Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Bimabet
Selamat Siang
Kakak-kakak semua
selamat istirahat yaah

Salam dari mba Rissa

IMG-20190814-115124-485.jpg
sayang:sayang: bilang akang ya! jika memang masih kentang.. mo nungging apa ngangkang tak kan hilang rangsang sebelum datang terpasang :konak:tiang pancang!!!​
 
sayang:sayang: bilang akang ya! jika memang masih kentang.. mo nungging apa ngangkang tak kan hilang rangsang sebelum datang terpasang :konak:tiang pancang!!!​

Om Oyes jangan kencang kencang, darippada nanti anda.......... njengkanggg

Rungokna kui cak Oyes. Sampean wes tuwek kok njengking njengking. ngko boyoke macek kawus ndaan..
:pandaketawa:

seru ceritanya om. lancar terus ya updatenya

Makasih, Ditunggu saja kelanjutannya.
:beer:
Bu Arum pa tante Elin Oom?

Tante Elin berat kang kaga kuaat..
:takut:[/QUOTE]
 
Kaya nya burger yang di maksut di daerah kemang nih hahahaha
 
Bimabet

Secret and Desire
Chapter 15

SANG KOLEKTOR
By : Marucil


chapter-15-2.jpg





Tidak dapat dipungkiri darah kolektor dari sang kakek, Mbah Kusumo ikut mengalir di dalam tubuh Galih. Sejak kecil bahkan jauh sebelum ia mengenal baca tulis, Galih sudah mengoleksi sesuatu, sebuah ‘empeng’ yang tidak pernah lepas dari bibirnya. Karena ketika itu sang Ibu tidak bisa memberikan ASI eksklusif kepadanya, sehingga susu formula dan juga empeng adalah satu-satunya benda yang bisa menenangkan Galih ketika ia lapar. Tidak terhitung kala itu pengasuhnya mengganti dot yang baru setiap minggu karena Galih selalu merusaknya setiap 5 hari. Itulah yang membuat dot atau empeng menjadi barang koleksi pertama untuk Galih. Terdengar konyol memang, tetapi melihat foto lama yang menunjukkan lemari penuh dengan dot bekas terkadang menciptakan senyum di kala rindu.

Saat Galih menerima bayaran pertamanya sebagai pemeran pembantu disebuah sinetron, ia membeli sebuah kartu koleksi. Sejak itu tak terhitung berapa ribu kartu yang ia kumpulkan sampai akhirnya ia menemukan titik jenuh, ketika menyadari kartu-kartu itu tidaklah berguna untuknya, kecuali kepuasan hasrat semata. Sadar akan hal itu tak lantas menghentikan Galih mengoleksi sesuatu. Galih tetap suka mengumpulkan barang yang menurutnya layak untuk dijaga. Buku, novel, komik serta mainan adalah sedikit dari daftar buruannya. Galih bahkan rela menunggu jam buka toko hanya untuk menjadi pembeli pertama saat ada komik langka yang dijual terbatas.

Beberapa tahun belakangan Galih sedang jatuh cinta dengan tv series permainan mahkota. Bahkan, keputusannya untuk menumbuhkan brewok, hanya karena Galih ingin terlihat seperti tokoh favoritnya, Jon Snow. Pemuda itu menganggap Jon Snow sangatlah mirip dengan dirinya. Walaupun pada kenyataannya Galih cenderung memiliki paras seperti artis korea, sangat jauh berbeda dengan perangai Kit Harington pemeran dari Comander of Night Watch.

Kecintaannya pada serial permainan mahkota pada akhirnya membuat Galih memutuskan untuk mengoleksi A Song of Ice and Fire, novel fantasy yang ditulis oleh George R.R. Martin itu. Meski kesulitan mencari bukunya Galih tidak menyerah, ia bahkan bergabung dengan sejumlah forum untuk mengetahui cara mendapatkan novel aslinya. Bahkan ketika papa dan mamanya keluar negeri, Galih selalu meminta mereka mencarikan novel itu, untuk melengkapi koleksinya.

Suatu hari dibulan Desember, saat liburan semester pertama. Galih mendapat informasi di sebuah forum, ada toko buku yang akan menjual secara terbatas buku ke lima dari seri A Song of Ice and Fire lengkap dengan tanda tangan asli dari sang penulis. Galih memang sudah memesan melalui amazon, buku ke-5 yang bertajuk A Dance with Dragon. Namun, Galih tentu tidak akan membuang kesempatan menjadi 20 orang yang beruntung, mendapatkan buku lengkap dengan tanda tangan George R.R. Martin. Ia segera menuju toko buku yang dimaksud agar tidak keduluan dengan ribuan penggemar GoT diluar sana.

Nasib sedang memihak Galih saat itu. Galih akhirnya mendapatkan novel yang sudah lama ia buru itu, bukan sekedar cetakan biasa, karena buku ini terdapat personal touch dari sang penulis. Bagi kolektor, tentu ini jauh lebih berharga dari apa pun. Galih sangat senang bisa membawa pulang buku itu, karena sebelumnya ia sempat berebut dengan beberapa orang, namun semesta memilih untuk Galih mendapatkan.

Galih buru-buru keluar dari toko buku itu karena ia sadar pasti akan ada orang yang akan membujuknya agar ia melepas buku itu. Namun tawaran 2 kali lipat dari harga buku itu sekalipun tidak akan membuat Galih goyah sedikit pun.

Saat Galih hendak menyalakan motor vespanya, ada seorang wanita mendekati dirinya. Ia sadar betul wanita itu sudah mengikutinya sejak di dalam toko.

“Nak, bukunya boleh sayu beli?”

Intuisi Galih benar adanya. Wanita berpakaian rapih nan mahal itu pastinya mengincar buku yang sudah aman di dalam tasnya itu. Dilihat dari cara berpakaian, rambut hitam bergelombang serta jam tangan mahal, Membuat Galih yakin wanita ini akan menawar dengan harga yang sangat tinggi atau mungkin dengan harga yang tidak masuk akal.

“Berapapun ibu mau bayarin, gak akan saya lepas buku ini!!” Dengan tegas Galih menolak tawaran yang mungkin akan diajukan sang wanita yang memiliki keriput diwajah.

Galih tidak pernah diajari untuk tidak sopan terhadap wanita terlebih kepada seorang wanita yang berumur. Namun untuk hal ini, nampaknya Galih harus membuang sifat itu jauh-jauh.

Sekuat apapun usaha dari wanita yang mengenakan emblem sebuah institusi di blazernya itu, tak lantas membuat pemuda itu menyerah. Galih tetap saja kekeh dengan pendiriannya. Bahkan Galih hendak meninggalkan wanita yang rambutnya nampak beruban itu. tetapi wanita itu berdiri didepan motor vespa hitam itu.

“Baik, kalau kamu gak tertarik sama uang, apa yang harus saya lakukan agar saya bisa mendapatkan buku itu.” Wanita itu terlihat lebih serius dari sebelumnya dan kali ini benar-benar serius, “Apapun akan saya lakukan,!!”

Galih memutar otak cukup lama. Mencari hal yang tidak akan mungkin dilakukan wanita manapun. Ya, Galih yakin seorang pelacur saja belum tentu mau untuk melakukannya.

“Oke, kalau memang ibu mau buku ini ....” Galih menghentikan sejenak kalimatnya dan memberikan sebuah senyum menantang, “Kalau ibu mau jilatin pantat saya, saya akan kasih buku ini. Hehehe....”

Oke, itu memang kalimat paling kurang ajar yang pernah Galih ucapkan pada seseorang. Namun itu senjata pamungkas yang ia miliki. Tidak ada wanita normal didunia ini yang mau serta merta menjilat pantat dari orang asing. Galih tersenyum melihat wanita itu terdiam, ia merasa menang.

“Hmmm... cuma itu aja? baiklah, saya jilatin pantat kamu...asal buku itu untuk saya!!”

Bak tersambar listrik jutaan volt, Galih mematung terdiam. Tak sangka wanita itu akan menerima tawaran Galih begitu saja, tanpa sedikit pun penolakan. Yang ada dalam rencananya , wanita itu akan marah, memaki, atau mungkin menampar wajah Galih karena berkata yang tidak sopan bahkan cenderung melecehkan. Tetapi jawaban itu malah membuat Galih bingung sendiri.

“E-eeh, lohh...” Galih terus berpikir agar wanita paruh baya itu akan menyerah.”I-ibu jilatin lubang pantat sayaa ... terus ibu minum air kencing saya, baru saya kasih...”

Tidak tahu dari mana Galih mendapat ide barusan, hal itu tiba-tiba saja terlintas dibenak Galih.

“Baik kalau itu yang kamu mau ... saya jilatin lubang pantat kamu dan akan saya minum air kencing kamu.!! Sampai tetes terakhir.”

Wanita itu kembali mengejutkan Galih dengan semua jawabannya yang lantang dan tanpa perasaan takut apalagi jijik. “Kok malah ini ibu nantangin sih... aku kan cuma asal ngomong saja... kenapa dia mau ngelakuin begitu saja sih....waduuuh” Dalam benak Galih berkata ketika sang wanita yang bahkan tidak ia tahu namanya itu menggeret Galih masuk kedalam toilet di area parkir mall.

Galih tak tahu harus berkata dan melakukan apalagi. Gertakannya sama sekali tidak membuat gentar, bahkan wanita itu mengunci pintu kamar mandi dan mulai berjongkok dihadapan Galih yang masih saja berdiri mematung.

Pemuda itu bahkan seperti kehilangan kesadarannya, ketika wanita paruh baya itu membuka celana Galih dengan sendirinya. Tubuh Galih di sandarkan di wastafel dan wanita itu tanpa merasa ragu, apalagi jijik mulai menjilati lubang dubur Galih yang sedikit berbulu disisinya.

SLRUUPPPPP

LEEEELLLLLLEEEEEELLL......


Wanita itu mulai melancarkan jilatannya dilubang pantat Galih, bahkan berusaha menusukan lidahnya kedalam lubang yang terlihat rapat itu. Galih hanya terdiam menerima perlakuan seperti ini. Sejak ia diajari bercinta oleh mamanya, ia tidak pernah tahu bahwa lubang dubur merupakan salah satu alternatif dalam kegiatan seks. Meski terasa aneh dan geli ketika daging kenyal dan panas itu menyapu bibir anusnya, tetapi Galih mulai sedikit menikmatinya. Suara keciplak dari jilatan wanita dibelakangnya itu membuat Galih tersadar. Namun tidak membuat pemuda itu meminta sang ibu itu berhenti melakukan perbuatan yang sebenarnya menjijikan.

Cukup lama wanita itu mencumbu bibir anus Galih hingga membuat lubang itu merekah. Lalu Galih diminta berputar dan mengarahkan batang kejantanannya yang sedikit tegang itu kearah mulut sang wanita yang sudah menganga.

“Ayo!! ... katanya saya disuruh minum kencing kamu....?? Kok diem saja.... ayoo.... anak muda harus tanggung jawab dong dengan pekataannya..!!!”



Tidak pernah sedikitpun terlintas di benaknya untuk mengencingi seseorang atau bahkan meminta orang untuk meminum air seninya. Namun Galih terlanjur berucap, dan selama ini Galih tidak pernah diajari untuk lari dari tanggung jawab.

“I-ibu yakin M-mau M-minum air kencing saya?”

Melihat keraguan dari perkataannya sendiri, membuat sang wanita tersenyum melihat Galih yang berdiri dihadapannya. Wanita itu kemudian memegangi batang panjang Galih yang setengah tegang itu, dan mengarahkan lubang kencingnya kedepan bibirnya yang membuka.

Secarik senyum dibibir yang menganga itu seolah berkata agar Galih tidak perlu ragu. Bahkan dari anggukan wanita itu, seperti mengandung makna, bahwa sang wanita memang ingin dikencingi. Padahal semua ini adalah ide dari Galih yang ia ucapkan semata-mata agar sang wanita mengurungkan niatnya untuk mendapatkan buku novel berharga itu.

CUUURRRRRRR

Dengan perasaan yang campur aduk, Galih mengencingi wanita yang berjongkok dihadapannya. Galih terbelalak melihat wanita yang cukup berumur itu tanpa ragu menampung air seninya, bahkan langsung ia telan. Seketika Galih merasa mengenal wanita yang saat ini tengah memegang penisnya agar air kencing itu keluar secara terarah, langsung menuju rongga mulut.

Wajah itu terlihat tidak asing, bahkan seperti dekat dengan dirinya. Tapi sekuat apapun otaknya mengingat, ia tidak bisa menebak siapa wanita itu.

Gleeek...

Wanita itu menelan semua kencing yang keluar dari lubang kecil diujung batang penis itu. Bahkan setetes air kuning yang menggantung diujung lubang, tak luput dari hisapan sang wanita. Sesaat wanita itu mengulum penis Galih yang mulai sedikit lemas agar tak ada setetespun air seni yang tersisa. Dengan sehelai tisu basah yang ia keluarkan dari dalam tas mewahnya, wanita itu menyeka batang penis beserta bolanya, dan tak lupa juga membersihkan lubang anus Galih hingga bersih dan wangi. Terakhir wanita itu mengenakkan kembali celana Galih yang ia lepas sebelumnya.

“Mana? Sesuai janji??” Wanita itu mengulurkan tangannya dan meminta buku yang dijanjikan.

Sesaat Galih menghela nafas, kemudian ia mengambil novel tebal itu dari dalam tas dan memberikannya kepada wanita paruh baya yang ternyata memiliki wajah yang cukup anggun.

Tanpa mengucapkan banyak kata, wanita itu menerima buku itu, lantas memasukkannya kedalam tas. Wanita itupun keluar dari dalam toilet meninggalkan Galih yang masih tidak percaya dengan apa yang baru ia alami. Bahkan saat ia keluar dari parkiran dengan vespa hitamnya, ia masih ragu apakah yang barusan itu mimpi atau sekedar khayalan belaka. Galih bahkan berhenti dijalan, untuk memastikan apakah buku novel berharga itu benar-benar telah lenyap dari dalam tasnya.

Saat Galih memastikan bahwa semua ini hanyalah fatamorgana, sebuah Camry hitam berhenti. Kaca belakang mobil itu terbuka dan nampak sesosok wajah yang masih ia anggap sebagai sebuah mimpi.

“Oh iya, saya lupa. Makasih yah nak bukunya... hmmm ... nama kamu siapa??”

“Nama saya Harumi, panggil saja Arum...” Ujar wanita itu akhirnya memperkenalkan diri.

Sejak kejadian hari itu, Galih mulai menyukai kegiatan yang masih dianggap menyimpang oleh sebagian besar orang. Bahkan Patricia heran kenapa anaknya tiba-tiba saja menjilati anusnya tanpa diminta. Padahal sebelumnya Galih pernah menolak karena menganggap hal itu menjijikan “Kenapa mama nyuruh aku jilatin pantat sih, itu kan jorok!!” Patricia tidak mau ambil pusing untuk bertanya dari mana dan sejak kapan anaknya itu menyukai anal. Patricia justru senang karena bisa melakukan anal seks dengan Galih setiap saat ia mau.




~~~ Secret and Desire ~~~



Suatu hari menjelang akhir tahun, Galih tidak sengaja menonton tayangan berita di televisi. Ia dibuat terkejut sampai menyemburkan kopi yang sedang ia nikmati. Akhirnya ia tahu kenapa wajah bu Arum begitu familiar baginya. Rupanya wajah itu sering ia lihat di sepanjang jalan selama masa kampanye pemilihan umum tahun 2014.

Jadi yang aku kencingin itu .... anggota DPR-RI...??

Galih berusaha untuk tidak mempercayai ini. Tapi pada kenyataannya hal itu sudah terlanjur terjadi. Ada dua penyesalan yang melanda dalam diri Galih. Pertama ia menyesal telah mengencingi mulut bu Arum bahkan memintanya menjilati lubang anusnya. Bagaimanapun juga bu Arum adalah manusia, seorang wanita yang seharusnya tidak diperlakukan sedemikian menjijikkannya.

Penyesalan kedua, adalah sikapnya yang memilih golput pada pemilih umum pertamanya. Galih selalu merasa skeptis dari setiap perkataan calon legislatif yang selalu mengumbar janji yang terasa manis. Dari yang dilakukan bu Arum kepada dirinya saat itu, membuat Galih sadar tidak semua wakil rakyat itu hanya modal janji. Nyatanya ada wakil rakyat yang mau melakukan segala keinginan masyarakat. Seperti bu Arum yang mau memenuhi permintaan Galih untuk menjilati lubang anus serta meminum air kencingnya.

Dua penyesalan itu membuat Galih Memutuskan untuk melupakan sosok bu Arum dan menganggap yang pernah terjadi hanyalah salah satu kebetulan semesta. Tetapi layaknya perputaran tata surya yang akan selalu bertemu pada satu titik, Galih kembali dipertemukan dengan Arum pada sebuah pesta pergantian tahun disebuah hotel bintang lima.

Sebuah pesta yang sebetulnya Galih sendiri malas untuk menghadirinya. Kalau bukan karena papa dan mamanya memaksa ia tidak akan mau berdesakan dengan orang yang tengah menunggu detik-detik pergantian sembari berdansa mengikuti irama yang dilantunkan sang DJ.

“Heran apa enaknya sih musik kayak gini, bikin telinga pedes saja...” Gumam Galih ditengah keriuhan.

“Kalau begitu kita ke kamar ibu saja, jadi kamu bisa mendengarkan musik kesukaan kamu..?”

Galih memang tidak pernah suka dengan segala jenis musik elektronic, karena ia menganggap jenis musik ini melemahkan skill bermusik seseorang. Hanya sekedar menekan tombol dan memutar musik yang sudah terprogram ditambah hentakkan payudara besar dari sang DJ wanita, dari mana nilai seni yang bisa ditemukan?






~~~ PoV Galih ~~~

Aku jelas lebih memilih disini, disebuah kamar deluxe Le’ Grand Paradiso bersama seorang wanita yang sedari tadi bercerita tentang hidupnya. Sungguh menyenangkan mendengarkan bu Arum bercerita, seperti tengah mendengarkan cerita dari ibu sendiri. Tenang, menyejukan dan seketika mendamaikan. Padahal topik yang dipilih bu Arum kebanyakan tentang pengalaman seksnya selama ini. Pengalaman selingkuh pertama kali, serta pengalaman swing yang baru ini aku tahu maknanya.

Tetapi semua cerita itu sama sekali tidak ada unsur sensualitasnya, bahkan cenderung terdengar sebagai sebuah nasihat bijak. Entah apa tujuan bu Arum menceritakan itu semua kepadaku, seolah tanpa malu bercerita yang seharusnya menjadi aib baginya. Untuk membangkitkan gairahku? Rasanya tidak. Sudah lebih dari satu jam kami dikamar ini, dan bu Arum sama sekali tidak memindahkan posisi duduknya sama sesekali, hanya sekedar menggerakan tubuh untuk mengambil gelas teh di meja. Selebihnya beliau lebih memilih menatap wajahku.

“Kalau nak Galih sendiri gimana?” Tanya bu Arum saat menyeduhkan secangkir kopi untukku. “Sudah pernah begituan?”

Sebenarnya pertanyaan itu tidak akan aku jawab, siapapun yang bertanya. Namun tidak adil rasanya bila aku sendiri tidak bercerita, karena barusan bu Arum sudah menceritakan segala kisahnya, termasuk pengalaman memalukan sebagai seorang submissive.

Saya pertama kali begituan sama mama saya, beberapa bulan yang lalu, semenjak Galih berusia 18. “

Bu Arum memicingkan kelopak matanya seakan terkejut mendengar pengakuanku barusan,” Kamu incest?”

Wajar saja bu Arum akan berpendapat demikian,” Oh nggak, lagi pula saya kan bukan Jaime yang meniduri kembarannya sendiri, Cersei Lannister. Galih juga bukan dari keluarga Targaryen yang menganngap Incest merupakan hal yang wajar.”

“Mentang-mentang sesama penggemar permainan mahkota jelasinya gak perlu seperti itu juga atuh nak” tanggap bu Arum mengusap rambutku. “ Tinggal bilang kamu tidur dengan mama tiri. .... hihihi” ia tersemum yang seketika menampakkan kerutan di area pelipis

“Hehehe .... kalau bukan karena GoT, mungkin saja Galih gak akan ketemu sama bu Arum dan mendengar semua cerita ibu barusan.”

Aku sama sekali tidak menyangka wanita ramah dihadapanku ini jauh lebih tua dari mama. Selama ini aku menganggap mama adalah satu-satunya wanita diusia 48 yang sama sekali tidak menampakkan penuaan. Namun anggapan itu seketika keliru saat bu Arum menunjukkan KTPnya saat aku tidak percaya bahwa beliau tahun ini akan memasuki usia 53.

“Oh iya, nak, ibu mau tanya dong, waktu kamu lihat ibu minum pipis kamu, apa yang kamu rasakan?” bu Arum bertanya sembari menggeser pantatnya yang masih berisi itu, sedikit mendekat ketubuhku.

“Hmmm .... jujur waktu itu, Galih cuma asal ngomong aja biar bu Arum gak ngedapetin buku itu. Tapi ternyata bu Arum mau ngelakuinnya. Jujur aku awalnya gak enak bahkan ... Galih malah nyesel sudah minta bu Arum jilatin pantat Galih bahkan mau minum pipisnya Galih.”

“Semua orang yang pertama kali melakukannya pasti akan menyesal. Tapi bila mereka sudah menemukan kenikmatannya, mereka dengan sendirinya akan meminta. Jujur saja waktu itu ibu juga gak nyangka kamu bakal minta seperti itu. Bahkan ibu sebenarnya sudah lama juga gak ngelakuin itu.”

“Kalau boleh tahu .... rasanya bagaimana sih bu?”

“Yah Asin ... tapi terkadang manis ..... tergantung kebiasaan minum seseorang. “ Jelas bu Arum singkat kembali menuangkan teh dari dalam teko. “ Coba sesekali kamu cobain dan rasakan bagaimana rasanya.”

“Hehehe .... kapan-kapan deh bu...”

“Kenapa harus kapan-kapan? Kenapa .... gak sekarang saja..?”

Aku mengerti apa yang dimaksud bu Arum. Saat ini ia menginginkan aku mendekatkan tanganku dam menyentuh gundukan kembar didadanya. Gundukan yang terasa kendor namun tetap empuk dan menghangatkan.

Bu Arum juga menginginkan aku mendekatkan wajahku kearahnya, mengecup bibir yang berpoles merah itu. Merasakan lendir didalamnya sembari menggelitik lidahku ini didalam sana. Tanpa berkata, bu Arum memuji caraku berciuman. Lembut, tenang dan menyenangkan. Ciuman yang selalu diajarkan oleh mama

Ciuman itu berbarengan dengan menyebarnya semburat warna-warni dari puluhan kembang api, sebagai pertanda tahun sudah berganti. Kembangan api berwarna dilangit hitam sana, menandakan bermulanya lembaran tahun yang baru, sekaligus bermulanya hubungan aku dengan bu Arum.

Awalnya aku kira bu Arum akan mengencingi wajahku sama sepertri yang pernah aku lakukan waktu itu. Tetapi ternyata tidak. Bu Arum mengambil sebuah gelas cocktail kemudian mengisinya dengan air seninya sendiri. Ia kembali melangkah kearahku yang nyaris setengah telanjang. Dihadapanku ia menengguk seluruh pipisnya itu, namun tidak segera ia telan melainkan ia berikan kepadaku melalui sebuah ciuman.

Air itu sama sekali tidak bisa aku tolak, karena dengan sendirinya mengalir melalui tenggorokanku. Aku tidak pernah bisa menjelaskan bagaimana detail dari rasa air yang keluar dari saluran kencing itu. Yang bisa aku rasakan hanyalah sebuah sensasi yang membuat aku ingin segera menelanjangi tubuh bu Arum.

Diatas kasur yang mulai berantakan, aku meraba setiap inchi tubuh bu Arum. Ia selalu saja merintih setiap kali jemariku menyentuh kulit kendurnya, Apalagi ketika aku meremas dan mengulum payudaranya yang ternyata tidak begitu besar digenggaman

“Maaf ya, gak sesuai ekpektasi nak Galih. Ibu selalu pakai bh yang ada penyangganya, jadi selalu kelihatan lebih besar. Padahal kannn... achhh stttt..”

CLAAP CLAAAP CLAAAP....

Usah mengulup puting susunya aku kembali mengecup bibir bu Arum dan berbisik didepannyua “Untuk apa sih malu dengan kekurangan kita? Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda itu bukan tanpa alasan.”

“Ahh, sok bijak kamu....” ujar bu Arum menoel hidungku.

Jangankan bu Arum, mama juga sering kali protes setiap kali ml denganku. Karena terkadang aku selalu mengatakan kata-kata yang bijak tidak sesuai waktu dan kondiri, terkadang hal itu membuat mood mama berubah seketika. Tetapi aku belajar dari situ, seberapa pun mood wanita berubah akan segera kembali ketika batang penis menyapu permukaan bibir vagina.

“achhhhhh...... ibu kira punya kamu gak akan segede itu. ... nak Galih kan masih cukup muda... Stttt” Sahut bu Arum disusul desisan yang diakibatkan oleh gesekan kepala penisku pada ujung klitorisnya.

Aku tidak menjawab pertanyaan itu, untuk apa aku menjawab kalau tanggapan dari bu Arum selalu sama.

STTTTTT ACHHHHH.

“Bu, kalau boleh tahu, saya itu ... laki-laki keberapa?”

ASSTTTTTT

“AChhhh .... ya mana ibu tahu.... memangnya ibu ngitungin, pernah ml sama siapa saja....achhhh..”

“Ibu ini mirip sama mamanya Galih ya, sama-sama gak tahu pernah ml sama siapa saja.”

“Oh ya?? Achhhh.....”

“Iya, bahkan mama itu pernah punya album foto polaroid dari kontol laki-laki yang pernah tidur dengan dia...”

“Wah, menarik juga itu idenya. Tahu begitu ibu juga dulu kaya begitu yaah...”

“Memangnya bu Arum suka ngumpulin bukti juga? Kaya mamanya Galih...”

“Dulu pernah, ibu, ngumpulin bekas kondom dari brondong2 yang pernah ngentotin ibu... achhh”

“Iyuuhh,,, bu Arum jorok ih....”

“Tapi itu sudah lama ko, sekarang mah sudah dibuang. Ya seperti yang nak Galih bilang... lama-lama ibu ngerasa, kok ya jorok ya ngumpulin kondom bekas didalam stoples, hihihi...”

Hahaha

Aku tertawa mengikuti bu Arum yang menertawai kebiasaan joroknya dimasa lalu. Dari tawa itu aku kembali memetik pelajaran, bahwasanya meskipun manusia merasa dirinya sempurna, pasti memiliki kebiasaan yang dianggap aneh oleh orang lain. Bahkan wanita secantik dan seawet muda mama serta wanita anggun seperti bu Arum juga memiliki kebiasaan aneh macam itu.

“Nak Galih.... sttttt ... kok memek ibu dari tadi Cuma digesek-gesekin saja sihh....” Protes bu Arum karena hampir 5 menit aku hanya menggesek batang kemaluanku di permukaan pangkal pahanya.

“Habisnya ... memek bu Arum jembutnya tebel banget...” Ujarku agak malu-malu

“Jadi, Anak Galih nafsu yah sama wanita yang berbulu...??”

“Ya gak tahu juga sih bu. Tapi Galih suka saja ngelihat wanita yang bulunya ndak dicukur... terlihat natural...”

“Kamu mirip kenalan bu Arum deh, dia juga suka banget sama memek ibu hanya karena jembutnya lebat. Hihi”

Sebenarnya aku butuh persiapan untuk membuat batang penisku ini pada kondisi yang maksimal. Selain itu aku ingin mempelajari dulu tubuh bu Arum, diamana titik rangsangannya berada dan seperti apa ia suka diperlakukan. Kelihatanya bu Arum cukup suka ketika aku menggesek kontolku yang nyaris 7 inchi ini di memeknya yang berbulu lebat. Karena aku menebak, wanita yang memutuskan tidak mencukur bulu kemaluan, akan sangat bangga bila ada orang yang ikut mengagumi apa yang ia kagumi.

Cukup puas aku menggesek batang penisku hingga membuat licin permukan bersemak itu. Akhirnya kumulai menusukkan ujung penisku dengan gentle hingga hampir seluruh batangku masuk kedalam lubang peranakan bu Arum.

PLOOP PLOOOP PLOOOP...

ACHHHH ACHHHHH ACHHHH

Bu Arum mendesah pelan setiap pinggulku memompa secara perlahan. Meski bu Arum selalu meminta kepadaku agar lebih keras lagi menusuk memeknya, namun aku tetap perlakukan dirinya dengan lembut. Bagaimanapun juga, bu Arum berusia diatas 50 tahun. Apa jadinya kalau aku menghajar memek bu Arum dengan beringas dan membuat beliau pingsan.

Lagi pula mama sering berpesan padaku. Bila suatu hari kamu akan bercinta dengan wanita untuk yang pertama kali. Lakukanlah dengan perlahan dan penuh rasa. Jangan keluarkan nafsu menggebu yang tidak perlu. Karena disekian banyak desahan yang keluar dari bibir wanita, tidak sepenuhnya asli. Dengan kamu memompa secara lembut, kamu akan melihat dengan sendirinya kejujuran hati sang wanita.

Protes bu Arum yang selalu memintaku menghujam lebih kencang akhirnya terhenti, kala ia mendapatkan orgasme dimenit ke 8 sejak penisku mulai meniti. Bahkan beberapa menit kemudia akhirnya ia mendapat orgasme yang kedua. Bu Arum tak hentinya memujiku karena sanggup memberikannya kenikmatan tanpa perlu menguras energiku.

“Kamu hebat ternyata, padahal permaianan kamu gak begitu liar, tapi ibu sudah dua kali kalah” Bu Arum memuji seraya membalikan tubuhku tanpa melepas ikatan kontolku dengan memeknya.

Ia kemudian berbaring diatas dadaku yang sedikit bidang berotot. Sesekali ia memegangi otot diperutku yang mulai terbentuk, sambil membisikan kalimat pujian ditelingaku.

Aku memeluk bu Arum dan membelai lembut rambut serta punggungnya. Batang kejantanannku masih aku biarkan tertancap didalam memek yang terasa basah dan berlendir. Sambil memeluknya aku bercerita pengalaman pertamaku dengan mama, pengalaman yang sebenarnya sedikit memalukan.

Bu Arum mendengarkan cerita itu tanpa memotong sedikitpun. Namun tiba-tiba ia sedikit mengangkat tubuhnya dan berjongkok serta melebarkan kedua pahanya Sehingga kedua mataku dapat melihat jelas bagaimana bentuk memek bergelambir terbelah oleh batang besar kemaluanku. Kenapa wanita seusia mama dan bu arum memiliki jengger yang sama.. hmmm tapi lucu sih, dan enak untuk diemut.hay hay...

Cukup lama bu Arum menduduki kontolku, sampai akhirnya aku merasakan otot vagina bu Arum kembali berkontraksi. Kulihat tubuh bu Arum juga kembali mengejan, Apa mungkin bu Arum bisa orgasme tanpa melakukan apa-apa.

PSSTTTTTT PSSSTTTTTT....

Dugaanku salah, rupanya bu Arum tidak sedang memusatkan konsentrasi agar kembali mendapat kenikmatan. Yang keluar dari sela-sela vaginanya itu adalah air kencing.

“hmmmm .... achhhhh biar nak Galih merasakan apa yang mama kamu rasakan waktu itu.....HIhih...” Jelasnya sambil terus menuntaskan kencingnya diatas batang kejantananku.

Achhh.... tapi menyenangkan...

“Bu ... kasihan room servise-nya dong. Nanti mereka bersihin kamar ini eh bau pesing... hihihi .. “ kelakarku kembali menarik tubuh bu Arum untuk kupeluk.

Wanita pemilik rambut hitam itu kembali membenamkan wajahnya di pipiku. Kembali melancarkan pagutannya sembari menggoyang pinggulnya untuk mengulek kontolku. Meski kasat mata memek bu Arum terlihat longgar dan bergelambir, namun bu Arum mampu melakukan semacam remasan hingga batang kemaluanku terasa terhimpit tercengkeram.

Lama sudah bu Arum menggoyang pantatnya, hingga ia terlihat lemas dan lelah.

“Nak Galih... kamu kapan keluar sih, bu Arum sudah mulai ngantuk nihhh.... Stttt... stttt” Racau bu Arum saat kembali mengeluarkan cairan kenikmatanya entah untuk yang ketiga atau yang keempat.

Rasanya aku tidak boleh egois. Aku tidak boleh memperlama permainan ini tanpa memberikan sebuah hasil yang manis. Meski bu Arum sudah berkali2 mendapat kenikmatan. Tentu sebagai seorang wanita bu Arum akan merasa bangga bila ia bisa membuat lawan mainnya merasa terpuaskan. Baiklah~~

“Tapi, agak kenceng gak apa-apa?” tanyaku memastikan.

“Kamu itu bagaimana sih nak, kan dari tadi ibu yang minta kamu agak kenceng....” Ujarnya dengan mata yang terlihat sayu. “Kamunya saja yang kemayu dorongnya pelan-pelan, mentang-mentang ibu sudah punya dua cucu kamu menganggap ibu lemah?”

Aku hanya tersenyum mendengar racauan bu Arum. Kemudian aku kembali mengecup bibir indahnya itu. Kuarahkan tubuh kurus itu menungging ditengah kasur yang basah dan pesing. Aku tidak tahu bagaimana reaksi petugas kebersihan esok pagi. Malahan saat itu aku arahkan lubang kecingku dihadapan lubang anus bu Arum yang terlihat mencuat dan kukenciingi mulai dari sana hingga merembes ke jembut memeknya. Bu Arum menyibak kemaluannya hingga menimbulkan suara gemericik.

“Nakal!!” Gerutu bu Arum melirik manja kearahku, “Mosok, pantat ibu dikencingin.. huh!!”

“Bu Arum yang ngajarin.... weee...”

BlEEESSSS....

Belum selesai kalimat yang ingin kuucapkan, aku menghentakkan kembali penisku kedalam lubang vaginanya. Bu Arum kembali menjerit merintih menyikapi hujamanku yang berbeda dari beberapa menit sebelumnya.

Bertumpu pada kedua belah pantat bu Arum yang terasa lembut meski sedikit kendor, aku menggoyang pinggulku. Mendobrak mulut gua hingga kedasarnya. Tubuh kurus bu Arum tersentak bahkan payudaranya yang kecil dan sedikit ngondoy itu ikut bergoyang seirama dengan hentakan kontolku.

CHHHHHHHACHHHHH

PLOOOP POOOOOP PLOOOOOP

Hentakan pinggulku yang semakin kencang membuat ritme suara rintihan bu Arum semakin kencang pula. Berisik, namun semakin membuat aku berani. Sesekali aku menarik tubuh bu Arum mendekat untuk kuremas kedua payudaranya dan kulumat bibirnya agar desahan itu teredam oleh suara pagutan lidah.

ACHHHHH

Aku sendiri tidak dapat menutupi desahanku, ketika batang penisku semakin terasa sensitif. Aku kembali membalikkan tubuh bu Arum dan kuregangkan kedua kakinya menempel ke payudara. Kuhentakan kembali batang penisku namun dengan hentakan lembut namun tiba-tiba.

Kulakukan itu semua tanpa melepas pandanganku ke mata bu Arum, yang kini terus saja berusaha memelukku, mencakar punggungku serta sedikit meremas rambutku. Kurapatkan tubuhku hingga selangkanganku melekat pada selangkangan bu Arum. Kemudian aku mendekatkan wajahku kearahnya, sedikit mengecup bibir merekah itu dan berbicara lirih.

Selamat tahun baru bu Arum...”

ACHHHH

CROOOOT CROOOT CROOOOT CROOOT

CROOOOT CROOT CROOT CROO.....


Hampir 10 kali air maniku menyembur didalam memek bu Arum. Memek yang sama yang pernah melahirkan 4 manusia ke dunia ini. Bu Arum begitu terkejutnya ketika semuran itu memasuki tubuhnya.

“Banyaaak banget nak pejuh nya.... achhhh... sampe rahim ibu terasa penuh... achhhhhhh hmmmmmmttt...” bu Arum memberikan pujian kepadaku kemudian kembali memagut bibirku yang semakin terasa kebas.

Setelah membersihkan diri kami menggelar selimut yang masih bersih diatas lantai. Bagaimanapun tidak mungkin tidur diatas kasur penuh air seni kita berdua. Aku mengenakan kembali celana jeans yang kupakai malam itu. sementara bu Arum mengenakan dress tidur berbahan rajutan berwarna abu-abu




~~~ Secret and Desire ~~~


chapter-15-1.jpg



Keesokan paginya aku dibangun kan oleh suara air dikamar mandi. Kucoba meregangkan badan dan kulangkahkan kaki kesana. Kulihat bu Arum tengah duduk ditepi bathup sembari menunggu air untuk mandi.

“Selamat pagi ... ehmmm.. siang lebih tepatnya,” ujar bu Arum menyapaku. “Oh iy, itu ibu sudah pesenin sarapan, maaf tadi ibu sarapan duluan, soalnya nak Galih tidurnya pules banget jadi ibu gak tega bangunin.”

Aku melirik kebelakang melihat diatas meja terhidang sarapan; kopi, roti serta nasi goreng. Saat melihat itu aku terkejut melihat kasur sudah kembali rapih.

“Eh, itu kasurnya sudah diganti bu?” Tanyaku. “Terus room service-nya gak tanya apa-apa?”

“Halah, cuek saja. Mereka juga paling tahu kok... “ Jawabannya santai.. “ yuk sini mandi sama ibu, sebelum sarapan.”

Aku mengangguk menerima tawaran itu. lalu aku melangkah kearah toilet duduk untuk menuntaskan ‘morning call’. Aku tarik resleting celana jeans hitamku dan perlahan mengeluarkan batang penisku. Seperti kebanyakan orang, batang penisku juga tegang ketika pagi hanya saja tidak terlalu keras maksimal.

“TUNGGU NAK!!”

Bu Arum menghardikku dan memintaku berhenti disaat aku ingin mengejan. Ia segera melangkah kemudian berjongkok dihadapanku. Ia berlutut dengan wajah menengadah, mulutnya terbuka lebar dengan lidah menjulur keluar.

Aku menggelengkan kepala beberapa kali melihat tingkah bu Arum pagi itu. Sejenak aku menikmati nanar bola matanya yang terus menatapku penuh makna. Aku kembali tersenyum kearahnya untuk kemudian aku arahkan air kencingku ke wajah serta mulut bu Arum.

Air seniku membasahi seluruh rambut wajah serta berkumpul didalam rongga mulut bu Arum. Ia menggargel sejenak air kencingku dan menelannya hingga habis.

GLEEKK AHHHHH

Hihihihi....

Sejak saat itu kami selalu melakukan pertemuan rahasia. Pertemuan yang selalu kami lakukan ditengah tanggung jawab yang harus kita emban. Tanggung jawab bu Arum sebagai wakil rakyat dan tanggung jawabku sebagai pelajar sekolah menengah.

Sering kali bu Arum mengajak aku menginap di hotel pada hari sabtu. Namun lebih sering ia mengajakaku ke apartemen pribadinya yang ia beli tanpa sepengetahuan suami dan keempat anakknya. Kadang aku merasa bersalah menjadi bagian dari fantasy liar bu Arum. Namun aku juga tidak bisa berbohong bahwa aku juga menikmatinya.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd