengan kantong mata menggelambir di sisinya. Kulit wajah legam kemerahan membuat kesan tak biasa pada dirinya. Sulit ia menerka berapa usia orang ini.
Di sudut bibirnya terselip rokok kawung lintingan (gulungan.red) yang masih mengepulkan asap.
"Lihatlah cah wadon kae (anak perempuan.red)
"...sebenere yo wis ayu...wis semok...kurang apa lagi. Namun nyatanya isih wae kurang lan njaluk luwih…"tutur si pria asing sambil menuding ke arah sosok wanita cantik bergaun biru itu.
(masih saja merasa kurang dan minta lebih.red).
"Segala cara upaya ditempuh buat nambah daya tarik kepada laki-laki...pasang susuk...pasang ajimat…jan sontoloyo.
"Ngono kok ora bakal akeh wong sing podo pegatan...podo selingkuh... hehehe...tutur si pria tua itu lagi seraya menghembuskan rokoknya.
Spontan bau tembakau tajam menyengat.
(Kalu begitu...masakah tidak ada orang2 yang tidak mau bercerai dan selingkuh.red)
Nyotopun sedari tadi cuma diam tak tahu harus berkata apa.
Ia seperti terpaku dan terhipnotis oleh sosok asing ini.
"Kalebu uwong sing dadi lelakon maling ari2 jabang bayi sing lagi marai geger ning Banyumili…kakeane tenan," lanjut si orang tua aneh itu.
(Termasuk orang yang menjadi pelaku maling dan bikin geger di banyumili.red)
Mendengar ucapan terakhirnya membuat Nyoto tersadar. Ia pun memandang si orang asing.
Dalam hatinya ia mencoba menerka siapa sebenarnya orang tua ini, diliat dr gelagatnya dia sudah berada cukup lama di ruangan Balairung yang ber-AC dingin. Tapi diliatnya tak seorangpun petugas yang berani menegur.
"Maaf, kalu boleh sy tahu Bapak siapakah…?
"Apakah salah satu dari pihak pengusaha swasta seperti sy…? sepertinya pernah bertemu sebelumnya ? tanya Nyoto penuh selidik sambil mengalihkan pembicaraan.
"Hehehe….aku bukan siapa-siapa anak muda.
"Aku hanya orang tua pikun yang gaweane macul karo nandur…"jawab si bapak sedikit acuh.
(kerjaannya mencangkul dan menanam.red)
"Bapak... petani..atau .."kejar Nyoto namun keburu dipotong si bapak sambil mengangkat tangan lalu menggeleng.
"Ora...ora. Aku dhuduk petani. Memange cuma petani thok sing gaweane macul karo nandur..? Jawab si bapak memprotes. (Bukan.red).
"Maksute ingsun...
"...macul karo nandur ning tempike cah wedok alias ngenthu...hehehe...
"...mudeng ora…? lanjut si bapak sambil kembali terkekeh. (Maksudku.red).
Mendengar jawaban si bapak, Nyoto tersenyum geli.
"Dasar orang tua keblinger. Jangan2 dia orang ndak waras yang kesasar…" batinnya.
"Dr omongannya sepertinya dia juga melihat apa yang kulihat...tapi jangan2 dia cuma ngawur saja…"
Sejenak Nyoto mengalihkan pandangan mengarah ke jemari kanan si bapak aneh yang asyik masyuk menghisap rokok kawungnya yang terlihat menipis.
Jari telunjuknya yang hitam legam penuh ali ali (cincin.red) melingkari di semua jarinya kecuali jempol.
Cincin akik beraneka ragam bentuk corak dan warna semakin mengesankan dan menyakinkan bagi Nyoto bahwa dia memang orang gila yang kesasar.
Namun apakah betul demikian…?
"Maaf pak, sy permisi dulu ,"kata Nyoto lalu meninggalkan si bapak tua sendirian sambil berkeliling mencari istrinya.
Sementara di waktu yang bersamaan. Roro Inten tengah asyik mengobrol dengan seorang tamu wanita berkerudung. Beberapa kali senyum dan tawanya pecah menghiasi wajah ayunya.
"Maaf ya jeng, sy ambilkan minum sekalian ya.."kata Roro sembari beranjak ke salah satu meja.
Setelah mengambil 2 seloki kecil wedang jahe Roro Inten melangkah berbalik namun tak dinyana ia bersenggolan dengan seseorang.
Prak..!
Salah satu seloki jatuh berderak ke lantai sementara isinya tumpah sebagian memercik membasahi orang tersebut.
"Oh...maaf..!...maaf pak...!
"...saya tidak sengaja.."kata Roro terburu-buru sambil spontan mengambil tissue dan hendak mengelap baju pria tersebut.
Sosok pria tersebut hanya terdiam saja saat Roro Inten mengelap baju jasnya.
"Sungguh beruntung sekali lelaki yang kelak menjadi suami anda. Anda bukan hanya ayu mempesona tapi juga sangat perhatian…" tiba tiba si pria berkata dengan suaranya yang berat dan rada serak sambil tangannya sempat memegang tangan halus Roro yang langsung ditarik oleh si empunya tangan.
Roro yang sedikit kaget tampak tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh pria tersebut. Ia lalu menatap pria tersebut.
Maka terlihatlah sosok pria paruh baya berwajah sendu cenderung tirus. Wajahnya yang mengotak memperlihatkan tulang rahangnya.
Meski sepintas terlihat gagah namun memberikan kesan keangkuhan pada dirinya.
Dagunya yang lonjong panjang menonjol membuatnya terlihat berbeda dari kebanyakan pria lain.
Rambutnya klimis tertata rapi dan nampak hitam mengkilap
Dari tubuhnya yang mengenakan jas itu tercium aroma parfum wangi kayu Cendana yang kuat. Memberi kesan jantan dan maskulin nan begitu melekat
Sosoknya lebih tinggi dari dirinya yang sebenarnya sudah memakai high heels. Sepertinya hampir setinggi suaminya.
"Sy tamu di sini dan sy datang bersama suami saya.."kata Roro datar.
"Ooo...Maaf,..
"...sy tidak bermaksud kurang ajar. Anda wanita yang anggun dan terhormat.
"Maafkan kelancangan saya.."kata si pria seraya melempar senyuman dengan sedikit menjura.
Roro tak menanggapi lalu hendak berlalu saat diliatnya tamu wanita berkerudung yang tadi bersamanya datang tergopoh-gopoh.
"Maaf,..maaf...Permisi Bapak Bupati...
"...beliau ini teman karib sy. Barusan saja ngobrol dengan sy. Mungkin beliau kurang memperhatikan panjenengan tadi waktu acara sambutan di depan.."tutur si ibu dengan hormat.
Sejenak Roro yang terdiam sambil memandang pria di depannya lekat2.
"Suryo Adipati.."desisnya dalam hati.
Entah kenapa timbul rasa eneg (tidak suka.red) meski baru bertemu langsung dengan penguasa Banyumili ini.
"Tidak apa-apa ibu Dewi. Sayanya yang kurang hati hati hingga bersenggolan dengan beliau ini.
"Oya..sebagai tuan rumah ..bolehkah sy mengetahui nama anda dan dari manakah berasal..? kata sang bupati kemudian dengan kalem.
Roro yang sebenarnya sudah jengah dan hendak beranjak pergi terpaksa menjawab.
"Nama saya Roro Inten Ayu Dewi Rengganis...pak bupati.
"Saya dan suami datang dari Trenggono, Banyumili Wetan," lanjut Roro masih dengan nada datar cenderung dingin.
"Bu Roro ini bagaimana sih...yang dihadapinya sekarang bukan sembarang orang lho.."batin Bu Dewi.
"Eehhm....nama yang begitu indah seperti orangnya.."sahut sang Bupati sembari tersenyum simpul sambil menunduk sebentar.
"Beliau ini istri dari kontraktor pak Pujo Satmoko, Bapak Bupati.
"Pemilik dari PT. Mawar Seroja Utama.."tambah ibu Dewi yang justru kelimpungan sendiri.
"Oooh...sudah sy duga anda bukan orang sembarangan.
"Ternyata istri dari Pak Pujo yang terpandang itu.
"Omong-omong di manakah gerangan beliau...kok ndak bersama sama anda ..? tanya sang bupati.
"Saya juga tengah mencari suami sy. 'Maaf, pak bupati...sy permisi dulu.
"...Bu Dewi...mari.."ujar Roro cepat cepat mengakhiri.
"Kenapa tergesa-gesa Bu Roro...malam masih panjang.
"Silakan menikmati dulu suasana disini. Lagipula anda dan suami termasuk tamu saya yang teristimewa", kata sang Bupati lagi seolah hendak mencegahnya pergi.
Roro Inten yang tidak ingin memperpanjang pembicaraan lalu menjura sedikit.
"Maaf, sy sudah ditunggu suami saya. Terima kasih atas undangan dan sajian Bapak," tutupnya berusaha tersenyum meski dengan berat hati lalu melangkah pergi.
Tak lama 2 orang pelayan tiba lalu membersihkan sisa gelas yang jatuh.
Sang Bupatipun memandang kepergiannya sambil mengusap dagunya yang lonjong kokoh.
Sepasang matanya yang sayu namun dingin menatap nanar pinggul dan bokong perempuan ayu nan jelita bernama Roro Inten itu yang mekar begitu indah menggoda terbungkus gaun brokat ketatnya bergerak menjauh.
"Eseme jan pait madu.
"Ternyata dia istri Pujo Satmoko...ehmmmm..."gumam sang bupati suryo dengan senyum penuh arti.
(Senyumnya "sepahit" madu.red)
Sebentar setelah punggung Roro tak kelihatan lagi. Bupati Suryo melambaikan tangan ke arah samping seperti memanggil.
Tak lama seorang berpakaian safari bertubuh tegap datang.
"Saya menghadap...pak Adipati ..!
"Bagaimana ? dia sudah datang belum ? tanya Bupati Suryo.
"Sudah pak. Tadi saya lihat beliau ada di ruangan ini. Lalu maaf, mendadak beliau seperti menghilang. Para petugas di sekitar Balairung yang ketat mengawasi para tetamu keluar masuk juga tidak melihat beliau keluar" sambung si petugas.
"Ya sudahlah. Sana..!
kata sang bupati dengan nada tegas kepada petugas tsb yang segera beranjak pergi sambil menunduk hormat.
"Kangmas....kangmas...ckckck. masih saja tidak berubah polahmu…"kata sang bupati lalu segera berlalu.
Sementara entah kebetulan atau tidak Nyoto yang celingukan kesana kemari juga tidak melihat ketika seorang wanita lewat di depan matanya.
Lalu bruk..!!
"Aahh..!
terdengar pekik kecil dari si wanita yang hendak terguling namun seketika dengan cekatan Nyoto berhasil mencegahnya jatuh.
Tangan Nyoto yang kekar berotot tampak merengkuh memeluk pinggang ramping si wanita yang ternyata adalah si wanita cantik bergaun slip dress warna biru yale yang tadi sempat menarik perhatiannya.
"Maaf, sy yang ceroboh tidak melihat Anda lewat…"kata Nyoto sedikit rikuh lalu melepaskan pelukannya.
"Sama-sama...
"Sy juga asyik ngobrol di hp tidak memperhatikan kanan kiri," kata si wanita muda nan cantik itu sambil tersenyum menahan malu.
Suara pria ini terdengar berat dan berwibawa membuat si wanita seolah tergelitik dan berdebar hatinya. Setelah berdiri mapan keduanya tegak saling berhadapan.
Kali ini si wanita bisa memandang pria yang menyita perhatiannya sedari tadi dengan sangat dekat.
Menurut taksirannya usia pria ini sudah tidak muda lagi. Mungkin 45 th atau lebih. Tapi justru terlihat ketampanannya yang matang sungguh menarik dengan garis muka yang tegas mengotak memberi kesan jantan dan maskulin sekaligus mengayomi.
Sorot mata tajam bagai sembilu dengan alis hitam nan tebal menonjol membuat dada si wanita berdebar-debar.
Postur tinggi tegap mungkin sekitar 180 cm. Ia yang sudah mengenakan hak setinggi 7 cm pun dipaksa sedikit mendongak.
Sekejap pandang matanya sempat mengerling ke bawah tepatnya ke selangkangan pria ini. Sontak debar jantungnya bergejolak tak karuan.
Sebaliknya, Nyotopun mengakui bahwa wanita muda yang menurut perkiraannya baru berusia sekitar 25 tahun ini memang memiliki daya tarik seksual yang luar biasa.
Sekelebat aroma tubuhnya menggoda nafsunya. Namun kekuatan batinnya cukup untuk membentengi nalarnya.
"Maaf, sy permisi dulu…"kata Nyoto kemudian tanpa basa-basi.
"Saya...eehh..!
seru si wanita cantik bergaun biru itu hendak mengatakan sesuatu namun keburu si pria berlalu.
"Ibu Noor Anggraeni..."
"Maaf, Bapak Adipati sudah menunggu ibu di ruang VIP…"kata seorang wanita berpakaian batik tiba-tiba menyapanya.
"Oh ya, aku segera menyusul," katanya lembut sambil pandang matanya berbinar menatap Nyoto yang sudah menjauh.
Sementara itu setelah sekian waktu berkeliling di tengah hiruk pikuk tamu Nyotopun bersua dengan istrinya tercinta, Roro Inten Ayu Dewi Rengganis.
"Nimas Ayu !..
"...aduuh..kemana saja kau nimas ...kucari sampai ke mana mana sampai hingga ke ujung dunia...gemetar lututku Nimas..
'Aku sangat mengkhawatirkan dirimu nimas," sahut Nyoto sambil mengamit kedua telapak tangan istrinya kuat2 lalu memeluknya erat.
"Ahh...Kangmas
"..sudah..malu kalu dilihat orang..ini khan tempat umum.
"Aku juga sama mencarimu kesana kemari Kangmas.
"Kukira kau di bawa dedemit penunggu tempat ini…" sahut sang istri sambil merengut manja di depan Nyoto.
"Ah..demit di sini mana mau sama aku. Bukankah dia lebih menyukai wanita cantik seperti dirimu Nimas...hehehe.."goda Nyoto.
"Iiihhh...kangmas kok gitu sih.
"Masak istri sendiri mau mbok korbanke.." balas Roro Inten sambil berdiri menyamping setengah membelakangi suaminya dengan tangan bersedekap.
Tingkahnya bagai gadis remaja yang tengah ngambek kepada pacarnya. Nyoto memang sangat suka menggoda istrinya. Dan ia justru begitu bahagia bila berhasil membuat istrinya cemberut dan sewot seperti saat ini.
"Nimas...begitu saja kok marah. Kangmas tidak sungguh sungguh. "Bukankah kangmas selalu bilang kepadamu bahwa untuk dirimu akan kulakukan semuanya sekalipun lautan api pasti kan kuseberangi...pucuk Gunung Mahameru kan kudaki...badai samudera pasti kan kulewati asal bisa tetap bersamamu Nimas.." rayu Nyoto sambil jemari tangannya menyentuh lembut dagu istrinya yang menggantung indah.
Mendengarnya tak ayal langsung membuat luluh hati Roro Inten. Dia memang paling tak mampu melawan rayuan maut suaminya tercinta. Alias sekali serang langsung KO-lah ia.
"Ah gombal…"
ucap Roro spontan sambil tersenyum malu. Mukanya sontak merona menambah ke-ayuan parasnya.
Sementara Nyoto hanya tersenyum lebar mendengar "cibiran" istrinya tercinta itu.
Ia tak tahan bila suaminya berlaku demikian. Digenggamnya erat jemari tangan suaminya lalu seraya berbalik ia meraba lembut sepasang pipi suaminya dengan jemarinya yang halus lembut.
"Ah...akuu...sangat mencintaimu... Kangmas. Jangan biarkan aku sendiri Kangmas…" kata Roro perlahan penuh perasaan yang bergejolak antara perasaan gembira dan kesedihan bercampur dengan birahi yang mulai menggelayuti.
Nyotopun hampir tak mampu menguasai dirinya bilamana melihat kepasrahan istrinya. Syahwatnya seketika bangkit menjalar ke segala sisi rongga kelelakiannya.
Namun berbeda dengan dengan apa yang ia alami sebelumnya takkala bersua bersama wanita cantik bergaun biru tadi.
"Ayo..kita pulang Nimas.
"Kita kembali ke istana Kebahagiaan milik Sunyoto Pujo Satmoko.."tutur Nyoto lembut sambil menggenggam erat jemari istrinya yang masih meraba kedua pipinya.
Diciumnya lembut kedua tapak tangan istrinya itu.
Roro Inten pun tersenyum penuh rona kebahagiaan di wajahnya.
Sesaat kemudian mereka melangkah keluar gedung Balairung ditemani suara merdu sang penyanyi band meng-cover lagu indah dari Bob Tutupoli…"Tinggi Gunung Seribu janji"
…..
Malam semakin beranjak mendekati pukul setengah 9 malam. Setelah acara seremonial dan tutur sambut berakhir Acara Gala Dinner Kemitraan Pemkab Banyumili dan asosiasi pengusaha swasta Banyumili sudah sampai pada acara ramah tamah yang dibarengi makan malam prasmanan ala standing party.
Hilir mudik hadirin memenuhi Balairung kabupaten yang bersebelahan dengan Paseban Ageng.
Tak kurang dari 300 orang tamu yang hadir sebagian tampak menikmati sajian santap malam yang telah disediakan tuan rumah. Sisanya lagi asyik bercengkrama dengan sesama tamu ataupun rekan bisnis. Beberapa menikmati alunan musik lembut menggema di ruangan menambah suasana keakraban.
Nyoto tampak asyik sendiri menikmati suasana di luar Balairung. Sebentar dia berkeliling di area taman sambil sesekali menatap indahnya langit malam Banyumili yang malam penuh bintang.
Sementara istrinya tengah asyik berbincang-bincang dengan beberapa tamu yang hadir.
Nyoto adalah pria yang semenjak lajang mudanya senang menuntut ilmu. Utamanya ilmu Kanuragan termasuk juga didalamnya ilmu kebatinan.
Bersama adik angkatnya sekaligus adik seperguruannya, mereka mengembara mencari ilmu dan menimba pengalaman. Sampai akhirnya mereka bertemu dengan seorang tua yang mengasingkan diri dan berilmu kadigdayan linuwih tinggi yang mereka sebut Eyang Kakung lalu mengangkat keduanya sebagai muridnya.
Nyoto sebagai orang yang berilmu sudah barang tentu memiliki penalaran indera lebih peka dari orang biasa. Terutama mata batinnya alias Indra ke enam nya!
"Hmmm...."Nyoto menggumam.
Sedari tadi semenjak pertama kali tiba di halaman Paseban Ageng rumah dinas Bupati. Dia sudah merasakan getaran gaib di seluruh penjoro Paseban itu.
Getaran gaib itu bukannya tanpa sebab apalagi dikaitkan dengan sejarah yang telah diketahui khalayak mengenai masa lalu bangunan yang sekarang menjadi rumah dinas Bupati Suryo Adipati ini.
Yah, Paseban ini dulunya adalah merupakan bagian utama bekas Keraton kerajaan Karang Taruna kurang lebih 4 abad silam.
Nyotopun terus melangkah mengitari lalu sejenak dia berhenti di sebuah pohon beringin besar di samping Balairung.
Getaran kuat ia rasakan dr sisi bangunan berpusat di pohon ini.
Sejenak ia seperti hening cipta. Nafasnya nampak naik turun teratur dan dalam. Lalu dibukanya kedua matanya dan menatap ke arah pohon. Dan ia terkejut…
Dilihatnya pohon besar itu adalah sebuah bangunan menyerupai candi dan diatasnya bercokol satu sosok raksasa setinggi kurang lebih setiang bendera...seperti mahluk lelembut sejenis Buto.
Rambutnya kemerahan laksana api dan mata mencorong merah. Kulit berbulu lebat hitam dan njeggrak (berdiri) seperti landak!
Ia memandang ke arah Nyoto. Namun diam. Hanya menggeram halus. Nyoto nampak terhenyak tapi ia tak gentar dan cepat menguasai diri.
Ia terus berjalan mengitari sampai hampir ⅔ bangunan Balairung. Dilihatnya kali ini seorang wanita berambut panjang tergerai berpakaian laiknya putri bangsawan jaman dulu berkemben dengan jarik melilit kaki hingga perut.
Sejumlah perhiasan khas seorang putri tersemat di tubuhnya. Ia tengah bermain di pancuran smping dengan menggoyangkan kaki duduk diatas pancuran.
Nyoto mengamati seksama untuk melihat wajah sang putri yang tertutup selaris rambutnya yang jatuh sepaha. Nyoto sedikit mendekat hingga hanya beberapa meter saja.
Mendadak langkahnya terhenti saat tiba2 sang putri menolehkan wajahnya. Nyoto terkejut bukan kepalang saat melihat wajah sang putri.
Wajah putri itu … sama persis dengan istrinya tercinta, Roro Inten !
Ia seperti melihat istrinya berpakaian bak putri keraton. Spontan Nyoto mendekat namun sang putri mengangkat tangan kanannya ke depan seolah menahan laju Nyoto.
Lalu menggelengkan kepala beberapa kali. Tanpa suara…!
Sang putri lalu berdiri lalu melakukan hal yang serupa kali ini kedua tangannya yang seolah menahan. Dengan mimik muka menghiba lalu bergerak mundur menjauhi !
Nyoto yang sangat penasaran ingin berkomunikasi lebih lanjut dengan sang putri namun mendadak HP nya berbunyi.
Spontan ia menunduk lalu mengangkat telponnya...ternyata Roro Inten yang menghubunginya.
Begitu ia mengangkat kepala lagi diliatnya sang putri sudah jauh di sana dibalik pepohonan besar yang banyak tumbuh di halaman Paseban. Lalu tak kelihatan lagi…
"Kangmas...aku masih ngobrol sebentar sama Bu Dewi..dari the Dewi boutique and Salon....paling mbentar lagi selesai.."kata sang istri dr balik speaker.
Nyoto tak sempat membalas. Perhatiannya masih tertuju pada sosok wanita putri yang menyerupai istrinya.
Ia berusaha hening cipta kembali tapi seperti ada tabir yang menutupi penglihatannya.
Sesaat ia terpaku dalam diam. Entah kenapa mendadak ia merasa khawatir dan….takut akan keselamatan istrinya Pikiran dan perasaannya menjadi bercampur aduk antara heran, penasaran dan khawatir yang makin memuncak.
Ia lalu memutuskan kembali ke Balairung namun tak sengaja ia menoleh ke sisi kirinya.
Ia terkesiap...sesosok pria entah sejak kapan sudah diam memandangi penuh kebisuan.
Tak jelas ia melihat mukanya tapi selintas pria ini mengenakan bandana atau ikat kepala dari kain model tradisional menutupi hingga rambutnya. Berdiri sekitar 10 langkah. Asap rokok nampak mengepul dr sudut bibirnya.
Nyoto melihat skeliling tak ada orang lain kecuali dia si orang misterius. Apakah dia tahu segala gerak-geriknya sejak awal...entahlah.
Tak keluar sepatah katapun dr bibir nyoto. Sesaat keduanya saling menatap seolah saling menjajagi dalam remang gelap. Binar lampu taman sulit menjangkau area pertemuan mereka.
Sebentar kemudian Nyotopun bergeming lalu segera beranjak pergi.
Si orang misterius menatap kepergian Nyoto dalam keremangan.
Seutas seringai tipis tersungging di bibirnya yang berkumis tebal beruban sambil asyik menghisap rokok kawung yang ujungnya tampak merah membara.
Sementara di dalam Balairung para tetamu masih sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.
Alunan musik pop dan riuh rendah keramaian langsung tergelar begitu Nyoto sampai di pintu masuk Balairung.
Pandang mata Nyoto menebar ke segala arah menelisik keberadaan istrinya di antara tamu yang cukup padat berlalu lalang.
Sebentar kemudian salah seorang yang cukup dikenalnya diantara tamu terlihat melambaikan tangan seraya mendekat bersama 2 orang lain.
Nyoto mengenal orang itu sebagai pak Tofan Sekretaris Daerah Pemkab Banyumili yang berarti merupakan tangan kanan kepercayaan sang penguasa Kabupaten Banyumili, Sang Bupati Suryo Adipati!
"Pak Nyoto, akhirnya ketemu juga dengan anda di sini. Sy sebenarnya tengah mencari anda. Ada hal cukup penting yang ingin saya bicarakan dengan anda.."kata pak Tofan sambil tersenyum lebar.
Jabat erat Pak Tofan yang sok akrab itu membuat Nyoto rada geli. Pria pendek dan tambun serta memakai wig ini pernah meminta fee kepadanya saat Nyoto berhasil memenangkan tender pembangunan pasar kota beberapa waktu lalu.
Beberapa saat mereka bercakap.
"Kalu soal itu bisa kita obrolkan di lain hari pak Tofan. Saat ini sy kira kurang tepat membicarakan hal krusial apalagi menyangkut pekerjaan.."sahut Nyoto kemudian sambil memegang lengan pak Tofan.
Pak Tofan tampak kurang puas. Namun kemudian hanya mengangguk seraya berkata,
"Baiklah pak Nyoto, kita bicarakan lain kali. Tapi jangan kesampingkan dengan tawaran saya. Saingan anda banyak. Kalu anda siap dan ok, segera sy atur agenda pertemuan dengan Bapak Bupati".
Nyoto tidak menjawab hanya tersenyum tipis. Sesekali ia menoleh ke kanan kiri mencari istri nya.
"Oh ya, pak Nyoto...
'..sy ingin mengenalkan anda dengan kedua kawan karib sy ini. Anda mungkin hanya pernah mendengar namanya saja tapi belum pernah berjumpa langsung dengan kedua orang hebat ini.
"Mari pak Kapolres..! kata pak Tofan seraya mempersilakan orang pertama berseragam dinas polisi lengkap dengan tanda pangkat letnan kolonel tersemat di pundaknya.
Beberapa lencana penghargaan tampak menempel di seragamnya. Sebaris nama tampak tertera di dadanya... Subandi.
"Sy pernah mendengar nama besar anda pak Nyoto. Seorang pengusaha sukses yang dermawan dan sangat piawai yang mampu memindahkan hampir 500 pedagang pasar kota yang hendak direnovasi.
"Tanpa gejolak tanpa perlawanan bahkan dengan sukarela. Suatu hal yang tidak mampu dilakukan bahkan oleh sekelas Bupati Suryo Adipati sekalipun.
"Sy salut kepada anda pak Nyoto…"tutur pria yang bernama lengkap Letkol pol Subandi ramah.
Usianya mungkin hanya terpaut sedikit lebih tua dr Nyoto, sekitar 48 tahun.
Nyotopun tak sungkan menjawab dengan sedikit menjura hormat.
"Baru kali ini juga sy berkesempatan bertatap muka dengan bapak Kapolres.
"Prestasi bapak yang membongkar jaringan penyelundupan barang2 cagar budaya peninggalan kerajaan Karang Taruna yang menghebohkan itu selesai di tangan bapak…"balas Nyoto.
Keduanya saling tersenyum saat keduanya saling menyanjung satu sama lain.
"Oh ya pak nyoto..kenalkan juga, ini kapten Darwis ..Kanit Reskrim polres Banyumili…"tutur pak Kapolres lagi.
Kapten Darwis sedikit menunduk lalu .."siap...sy pak..!"
"Omong2 bagaimana dengan perkembangan kasus pencurian ari2 bayi yang terjadi akhir2 ini terutama di desa2 pinggiran..pak Kapolres?? apakah sudah menemukan titik terang nya..?" tanya pak Tofan tiba2.
Letkol Subandi hendak menyahut tapi keburu di jawab oleh kapt. Darwis.
"Masih dalam pendalaman pak sekda. Bukti2 dan hal2 vital yang sekiranya dibutuhkan sudah kami dapatkan. Secepatnya akan segera ditangani oleh Kanit Reskrim.."kata kapt. Darwis mantap berusaha terlihat menyakinkan.
"Betul pak sekda. Dr laporan telisik tim buru sergap polres yang dipimpin oleh kapt Darwis...kita sudah menemukan indikasi atau petunjuk yang diperlukan.
"Mudah mudahan dalam waktu dekat misteri pencurian akan terungkap berikut dalang pelakunya…"kata Letkol Subandi lagi.
Nyoto dari tadi seperti terdiam hanya mendengar ketiganya bercakap-cakap. Kemudian.
"Anda tidak perlu repot-repot pak Kapolres. Menurut hemat saya..kasus ini akan segera berakhir dalam waktu dekat.."tutur Nyoto.
Letkol subandi dan kapt Darwis kemudian menatap ke arah Nyoto dengan penuh tanda tanya.
"Kenapa anda bisa berpikir demikian pak Nyoto…? tanya sekda Tofan kemudian.
Mendengar pertanyaan pak sekda, Nyoto tak langsung menjawab.
Hanya tersungging sebuah senyuman saja di bibirnya. Sebuah senyuman yang terasa getir, perih dan hampa.
Nyotopun Hanya mengangkat pundak.
"Ini cuma intuisi seorang pedagang pak. Orang-orang seperti kami ini biasa terlatih menggunakan indera keenamnya untuk mengambil keputusan dalam berbisnis. Tidak hanya berpikir asal-asalan saja.."kata Nyoto lagi lalu tersenyum tipis
Letkol Subandi tampak mengangguk pelan mendengar ucapan Nyoto sedang Kapt Darwis hanya terdiam lalu sebentar mereka saling berpandangan.
"Tentunya sy tetap berharap bapak Kapolres dan seluruh jajaran tim kepolisian bisa segera mengungkap kasus ini demi terjaminnya rasa aman dan tentram seluruh masyarakat di Banyumili…"kata Nyoto seperti mengakhiri pembicaraan.
Oya, Maaf, pak sekda, pak Kapolres, pak kapten...sy harus segera undur diri untuk mencari istri sy. Waktu sudah semakin malam.
"Sy dan istri harus bersiap untuk pulang. Mungkin di lain waktu kita bisa berjumpa lagi dan mengobrol banyak hal lainnya. Mari .." kata Nyoto kembali lalu memberi salam Namaste kepada ketiganya.
"Silakan pak Nyoto….hati2 diperjalanan," jawab pak Tofan.
Nyotopun segera berlalu lalu kemudian berhenti. Ia coba menghubungi istrinya via ponsel. Namun ternyata low baterei. Ia lupa meng-charge ponselnya tadi.
"Ah..sial.."gerutunya dalam hati.
Sorot matanya sejenak mengamati para hadirin yang terlihat padat.
Sebentar kemudian pandang matanya membentur sosok wanita bergaun biru yale berbahan velvet ketat membungkus tubuhnya yang ramping dan padat berisi.
Sejenak sepasang sorot mata Nyoto yang tajam mulai memperhatikan wanita itu.
Mulai dari wajahnya. Ehmmm...terlihat cantik menawan dengan riasan yang cukup tebal dihiasi rambut yang panjang terkuncir modis. Lalu turun ke lehernya yang jenjang.
Gaun model slip dress yang dipakainya memperlihatkan pundak dan kulit dada yang terbuka begitu indah mempesona.
Pundaknya yang telanjang menyiratkan bahwa ia hanya memakai bra model cup untuk menyangga payudaranya yang……besar dan mengkal.
Berlanjut ke belahan punggungnya yang memperlihatkan belikat nan menggoda.
Pinggang nan ramping memaksa pandang mata Nyoto melebar pada chicane lingkar pinggulnya kemudian masuk pada hairpin tikungan balik badan mengikuti chamber lintasan miring nyaris 90° menuju pucuk bongkah sepasang buah pantatnya yang montok menggiurkan.
Salah satu kakinya menjulur ke muka membuat sebongkah pantatnya seperti hendak jatuh memperlihatkan pemandangan yang seronok sekaligus artistik.
Pada saat menatap sepasang salak berukuran super inilah Nyoto mendadak berdebar jantungnya. Sesuatu yang biasa sebenarnya ia temui setiap saat pada sosok istrinya Roro Inten karena istrinyapun juga memilikinya.
Entah kenapa ia merasa bergetar dadanya ditambah timbul sesuatu yang begitu kuat merasuki pusat kendali kelelakiannya lalu menembus barikade nurani akal jernihnya dan mengambil alih kontrol atas lingga kejantanannya yang semula meringkuk serta merta perlahan tapi pasti bangkit menegang...mengeras!
Nyoto merasa ini sesuatu yang tidak wajar. Indra batinnya yang tajam justru membuatnya kian terperosok ke dasar ketidakberdayaan. Ia sulit beralih pandang dari sosok wanita cantik misterius itu.
Apalagi sebentar kemudian si sosok jelita menoleh ke arahnya sembari tersenyum manis memperlihatkan lesung pipi yang kian mengacaukan pikirannya.
Nyoto berusaha mengambil-alih kendali atas dirinya. Dialihkan pandang matanya lalu mengambil nafas dalam sambil bibirnya seperti mengucap sesuatu lirih.
Perlahan ia bisa menguasai diri. Nafsu birahinyapun mereda. Saat ia membuka mata ragawinya maka Indra batinnya yang semula sudah terbuka saat ia berkeliling di luar Balairung sontak aktif kembali tanpa ia sengaja.
Nyotopun bisa melihat sesuatu di dalam Balairung dimana orang biasa tak bisa melihatnya.
Ia terhenyak banyak sosok astral berwarna pendar putih bersliweran ke sana ke mari. Bentuknya tidak terlihat jelas hanya berupa bayangan sosok putih manusia berkelebat. Tidak pasti apakah itu perempuan atau lelaki.
Lalu pandangannya mengarah kembali ke sosok wanita cantik bergaun hijau yang sempat memancing hasratnya timbul.
Dilihatnya tidak ada yang berubah dari sosok wanita tersebut hanya saja ia kini melihat sekujur tubuh si wanita seperti terbungkus oleh semacam kain mori putih mirip pocong mulai dari leher sampai mata kaki kecuali kepalanya.
Sedangkan di atas dahi, dada dan pantatnya seperti dilingkari oleh untaian melati putih. Sekali lagi si wanita melempar senyum manis kepadanya.
Namun tidak seperti tadi kali ini Nyoto tidak terpengaruh olehnya barang sedikitpun.
Melihat sang pria yang menjadi targetnya tampak anteng dan kalem tidak seperti sebelumnya sontak membuat wajah sang wanita tampak heran lalu diam tanpa ekspresi.
Ia lalu melanjutkan obrolannya dengan tamu di depannya namun sesekali kerling matanya nakal melirik ke arah Nyoto.
"Perempuan memang mahluk yang tidak pernah puas. Haus akan pujian bahkan rela di bohongi asal itu membuatnya senang….hehehehe.." tiba tiba terdengar seseorang berkata diiringi suara tawanya.
Begitu dekat. Begitu nyata.
Nyoto yang dalam keadaan terpekur hening tidak menduga dan tidak menyadarinya seketika langsung menoleh ke arah suara dan tawa itu.
Selintas terlihat disampingnya persis telah berdiri sosok pria sedikit bungkuk dengan memakai baju sorjan ala abdi istana jaman dulu. Tingginya sekitar selengan Nyoto yang 180 cm.
Rambutnya terlihat gondrong gimbal tak beraturan seleher bewarna hitam bercampur uban. Serta berikat kepala mirip Iket tradisional dari Pasundan! Ikat kepala kain hitam…!!!
Nyoto memandang pria asing itu tak berkesip. Ia terpana sesaat bilamana pikirannya langsung terbayang kepada sosok misterius yang ia temui tadi di luar Balairung.
Diliriknya pria itu dan tampak jelas wajah sang pria tersebut. Kumis lebat dan tak tercukur rapi membuat bibirnya nyaris tak kelihatan.
Matanya terlihat cekung dengan kantong mata menggelambir di sisinya. Kulit wajah legam kemerahan membuat kesan tak biasa pada dirinya. Sulit ia menerka berapa usia orang ini.
Di sudut bibirnya terselip rokok kawung lintingan (gulungan.red) yang masih mengepulkan asap.
"Lihatlah cah wadon kae (anak perempuan.red)
"...sebenere yo wis ayu...wis semok...kurang apa lagi. Namun nyatanya isih wae kurang lan njaluk luwih…"tutur si pria asing sambil menuding ke arah sosok wanita cantik bergaun biru itu.
(masih saja merasa kurang dan minta lebih.red).
"Segala cara upaya ditempuh buat nambah daya tarik kepada laki-laki...pasang susuk...pasang ajimat…jan sontoloyo.
"Ngono kok ora bakal akeh wong sing podo pegatan...podo selingkuh... hehehe...tutur si pria tua itu lagi seraya menghembuskan rokoknya.
Spontan bau tembakau tajam menyengat.
(Kalu begitu...masakah tidak ada orang2 yang tidak mau bercerai dan selingkuh.red)
Nyotopun sedari tadi cuma diam tak tahu harus berkata apa.
Ia seperti terpaku dan terhipnotis oleh sosok asing ini.
"Kalebu uwong sing dadi lelakon maling ari2 jabang bayi sing lagi marai geger ning Banyumili…kakeane tenan," lanjut si orang tua aneh itu.
(Termasuk orang yang menjadi pelaku maling dan bikin geger di banyumili.red)
Mendengar ucapan terakhirnya membuat Nyoto tersadar. Ia pun memandang si orang asing.
Dalam hatinya ia mencoba menerka siapa sebenarnya orang tua ini, diliat dr gelagatnya dia sudah berada cukup lama di ruangan Balairung yang ber-AC dingin. Tapi diliatnya tak seorangpun petugas yang berani menegur.
"Maaf, kalu boleh sy tahu Bapak siapakah…?
"Apakah salah satu dari pihak pengusaha swasta seperti sy…? sepertinya pernah bertemu sebelumnya ? tanya Nyoto penuh selidik sambil mengalihkan pembicaraan.
"Hehehe….aku bukan siapa-siapa anak muda.
"Aku hanya orang tua pikun yang gaweane macul karo nandur…"jawab si bapak sedikit acuh.
(kerjaannya mencangkul dan menanam.red)
"Bapak... petani..atau .."kejar Nyoto namun keburu dipotong si bapak sambil mengangkat tangan lalu menggeleng.
"Ora...ora. Aku dhuduk petani. Memange cuma petani thok sing gaweane macul karo nandur..? Jawab si bapak memprotes. (Bukan.red).
"Maksute ingsun...
"...macul karo nandur ning tempike cah wedok alias ngenthu...hehehe...
"...mudeng ora…? lanjut si bapak sambil kembali terkekeh. (Maksudku.red).
Mendengar jawaban si bapak, Nyoto tersenyum geli.
"Dasar orang tua keblinger. Jangan2 dia orang ndak waras yang kesasar…" batinnya.
"Dr omongannya sepertinya dia juga melihat apa yang kulihat...tapi jangan2 dia cuma ngawur saja…"
Sejenak Nyoto mengalihkan pandangan mengarah ke jemari kanan si bapak aneh yang asyik masyuk menghisap rokok kawungnya yang terlihat menipis.
Jari telunjuknya yang hitam legam penuh ali ali (cincin.red) melingkari di semua jarinya kecuali jempol.
Cincin akik beraneka ragam bentuk corak dan warna semakin mengesankan dan menyakinkan bagi Nyoto bahwa dia memang orang gila yang kesasar.
Namun apakah betul demikian…?
"Maaf pak, sy permisi dulu ,"kata Nyoto lalu meninggalkan si bapak tua sendirian sambil berkeliling mencari istrinya.
Sementara di waktu yang bersamaan. Roro Inten tengah asyik mengobrol dengan seorang tamu wanita berkerudung. Beberapa kali senyum dan tawanya pecah menghiasi wajah ayunya.
"Maaf ya jeng, sy ambilkan minum sekalian ya.."kata Roro sembari beranjak ke salah satu meja.
Setelah mengambil 2 seloki kecil wedang jahe Roro Inten melangkah berbalik namun tak dinyana ia bersenggolan dengan seseorang.
Prak..!
Salah satu seloki jatuh berderak ke lantai sementara isinya tumpah sebagian memercik membasahi orang tersebut.
"Oh...maaf..!...maaf pak...!
"...saya tidak sengaja.."kata Roro terburu-buru sambil spontan mengambil tissue dan hendak mengelap baju pria tersebut.
Sosok pria tersebut hanya terdiam saja saat Roro Inten mengelap baju jasnya.
"Sungguh beruntung sekali lelaki yang kelak menjadi suami anda. Anda bukan hanya ayu mempesona tapi juga sangat perhatian…" tiba tiba si pria berkata dengan suaranya yang berat dan rada serak sambil tangannya sempat memegang tangan halus Roro yang langsung ditarik oleh si empunya tangan.
Roro yang sedikit kaget tampak tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh pria tersebut. Ia lalu menatap pria tersebut.
Maka terlihatlah sosok pria paruh baya berwajah sendu cenderung tirus. Wajahnya yang mengotak memperlihatkan tulang rahangnya.
Meski sepintas terlihat gagah namun memberikan kesan keangkuhan pada dirinya.
Dagunya yang lonjong panjang menonjol membuatnya terlihat berbeda dari kebanyakan pria lain.
Rambutnya klimis tertata rapi dan nampak hitam mengkilap
Dari tubuhnya yang mengenakan jas itu tercium aroma parfum wangi kayu Cendana yang kuat. Memberi kesan jantan dan maskulin nan begitu melekat
Sosoknya lebih tinggi dari dirinya yang sebenarnya sudah memakai high heels. Sepertinya hampir setinggi suaminya.
"Sy tamu di sini dan sy datang bersama suami saya.."kata Roro datar.
"Ooo...Maaf,..
"...sy tidak bermaksud kurang ajar. Anda wanita yang anggun dan terhormat.
"Maafkan kelancangan saya.."kata si pria seraya melempar senyuman dengan sedikit menjura.
Roro tak menanggapi lalu hendak berlalu saat diliatnya tamu wanita berkerudung yang tadi bersamanya datang tergopoh-gopoh.
"Maaf,..maaf...Permisi Bapak Bupati...
"...beliau ini teman karib sy. Barusan saja ngobrol dengan sy. Mungkin beliau kurang memperhatikan panjenengan tadi waktu acara sambutan di depan.."tutur si ibu dengan hormat.
Sejenak Roro yang terdiam sambil memandang pria di depannya lekat2.
"Suryo Adipati.."desisnya dalam hati.
Entah kenapa timbul rasa eneg (tidak suka.red) meski baru bertemu langsung dengan penguasa Banyumili ini.
"Tidak apa-apa ibu Dewi. Sayanya yang kurang hati hati hingga bersenggolan dengan beliau ini.
"Oya..sebagai tuan rumah ..bolehkah sy mengetahui nama anda dan dari manakah berasal..? kata sang bupati kemudian dengan kalem.
Roro yang sebenarnya sudah jengah dan hendak beranjak pergi terpaksa menjawab.
"Nama saya Roro Inten Ayu Dewi Rengganis...pak bupati.
"Saya dan suami datang dari Trenggono, Banyumili Wetan," lanjut Roro masih dengan nada datar cenderung dingin.
"Bu Roro ini bagaimana sih...yang dihadapinya sekarang bukan sembarang orang lho.."batin Bu Dewi.
"Eehhm....nama yang begitu indah seperti orangnya.."sahut sang Bupati sembari tersenyum simpul sambil menunduk sebentar.
"Beliau ini istri dari kontraktor pak Pujo Satmoko, Bapak Bupati.
"Pemilik dari PT. Mawar Seroja Utama.."tambah ibu Dewi yang justru kelimpungan sendiri.
"Oooh...sudah sy duga anda bukan orang sembarangan.
"Ternyata istri dari Pak Pujo yang terpandang itu.
"Omong-omong di manakah gerangan beliau...kok ndak bersama sama anda ..? tanya sang bupati.
"Saya juga tengah mencari suami sy. 'Maaf, pak bupati...sy permisi dulu.
"...Bu Dewi...mari.."ujar Roro cepat cepat mengakhiri.
"Kenapa tergesa-gesa Bu Roro...malam masih panjang.
"Silakan menikmati dulu suasana disini. Lagipula anda dan suami termasuk tamu saya yang teristimewa", kata sang Bupati lagi seolah hendak mencegahnya pergi.
Roro Inten yang tidak ingin memperpanjang pembicaraan lalu menjura sedikit.
"Maaf, sy sudah ditunggu suami saya. Terima kasih atas undangan dan sajian Bapak," tutupnya berusaha tersenyum meski dengan berat hati lalu melangkah pergi.
Tak lama 2 orang pelayan tiba lalu membersihkan sisa gelas yang jatuh.
Sang Bupatipun memandang kepergiannya sambil mengusap dagunya yang lonjong kokoh.
Sepasang matanya yang sayu namun dingin menatap nanar pinggul dan bokong perempuan ayu nan jelita bernama Roro Inten itu yang mekar begitu indah menggoda terbungkus gaun brokat ketatnya bergerak menjauh.
"Eseme jan pait madu.
"Ternyata dia istri Pujo Satmoko...ehmmmm..."gumam sang bupati suryo dengan senyum penuh arti.
(Senyumnya "sepahit" madu.red)
Sebentar setelah punggung Roro tak kelihatan lagi. Bupati Suryo melambaikan tangan ke arah samping seperti memanggil.
Tak lama seorang berpakaian safari bertubuh tegap datang.
"Saya menghadap...pak Adipati ..!
"Bagaimana ? dia sudah datang belum ? tanya Bupati Suryo.
"Sudah pak. Tadi saya lihat beliau ada di ruangan ini. Lalu maaf, mendadak beliau seperti menghilang. Para petugas di sekitar Balairung yang ketat mengawasi para tetamu keluar masuk juga tidak melihat beliau keluar" sambung si petugas.
"Ya sudahlah. Sana..!
kata sang bupati dengan nada tegas kepada petugas tsb yang segera beranjak pergi sambil menunduk hormat.
"Kangmas....kangmas...ckckck. masih saja tidak berubah polahmu…"kata sang bupati lalu segera berlalu.
Sementara entah kebetulan atau tidak Nyoto yang celingukan kesana kemari juga tidak melihat ketika seorang wanita lewat di depan matanya.
Lalu bruk..!!
"Aahh..!
terdengar pekik kecil dari si wanita yang hendak terguling namun seketika dengan cekatan Nyoto berhasil mencegahnya jatuh.
Tangan Nyoto yang kekar berotot tampak merengkuh memeluk pinggang ramping si wanita yang ternyata adalah si wanita cantik bergaun slip dress warna biru yale yang tadi sempat menarik perhatiannya.
"Maaf, sy yang ceroboh tidak melihat Anda lewat…"kata Nyoto sedikit rikuh lalu melepaskan pelukannya.
"Sama-sama...
"Sy juga asyik ngobrol di hp tidak memperhatikan kanan kiri," kata si wanita muda nan cantik itu sambil tersenyum menahan malu.
Suara pria ini terdengar berat dan berwibawa membuat si wanita seolah tergelitik dan berdebar hatinya. Setelah berdiri mapan keduanya tegak saling berhadapan.
Kali ini si wanita bisa memandang pria yang menyita perhatiannya sedari tadi dengan sangat dekat.
Menurut taksirannya usia pria ini sudah tidak muda lagi. Mungkin 45 th atau lebih. Tapi justru terlihat ketampanannya yang matang sungguh menarik dengan garis muka yang tegas mengotak memberi kesan jantan dan maskulin sekaligus mengayomi.
Sorot mata tajam bagai sembilu dengan alis hitam nan tebal menonjol membuat dada si wanita berdebar-debar.
Postur tinggi tegap mungkin sekitar 180 cm. Ia yang sudah mengenakan hak setinggi 7 cm pun dipaksa sedikit mendongak.
Sekejap pandang matanya sempat mengerling ke bawah tepatnya ke selangkangan pria ini. Sontak debar jantungnya bergejolak tak karuan.
Sebaliknya, Nyotopun mengakui bahwa wanita muda yang menurut perkiraannya baru berusia sekitar 25 tahun ini memang memiliki daya tarik seksual yang luar biasa.
Sekelebat aroma tubuhnya menggoda nafsunya. Namun kekuatan batinnya cukup untuk membentengi nalarnya.
"Maaf, sy permisi dulu…"kata Nyoto kemudian tanpa basa-basi.
"Saya...eehh..!
seru si wanita cantik bergaun biru itu hendak mengatakan sesuatu namun keburu si pria berlalu.
"Ibu Noor Anggraeni..."
"Maaf, Bapak Adipati sudah menunggu ibu di ruang VIP…"kata seorang wanita berpakaian batik tiba-tiba menyapanya.
"Oh ya, aku segera menyusul," katanya lembut sambil pandang matanya berbinar menatap Nyoto yang sudah menjauh.
Sementara itu setelah sekian waktu berkeliling di tengah hiruk pikuk tamu Nyotopun bersua dengan istrinya tercinta, Roro Inten Ayu Dewi Rengganis.
"Nimas Ayu !..
"...aduuh..kemana saja kau nimas ...kucari sampai ke mana mana sampai hingga ke ujung dunia...gemetar lututku Nimas..
'Aku sangat mengkhawatirkan dirimu nimas," sahut Nyoto sambil mengamit kedua telapak tangan istrinya kuat2 lalu memeluknya erat.
"Ahh...Kangmas
"..sudah..malu kalu dilihat orang..ini khan tempat umum.
"Aku juga sama mencarimu kesana kemari Kangmas.
"Kukira kau di bawa dedemit penunggu tempat ini…" sahut sang istri sambil merengut manja di depan Nyoto.
"Ah..demit di sini mana mau sama aku. Bukankah dia lebih menyukai wanita cantik seperti dirimu Nimas...hehehe.."goda Nyoto.
"Iiihhh...kangmas kok gitu sih.
"Masak istri sendiri mau mbok korbanke.." balas Roro Inten sambil berdiri menyamping setengah membelakangi suaminya dengan tangan bersedekap.
Tingkahnya bagai gadis remaja yang tengah ngambek kepada pacarnya. Nyoto memang sangat suka menggoda istrinya. Dan ia justru begitu bahagia bila berhasil membuat istrinya cemberut dan sewot seperti saat ini.
"Nimas...begitu saja kok marah. Kangmas tidak sungguh sungguh. "Bukankah kangmas selalu bilang kepadamu bahwa untuk dirimu akan kulakukan semuanya sekalipun lautan api pasti kan kuseberangi...pucuk Gunung Mahameru kan kudaki...badai samudera pasti kan kulewati asal bisa tetap bersamamu Nimas.." rayu Nyoto sambil jemari tangannya menyentuh lembut dagu istrinya yang menggantung indah.
Mendengarnya tak ayal langsung membuat luluh hati Roro Inten. Dia memang paling tak mampu melawan rayuan maut suaminya tercinta. Alias sekali serang langsung KO-lah ia.
"Ah gombal…"
ucap Roro spontan sambil tersenyum malu. Mukanya sontak merona menambah ke-ayuan parasnya.
Sementara Nyoto hanya tersenyum lebar mendengar "cibiran" istrinya tercinta itu.
Ia tak tahan bila suaminya berlaku demikian. Digenggamnya erat jemari tangan suaminya lalu seraya berbalik ia meraba lembut sepasang pipi suaminya dengan jemarinya yang halus lembut.
"Ah...akuu...sangat mencintaimu... Kangmas. Jangan biarkan aku sendiri Kangmas…" kata Roro perlahan penuh perasaan yang bergejolak antara perasaan gembira dan kesedihan bercampur dengan birahi yang mulai menggelayuti.
Nyotopun hampir tak mampu menguasai dirinya bilamana melihat kepasrahan istrinya. Syahwatnya seketika bangkit menjalar ke segala sisi rongga kelelakiannya.
Namun berbeda dengan dengan apa yang ia alami sebelumnya takkala bersua bersama wanita cantik bergaun biru tadi.
"Ayo..kita pulang Nimas.
"Kita kembali ke istana Kebahagiaan milik Sunyoto Pujo Satmoko.."tutur Nyoto lembut sambil menggenggam erat jemari istrinya yang masih meraba kedua pipinya.
Diciumnya lembut kedua tapak tangan istrinya itu.
Roro Inten pun tersenyum penuh rona kebahagiaan di wajahnya.
Sesaat kemudian mereka melangkah keluar gedung Balairung ditemani suara merdu sang penyanyi band meng-cover lagu indah dari Bob Tutupoli…"Tinggi Gunung Seribu janji"
…..
Memang lidah tak bertulang
Tak terbekas kata-kata
Tinggi gunung seribu janji
Lain di bibir, lain di hati
Aku pergi takkan lama
Hanya satu hari saja
Seribu tahun tak lama
Hanya sekejap saja
Kita 'kan berjumpa pula
Seribu tahun tak lama
Hanya sekejap saja
Kita 'kan berjumpa pula….
Tak terbekas kata-kata
Tinggi gunung seribu janji
Lain di bibir, lain di hati
Aku pergi takkan lama
Hanya satu hari saja
Seribu tahun tak lama
Hanya sekejap saja
Kita 'kan berjumpa pula
Seribu tahun tak lama
Hanya sekejap saja
Kita 'kan berjumpa pula….
Tepat sesaat setelah keduanya menyeberang lobi dan sampai di parkiran mobil. Sebuah sedan roadster warna perak meluncur cepat diantara mobil yang terparkir rapi lalu berhenti tepat di depan lobi sambil mengeluarkan mendecit ala drafting.
...ciieeet.!!!..
suaranya melengking membuat sebagian besar tamu khususnya yang berada di luar gedung terkejut lalu spontan menoleh ke arah asal suara.
Tidak terkecuali Nyoto.
Ia sejenak memperhatikan mobil silver itu sementara Roro Inten telah masuk terlebih dulu ke dalam mobil SUV nya.
Tampak tertulis di bagian list bonnet mobil roadster perak itu …"Mercedes Benz SL 350 AMG Sport".
Mercedes-Benz SL 350 AMG
Lalu muncul satu sosok pria muda berpakaian necis dengan hem tergulung di lengannya bergegas keluar dari dalam mobil.
Tanpa bicara sepatahpun, ia melempar kunci mobilnya ke salah satu petugas vale lalu masuk ke dalam Balairung dengan disambut salam menjura oleh hampir semua petugas jaga yang hadir!
Nyotopun hanya menggeleng pelan melihat aksi sang pemuda barusan lalu bergegas menutup pintu mobil SUV Pajero Sport miliknya.
Sebentar kemudian bergerak perlahan keluar dari area Paseban Ageng rumah dinas Bupati.
"Mas Freddy, anda sudah ditunggu bapak di ruang VIP bersama dengan yang lain…"kata seorang ketua panitia acara sambil menjura kepada lelaki muda ini.
Pria muda yang dipanggil Freddy ini hanya menoleh sebentar kemudian berlalu begitu saja menuju ruangan yang dimaksud.
Di dalam ruangan VIP sebuah ruangan terpisah yang terletak di samping dalam Balairung tampak beberapa orang duduk mengitari sebuah meja bundar dengan sajian makanan lengkap terhampar di meja makan.
Yang pertama adalah sosok tuan rumah yang tak lain Bupati Suryo Adipati, disamping kanannya duduk Kapolres Banyumili Letkol pol. Subandi bersama sang kapten yang bersisian dengan Sekda Tofan.
Kemudian di sisi lainnya duduk wanita muda nan cantik bergaun ketat biru Yale yang sempat menarik perhatian Nyoto ! lalu yang terakhir..
sosok pria misterius yang juga sempat bersua dengan nyoto juga ada disitu !
Ia memakai busana yang sama yaitu baju sorjan beriket kepala kain tradisional berwana hitam dan berambut gondrong menjela leher yang sebagian telah beruban.
Sosok ini memakai akik hampir di semua jari tangannya kecuali jempol.
Sebatang rokok kawung terselip di sudut bibirnya yang nyaris tidak kelihatan karena tertutup kumis nan lebat kaku dan tak beraturan!
Dengan mata cekung hampir terpejam entah sadar entah tertidur pria yang sulit diterka umurnya ini sesekali memainkan cincin batu akiknya di kedelapan jemarinya hingga mengeluarkan suara gemeretak.
Keletek…. keletek... keletek….
Senyum tersungging di bibir sang Adipati takkala melihat kedatangan pria muda ini.
"Kamu sudah datang Ed, kami semua sudah menunggu cukup lama...duduklah.."kata Adipati.
"Di mana ibunda.." tanya Freddy dengan mimik tajam serius kepada Adipati.
"Ibumu tidak bisa datang karena kurang enak badan. Makanya aku meminta Noor untuk menemani ayah…"jawabnya lagi.
"Huuh…" Freddy mendengus sambil melirik sejurus ke wanita muda bergaun biru yang ternyata adalah Noor Anggraeni dengan tatapan ketidaksukaan.
Noor yang tahu diperhatikan pura2 tak melihat sambil cuek meminum seduhan teh hijau yang barusan dituang oleh para pelayan.
Mendengar hal demikian tanpa pakai lama Freddy pun balik badan meninggalkan ruangan. Sontak Bupati Suryo Adipati menegurnya dengan sedikit keras.
"Eddy..!!! Mau kemana kau ? tanyanya.
Freddy yang ditegur tidak menjawab melainkan hanya menoleh sesaat ke ayahnya lalu berbalik bergegas pergi.
"Dasar anak bengal…" kata Adipati lagi sambil bersungut-sungut sesaat setelah freddy pergi.
Tak lama terdengar derum suara mobil sportnya melengking keluar dari sepasang knalpot gandanya.
Bruuumm !!!
Sebentar lalu mobil sport buatan Jerman itu melesat pergi keluar dari pintu gerbang Paseban lalu lenyap ditelan gulita.
Tak lama kemudian mobil para tamu pun mulai bergantian keluar silih berganti dari komplek Paseban Ageng meninggalkan kesunyian yang kembali menyergap sekitaran komplek rumah dinas Bupati Suryo Adipati tersebut.
Terakhir diubah: