Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Kepada
Doctorkelinci
The Fake Doctor


BTW yang berubah jadi OTW itu bukan typo tahu, wong hurufnya di keyboard aja berjauhan. OTW itu, Ojo Takon Wae

Saya selalu beranggapan, bahwa tidak ada yang namanya 'benar' dan 'salah' dalam sebuah karya seni apapun termasuk dalam menulis. Jadi aku pikir penulis itu berhak untuk menggunakan bahasa apapun yang dia sendiri suka, dan itu benar. terkait orang lain tidak suka itu berada diranah yang berbeda.

Tapi aku juga sepakat menggunakan bahasa yang terlalu 'bar-bar' akan menjadi kurang nyaman dibaca. Kalau saya pribadi, istilah 'kontol' dan 'memek' akan muncul apabila tensi didalam cerita udah benar-benar tinggi, contoh ketika dua karakter sudah sama2 turn on atau ketika dialog antara dua orang yang hubungannya begitu dekat, akan aneh juga menggunakan 'alat kelamin' ketika dua orang sahabat atau sepasang suami istri sedang berbincang.

Terakhir aku menulis cerita itu tahun 2015, setelah thread saya yg 'the bastian's holiday' digembok. saya benar2 berhenti melakukan kegiatan menulis dimedia apapun. Jadi ketika awal Juni kemarin saya mutusin mau nulis lagi, ada dua hal yang aku pelajari lagi. Diksi dan Sex Scene. Semua penulis pasti membutuhkan diksi, dan aku cukup lemah sebenarnya dalam ini, tapi lambat laun pasti koleksi diksi akan kembali terisi sih.

Nah sambil menunggu itu, aku coba kembangin di sex scene. jadi bisa dilihat hampir disemua chapter dicerita ini pasti ada 'sex scene' atau minimal ada adegan yang menjurus kesana. Untuk apa? untuk menguji sampai mana limit dalam otak saya. Jadi wajar bila ditemukan adegan2 yang nyeleneh dan kadang diluar nalar. Ambil contoh ketika Patrcia melakukan handjob menggunakan lem.

Menulis sex scene itu memang susah, tapi kalau saya pribadi jauh lebih susah menulis adegan 'romance'. Ketika awal nulis cerita ini saja, saya sampai membuat 5 draft untuk membuka awal cerita. ya karea terjebak dengan sulitnya membuat suasana romantis yang manis. Jujur banyak bagian di cerita ini yang aku sendiri gak suka, tapi tetep aku post dan gak aku edit sama sekali. tujuannya cuma satu, ketika aku baca ulang aku bisa belajar dari kesalahan itu. Hehehe
 
Terakhir diubah:
anda saja memang semudah itu, aku tidak akan kehilangan nafsu makanku.
tak akan kubiarkan diriku tenggelam pada kesedihan yang berlarut.


Kayaknya Galih harus merguru sama sampean cak @areke . Kon rodo romantis sithik
pengen galih berubah halauan lik?
@areke senenge karo karina...sing duwe pedang.
Ora doyan mendoan lik...
Padahal.mendoane daniella enakkk
Jebule karina wes terkenal neng kene ya.....
 
Secret and Desire
Chapter 17
LUKA

chapter-17-1.jpg



PoV Danilla

Aku gak peduli kelakuan mama selama ini. Mau dia ml sama siapa kek, mau bawa ratusan brondong kek, aku tetap gak peduli. Bahkan papa juga kayaknya gak peduli deh, sampai akhirnya papa memutuskan pindah ke Singapura. Tetapi kenapa harus sama dia? Kenapa harus Galih yang menjadi salah satu mainan mama? Kenapa bukan orang lain?

Jujur aku kecewa, aku sudah bener membuka hati aku ke dia, tapi dia malah membalasnya seperti ini.

Akhirnya aku tahu apa alasan dia waktu, yang aku pikir serius. Padahal, hal itu dia katakan hanya untuk menutupi fakta, kalau dia sudah ngewe sama mama. Tahu akhirnya akan gini, aku pasti dengerin kata-kata kamu waktu itu.

“Kamu jangan sepenuhnya nyalahin dia dong, Danilla” kata kamu menyergahku “Bisa jadi ada alasan lain? Bisa jadi dia gak sungguh-sungguh, atau bisa juga kan dia cuma becanda ngomong kayak begitu, untuk menguji perasaan kamu sama dia mungkin.”

Sejenak aku terdiam,” Memangnya kamu gak denger omongan dia waktu itu? aku kenal sama dia, dia gak pernah bohong. Ya ... dia memang suka ngomong ngaco dengan semua skenario diotaknya, tapi aku yakin apa yang dia bilang tadi malam, jujur dari dalam hatinya. Dia memang beneran dah ml sama mama.” Jelasku.

“Tapi pasti ada alasannya deh, Kamu udah tanya sama mama?”

“Dengan cara apa aku nanya sama mama? Kamu sendiri kan tahu sekarang mama udah jarang pulang. Mama lebih sering pulang ke apartemennya, dengan semua brondong-brondongnya, menggilir dia sampai mampus!!”

“Kamu gak boleh ngomong kaya begitu, Danilla. Bagaimanapun juga yang dia masih mama kamu. Wanita yang telah ngelahirin kamu! Ngebesarin kamu sampai segede ini. Gak sopan kamu sama mama.”

Aku terkejut kata-kata itu keluar dari mulut kamu.” Kenapa kamu tiba-tiba ngebelain mama? Bukannya selama ini kamu benci ya sama mama? Kenapa sekarang malah berubah” Kuluapkan kekesalanku kepada kamu, my imaginary friend”Terus, kalau aku perhatiin, dari tadi kamu juga ngebelain Galih? jangan-jangan kamu juga naksir yah sama dia?” imbuhku.

“Aku bukannya ngebelain mama, Danilla. Tapi aku hanya ingin ngingetin kamu saja kok, jangan sampai gara-gara ini kamu bakalan membenci mama dengan sunguh-sungguh. Inget. Kamu itu tetap anaknya,”

“Kalau itu yang kamu takutin, tenang saja, aku gak akan membenci mama sepenuhnya, dan aku akan tetap menganggap dia sebagai wanita yang telah ngelahirin aku. Aku gak akan lupain itu, kok.”

Kamu gak perlu takut aku akan membenci mama. Aku gak pernah membenci dia as a person aku hanya membenci sifatnya saja.

Gak lama aku menghubungi seseorang yang sudah sepantasnya aku jadikan tempat curhat, papa. Aku cetitakan semua kejadian ini. Aku bercerita tentang Galih, tentang perasaan aku padanya. Tentang, hah, hubungan dia dengan mama. Papa hanya meminta ku untuk bersabar.

Aku sangat mengagumi papa karena dia seorang lelaki yang cerdas, itu kenapa aku juga bercita-cita menjadi lawyer. Aku ingin seperti papa. Tetapi papa juga memiliki sifat yang menjengkelkan. Papa bisa memberikan nasifat hukum ke semua orang, bahkan ia bisa membebaskan orang dari jerat hukum. Tapi, kenapa setiap aku bercerita papa selalu meminta aku untuk bersabar, sabar. Erhhh....

Bukan kata itu yang saat ini ingin aku dengar pah!!

“Apa kata papa?”

“Ya, dia sama menyebalkannya dengan mama untuk hal ini”

“Papa nyuruh kamu bersabar?”

Aku mengangguk.

“Kayaknya kita harus ketemu papa deh, kita ke Singapura. Sore ini juga” Kamu mengusulkan.

“Hmm. Ya mungkin, memang itu yang harus dilakukan.”




~~~ Secret and Desire ~~~


“Selamat datang di SMA Nusantara, selamat belajar, selamat berkembang, selamat ... ya pokoknya .... SEMANGAT!!”

Subono mengakhiri pidatonya dengan seruan kata semangat yang membakar ratusan siswa baru yang berkumpul ditengah lapangan pagi ini. Seruan itu mendadakan dimulainya masa orientasi siswa di sekolah ini.

Tidak seperti kebanyakan sekolah yang masih mempertahankan tradisi ‘primitif’. Sekolah ini memiliki cara berbeda untuk menyambut peserta didik barunya. Tidak satupun siswa diminta menggunakan atribut yang memalukan, atau membawa suatu benda yang sama sekali tidak relevan.

Sekolah ini memang selalu antimainstream dalam segala hal. Belum lepas dari ingatan, bagaimana meriahnya pesta perayaan kelulusan beberapa minggu yang lalu, dengan ratusan kembang api disiang hari. Semua orang terutama orang tua murid yang ikut mengantar hari pertama anaknya ke sekolah, dibuat takjub dengan cara sekolah menyambut siswa barunya.

Bukan dengan perploncoan karena sudah lama sekat senioritas dihilangkan disekolah ini. Bukan juga dengan kegiatan penyambutan yang membosankan, karena dihalaman tengah sudah berdiri puluhan stand dari semua ekskul yang mempertunjukkan kebolehan mereka. Belum lagi puluhan almuni yang sengaja di undang untuk mengisi sharing season. Penyanyi, presenter, penulis, atlit bahkan youtuber bergantian membagi pengalaman mereka selama bersekolah di SMA Nusantara.

Ini sih bukan MOS, ini seperti sebuah festival, begitu cuitan salah satu siswa baru di lini masa twit**ter. Cuitan itu disusul dengan ratusan bahkan ribuan respon yang beragam. Kebanyakan membandingkan dengan kegiatan MOS sekolah lain yang monoton , membosankan bahkan tak jarang memakan korban. Sekali lagi, pria tambun berambut putih dan bersuara serak itu membuat bangga semua orang. Bukan hanya siswa dan guru yang merasa bangga ikut bagian dalam kegiatan ini. Orang tua murid bahkan ratusan alumni ikut datang meriahkan kegiatan ini dan menjadikan ini sebagai reuni dadakan. Membagikan kebanggan mereka dengan beragam cara.

“Jancok kon, wes dadi pengusaha wae awakmu?” Seru Subuno pada salah satu almuni yang kini menjadi pengusaha clothing.

Seharusnya kalimat itu tidak pantas diucapkan oleh seorang pengajar. Tetapi kemeriahan ini seolah melupakan itu semua. Terlebih kata ‘jancok’ tidak selalu bermakna negatif, tergantung bagaimana cara kita berujar dan dalam situasi apa ketika diungkapkan. Seperti Bono yang menggunakan umpatan khas Jawa Timuran itu sebagai ungkapan rasa bangga pada mantan anak didiknya yang kini berhasil dengan cara masing-masing. Jancok

Hari ini Galih dan Panitia Dies tengah melakukan rapat untuk persiapan hari ulang tahun sekolah September mendatang. Mereka sedang merencanakan sesuatu yang akan jauh lebih meriah dari MOS kali ini.

“Apa pihak sekolah bakal setuju, pasti biayanya mahal dong?” tanggap seorang pemuda ketika Galih memaparkan idenya.

“Kita gak usah mikirin biaya, Aku sudah dapet sponsor utama, mereka yang akan membiayai semua. Jadi pihak sekolah gak akan mengeluarkan dana sepeserpun?” Terang Galih

“Seriusan lo?”

Yakin lah. Galih tidak hanya menawarkan konsep. Tapi ia juga mendatangkan sponsor utama yang tak lain adalah perusahaan kakeknya. Peter Jensen langsung menyetujui ketika Galih menyodorkan proposal dies yang ia rancang, dan kakeknya itu tidak segan menggelontorkan dana agar itu terlaksana.

Galih tidak menjelaskan bagaimana ia dengan mudahnya mendapat sponsor. Karena ia tidak mau teman-temannya tahu dia adalah cucu dari salah satu konglomerat di negeri ini. Ia tidak ingin diangung-agungkan, ia tidak ingin diperlakukan special. Galih hanya ingin, bersenang-senang

Mungkin dengan cara ini, ia bisa sedikit melupakan bagaimana ia malam itu telah membuat seorang gadis patah hati. Bukan sekedar patah hati, mungkin sampai membenci. Setidaknya itu yang Galih tangkap ketika Danilla pergi dengan meninggalkan tangis yang menggema.

Galih tidak tahu apa yang terjadi dengan Danilla sejak malam itu, karena nomor teleponya tak lagi aktif. Ia bahkan tidak bisa menghubungi Harumi untuk menanyakan kabar Danilla, karena wanita itu telah mengungkapkan kekecewaanya, karena Galih memilih untuk jujur.

Jujur memang berat, tetapi bila dengan jujur hatiku bisa tenang. Aku tidak menyesal melakukannya



~~~ Secret and Desire ~~~


Hari terakhir masa orientasi siswa, atau lebih tepatnya hari ke-6 sejak dimulai senin kemarin. Membuat geram banyak pihak terutama dinas pendidikan, karena SMA Nusantara belum juga memulai kegiatan belajar mengajar. Dalam surat yang ia kirim pada dinas, Subono menjelaskan kenapa sekolah yang ia pimpin ini belum memulai kegiatan belajar. Semua itu dilakukan agar para siswa-siswi baru ini merasa kerasan dengan tempat ini. Dengan mereka merasa nyaman dengan tempat mereka akan belajar, dengan sendirinya semangat menimba ilmu akan tumbuh, tanpa perlu dipaksa.

Bono selalu berani menghadapi segala protes dari dinas pendidikan bahkan menteri sekalipun, terkait kebijakan nyelenehnya. Karena ia memiliki alasan logis untuk melakukannya. Tetapi lelaki menyeramkan itu tidak dapat berkutik ketika seorang youtuber mewawancarainya untuk dijadikan konten channel youtube.

Rasanya memberikan pernyataan pada kepolisian tempo hari jauh lebih mudah ketimbang menghadapi youtuber yang kelebihan gula itu. Bono tidak tahu bagaimana caranya menghadapi mantan anak didiknya yang kini menjadi seorang influencer yang digemari remaja. Mendengar suara cempreng dari gadis berjilbab itu membuat kepala berambut putih itu hendak pecah.

“Jadi ... semua itu sebetulnya....” Dari kejauhan Bono melihat Galih yang baru saja keluar dari ruang osis. “Nah mbak, Alisa. Mending wawancaranya sama Galih saja ... dia yang punya ide semua ini, sok monggoh, itu anaknya, itu” Ujar Bono tersenyum simpul seolah berkata Akhire aku lepas rek. Hehehe Rasakno kon Galih.


“Halooo Galih yaaah...kenaliiin gue Alisa~~”

Galih terkejut ketika suara cempreng itu tiba-tiba memekik gendang telinganya. Ia tak lantas melihat wajah seorang yang menyapanya itu, karena keburu kesal melihat wajah meledek pak Bono dari kejauhan. Awas kamu pak, suatu saat kumismu tak gundulin nangis-nangis kon, gumam Galih kesal, karena Bono telah melimpahkan ‘bencana’ ini untuknya.

Bagaimana tidak bencana. Youtuber populer ini nyatanya bukan mewawancarainya, karena sedari tadi wanita berhidung mancung khas keturunan timur tengah itu hanya ngomong sendiri didepan kamera tanpa memberikan kesempatan Galih untuk berbicara. Ingin rasanya Galih memencet hidung panjang itu sampai gadis di sampingnya itu pingsan kehabisan nafas. Dan lekas menjauh dari bencana ini.

Bye the way, kayaknya lo itu gak asing deh ... Lo itu, Galih Pratama yang dulu pernah main sinetron bukan sih?” Tanya Alisa usai memperhatikan.

Galih terperanjat mendengar itu.” Tahu dari mana?”

“Lo masih inget gue gak? Gue kan dulu sering ikut kakak gue ke lokasi syuting”

“Kakak?”

“Iya kakak gue, yang dulu perannya jadi ibu lo.inget kan”

Galih mencoba membuka memori masa kecilnya itu, karena ia tidak sepenuhnya mengingat setiap detail kehidupannya dimasa kecil. Hanya beberapa nama yang masih ia ingat dan itu pun nama peran dalam sinetron yang pernah ia bintangi.

“Kamu adiknya, bunda Nissa?”

“Iya, inget kan.?”

Tiba-tiba Galih teringat pada memori itu. Momen dimana ia beradu akting dengan para pemeran dewasa. Bagaimana ia dulu diperlakukan istimewa oleh para kru dan seluruh pemain. Bagaimana dulu ia dipuja oleh penonton. Namun Galih sebetulnya ingin melupakan kenangan manis itu, karena ia beranggapan, semanis apapun kenangan, itu tetaplah masa lalu.

Usai bertukar kenangan, Alisa berpamitan dengan Galih, gadis itupun berlalu untuk mengabadikan sekolah tempat ia belajar dulu. Lingkungan sekolah yang tidak akan pernah dilupakan oleh siapapun. Bahkan apabila diperbolehkan mereka ingin sekali tetap ada disini.

Setelah gadis bersuara cempreng itu pergi,Galih kembali keruang osis untuk melanjutkan rapat yang sempat tertunda. Tetapi suasana sekolah kurang kondusif untuk melanjutkan pembasaan konsep, karena anak-anak ekskul musik mulai melantunkan kembali musik mereka menghibur para adik kelasnya. Dengan terpaksa Galih menutup rapat divisi acara kali ini.

“Eh, Galih bagaimana kalau nanti malam nongrong di cafe, sekalian lanjutin bahas konsep?”Ujar seorang gadis bermata sipit saat keluar dari ruang osis.

“Aduh, kayaknya enggak bisa deh, nanti sore aku ada ujian di EEC, besok senen saja deh kita bahas lagi. Kalau nggak kita bahas di group aja.” Pemuda itu tahu salah satu temannya memiliki gelagat ‘naksir’ dengannya. Ia pun paham, melanjutkan rapat sambil nongkrong di cafe hanya lah dalih saja, niatan sebenarnya pasti ingin mengajak Galih berkencan.

Raut kekecewaan begitu kentara diwajah gadis itu,”ya udah deh, mungkin next time”

Ajakan semacam itu bukan sekali ini didapat oleh Galih. saking banyaknya Galih sudah tidak tahu harus menolak dengan cara seperti apalagi. Beruntung, hari ini ia memang ada ujian di Elizabeth English Course. Sehingga ia bisa terbebas dari ajakan ‘kencan’. Sejak kejadian malam itu, Galih berjanji untuk menolak setiap ajakan dengan alasan apapun, ia tak ingin kejadian dengan Danilla akan terulang dikemudian hari.

Ahh. Danilla, kenapa semesata begitu jahat terhadapku



~~~ Secret and Desire ~~~



“Teteh! sekolah lagi rame banget looh .... masa sekarang sih?”

“Ya, Galih ayo lah, tetek bunda lagi kenceng banget nih.... ?”

Lima menit yang lalu Hesti menelepon Galih untuk meminta ia menemuinya di lantai 3 gedung kelas baru. Galih pikir Hesti sedang butuh bantuan, karena dari nada bicaranya di telepon, gurunya itu sedikit panik hingga pemuda itu harus berlari memecah keramaian. Namun Galih justru mendapati guru cantiknya itu tengah melepas beberapa kancing pakaiannya.

Untuk kesekian kalinya, Hesti meminta Galih meminum air susunya. Galih bisa saja menolak kemauan gurunya itu yang ia ketahui memiliki sisi liar yang disembunyikan. Bahkan Hesti pernah dengan terang-terangan mengajak Galih bersenggama.

Diatas sebuah bangku dalam ruang kelas yang belum dipakai sama sekali. Hesti duduk dengan kedua payudara terbuka. Putingnya begitu mencuat, keras dan menggemaskan. Galih lekas duduk disamping gurunya itu dan menyerbu puting itu dan mengulumnya.

“Stttt... jangan buru-buru. Tenang saja, gak akan ada orang yang masuk ke gedung ini kok, bunda sudah cek soalnya.” Ujar Hesti mengusap rambut Galih yang sedang asyik mengempeng didadanya.

Galih menghisap puting kiri sembari tangannya meremas payudara kanan Hesti hingga air putih kental itu mancur dan mendarat diatas meja yang pliturnya masih baru.

CLAAP CLAAAP CLAAAAP

Nafas Hesti kian memburu setiap kali Galih memainkan lidah dikedua putingnya. Hisapan dan remasan itu sukses membuat selangkangan Hesti membanjir, basah, hangat dan dibiarkan begitu saja. Karena muridnya itu telah berujar tidak akan pernah melakukan hal lebih jauh dari ini. Dalam hatinya Hesti sering merasa kesal kenapa Galih gak entotin aku sihh? Memangnya aku ini kurang sexy? Kurang nafsuin? Achhhh achhhhh

Membayangkan penis besar muridnya itu, selalu membuat Hesti mendesah. Namun apa daya Galih memiliki pendirian yang kuat dan tak mudah digoyahkan dengan godaan senakal apapun. Apa perlu Hesti bersikap seperti pelacur murahan agar membuat Galih berubah pikiran?

Claaaapp.. achhh

Galih menyudahi makan siangnya itu lalu merapihkan kembali pakaian Hesti.” Mana ada sih seorang Guru nyuruh muridnya ngelakuin kayak gini” Ujar Galih sambil merapihkan jilbab yang terlihat berantakan. Beberapa kali menjalani sesi foto dengan Hesti, membuat Galih sedikit paham cara memakai jilbab dengan baik.

“Ada ..... namanya Hesti Puspitasari ... hihihi” wanita itupun bangkit dari duduknya, berdiri dihadapan Galih kemudian menyambar mulut anak didiknya itu dengan bibir basahnya.

Hanya sebentar Hesti mencium Galih, ia tak ingin nafsunya semakin meninggi.” Kamu ih, susah banget ya di godain, harus lakuin apa coba biar kamu bisa nafsu sama aku?” bujuk Hesti melepas bibirnya

Galih melempar senyumnya, ia tak ingin mengeluarkan kata apapun karena ia yakin kata-kata itu akan termakan oleh Hesti. Namun sikap diam dan manis yang Galih tampakan justu membuat Hesti makin menggebu. Usahanya untuk menurunkan nafsu gagal total, vaginannya semakin merembas, basah dan berkedut.

“Kamu tega yaah sama teteh? Kamu tahu gak sih, habis ini teteh itu harus mastrubasi untuk nenangin diri. Kamu tahu kan masturbasi itu dosa dalam agama?”

Lelucon apa ini? Apakah yang dilakukan sebelumnya tidak termasuk dosa? Galih hanya menggelengkan kepala melihat tingkah guru centilnya ini.

“Kalau gak, kamu gesekin atuh ‘itu’ kamu dipantat teteh, sampe teteh bisa ngecroot saja, yaah pleasee. hmmmm” Hesti memohon wajahnya sungguh memelas mengharap sang murid mau mencumbu lebih jauh.

Merasa kasihan dengan Hesti yang sedari tadi mendesah karena tak mampu menahan hasrat. Akhirnya Galih memberikan apa yang dimau oleh gurunya itu.

Ia menunggingkan tubuh molek Hesti kearah meja, kemudian ia menekan pinggulnya, mengarahkan batang kemaluannya dibelahan pantat Hesti yang masih terbalut rok panjang. Penis setengah tegang dibalik celana coklat pramuka itu, terbenam mudah karena rok yang dikenakan Hesti tidak begitu ketat, sehingga Galih dengan mudah menggesek pantat Hesti dan memberikan rangsangan untuk lekas menyudahi ini.

Meski terhalang kain, tetapi Hesti tetap bisa merasakan betapa keras dan besarnya penis milik Galih. Andai saja Galih mau menarik rok itu ke atas dan menghujam dengan paksa penis itu masuk kedalam liangnya senggamanya. Tentu Hesti akan sangat bahagia. Ia membayangkan itu semua untuk mempercepat dirinya mencapai puncak kenikmatan.

Galih sadar, cara seperti ini tidak akan membuat Hesti lekas mendapat orgasme, Itu kenapa ia mula meraba selangkangan gurunya itu dan memberikan gelitik dari luar rok coklat itu. sembari tangannya meremas gemas payudara Hesti dan sesekali juga membekap mulut Hesti karena terus mengeluarkan rintih yang berisik. Galih menggesek bokong bulat sang guru dengan gemas namun ganas.


HMMPPPFTTTTTTT

ACHHHH....

Meski teteh merasa kayak lagi dilecehin di kereta, tapi teteh seneng kok ... achhh sudah bisa croot siang ini.... next time, teteh akan bikin kamu beneran masukin ‘itu’ kamu ke ‘itu’ teteh...tunggu saja..




~~~ Secret and Desire ~~~


Sore harinya...

Untuk lulus dari level intermediate Galih harus melalui sebuah ujian, dan ia tidak ingin mengulang hanya karena ia telat mengikutinya. Jarum jam dilengannya sudah menunjukkan pukul 15.30, dan saat ini ia masih berada didalam mobil mamanya, terjebak ditengah macet.

“AHhh... mama sih tadi pakai dandan kelamaan, Galih bisa telat ini..”

“Tenang saja sih, kalau telat yah tinggal ngulang. Susah amat sih...” Jawab Patricia yang sibuk mengarahkan mobil menuju gedung tempat Elizabeth English Course berada.

Galih merasa kemacetan ini tidak akan segera pecah. Iapun memutuskan untuk turun dan lanjut jalan kaki karena tinggal beberapa puluh meter lagi.

“Ehhh. Sun dulu dong sebelum turun”

Galih pun terpaksa mengecup bibir Patricia, karena tidak ingin mendengar ‘bawelan’ sang mama nantinya. Namun bukan sebuah kecupan, Patricia malahan menyambar bibir serta lidah Galih dan menghisapnya kedalam rongga mulut.

“Maahhh... Galih sudah telat iih!!”

Pemuda itu melepas paksa lengan Patricia yang sudah merangkul dil ehernya. Dengan menggerutu Galih turun sambil sedikit menjulurkan lidahnya, menunjukkan rasa kesalnya pada sang mama. Patricia tertawa melihat tingkah lucu anaknya itu, jarang sekali ia melihat Galih sepanik itu.

Dengan sedikit berlari akhirnya Galih sampai kedalam gedung. Ia pun berlari kecil menuju ruang kelas.

“Loh kok kosong?” Seru Galih saat mendapati ruangan kelas yang akan digunakan untuk ujian kosong melompong, hanya seorang wanita saja yang duduk disana” Kok kosong sih, miss Anna?”

“Loh, memang ujiannya jam 5 kan! Sekarang masih jam empat tiga puluh ya wajar dong kalau masih kosong” Jelas Anna sang pengajar.

“Achhh... tahu begitu gak lari-larian dong..” Terdengar hembusan nafas yang memburu “achhhh.... terus yang bilang ujian jam 4 siapa?” lanjutnya seraya duduk diatas kursi.

“Kamu gak baca pengumuman di group ya? Kan ada perubahan jadwal”

“Ohhh.... haaah”

Miss Anna keluar menuju pantry mengambil segelas air untuk diberikan kepada Galih yang ngos-ngosan karena berlari. Galih menandaskan air itu dan membasahi kerongkongannya yang begitu kering.

ACHHH HAAH

“Ya udah, mumpung kamu datengnya kecepatan dan yang lain juga belum pada dateng...” Anna duduk mendekat menggigit bibir bawahnya.”Gimana kalau Galih nyenengin kakak?”

Galih melayangkan wajah datarnya kearah Anna yang sedang kesengsem. Mengharap ‘lagi’ cumbuan dari sang pemuda. Miss Anna bangkit dari duduknya, dan melangkah kearah meja, mengambil sebuah dildo yang baru ia beli dari toko online.

Tadi siang bu Hesti sekarang Miss Anna. Ada apa sih dengan dua wanita ini? Mereka sudah bersuami, kenapa gak minta suami mereka untuk ‘menyenangkan’ diri mereka. Hahh. Ini sebenarnya hari apa sih? aku gak tahu ini hari keberuntungan atau hari sial dalam hidupku.

Sabtu? Malam minggu... pantas saja...


Pemuda itu bangkit dan melongok keluar ruangan, memastikan situasi disekitaran. Iapun menutup lantas mengunci ruang kelas itu. Galih tahu, bila ia menolak dengan alasan khasnya, wanita yang tengah dilanda birahi itu tidak akan mendengarkan. Bahkan akan terus merengek sampai kemauannya terpenuhi.

Please, suamiku baru pulang besok, aku juga sudah lama gak lakuin ini.” Bujuknya.” Gak usah lama-lama fifteen minutes is enough..”

Diambilnya dildo berwarna pink dari genggaman Anna. Lalu pemuda itu meminta Anna untuk menghadap dinding dekat pintu, sekedar bejaga-jaga bila ada yang hendak masuk keruangan ini. Galih cepat menyingkap rok putih yang membalut paha sintal itu. Lalu celana hitam berenda itu ditariknya seraya menyorong tubuh Anna sedikit menungging.

Bibirnya ia bekap diantara belahan pantat putih Anna lalu lidahnya mulai menyibak lubang dubur berwarna merah terang. Sejurus kemudian lidah Galih sudah semakin dalam menusuk lubang anus Anna dengan mudahnya.

Sepertinya sang suami sudah mulai rutin melakukan anal sex dengannya. Terlihat dari bentuk lubang anus yang sedikit mencuat dan lebih keriput. Tercium sedikit aroma keringat bercampur dengan aroma khas yang keluar dari dalam sana. Namun tidak sedikitpun menyurutkan minat Galih untuk mencumbu guru lesnya itu.

SLUUURRRPPP SLREUIUUUUUPPP

Jilatan itu rasanya cukup untuk membuat dildo kecil itu melesak dengan mudah, Galih kemudian mengocok dildo itu beberapa saat hingga membuat Anna melenguh dan merintih.

PLOOP PLOOOP PLOOOOP

Berkali-kali lengan Galih mendorong keluar masuk dildo pink itu. Bahkan sesekali Galih mengarahkan pada lubang didepannya, berharap sang pemilik liang ini akan segera mencapai nikmat dan tidak akan merengek seperti anak kecil.

CLOOOKKK CLOOOOKKK

Entah Anna yang terlalu nafsu karena lama tidak mendapat sentuhan dari sang suami, atau karena Galih yang terlalu brutal mengocok kedua lubangnya. Belum sesuai waktu yang dikehendaki, Anna sudah menyemburkan mani kentalnya. Untuk kali ini Galih berinisiatif menjilat lelehan lendir itu. mencucrupnya hingga kering

ACHHHH....

HUUUH...

ASCHHHHH

Anna menyelesaikan orgasmenya sambil menikmati sensasi jilatan Galih dari belakang. Meminum cairan kewanitaannya dengan nafsu dan menggemaskan. Achhh so smart Galih.

Tak lama ujianpun dimulai. Miss Anna kebetulan menjadi pengawas dikelas Galih. Sambil menyelesaikan deretan soal grammer. Galih memperhatikan raut wajah miss Anna yang tengah menahan geli. Karena sebelum ujian dimulai, Galih memasngkan dildo itu kembali kedalam lubang anus Anna dan menahannya dengan celana dalam. Saat ini, posisi duduk Anna pasti tidak menyenangkan, itu kenapa ia memilih untuk berdiri meski sepatu yang digunakan pasti akan membuat ia pegal berdiri terlalu lama. Sesekali Anna menggoyang pinggulnya dengan muka menahan desah yang, begitu menyiksa.

Setelah semua menyelesaikan tasknya. Anna bergegas keluar ruang dengan menyisakan jejak suara desah yang lirih.

Damn you, Galih. you make me hold all this... ACRRRHHHHH



~~~ Secret and Desire ~~~


~~~ PoV Galih ~~~

Hari ini memang hari yang sangat sial bagi diriku. Sejak pagi rentetan kesialan tak henti menghampiri hariku yang seharusnya menyenangkan. well, sejak aku berkata jujur pada Danilla aku seolah tidak menyimpan beban sama sekali. Apa pun yang kulakukan serasa menyenangkan dan sekali lagi tanpa beban.

Tetapi untuk mendapat itu aku harus membayar dengan harga yang tidak murah. Bu Arum nampaknya marah besar terhadapku, saat aku bilang aku telah mengungkakan semuanya pada Danilla. Begitu juga dengan dia yang sampai saat ini tidak membalas satupun pesan yang ku kirim. Benar kata mama saat itu, aku harus siap kalau ini yang aku pilih.

Seharian ini, aku berhasil dikerjai oleh dua orang guruku, bu Hesti guruku di sekolah dan Miss Anna guruku di tempat kursus bahasa Inggris. Keduanya seolah kompak ingin aku cumbu hari ini. Heran mereka berdua. Heran aku. Mereka berdua sama-sama bersuami, namun nafsu mereka begitu menggebu-gebu.

Kesialan terakhir yang aku peroleh hari ini ketika salah satu teman kursusku mengajak aku untuk ikut merayakan hari ulang tahunnya. Aku menyetujui ikut mereka karena aku tidak tahu Samuel akan merayakan pesta ulang tahunnya di tempat ini. Kalau aku tahu sebelumnya, aku pasti akan menolak.

Sekarang aku terjebak pada tempat yang paling tidak ingin aku masuki, ya, Club malam. Saat diparkiran tadi aku berusaha menolak untuk ikut masuk dengan alasan “anak sma gak boleh masuk kedalam tahu” Namun alasan itu terbantahkan kerena Jean mengambil KTP di dompetku dan memperlihatkan usiaku sebenarnya. Jadi secara legal aku sudah boleh berada disini

Aku heran kenapa orang-orang itu begitu suka tempat ini. Apa menariknya sih ‘joget-joget’ dengan musik kurang berkelas itu. Aku yakin mereka sama sekali tidak menikmati kualitas musiknya, bagaimana mungkin, hampir dipastkan mereka mabuk oleh cairan yang berkali-kali mereka tenggak.

Untungnya, tadi sebelum masuk aku menemukan earplug disaku celana, mungkin sisa penerbangan tempo hari. Sehingga telingaku tidak harus mendengar hentakan dari seorang DJ yang tak henti-hentinya menghentakkan payudara besarnya itu.

Meski mama tidak sepenuhnya melarang, aku tidak suka minum alkohol, aku tidak suka baunya. Menyengat dan bikin pusing. Beruntung mereka menyediakan kopi, sehingga aku tidak bosan bila hanya duduk pura-pura ngangguk-ngangguk.

Tak lama, teman-temanku itu termasuk Jean dan Romi yang belum lama ini jadian turun kebawah untuk berdansa. Aku tidak ikut, karena aku tidak tertarik sama sekali berjoget dan melihat lebih dekat wajah wanita-wanita berpakaian seksi itu, yang wajah cantiknya berubah jelek karena pengaruh alkohol.

Aku memilih duduk disini, disibukan dengan gadget dan secangkir kopi yang ketiga.




chapter-17.jpg


Mataku mulai terbiasa dengan semburat warna-warni dari depan sana. Aku coba layangkan pandangan hingga aku menemukan sosok yang cukup aku kenal. Seorang wanita berambut panjang tengah duduk bermesrahan dengan sorang wanita berparas bule.

Pandangan kami akhirnya bertemu, hingga wanita itu akhirnya berdiri dan melangkah menghampiriku.

“Galih... ngapain anak SMA disini.... hihi” Sapa mba Icha, terdengar menjengkelkan.

Aku terpaksa melepas earplug yang kupakai. Agar aku bisa mendengar perkataan yang keluar dari wanita tinggi semampai itu. “ehh mba Rissa, sama siapa?sama pacarnya ya” aku coba menerka

“Mantan,,!!” Ia menjawab dengan cepat seraya matanya memperhatikan mejaku.” Loe sama teman-teman kamu ya?”

“Ya, tapi....”

“Keluar yuk!!”

Mba Marissa mengajakku keatas ke sebuah cafe yang lebih manusiawi, ya meski tetap memutar musik elektronik namun tidak ditemukan pemandangan senonoh yang menjijikan. Kami memlih kursi dekat jendela dan memesan kopi hitam. Sejauh hidungku mengendus, aku tidak menemukan jejak aroma alkohol keluar dari bibir mbak Rissa. Nampaknya dia bukan peminum.

“Loe beneran mirip sama cowokku deh, sama-sama gak suka tempat ginian.”

“Dari mana mba Icha tahu?”

“Tahu dong, meja kamu penuh minuman, tapi kamu memilih minum kopi, bahkan sampai 3 cangkir, apa lagi artinya coba, selain kamu tidak nyaman ditempat ini. Apa lagi dari tadi kamu pakai earplug kan?” Tebakan mba Icha benar semuanya. Cerdas.

“hehehe” Terkekeh aku mendengar tebakan mbak Icha.

Kamipun berbincang santai, saling bercerita kenapa kami berdua bisa berada ditemnpat ini secara kebetulan. Aku suka sekali melihat cara mba Icha tertawa ketika ia menertawai bagaimana aku tadi mencoba beralasan agar tidak ikut masuk kedalam club. Siapapun yang mendengar pasti akan tertawa sih. Aku juga tertawa.

Aku pikir seorang wanita lesbian akan sulit didekati. Jangankan ngobrol sedekat dan sehangat ini, aku pikir mereka bahkan akan langsung merasa ilfil bila berdekatan dengan lelaki. Ternyata tidak begitu, selama ini aku telah memperoleh informasi yang salah, bahwa wanita lesbi benar-benar akan menolak lelaki dalam bentuk apapun.

Berkali-kali mba Icha bercerita tentang sesosok lelaki, yang sedari tadi coba ia banding kan denganku. Sama-sama tidak suka tempat dugem, sama-sama suka musik aneh, sama-sama suka baca komik dan banyak lagi pembanding yang lain. Entah apa maksud mba Icha, aku hanya menjadi pendengar yang baik.

Yang jelas, lelaki yang menjadi topik pembicaraan kita selama hampir setengah jam ini, aku yakini adalah lelaki yang telah mengubah pilihan hidup mba Icha. Berapa beruntungnya lelaki itu.

Marissa Agustine tidak hanya cantik dan tinggi. Namun dari nada bicara dan pemilihan kata yang keluar dari bibirnya, aku tahu dia wanita yang cerdas dan penuh kepedulian. Aku yakin betul, dia bukan seperti ‘mbak-mbak nakal’ dilantai dansa sana. Dia lebih seperti seorang, kakak.

Posisi duduk kami semakin dekat, bahkan mba Icha tidak segan merangkulku agar obrolan kami semakin dekat dan sedikit intim. Tetapi bukian intum kearah sana, karena kami menjadikan photography sebagai topik yang menurut kami ‘intim’

“Ohhhhh..... jadi gara-gara cewe ini yaah??”

Seseorang yang cukup kukenal suaranya, tiba-tiba menghampiri. Aku coba memperhatikan lebih lebih jauh untuk memastikan siapa seseorang yang tengah berdiri didepanku itu, bersama dengan seorang lelaki yang juga aku kenal selama ini.

“Mas Ivan, mba Paula...”

“Jadi, karena cewe ini, lo tega mutusin Danilla gitu saja??”

“Woy, Danilla itu teman gue, berani lo nyakitin dia, lo berhadapan dengan gue. Tahu lo....”

Stop right there. Sejak kapan aku mutusin Danilla, karena kami sesungguhnya tidak pernah jadian. Melihat dari wajah emosi mba Paula dan mas Ivan, aku yakin Danilla sudah bercerita sermuanya. Tetapi nampaknya mereka salah paham, atau mereka mendapat informasi yang salah.

Tidak ingin membuat keributan ditempat ini, aku mengajak mereka ke parkiran. Ketempat yang lebih tenang agar aku bisa menjelaskan semua. Dua orang didepanku ini memang sahabat terdekat Danilla, dan aku tahu betul mereka akan melakukan apapun untuk sahabatnya itu. Tapi...

“Sekarang lo jelasin, kenapa lo tega nyakitin Danilla?” Seru mba Paula yang memang berperawakan layaknya cowok.

Mas Ivan nampak jauh lebih emosi, dia meremas kerah bajuku, dan mengangkatnya keatas. “Lo tahu gak, Gue gak nyangka selama ini kalian ternyata jadian, dan tiba-tiba Danilla datang curhat kekita sambil nangis-nangis.”

BUUGG

Sebuah pukulan mendarat tepat diperutku, membuat aku tersungkur keatas aspal parkiran. Aku bisa saja membalas mas Ivan dan membuat dia pingsan seketika. Tapi kalau aku lakukan itu, aku akan membuat ini semakin runyam. Ditambah, aku akan melanggar janjiku kepada mama untuk tidak lagi berkelahi., Mama takut kalau aku lepas kendali lagi, pertama dan terakhir aku memukul seseorang adalah ketika aku masih SMP, ketika aku menghancurkan gigi dari guru pedofil itu.

BUUKKK

Saat wajahku menengadah sebuah kepalan melayang. Tepat mengarah kepipi. Rupanya benar rumor yang beredar, kalau mba Paula memang menyeramkan ketika marah. Dan pukulan itu cukup membuat aku geliyengan, aku mulai gak sadarkan diri

Yang kurasakan hanyalah tuhuhku kembali diangkat, lalu perutku kembali merasakan hantaman, entah itu pukulan atau tendangan.aku tidak tahu. Aku keburu jatuh tak sadarkan diri.



Aku langsung terjun kealam gelap.

Gelap, hingga hanya sesosok wajah yang bisa aku lihat.


Ya wajah Danilla.

Apakah luka itu begitu sakit?

Kalau memang iya aku terima pukulan dari kedua sahabatmu ini..

Maaf kan aku, aku tahu kamu tidak mendengarnya, tapi perayalah

aku menyesal.


Kamu tahu kan aku gak pandai berbohong?



AKAN TERUS BERLANJUT
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd