Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG RS The Submissive

Bimabet
Binal juga ya bu santi pura pura salh minum obat eh ternyata mau ngentot
Lanjutin suhu
 
:ngupil: Revan lepas perjakanya kok kayaknya kurang begitu menikmatinya ya hu:bingung: Seharusnya dia bisà lebih menikmatinya.:tidak:
 
Maradona eh maraton sekalian nungguin tukang bangun pondasi apartemen
 
Maaf lama update, dikarenakan banyak urusan RL di akhir tahun dan awal tahun. Dan maaf apabila tulisan saya masih kurang sempurna. Berhubung konsep cerita di desa ini baru terpikirkan oleh ane. Dan masih belum begitu nyambung dengan judulnya. Happy reading.


Sebelumnya :
“Van, aku mau keluar lagi,” kata Bu Santi. Aku semakin bersemangat memaju-mundurkan pinggulku. Kemudian Bu Santi memejamkan matanya. Tanganya memelukku disertai kedua kakinya merapat, sehingga aku tidak bisa bergerak.

“Bentar Van, ini enak banget,” ucapnya. Saat itu penisku berkedut-kedut.

“Eh, Van. Kamu keluar juga toh?” tanya Bu Santi. Aku mengangguk.

“Aduh … gara-gara salah minum malah jadi gini,” kata Bu Santi.

“Emang kenapa Bu?”

“Aku lagi subur, Van.”
[HIDE]
Part 7​

Subur yang Bu Santi maksud sudah pasti bukan tanah yang berhumus, tetapi rahimnya yang saat ini penuh dengan spermaku—sampai meleleh keluar vaginanya, sedang dalam keadaaan subur. Berarti, besar kemungkinan Bu Santi akan hamil. Ia pun beranjak dari ranjang menuju ke kamar mandi yang berada di kamar ini.

Kudengar suara percikan air yang cukup keras. Sepertinya Bu Santi sedang mandi. Tidak lama kemudian, Ia keluar dari kamar mandi, masih dengan telanjang bulat—ah tidak, dengan tubuh yang sangat menawan. Ia melirik ke selangkanganku, di mana penis yang tadinya mengkerut kini mulai bangkit kembali.

Bu Santi mendekati, menaiki ranjang dengan merangkak ke atas tubuhku. Jemarinya menyentuh penisku dengan lembut—perlahan sekali. Napasku mulai memburu. Ia memegang, mengelus, lalu meremas-remas penisku.

“Van, kamu mau punya anak gak?” tanya Bu Santi. Aku bingung harus menjawab apa.

“Kenapa diem?” tanyanya lagi.

“Eh—anu … Bu,”

“Revan … maksudku tuh, kamu mau gak masukin kontol kamu ini ke memek aku?” tanya Bu Santi sambil meremas penisku. Aku hanya mengangguk.

“Ya udah. Nanti aku usahain biar gak hamil. Tapi kalo hamil salah kamu loh ya.”

“Maksudnya gimana bu?”

“Van, aku kan lagi subur nih. Lah kamu ngeluarinnya di dalam tadi,” ucap Bu Santi.

“Hehehe, iya bu. Terus gimana dong?”

“Umm, udah tak cuci, gak tau kalo nanti jadi.” Ia tertawa.

“Lah bu, masa aku jadi bapak nantinya.”

“Iya deh iya. Aku minum jamu deh, biar gak hamil. Tapi aku suka kamu keluarin di dalam,” kata Bu Santi. Ia tampak senang.

“Ya udah, Bu. Masukin lagi.”

Ia memposisikan penisku ke arah vaginanya. Lalu menurunkan pinggulnya perlahan. Namun saat baru kepala penisku yang masuk, ia mencabutnya kembali. Pandanganku langsung beralih ke wajah Bu Santi. Ia tersenyum.

“Gak sabar ya?” ledeknya.

“Bu Santi ngerjain aku?”

Ia terkekeh, sambil pinggulnya bergerak maju mundur, vaginanya menggesek-gesek batang penisku.

“Bu, kok gak di masukin?”

“Masukin aja sendiri.”

Bu Santi memang mengerjai diriku. Aku menahan pinggulnya dengan kedua tangan, lalu mengarahkan penisku ke vaginanya. Dengan sekali dorongan penisku menerobos masuk liang surgawinya.

“Ahhh … Revan. Kok kamu berani.”

“Kan ibu suruh masukin sendiri tadi.”

“Nakal kamu ya,” ucap Bu Santi.

Kulihat ia kini sudah sadar dari pengaruh minuman yang membuatnya merangsang. Karena Bu Santi bisa mengontrol dirinya tidak seperti ronde pertama.

Ia sangat bersemangat menggoyang-goyangkan pinggulnya. Sampai-sampai ranjang tempat kami bergumul berdecit-decit. Desahan Bu Santi kini terkontrol, ia mengisi wajahnya dengan senyum puas—buas. Ia menyergap bibirku, melumatnya, lalu memainkan lidah kami. Lalu ia menuntun tanganku ke payudaranya. Aku mengerti yang ia minta. Kumulai meremas-remas dadanya yang kencang. Tiba-tiba ia menghentakkan pinggul, lalu menjepit penisku dengan kuat. Kepalanya mendongak.

“Ahhhhh, Revan … aku keluar, gila kontol kamu enak banget sayang.”

Tubuh Bu Santi ambruk menimpa dadaku. Sementara penisku masih tertanam di vaginanya. Kurasakan lelehan air keluar—membasahi. Bu Santi tampak kelelahan. Aku memeluknya, serta tanganku mengelus-elus kepalanya.

“Van, aku gak kuat buat muasin kamu. Terserah kamu deh, mau lanjut apa enggak, sampai kamu keluar, lakuin sesukamu,” kata Bu Santi.

“Enggak kok Bu, begini aja udah enak.”

Kami tertawa puas.


Saat mataku terbuka, Kulihat Bu Santi yang masih berada di atasku. Kami tertidur, tapi masih menyatu. Meski tidak begitu keras, penisku masih berada di dalam vaginanya. Aku pun mencabutnya, lalu memindahkan Bu Santi ke sampingku.

Aku beranjak ke kamar mandi. Mengguyur tubuhku dengan air yang dingin. Setelah itu, aku memakai bajuku yang sudah agak kering. Kulihat jam menunujukan pukul 02.20 dini hari. Aku mengemas barang-barangku.

“Van,” suara Bu Santi mengagetkanku.

“Oh Bu Santi, udah bangun toh.”

“Iya lah, kerasa tau,” katanya.

“Kamu mau pulan, Van?” tanya Bu Santi.

“Iya, Bu.”

“Kamu pelan-pelan aja Van keluar rumahnya, takut ada yang tau.”

“Iya, Bu, tenang aja. Aku pamit yah Bu.”

Aku keluar dari rumahnya. Kuambil sepedaku yang berada di pintu garasi. Tempat yang tidak begitu kelihatan dari jalan. Lalu kukempesi ban sepedaku, agar menjadi alibi apabila bertemu orang yang kukenal di jalan. Kutuntun sepedaku, karena jarak pulang tidak begitu jauh. Kutaksir sekitar setengah jam paling lama.

Di perjalanan, aku memikirkan apa yang telah terjadi hari ini. Sampai tak terasa, aku telah sampai di depan rumah.

Sepi.
[/HIDE]

To be continued ...
 
Ayo hu taklukan semua MILF yg ada mantab hu thanks up-nya di tunggu kelanjutannya sehat selalu dan lancar RLnya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd