Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Mengabulkan permintaan kharinka di thread baru?

  • Iya

    Votes: 127 59,9%
  • Nggak usah.

    Votes: 85 40,1%

  • Total voters
    212
Bimabet
Lah ane nyariin ni cerbung trnyata ganti judul . Hahha. baca update dlu om
 
http://www.imagebam.com/image/cc278e938200074

(Syadzwina "Wina")

Sekali lagi, setelah lihat mulustrasi Wina, tolong jangan provokasi Sakti buat ngentot dan jadian sama Wina ya. Tolong. Kasian Tante Laras, yang ngentotin dia siapa nanti...

******

Part 11; Bad News And Resurrection

Minggu pagi, semalem sih niatnya ikut jogging bareng Ka Rere. Cuma dia jalan duluan, akhirnya rencana hidup sehat ya tinggal rencana.

Log In ajalah kalo gitu.

Aku lalu Log In ke game yang biasa aku mainin itu, sambil nunggu loading, aku bangkit dari kasur dan jalan keluar kamar, ngehempasin pantat ke sofa nyaman di ruang tamu rumahku.

Iklan di TV yang entah dari kapan udah nyala, aku cuekin. Biarin aja tv yang nonton aku, sekali - kali lah. Jangan maunya ditonton doang.

Okeh, Classic-an dulu kali ya. Sekedar tes sinyal sama tes jempol aja. Kalo emang dua - duanya nggak bermasalah, baru dah nge-rank.

Kemudian terdengar Intro khas sebuah tayangan berita singkat di TV dihadapanku, penasaran, aku coba nyimak acara berita Breaking News itu.

"...Semalan telah terjadi kecelakaan tunggal yang memakan satu orang korban kritis di dekat bantaran sungai BKT, menurut saksi mata mobil melaju dengan kecepatan tinggi lalu menabarak sebuah pohon di samping bantaran sungai BKT. Korban kritis yang sudah dibawa ke Rumah Sakit terdekat bernama Kardiman Sidiq, diperkirakan korban mengalami luka yang sangat serius akibat terpental dari dalam mobil dan membentur trotoar yang ta- bla-bla-bla..."

Aku membelalakan mata akan dua hal.

Pertama, plat nomer sedan buatan eropa yang sangat - sangat familiar.

Kedua, nama korban yang disebutkan oleh si pembawa acara.

Hanjing.

Dengan tangan sekaligus jempol yang agak gemetar, aku mengclose game yang sudah masuk ke dalam arena, tak kupedulikan akan skor yang bakal dikurangi.

Kemudian aku menggunakan fitur Free Cal dan menghubunginya lewat Whatsapp.

Ringing.

Lima detik.

Sepuluh detik.

Dan pada detik ke duapuluh, panggilanku dijawab.

"Ha-halo..." suara lembut di seberang sana menyapa.

"Wina. Aku mau nanya, itu bene-"

Belum sempat kuselesaikan pertanyaanku, Wina memotongnya.

"Kamu lagi nonton Breaking News ya... Hehe... Sama dong." jawabnya, suara Wina bergetar. Samar namun cukup terdengar.

"Iya, aku nonton. Mobilnya sama per-"

Yaelah, dipotong lagi.

"Wina kerumah Sakti sekarang. Jangan kemana - mana."

"Eh, emang kamu dimana? Aku aja yang kesana! Halo? Wina?"

"...."

Shit. Sambungan terputus.

Percaya karma? Aku sih enggak. Ya, at least, sebelum ada kejadian yang aku tonton barusan di berita!

****

Diujung spring bed, Wina duduk meluk aku dengan kaki yang ngejuntai kebawah, pelukannya kubalas sambil duduk bersila ngehadap dia. Senggukan dan isakan tangisnya masih terdengar. Dan tak bisa kucegah, matakupun berair. Wina udah cerita semuanya.

Dan kenapa Wina ada dikamarku? Oke, aku belum siap denger godaan - godaa jahil Ka Rere ataupun Nina yang tiba - tiba ngeliat ada cewek supercantik yang main kerumah buat nemuin aku.

Ok, lanjut.

Mang Kardi yang udah dari Wina masih smp jadi supirnya, dan kenyataan bahwa udah dari awal Mang Kardi jadi supir Wina, Mang Kardi udah nunjukin gelagat nggak bener. Wina udah berulang kali ngadu ke Bapaknya, tapi alih - alih ditendang dari rumah, Gubernur Ibukota itu justru malah nganggep Wina yang punya pikiran yang enggak - enggak, "Mang Kardi itu orang baik, kalau nggak ada dia, Papi udah mati sekarang!" kata bokap Wina waktu itu.

Mang Kardi bisa jadi supir Wina adalah karna Ayahnya punya hutang budi. Saat sebelum jadi gubernur, Ayah Wina punya usaha yang maju pesat, dan kemajuan usaha Ayahnya nggak bisa gitu aja diterima sama pesaing - pesaingnya. Agenda pembersihan pesaingpun dilakukan, dan Mang Kardi berada di tempat dan waktu yang tepat. Di daerah dimana Ayah Wina bakal di eksekusi preman - preman bayaran, Ayah Wina dicegat, dikelilingi banyak motor dan masing - masing penumpang dan pengemudi motor memiliki senjata tajam. Mang Kardi yang lagi nongkrong bareng temen - temennya, di dekat TKP, langsung berbondong - bondong datang ke tempat dimana Ayah Wina bakal dieksekusi.

Ibaratnya, lo mungkin preman, tapi ini daerah gue. Mang Kardi yang juga kebetulan orang yang dikenal jagoan di daerah itu, dengan mudah ngegagalin aksi licik pesaing Ayah Wina. Dan ketika Ayah Wina tau siapa otak penyelamatan atas dirinya, langsung saja merekrut Mang Kardi setelah Ayah Wina tau Mang Kardi yang nggak memiliki pekerjaan tetap.

Kesalahan fatal sebenernya. Dari cerita Wina, Wina bilang kalau Mang Kardi sebenernya juga sosok yang menakutkan. Perampokan bank, pembunuh bayaran, mantan narapidana.

Wina sempet nyari info akurat soal data - data kriminal Mang Kardi, tapi terlambat, rekaman video dirinya udah lebih dulu dibuat.

Dan lucunya, yang ngebuat Wina tau kalo Mang Kardi adalah kriminal, itu Mang Kardi sendiri. Menurut aku sih mungkin itu salah satu bagian dari ancaman sih. Ibarat "Lo tau gue pembunuh, lo macem - macem, gue gak akan segan - segan ngebunuh elu, bro." gitu lah, dan disertai sebilah pisau lipat runcing yang tertempel di leher, maka kepasrahan mungkin adalah satu - satunya pilihan yang aman.

Dan sialnya, rekaman video itu ternyata dipotong. Bagian ketika Wina yang nangis kejer ngerasain sakit yang termat sangat waktu perlahan selaput daranya robek, ngeronta ronta, dan ngelakuin segala bentuk penolakan atas perlakuan iblis Mang Kardi, dibuang. Dan yang tersimpan hanya bagian dimana akhrinya Wina juga mulai ikut nikmatin. Ketika tubuhnya harus ngekhianatin hatinya. Ketika bibirnya dengan gak sadar ngebales pagutan Mang Kardi. Ketika kedua tungkai kakinya dengan gak sadar ngebelut pinggang Mang Kardi seakan - akan nggak mau Mang Kardi pergi dan ingin Mang Kardi ngentotin dia sampe dia puas, dan puas, dan puas.


Jeniusnya Mang Kardi, adalah semua kejahatan kriminal yang Mang Kardi buat, dilakuin di luar pulau. Jadi, di tempat asalnya di daerah itu, Mang Kardi masih dikenal bersih. Bayangin, mantan napi, pembunuh dan perampok itu adalah mantan ketua RT disana. Sering didaulat buat mimpin acara - acara di daerah itu. Maulid lah, tujuh belasan lah, dan lain - lain.

Mang Kardi selalu jago buat gonta - ganti topengnya.

Wina juga cerita, bahwa kecelakaan Mang Kardi itu ulah Wina. Wina bilang, Wina buntu. Bingung harus gimana supaya Mang Kardi stop. Dan akhirnya, opsi untuk bikin rem blong mobilnya sendiri, dia ambil.

Aku masih terima, kalo Wina akhirnya nikmatin dan pasrah sama kelakuan Mang Kardi. Tapi, ngebunub seseorang? Ini diluar nalarku. Aku bingung harus gimana.

Ah!

Wina! Kenapa sih selalu bikin aku bingung?!

"Sakti..." gumamnya dengan isak yang masih terdengar walau samar.

"Ya?"

"Hmm... Wina nggak apa - apa kalo setelah ini Saktu bakal nyiptain jarak yang jauh diantara kita. Wina terima. Tapi... Wina cuma mau, Sakti nggak nganggep Wina penjahat. Wina juga nggak mau bunuh orang. Wina nggak mau, Sakti. Tapi Wina nggak kuat. Wina nggak tahan selalu direndahin, nggak tahan selalu diperbudak. Nggak cuma badan Wina. Udah nggak keitung berapa nominal yang harus kekuras dari tabungan Wina yang dia minta. Tiap saat, tiap waktu. Wina nggak kuat, Sakti. Wina nggak kuat. Dan satu - satunya yang bikin Wina tenang, cuma Sakti. Entah kenapa, di deket Sakti, Wina selalu nyaman. Tanpa ngobrol sepatah katapun, kalo di deket Sakti, Wina tetep ngerasa nyaman. Huhuhu..."

"Iya, Wina. Sakti disini. Sakti bakal selalu usahain, buat terus ada buat Wina. Oke?"

Dan Wina langsung nenggelemin wajahnya di pundakku. Isaknya kembali terdengar keras.

"Makasih, Sakti. Makasih banyak. Wina udah terima kok, kita nggak jadian, nggak apa - apa, gini aja juga Wina udah seneng. Tapi, Wina mohon, Wina sayang sama Sakti, jangan suruh Wina berenti sayang sama Sakti, jangan suruh Wina berenti cinta sama Sakti. Ya? Nggak apa - apa kan, Wina sayang sama Sakti? Nggak apa - apa kan Wina cinta sama Sakti?" getaran suaranya, nandain kalo kata - katanya barusan diucapin dengan sangat - sangat tulus. Setauku dia emang selalu tulus, kok.

Dan kuharap, dia ngerti kata "Nggak apa - apa kok, Wina." lewat pelukanku yang semakin erat, lewat kecupan lembutku di keningnya.

Nggak, aku nggak mikir buat nyenggamain dia. Kalopun harus ngentot, aku lebih milih ngentot sama cewek yang lagi bahagua, atau seenggaknya nggak dibebani dengan pikiran yang rumit kayak yang dialamin Wina. Pilihanku sekarang mungkin cuma bertindak lebih dewasa dan lebih bijak. Itung - itung ngelatih keperibadianku sendiri.

Selanjutnya, aku sama Wina cuma baringan diatas kasur sambil melum satu sama lain, tenggelam di pikiran masing - masing dan akhirnya dihantam tidur yang lelap.

Bersambung.
 
Gak disangka akhirnya Wina ambil langkah berani. Apakah rekamannya aman atau gak?
 
Lanjut saktiii... sekali2 icip kak rere juga dong huu.. jangan mau kalah sama bocah tengik si lintang hehe
 
Akhirnya si Kardi kecelakaan ..
Kalo bisa bikin mati aja om...hahahahhaaaaaaa
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
http://www.imagebam.com/image/246c2a938508124

(Syadzwina "Wina")


Part 11; Tricky.

Cahaya oranye matahari yang sebentar lagi tenggelam mengganggu mataku yang terpejam, mengerjapkan mata dan perlahan aku mencapai kesadaranku, sedikit terkejut ketika semburat jingga terpantul dari pipi putih mulus manusia yang masih tergeletak lelap disampingku.

Wina.

Setelah gadis itu mencurahkan isi kepalanya, segala macam masalah yang ada di hidupnya, kami berdua berbaring dalam dekap masing - masing. Tak ada kata yang terucap, hanya lengan - lengan yang mendekap.

Lama juga ternyata kita terlelap.

Kemudian perlahan, wanita dengan tampang ke indo-indoan itu, menggeliat sepertinya juga akan terbangun.

"Hey..." sapa nya yang kubalas dengan kecupan di dahi.

"Udah sore ya?" tanya Wina dengan suara khas bangun tidur.

"He'eh." jawabku malas

Balutan gaun mini berwarna kuningnya di bagian bawahnya terangkat hingga hampir ke paha bagian atas, menanpakkan paha kiri nya yang tertumpu di atas...

Sakti Jr.

Haduh...

"Bangun yuk..." ajakku

"Nanti aja." Wina mengeratkan dekapannya

Aku yang gemas dengan tingkahnya yang seperti bocah itu, menariknya hingga menindih badanku.

"Auw! Saktiiii..." pekiknya manja

"Hehehe..."

Aneh. Iya. Kita udah sama sama menghargai persahabatan, sekarang malah kelakuannya udah kayak orang pacaran. Nggak masalah sih sebenernya.

"Oh ya, hmm, soal rekaman itu, gimana? tanyaku, Wina yang tadi merebahkan kepalanya di dadaku, mengangkat wajahnya menghadapku.

"Aman kok."

"Kok bisa?"

"Gini, sebelum Wina kasih tau soal ini, janji dulu nggak bakal nyangka Wina aneh - aneh."

"Iya, janji."

"Gini... Tiara pernah cerita soal Galih nggak? Anak jurusan kriminology?"

"Kayaknya pernah, tapi gatau kapan, emang kenapa?"

"Iya, dia kan udah lama bangt suka sama Wina. Dari awal Wina kuliah disana mungkin." ucap Wina, kedua tangannya memegang sisi kanan - kiri kepalaku, mengecup lembut keningku lalu melanjutkan ceritanya

"Sebelumnya Wina nggak ada maksut buat manfaatin dia. Tapi setelah Wina tau dia lumayan nekat orangnya, jadi ya Wina manfaatin dia aja..."

"Dengan cara?"

"Emang, yang punya rencana buat ngutak - atik rem mobil yang bakal dipake Mang Kardi nganter dokumen ke malem itu, Wina sendiri. Tapi jelas Wina nggak ngerti sama sekali soal mesin - mesin mobil. Nah, disini peran Galih..."

"Kok dia mau nolong Wina? Kalo akhirnya Galih ketangkep polisi, gimana?"

"Itulah kenapa Wina milih Galih, diantara beberapa cowok yang lain yang malah lebih nekat dari Galih. Wina tadi udah kasih tau kan, kalo dia anak kriminology? Hihi..."

"Jenius. Terus?"

"Ya sebenernya Galih awalnya nggak mau, tapi...

"Tapi apa?"

"Sakti inget ya, Sakti udah janji buat nggak mikir Wina aneh - aneh?"

"Iya, Winaaaaa. Bawel. Sakti penasaran ini..."

"Iya, Wina ngejanjiin sesuatu kalo Galih mau ngelakuin apa yang Wina pinta..."

"Maksutnya? Galih bakal jadi pacar Wina?"

"Enggak. Lebih parah dari itu."

"Ya, apa?"

"Iya... Wina janjiin... Badan Wina..."

Seketika raut mukanya menampakkan ekspresi yang sulit ditebak.

Wina ngerebahin kepalanya lagi di dadaku.

Nggak ada isak tangis, suara senggukan. Cuma bajuku yang terasa semakin membasah di bagian dadaku.

"Kenapa Wina ngejanjiin itu? Nggak takut bakal ada kejadian yang sama?"

"Ya takut, makanya nanti malem pas Galih nagih janji Wina, Wina harus bener - bener mastiin kamar Wina aman."

"Kamar Wina? Galih yang kerumah Wina?"

"He'eh."

"Terus hapenya Mang Kardi dimana?"

"Itu ada di tas. Hmm... Jadi, Galih ngebuntutin Mang Kardi, gak lama setelah Mang Kardi nabrak pohon, diem - diem Galih ngambil hape Mang Kardi di dalem mobil."

"Kok Galih bisa tau hape Mang Kardi ada dimana?"

"Aku yang kasih tau. Mang Kardi selalu naro hapenya di atas dasboard bagian tengah. Diatas music player mobil. Galih sempet mikir kalo hape Mang Kardi ada di kantong celana Mang Kardi, soalnya nggak ada di dashboard, tapi akhirnya ditemuin di deket persneling." terang Wina

"Hmm, gitu..."

"Maaf ya, Sakti..."

"Loh, maaf kenapa?"

"Iya, soalnya Wina ngejanjiin itu ke Galih..."

"Haha, nggak apa - apa. Asal masalah Wina kelar, terus bisa hidup enak tanpa ada yang ganggu - ganggu lagi."

*****

"Yaudah, yuk. Sakti anter pulang ya?" tawarku

"Nggak mau. Masih pengen disini..."

"Duh, yaudah, awas. Sakti aus."

Bukannya ngelepas pelukannya dan minggir kesamping biar nggak nindih aku, dia malah main erat meluk badanku.

"Yang Wina maksut 'disini' itu bukan disini di rumah Sakti. Tapi, bener - bener disini. Diatas Sakti.... Hihi..." bisik Wina nakal di telingaku.

What the F to the U to the C to the K. What. The. Fuck.

Dan Wina neken - neken sekaligus ngegesek - gesek selangkangannya diatas Sakti Jr.

"Ngh..." lenguh Wina pelan.

Semesta memang anjing sekali, saudara - saudara.

Kepalanya bersamping - sampingan dengan kepalaku, di depan mataku kini terlihat leher bagian samping Wina yang putih mulus beraroma parfum ringan. Tipikal parfum wanita yang tidak beraroma kuat namun mengeluarkan bau yang khas, yang melebur dengan bau alami leher Wina.

Tanpa terkomando terlebih dulu, kontol biadab yang kuberi nama Sakti Jr, menegak dengan bangsatnya di dalam celana boxer hitam yang kukenakan tanpa mengikut sertakan celana dalam.

Wina mengecupi leherku, merambat naik menuju telinga kiriku. Terasa dingin, liur tipis di telingaku dan hantaman udara AC kamarku, sontak membuat seluruh hormon di dalam dadaku banyak demi banyak terbangkitkan.

Iya, banyak demi banyak. Sodaranya sedikit demi sedikit.

Apaan sih, sempak!

Aku membalas perlakuan Wina kepadaku itu di leher dan cuping telinganya.

"Duh... Ah... Ahahaha... Udah, geli... Ahaha... Saktii... Aduhhh... Ngh..."

Malah ketawa -_-

Kedua lenganku melingkar di punggung Wina, merabai punggung seksi itu dari luar gaun yang Wina kenakan.

Telapak tangan kanan Wina masih mengelusi pipi sebelah kiriku, sementara telapak lengan kiri Wina merayap pelan, menggocek - gocek dada, perut, dan menerobos masuk melalui celah bokserku, Hap! menangkap tombak sakti milik Sakti.

Merasakan kehalusan telapak Wina yang menggerayangi, sontak Sakti Jr. meraung - raung agar telapak itu membebaskannya dari perlindungan boxer yang ku kenakan.

Akupun dengan masih saling berpelukan dengan Wina, merayapkan kedua telapak lenganku dari punggung Wina, turun kebawah, hingga sampai ke bagian bawah gaunnya, menarik gaun itu hingga ke atas pinggang Wina, kemudian kembali merayap menuju dua bongkah pantat sekal milik Wina, membiarkan kedua telapaku kopdar bersama dengan pipi pantat bagian kiri dan kanan milik Wina. Bersenda gurau bersama lubang Anus dan kulit polos yang meng LDR kan vagina dan anus Wina.

Kemudian Wina semakin menggesekkan selangkangannya di paha kiriku, memberi ruang bebas untuk lengan kirinya yang sesuka hati mengocok Sakti Jr dibalik boxerku. Irama mengocok batangku dan meremas gemas biji zakarku, semakin cepat, hingga saat ketika tubuh Wina kurasakan mengejat, menggeliat dan kaku. Disertai desah dan lenguh yang keluar dari mulutnya, Wina orgasme, orgasme yang otomatis mengencangkan genggamannya di batang kontolku, membuat Sakti Jr. melolong - lolong agar diselamatkan dari cekikan keras Wina seiring meluncurnya air - air tipis orgasme dari vaginanya, memembasahi bagian bawah celana dalamnya, yang lalu membanjiri tipis paha kiriku.

"Ahh... Haah.. Haaaah.." terdengar desah puas bin lega dari bibirnya, tepat di dekat telingaku.

"Enak?"

"...." Wina mengangguk tanpa menjawab pertanyaanku dengan kata - kata.

"Lemes?"

Wina mengangguk lagi.

"Yaudah, yuk, pulang..."

Wina melotot gemas lalu menggeleng. Menenggelamkan kepalanya dalam - dalam di dadaku.

"Sakti kan belom..." lirih Wina.

"Gausah. Gapapa. Nanti Wina maken capek. Ntar malem kan Galih mau nagih janji Wina, kan?" bukannya sok suci, ketulusan harus dibalas ketulusan. Aku nggak mau dihantui rasa bersalah karena memanfaatkan kondisinya saat ini. Iya, aku konak. Sange. Banget. Namun balik lagi kepada prinsip. Aku hanya akan bersenggama dengan cewek yang isi kepalanya tenang, tidak terbebani kondisi - kondisi rumit yang harus ia jalani.

Alih - alih menghentikan aksinya, Wina malah beringsut turun menuju selangkanganku, menarik turun boxerku hingga lututku, kemudian mencaplok Sakti Jr, menghisap kepala penis bongsorku.

"Eh, anjri-thhhhh..."

Dan alih - alih mendorong kuepala Wina agar menghentikan Wina dari kegiatan penyepongan itu, tanganku justru menjambak lembut rambutnya, mendorong kepala belakang Wina agar menelan habis katana tumpul milik ku.

"Slph... Sleph..."

"Shh... Sinting... Ya ampun... Ahhh... Dunia ini sinting... Ahhh... Yang waras cuma kontol gue... Ahhh... Kontol gue waras... Anjiinggg..." racaku tak jelas.

Dengan tidak bermaksut melakukan perbandingan, tiba - tiba aku mengingat sepongan Tante Laras, yang rasanya jauh berbeda.

Kalo Tante Laras, terksan liar dan binal, serasa ingin menelan hidup - hidup Sakti Jr. di dalam mulutnya.

Berbeda dengan Wina, sepongan nya lembut. Seperti memanjakan titik demi titik bagian penisku. Menjilati batang hingga mencuil - cuil lobang mungil di kepala kontolku, sambil meremas gemas biji penisku.

Tak ayal, perlakuan mulut dan telapaknya yang menginvansi selangkanganku begitu nikmatnya, membuat palang pintu di dalam kemihku terangkat, membebaskan mani - maniku.

Sayup - sayup lantunan Dzikir terdengar, menandakan Maghrib tiba sebentar lagi. Diatas ranjang, dengan posisi Wina yang kembali menindihku, kembali tenggelam dalam pikiran masing - masing.

Sampai kemudian aku mengajaknya untuk keluar kamar, sekedar menelan makan yang seperti biasa sebelum Maghrib sudah disajikan rapih diatas meja makan.

"Emang gapapa?" tanya Wina yang sedang merapihkan penampilannya yang sejak tadi acak - acakan.

"Apanya yang gakpapa?"

"Iya, emang gapapa ada cewe keluar kamar cowok di rumah Sakti? Kan ada keluarganya Sakti sekarang?"

"Gapapa kok, Mama sama Ka Rere asik orangnya. Paling Ka Rere doang tuh yang demen ngegodain."

"Nina?"

Oke. Gue kenapa pake lupa segala sih kalo penghuni baru di rumah ini...

"Gapapa. Dia kan baru, nanti juga ngerti kok kayak Mama sama Ka Rere..."


http://www.imagebam.com/image/3d91a9938508894

(Karenina "Nina")

Ketika pintu kamarku ku buka, dan keluar dari kamar. Seketika aku tercekat. Membelalakan mataku.

"Loh??? NINA?? LINTANG?? KALIAN NGAPAIN BUGIL DI RUANG TAMU?!" kagetku melontarkan pertanyaan retoris yang aku sudah tahu benar apa yang mereka perbuat di ruang tamu dengan masing - masing kelamin menyatu.

Nina yang terkaget lalu mengambil bantal mungil disampingnya, menutupi apa yang bisa ditutupi. Lintang hanya cengengesan, namun seketika terkejut melihat siapa yang mengekori ku keluar kamar...

"Wina...?" ucap Nina demgan suara gemetar, seperti dipergoki pihak keamanan hutan karna telah menebang pohon - pohon dengan liarnya.
Aku nggak paham, apa sih yang dimiliki Lintang? Sampe dia bisa dengan gampang nidurin, atau ngentotin, keluargaku?


Seketika kepalaku pening.

Ini sinting!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd