Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Mengabulkan permintaan kharinka di thread baru?

  • Iya

    Votes: 127 60,2%
  • Nggak usah.

    Votes: 84 39,8%

  • Total voters
    211

Flindskjold

Adik Semprot
Daftar
8 Aug 2014
Post
111
Like diterima
490
Bimabet
Mohon maaf yang sebesar - besarnya, seiring pergantian title cerita ini, maka di part - part selanjutnya hanya akan di fokuskan ke sakti dan segala lika - liku kehidupannya. Fokus sakti ke perempuan yang lebih tua mungkin masih ada, tapi minim. Karena akan bermunculan karakter - karakter wanita baru dan hubungan Sakti kepada wanita itu. Tapi sebisa mungkin hubungan sedarah di part selanjutnya masih akan nubi sajikan walau nggak banyak.

Sekali lagi, mohon maaf yang sebesar - besarnya atas keinkonsistensian nubi dalam membuat cerita

http://www.imagebam.com/image/3c1f14928236884

Tante Laras

PROLOGUE
"Asalamualaikum!"

'Tok-Tok'

Aku yang sedang asik bermain game online yang sedang digandrungi sebagian besar orang indonesia itu di kamar tidurku, mendadak mendengar suara ketukan di pintu ruang tamu

"Iyaa sebentar," dengan langkah agak tergopoh aku menuju ke ruang tamu, untuk melihat siapa yang mengetuk

"Loh, Tante Laras? Ada apa Tante?" ternyata tetanggaku yang tinggal tepat di seberang rumahku di komplek ini.

"Bu Darwis ada, Sak? Tante mau ngobrol sebentar. Ada?" tanya Tante Laras yang saat ini menggunakan daster satin yang lumayan ketat sehingga menonjolkan dua buah payudara berukuran besar di dadanya, jangan tanya ukuran ya, aku bukan tukang bra. Tapi yanf jelas, payudara besarnya itu sedikit demi sedikit mengalihkan pandanganku

"Kok malah bengong? Haha." tawa Tante Laras. Suara wanita dewasa yang matang ini seperti stimulan yang memperlancar horny biadab di dalam otakku berkali - kali lipat

"Eh, Mama lagi beli kain kayaknya Tan sama Ka Rere," jawabku sedikit gugup

"Oh gitu, yaudah nanti kalo udh balik, bilang aja dicariin Tante Laras ya?" ucapnya

"O-oke siap Tante, eh Ta-tante mau minum dulu atau apa gitu?" Minum dulu? Apa gitu? Pertanyaan sialan macam apa itu, Sakti?

"Haha, nanti aja yaa, Tante masih ada urusan dulu ini mau ke sekolah si Lintang, biasa, bikin onar lagi dia, haha." Lintang adalah anak pertama Tante Laras yang sudah duduk di bangku kelas satu smp,

"Oh gitu ya, Tante. Yaudah deh Tante, tapi emang kesana sama siapa Tante? Om Bowo kan kerja ya kalo nggak salah?"

"Ini mau mesen grab sih, tinggal ganti baju aja, emang kenapa, Sakti?" tanya nya dengan suara lembut dan empuknya itu.

"Hmm, gapapa Tante, ya siapq tau Sakti bisa anter, mumpung masuk kuliah sore gitu." Iya gitu, padahal mah sejam lagi ada matkul, gapapalah sekali-kali ngerasain dada anarkis Tante Larasku itu di punggungku.

Tante Larasku? Big lol.

"Hm yaudah deh, Tante ganti baju dulu yaaa,"

Dan Tanteku itu lalu melangkah pergi ke arah rumahnya yang terletak di seberang rumahku.

Adegan langkah kakinya seperti di slow motion di otakku, goyangan bokong bulatnya yang spank-able itu, rambut panjangnya yang berkilauan terpantul cahaya matahari.

I'm fucking horny!

Dan sudah dipastikan, beberapa saat kemudian penyiksaan terjadi diatas motorku. Payudara anarkis itu dengan tak berprikemanusiaan meninju - ninju punggungku dengan jarang namun terasa.

I NEED A TOILET!
 
Terakhir diubah:
EPS 1; My Neighboor Semokness~

http://www.imagebam.com/image/7e8229928240104

(Tante Laras)


Eps. 1


Mataku mengerjap lemah, cahaya matahari yang usil mencolok - colok mataku membuatku terjaga pukul tujuh pagi ini.

"Hoam,"

Sedikit merentangkan tangan, melemaskan persendian - persendian.

Ponsel pintarku berdering, kuraih benda itu di atas meja di samping tempat tidurku.

Teza, teman kuliahku.

'Oit, Bro?'

'Iyalah, kesini aja'

'Iya jam sembilanan aja kesini, gue mandi dulu.'

'Oke, bawa cemilan sama rokok, jangan lupa.'

'Siap, yaudah, samlekum.'

Teza dan tiga temanku yang lain berniat main ke rumahku pagi ini. Sebenarnya aku ingin bermalas - malasan di atas tempat tidur seharian ini, tapi ya nggak apa - apalah toh mereka hanya sesekali saja main kesini.

Sesaat sebelum mandi, aku melanglahkan kakiku ke depan rumah, menghirup udara pagi yang sejuk ini dengan egois.

Tetapi ketika sampai di depan rumah, nafas yang sudah terlalu dalam kuhirup mendadak berhenti, menggantung di hidungku.

Bagaimana tidak, didepanku sekarang ini terlihat Tante Laras yang sedang menjemur pakaian - pakaiannya dengan posisi yang membelakangiku

Shit. That ass!

Kepala atasnya yang dilingkari handuk berwarna biru menampakan tengkuk putih mulus tak bercela miliknya, kedua batang lengan yang terangkat - angkat menaruh pakaian - pakaian basah di tali jemuran nya, sinar matahari pagi yang sedemikian mencerahkan kulit putih mulus di kedua buah kaki yang terlihat sedikit besar namun kencang.

Damn! Dan wanita yang setahuku berumur tiga puluh sembilan tahun itu sukses membangunkan Sakti Jr. dibawah sana.

*****



"Hoi, ngelamun terus yaaa!"

Sontak aku terkejut ketika Tante Laras mendapatiku sedang memperhatikan lekuk tubuhnya yang seksinya sangat - sangat brengsek itu

"E-eh, enggak Tante baru aja keluar ini ke depan, eh terus ada Tante lagi ngejemur, hehe." kataku setengah malu lalu menggaruk kepalaku yang akupun bingung dimana letak gatalnya ini.

Dia hanta tertawa renyah lalu kembali menggantung beberapa helai pakaian.

"Orang rumah masih molor, Sak?" tanya nya tiba - tiba setelah selesai menggantung pakaian.

"Iya nih, Tante. Paling sejam lagi pada bangun. Hehe,"

"Oh iya, Sak, si Lintang kan nanti mau ada ujian semester, tapi pelajarannya ketinggalan terus, Tante sampe pusing liatnya, apalagi Bahasa Inggrisnya itu loh. Udah sering dinasehatin Tante sama Om, tapi tetep aja nggak karuan kalo disekolah, Om aja sampe males ngadepin panggilan - panggilan sekolahnya itu, huh," keluh Tante Laras yang kini sudah duduk di kursi kayu di teras rumahku.

"Ya terus gimana Tante?" tanyaku

"Ya kalau bisa sih dibantuin si Lintangnya, Sak. Diajarin gitu, lho. Kalo sama Tante dia sibuk sendiri. Gak dimarahin bikin kesel, dimarahin udah males marahinnya. Jadi bingung juga ngadepin bocah itu."

"Oh gitu, yaudah nanti Sakti coba deh ya, Tan, besok mungkin pulang dia sekolah dan kalo Sakti nggak ada mata kuliah bisa langsung ngebimbing Lintang, ya? Soalnya nanti temen - temen Sakti mau pada kesini, udah dari kemaren janjian, hehe."

"Eh tapi, Tante gak bisa bayar banyak lho, Sak. Emang gak apa - apa?"

"Loh, gakpapa Tante, liat Tante aja Sakti udah seneng kok...."

"Hah?" kaget Tante Laras

"Eh enggak, Maksutnya... Gini... Hmm... Anu... Yah, gitulah... Ha? Aduh..." kelabakan mengkoreksi ucapan fatal yang barusan keluar dari mulutku

"Hahaha, ada - ada aja kamu. Yaudah, Tante balik yaa, mau beberes dulu. Dah, Saktiii~"

Akupun hanya terdiam memikirkan ketololan kata yang tadi terucap dari mulutku, sambil memperhatikan lenggok pinggul Tante Laras yang.... Seperti sengaja dibuat seksi itu. Anjing. Dia pasti sengaja. Pasti.

Kamar mandi, i'm coming!

 
http://www.imagebam.com/image/57bde7928303884


(Tante Laras)


EPS. 2; An Asshole Kid And His Plans

Minggu malas sudah berlalu, senin pukul delapan pagi ini, aku sudah berkutat dengan suasana bajingan kota jakarta. Macet, dua bersaudara yang dinamakan polusi suara dan polusi asap, kini dengan jahil mengganggu indera - inderaku.
Untungnya saat ini aku menggunakan matic kesayanganku dan dengan besar hati mengistirahatkan Yaris kesayanganku di dalam garasi. Sampai jumpa, aku ngampus dulu ya~

Universitas tempatku berkuliah sebenarnya nggak begitu jauh, tapi kemacetan ini terasa menambah angka - angka jarak menjadi berkali - kali lipat, yang seharusnya hanya beberapa ratus meter, kini terasa seperti kilometer jauhnya dan menganulir waktu yang sebenarnya hanya lima belas menit, kini terasa seperti satu jam.

****

Pukul sebelas, matkul pertamaku telah sampai di ujung durasi, tersisa satu matkul lagi yang berjadwal pada pukul satu nanti. Karena malas pulang, akhirnya kududuki tubuhku pada salah satu bangku tak berpenghuni di kantin kampusku setelah memesan air mineral dan sepiring siomay yang rasanya siomay banget ini, mungkin beberapa temanku nanti kesini seperti biasanya.

Handphoneku berdering.

Tante Laras.

'Halo, kenapq Tan?'

'Sakti pulang jam berapa?'

'Paling jam tiga tante, kenapa?'

'Itu si Lintang kayaknya pulang jam segitu juga, Sak. Tante nggak bisa jemput dia nih, Sak. Gimana ya?'

'Oh yaudah deh, sekalian aja Sakti jemput ya dia? Gimana?'

'Gakpapa emang? Tante jadi ngerepotin kamu banget lho ini, Sak?'

'Loh, gapapa Tante, kayak sama siapa aja. Yaudah nanti Sakti jemput aja, kabarin ke Lintangnya aja ya, Tan.'

'Yaudah deh, makasih banyak ya Saktiii~'

'Iya, sama - sama Tan, kalo gitu Sakti makan dulu yaa.'

'Oke, dah Sakti'

klik

Akupun melanjutkan siomayku dengan lahap.

****



Pukul tiga lewat empat puluh sore, aku sampai dirumah Tante Laras bersama dengan Lintang.

Lalu bocah laki - laki itu meraba ventilasi di atas pintu masuk ruang tamu rumahnya dengan menaiki sebuah bangku yang terletak di teras.

Sebuah kunci.

Cklek. Pintu pun terbuka.

"Bang Sakti, kata Mama gue disuruh belajar Bahasa Inggris dulu, gimana?"

"Yaudah ambil bukunya."

"Bikinin minum dulu kek kalo enggak. Aus gua."

Lalu Lintang menuju ke dapur, tak lama pintu ruang tamu terbuka, Tante Laras dan Om Bowo masuk ke dalam.

Berbeda dengan Tante Laras yang menyapaku dengan senyum manisnya dan menanyakan bahwa aku sudah makan atau belum, Om Bowo dengan cueknya masuk ke sebuah pintu yang tak jauh dari ruang tamu, sepertinya pintu kamar tidur.

"Lintang, bikinin minum ini buat Sakti!" Tante Laras setengah berteriak

"Ini lagi dibikinin, Ma. Jangan bawel!" teriak Lintang dari dapur

"Tuh, gitu tuh Sak kelakuannya. Tiap hari kerjaannya ngelawan terus. Untung adiknya tinggal sama neneknya, kalo enggak pasti udah kebawa - bawa sifat buruk kakaknya itu." keluah Tante Laras

"Haha, namanya juga anak - anak Tante, harus sesabar mungkin ngadepinnya." ucapku sambil...

Memandang toketnya.

"Haha, aduh, Sakti, gak puas yang ngeliatin ini terus dari kemaren?" tanya Tante Laras yang mendapati pandangan kedua mataku tertuju ke dadanya.

"....." spechless dan membuang muka, itu yang aku lakukan.

"Yaudah Tante ke kamar ya, konsen loh ngajarin Lintangnya, Tante cubit kalo ngajarinnya gak fokus. Hahaha," Tante Laras bangkit dari duduknya setelah tertawa lembut, menuju kamar yang belum lama dimasuki Om Bowo, yang sepertinya kamar tidur mereka.

******



"Nah, gitu... Udah paham belom?" tanyaku kepada bocah laki - laki yang menatap ke arah buku tebal di depannya, sesekali ia memainkan hapenya.

Lintang hanya mengangguk.

"Kamu kalo main hape terus, Mama buang ya hapenya!" aku terkejut ketika mendengar omelan Tante Laras kepada Lintang, terkejut dalam artian; sejak kapan Tante fuck-able itu berdiri disana? Keterkejutan keduaku; dia hanya memakai handuk yang hanya menutupi setengah payudaranya hingga setengah paha nya.

Damn....
Aku hanya melongo melihatnya, sedetik dua detik tiga detik, seterusnya sampai aku tidak memperdulikan ocehan Tane Laras itu

Hingga Tante Laras beranjak ke kamar mandi dan telingaku mendapat suara deheman dari samping

Lintang menatapku dengan mata mendelik dan senyum misteriusnya

"Lu konak ya ngeliatin nyokap gue?" tanya bocah nakal itu tanpa tedeng aling.

Bullseye, tepat sasaran.

"Ah enggak. Gila lu ya..." jawabku

"Yaelah, temen - temen gue juga pada sering ngeliatin dia kok. Kayak lu tadi, hehehe," si anjing itu malah terkekeh, aku tak membalas kata - katanya dan dengan canggung membuka - buka buku tebal bahasa inggris itu

"Sampe mana kita tad..." ucapanku terputus oleh Lintang

"Lu mau liat foto-foto bugil nyokap gue gak?" tanya Lintang kurang ajar

"Jangan gila lu anak kecil." balasku padahal penasaran banget.

"Serius, nih nih... Eits... Gak boleh~" sialan bocah itu ngerjain. Dia memperlihatkan foto yang sebelum aku jelas melihatnya secepat kilat ia sembunyikan lagi, lalu diperlihatkan lagi, lalu disembunyikan lagi.

"Iya iya gue nyerah, mana sini foto bugil nyokap lo?!" ucapku setengah kesal.

"Hahaha," Lintang tertawa jumawa, berhasil mempermainkan lelaki yang lebih tua. Brengsek sekali.

"Win - win solution, gimana?" Lintang mencoba melakukan penawaran yang tidak aku mengerti

"Maksutnya?" Tanyaku

"Gini, abis gue kasih unjuk foto nyokap gue pas lagi mandi, gue bakal dengan senang hati ngatur gimana lo bisa ngentot sama dia. Kadang gue kesel denger ocehannya itu. Tapi...."

"Tapi, apa?" tanyaku tak sabar

"Kakak lo, si Rere. Cakep ya? Hehehe..."

ANJING SEKALI ANAK KECIL INI.

Aku tahu apa maksut dari kata - katanya itu.

"Jangan gila lu ah. Lu masih kelas satu smp, masih kecil." ucapku sedikit kesal

"Lo kira mau gue entot? Ya enggak lah. Ya seenggaknya sekarang - sekarang ini, hehe.."

"Terus lo mau gue ngapain?"

"Gini, gue kirim foto ini ke elo. Dan bakal bantu lo gimana caranya buat bisa gini (membentuk jempol yang diapit telunjuk dan jari tengah) ama nyokap gue."

"Tapi gue cuma mau lo kirim foto kakak lo itu, bugil, terserah caranya gimana itu urusan lo. Cuma itu aja. Urusan kakak lo gua entot atau enggak, itu urusan gue. Kayak lo bakal ngentot sama nyokap gue, ya itu nanti urusan lo. Gue cuma bakal bantu di awal aja. Setelah itu ya lo bebas mau ngapain..."

"Dan satu lagi, jangan cuma gara gara gue pake seragam putih biru, lo jadi bilang kalo gue anak kecil, ya. Bulan depan, enam belas tahun." ucapnya

Shit. Dia udah mau enam belas tahun dan masih kelas satu smp?

"Gak usah bingung gitu lah, itu kenapa nyokap gue nyuruh lo kesini buat ngajarin gue ya biar gue ga terus terusan di kelas satu!" ucapnya seperti bisa menebak isi kepalaku

"Yaudah, nyalain share it nya, gue kirimin foto nyokap gue, tiga biji." ucapnya lagi

"Tapi gue butuh tiga hari sampe dapet foto kakak lo itu, kalo enggak..."

"Kalo enggak apa?" tanyaku

Lalu dia mendekatkan ponselnya ke kupingku.

Bangsaaaaat.

Dia merekam perbincangan kami tadi. Fuck!

Dia merekam di titik ketika aku berbicara, "Iya - iya gue nyerah, mana sini foto bugil nyokap lo?"

"Kalo ini ketauan nyokap gue, mungkin gue juga bakal kena omel, tapi yang paling mungkin adalah, lo udah jadi manusia cabul di mata nyokap gue dan dia nggak akan respek lagi sama lo~"

"Keren lu." balasku singkat

Waktu sudah semakin sore, akupun berpamitan kepada Tante Laras dan Lintang. Om Bowo masih di kamarnya.

Kini di teras rumahku, ditemani secangkir kopi susu dan sebatang rokok yang menyelip diantara jari telunjuk dan jari tengahku, aku memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan foto kakakku tanpa diketahui olehnya.

Dalan hati aku menolak.

Namu otakku bereaski lain.

"This is gonna be fun!"
 
Maaf yaaa kalo ceritanya terkesan buru - buru, ini emang cuma seru seruan sih, selingan sambil nerusin cerita gue yang lain. Tapi kalo emang respon para suhu dan rekan lain disini positif, ya mau gimana lagi? Cerita ini harus berprefix tamat dong~
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
http://www.imagebam.com/image/7aec81928443384

Kak Rere


Eps. 3; KAK RERE


Renita Dwi Febriana, atau yang biasa kupanggil Kak Rere, sebenarnya adalah anak dari almarhumah kakak kandung Ibuku. Ibu dari Kak Rere meninggal ketika Kakakku itu dilahirkan, dan selang dua tahun kemudian Ayah Kak Rere pun menyusul istrinya. Jadilah anak perempuan itu kini berada dirumahku sedari usia dua tahunan, dan setelah Kak Rere berumur tiga tahun, akupun lahir ke dunia. Jadilah sejak kecil aku sudah menganganggapnya seperti kakakku sendiri. Kini usianya dua puluh tahun, dua tahun di atas usiaku yang masih delapan belas.


Yang ku suka dari Kak Rere adalah penampilannya yang dewasa, juga pembawaannya yang selalu nyambung ketika teman - temanku bermain kesini dan mereka mengobrol ringan dengan kakakku itu. Dan Ibukupun dari dulu tidak pernah membedakan kami, walau Kak Rere bukan anak kandungnya, Ibuku selalu mengizinkan dan malah mengharuskan Kak Rere untuk memanggil Ibuku dengan sebutan Mama, bukan bermaksut menggantikan posisi Ibu Kandung kak rere, hanya saja, Ibuku memang dari dulu ingin memiliki anak perempuan. Walau nyatanya yang keluar dari rahimnya hanyalah aku seorang, anak lelaki satu satunya.

Kak Rere tidak berkuliah, walau sempat menyelesaikan satu semester di salah satu universitas, namun Kak Rere mengundurkan diri. Dia hanya bilang, bahwa akademis bukanlah bidangnya, ia lebih suka berjualab, mengatur urusan butik Ibuku di tangannya, dan benar saja. Setahun lebih berkutat di balik meja, usaha Ibuku kini maju pesat. Dan yang tadinya Kak Rere hanya sebatas pegawai dan Ibu yang mengatur tetek bengek butiknya, kini mereka sudah mempekerjakan pegawai. Dan rencananya, Kak Rere akan membuka cabang di sebuah mall yang cukup megah di selatan ibukota

******

Dari dulu, sebenarnya aku nggak punya sedikitpun niatan untuk mengintip atau melakukan hal - hal aneh kepada Kakakku itu, bahkan membayangkannya aja aku nggak pernah...

Seenggaknya sebelum bocah sialan itu mengajakku 'bertukar' seperti ini.

*****

Dari dulu, Kak Rere selalu menganggapku adik kecilnya yang manis, sifatnya yang seringkali jahil dirumah, selalu bikin aku kesal. Tapi, entah, hari ini berbeda. Aku yang memang mempunyai tinggi dibawah rata - rata remaja seusiaku, 160an cm, hanya setinggi pundaknya. Pula wajahku yang selalu dibilang "Kamu tuh pantesnya jadi anak kecil terus tau nggak sih?" sangking gemasnya melihat wajahku yang babyface ini. Diiringi dengan cubitan gemas, kelitikan - kelitikan, pelukan yang sebegitu eratnya. Hal itu, dulu selalu membuatku jengkel.

Kini, setelah mengetahui bahwa bocah bedebah di seberang rumahku ternyata memendam hasrat kepada kakakku ini, pandanganku sedikit demi sedikit berbeda.

Bodohnya, aku pun baru menyadari bahwa sebenarnya ukuran payudara kakakku itu lumayan besar.

******

Foto bugil Tante Laras sudah tersimpan di hapeku. Kini, tugasku untuk 'menukar' foto itu dengan foto kakakku.

Otakku berfikir keras.

Tak kuhiraukan celoteh presenter bohay yang mencuap-cuap di televisi di hadapanku.

"Saktiiiii..."

KONTOLL!

Aku terkaget, sedang fokus - fokusnya memikirkan cara untuk bisa memfoto Kakakku dalam keadaan tak berbusana, pemeran dalam otakku itu malah mengagetkan aku. Ngehek.

"Kasar, huh." iapun melengos masuk ke dalam kamarnya, tanpa menutup kembali ruang tamu.

"Ye kan elu yang ngagetin!" kataku setengah berteriak. Iapun hanya terkekeh tak membalas perkataanku.

http://www.imagebam.com/image/96d51b928444754

(Kak Rere)

Tak berapa lama ia kembali ke ruang tamu, jeans panjang ketat berwarna hitam dan kaus ketat berwarna senadanya kini berganti menjadi celana pendek kain dan tanktop berwarna pink.

"Tumben masih siang udah balik lu." ucapku ketus. Pura - pura ngambek, biasanya, kalo udah sok ngambek gini, dia langsung meluk - meluk nggak jelas.

Tuh kan, bener.

"Uuu, Sakti ngambek ya, sini sini... Kasian, makin jelek gitu ih, duh-duh adikku sayang,"

Aku hanya meronta setengah hati dan memanyunkan mulut hingga seperti membentuk huruf U.

Bukannya menyudahi aksi nya, kakakku yang setengah sinting ini malah mengkruwes-kruwes mukaku.

Heh, emang aku boneka apa?!

Tapi nggak apa - apalah, biarin.

Iya, biarin. Soalnya enak, bikin konak.

Gimana enggak? Toket kurang ajar nya itu kini di lengan kiri bagian atasku, dia memeluku dari samping.

"Kakak bete disana, ya kesini aja. Sorean dikit kesana lagi sih..." ucapnya tanpa melepas pelukannya. Lama - lama tersiksa juga ini Sakti Jr.

"Kak Rere belom mandi ya? Bau!"

"Enak aja, udah tau. Bau darimana sih, ngarang aja kamu,"

"Coba mana sini Sakti cium cobaaaa,"

"Nih, cium aja kalo gak percaya."

Akupun mencium lipat ketiaknya, lalu berkata "Tuhkan bau," lalu menuju leher bagian sampingnya, dan berkata "Tuh kan bau," lalu menuju dada atas nya dan berkata sama seperti kata yang tadi. Hehehe. Bau sih enggak, emang. Justru napsuin.

"Kan malah kamu yang keenakan nyium-nyium!"

"Hah, maksutnya?" tanyaku

Pura - pura bego mode; On.

"Hahaha, nggak, nggak apa - apa."

Lalu Kak Rere melepas pelukannya, dan bersandar di ujung sofa, lalu menumpakkan tungkai kaki kanan dan kirinya diatas pahaku.

"Mama gak pulang lagi, Ka?" tanyaku

"Hmm, enggak kayaknya. Besok siang kali."

"Yaudah Sakti ke kamar ya Kak, ngantuk mau tidur,"

"Ih temenin ah, tidur sini aja." ucapnya

"Mana bisa sih? Aneh - aneh aja,"

"Ya bisa lah, sini peluk" ucap kakakku lalu merentangkan kedua tangannya sambil tetap pada posisi tidurnya dengan kepala yang disanggah ujung sofa.

Jadi, maksutnya aku harus tidur diatasnya yang berarti menindihnya?

Spontan Sakti Jr terkonak dengan sangat - sangat brengsek dibawah sana.

*****

Hari ke Dua.

Rencanaku masih sama, mengintipnya dan memfotonya ketika Kak Rere sedang mandi melalui ventilasi.

Tapi ventilasi mana?

Kamar mandiku memang memiliki ventilasi, tapi ventilasi itu sangat mepet ke tembok rumah disebelahku, dan jelas aku tidak bisa memasuki celah antara rumah samping dan rumahku untuk menuju ke ventilasi kamar mandiku yang terletak di pertengahan itu. Sangat sempit. Jadi aku menganulir rencana itu, dan menggantinya dengan rencana cadangan, mengintipnya ketika sedang berganti pakaian di kamarnya, tapi dia selalu mengunci pintunya, dan tak memperbolehkan siapapun masuk ke dalam ketika ia mau berganti pakaian. Lagi lagi aku harus menganulir rencana itu.

Haaaah.

Pusing.

Gimana ya?

Tak berapa lama, sebuah nada dering yang berasal dari handphone di meja di depanku berbunyi, handphone Kakakku.

"Kaak, ada yang nelfon!" setengah berteriak aku memanggilnya.
Tak ada jawaban. Ponsel Kakakku masih berbunyi, dan sekali lagi aku memanggilnya, lagi - lagi tak ada jawaban. Tidur mungkin.

Kuraih hape kakakku itu, ternyata Ibuku yang menghubungi.

"Halo, Ma?"

"Eh Sakti, Rere mana?"

"Gaktau tadi dipanggilin nggak nyaut - nyaut, tidur kali di kamar,"

"Oh, yaudah nanti Mama telfon lagi aja ya,"

"Yaudah iya."

Panggilan terputus.

Baru saja ingin menaruh ponsel itu kembali ke tempatnya semula, sesuatu mengusikku.

Ponsel kakakku tidak terkunci.

Dengan isenganya, aku membuka beberapa aplikasi di hapenya, tidak ada yang istimewa.

Lalu pandanganku tertuju ke sebuah chat di aplikasi Whatsapp.

Kakakku mengirim sebuah foto ke seseorang yang menurutku adalah lelaki, yang bernama Reno dan dibubuhi sebuah emoticon hati di belakang namanya.

FUCK.

FUUUUUUUCK.

Dua hari otakku berfikir keras bagaimana cara mendapatkan foto telanjang Kakakku, kini, di layar hape yang sedang kulihat, terpampang sebuah foto wanita tanpa atasan, benar - benar polos tanpa busana, bagian bawahnya hanya ditutupi celana g-string berwarna merah.

Iya, ITU KAK RERE!

Payudara yang membulat padat dengan areola sedikit besar berwarna coklat muda, puting yang tegak menantang. Ekspresi kakakku seperti sedang dilanda nafsu, kubaca caption dibawahnya bertuliskan "Kangen isepan kamuuu!" dengan emoticon hati di akhir kalimatnya.

FAAAAAAK.

Sakti Jr. tegang maksimal.

Akupun dengan cepat memforward foto itu ke kontakku. Setelah dikirim, kuhapus history chatnya. Beres.

Dan saat itu juga aku berfikir kuranf ajar.

Bagaimana jika....

Kunikmati dulu Kakakku itu sebelum 'kuserahkan' kepada bocah tengik sialan itu?

Hehehe

Lihat saja nanti.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd