Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
48 - Gairah Terpendam Para Preman Kampung
POV : Ai Ling

MEOINA9_t.jpg

Ai LIng

MEK2W7B_t.jpg

Pak Imron

MEPTLHI_t.jpg

Elena & Ayen


Wanita mana yang tidak bahagia dan bangga bila dirinya diperhatikan oleh banyak pria. Diperhatikan para bapak-bapak di warung ini tentu sangat memenuhi hasratku sebagai seorang wanita, asalkan hanya sebatas melihat. Lebih dari itu tidak mungkin aku tinggal diam karena wanita juga punya harga dirinya.

Dalam warung ini semua pria dalam warung sedang memperhatikan diriku. Sambil menunggu abang tukang nasi goreng menjawab pesananku, kuhitung sekilas jumlah orang di sana tanpa ketahuan. Terdapat sekitar 13 orang pria sedang nongkrong tersebar memenuhi seluruh bangku meja warung. Di sana hanya ada 5 meja panjang yang berbeda ukurannya dan sudah kumuh. Warung ini sangat kotor dan tidak terawat. Para tamu yang datang semua orang-orang yang gak benar. Tampilan mereka lebih cocok disebut preman kampung. Kalau sudah begitu pasti orangnya barbar, kasar, bodoh, miskin, dan kotor. Tidak seperti kami-kami ini latar belakang keturunan Tionghoa yang bersih, terawat dan berpendidikan. Hanya saja nasib kami kurang beruntung harus tinggal di kampung kumuh ini.

"Bang...!!! saya pesan nasi goreng 4 piring ya....!!! sahut ku kepada abang si tukang masak nasi goreng yang keliatan masih usia pemuda.

"Ok cikk.... mau pake telor ayam atau telor abang...?! hehehe...." candanya.

"Maksudnya apa bang ?! Yang pasti pake telur ayam donggg...!!! tegasku kesal.

"Maappp... cuma becanda...hehehehe....minumnya apa....??" balasnya.

"Teh manis dingin saja...." jawabku.

"Mau semanis apa cikkk.... semanis dirimu kah?! hahahaha...!!! candanya

"Terserah abang dehhh... capek aq ngomong sama abang..." kataku kesal.

"Cewek cina jutek amattt.... gak bisa diajak becanda..." katanya.

"Ya orang lagi serius mau pesan tapi diajak canda...!!" kataku semakin kesal. Si tukang nasi goreng itupun terdiam dan kesal mendengar perkataanku.

Setelah itu akupun berjalan kembali ke meja kami. Di tengah melewati hadapan para pria, tiba-tiba dari belakang ada seorang bapak yang menepuk bokongku. Plookkk....!!!

"Halo amoy cantik... berapa sekali tarifnya kalau sekali pakaiii.... ??!! tanyanya mesum.

Aku menatap wajahnya dengan tatapan marah dan berkata: " Hati-hati kalau bapak bicara....!!! "

"Hohoho... pelacur sok suci rupanya....!!!" Plokkkk....!!!! katanya sambil menepuk pantatku sekali lagi dilanjutkan mengelus.

"Singkarkan tangan bapak... bajingannn....!!! balasku menepis tangannya.

"Kau yang cina bajingannn.... pelacur ya tetap pelacurrr.... jangan belagak sok suci lu moyyyy....!!!! bentaknya.

"Dasar pribumi bajingannnn.....!!! Mesummmm...!!! bentakku membalas.

"Wahhh...waaaahhhh...waaaahhhh.... amoy pelacur ini sudah menghina kita nihhhh.....!!!! Harus dikasi pelajaran biar kapokkkk....!!! sahutnya memprovokasi bapak-bapak yang lain.

"BETULLL....!!! Kita perkosaaaaaa saja itu amoyyyy....!!! jerit salah seorang.

"SETUJUUU...!!!! PERKOSAAAA SAMPAII PUASSS...!!!! jerit salah seorang yang lain.

Tanganku ditarik si bapak yang menepuk pantatku tadi hingga aku duduk di pangkuannya. Tangannya dari belakang meremas payudaraku dengan keras. Mulutnya berusaha mencium leherku dan telingaku.

Diperlakukan begitu, akupun memberontak hendak melepaskand diri namun ditahan olah rangkulan kuat salah satu lengannya yang melingkari perutku. Semua tamu-tamu yang lain bersorak girang.

"Ayoookkk bangggg....beri pelajarannnn sama itu amoyyy... PERKOSAAAA...!!!!!

" SIKATTT BANGGGGG....!!!!

"JANGANNNN KASI AMPUNNN.....!!!!

Tubuhku diseret paksa dibaringkan di atas meja panjang. Kakiku meronta-ronta sehingga seorang pria lain menahan kedua kaki hingga gak berbisa bergerak. Begitu pula dengan kedua pergelangan tanganku dicengkram dengan kuat lalu ditahan diatas kepalaku.

"Lepasssskaaaannnn.... lepassssss.....!!!! jeritku.

Mendengar suara jeritku, si bapak ini berusaha membungkam mulutku dengan mencium bibirku. Aku mengeleng-gelengkan kepala sehingga dia agak kesulitan.

Asen menyadari aku dalam bahaya dan berusaha ingin menolongku. Namun dia cuma sendirian, dengan mudah dia ditahan oleh beberapa orang, salah seorang pria lain meninju perutnya hingga kesakitan.

Elena dan Ayen juga sedang dikerjai oleh pria-pria lain. Aku dalam posisi terhimpit tidak mampu lagi melihat kondisi mereka. Yang jelas mereka juga menjerit-jerit minta dilepaskan oleh para pria yang ingin melucuti pakaian mereka.

Karena aku terus memberontak, bapak ini mengeluarkan sebuah pisau belati dan diarahkan padaku.

Heiii Amoyyy....sebaiknya lu turuti apa mau saya atau lu dan anak lu bakal terluka.... coba lu lihat ke anak laki luuu...." bisiknya. Kulihat ke arah Asen, beberapa pria mengeluarkan parang dan celurit sedang mengancam Asen.

Sebagai seorang ibu, aku tidak punya pilihan lain karena tidak ingin ASen terluka. Aku memilih pasrah demi keselamatan anakku.

"Naaahhh kalau begitu kan bagus... saya tidak ingin kasar kalau tidak terpaksa..." bisiknya pada telingku. Lalu dia mengarahkan pisaunya pada perutku. Terasa sentuhan dinginnya logam pada kulit perutku. Sejujurnya aku takut sekali sampai gemetaran. Dalam keadaan kaku ketakutanku, ada seorang lagi pria menangkap salah satu tanganku, dan seorang lagi menahan kedua kaki ku dari bawah. Satu tanganku lagi digenggam oleh bapak yang sedang mengancamku dengan pisaunya.

Aku benar-benar tidak bisa melawan lagi.

"Sreeettttt....srrrreeetttt....." pisau belatinya memotong pakaianku yang tipis dari bawah sampai atas hingga kelihatan BH hitamku.

"Ckckckckckck... tetek amoy memang mulussss....." kata si bapak.

Kupasrahkan buah dadaku yang masih tertutup BH dilahap dengan penuh nafsu oleh si bapak. Pisau belatinya diletakkan di meja, lalu tangannya meraba sengkanganku yang masih tertutup celana dalamku. Sebagai wanita normal, diperlakukan seperti ini membuatku sangat terangsang meskipun aku terpaksa karena ancaman. Hatiku jujur berkata pada diriku bahwa ini nikmat sekali hingga tanpa sengaja aku melenguh. Vaginaku sudah basah akibat dielus secara intens oleh bapak ini.

"Hehehee.... enak ya Moyyy..." bisik si bapak namun tidak kujawab.

Para pria mengelilingi aku yang terbaring diatas meja sambil tertawa karena sedang dinikmati oleh salah seorang bapak. Berbagai ucapan hinaan dan cercaan yang merendahkan diriku keluar dari mulut mereka hingga kata-kata rasis.



"HENTIKANNN...!!! Ada apa ini...?! tiba-tiba ada suara seruan seorang lelaki yang rasanya kukenal.

"Bossss....!!! Kami lagi asikk bos... tengah malam ada hidangan lezat bosss....!! kata salah seorang pria. Setelah lelaki yang berseru itu mendekat, ternyata memang ku kenal.

"Linggg...!!! Kok lu bisa di sini...??? tanya Pak Imron.

"Paaaakkkk...tolong akuu....!!!! aku merengek pada Pak Imron.

"Kalian cepat lepaskan mereka semua...!!! perintah Pak Imron. Semua bapak-bapak itu berhenti bertindak keras pada kami semua. Rupanya semua pria di warung ini adalah anak buah Pak Imron. Warung ini adalah tempat kumpul para preman kampung.

"Kalian tahu gak... cicik ini sudah banyak nolongi saya...!!! kata Pak Imron seakan menceramahi semua orang di sana.

"Biar kau semua tahu kalau anak cicik ini adalah pacar anak aku... jadi kalian sudah menjahati salah seorang keluarga aku....!!! tegas Pak Imron.

"Ohhh maaf kami Bosss... kami orang mana tahu....",

"Iyaa Bosss.... kalo bos gak bilang mana kami tahu...!!!

"Betul bosss... kalau bos tadi lebih cepat kesini kami kan ngak apa2in itu amoy..."

"Lingggg... maafin anak buah bapak yaaa..." kata Pak Imron padaku.

Sebenaranya aku bisa saja memaafkan mereka. Tapi gimanapun juga wanita punya harga diri yang gak boleh keliatan terlalu gampangan. Aku harus berpura-pura menolak.

"Gak bisa Paaaakkk... liat Pak pakaian aku sampai koyak begini...." protesku sambil menutupi tubuhku dengan kaos koyak. Bapak yang memotong pakaian aku itupun memalingkan wajah tidak senang.

"Heeeeiii Ucokkk...!!! Kau cepat buka baju kau itu kasi ke cicik ini... semua gara-gara ulah kau yang gak punya otak..!!! perintah Pak Imron.

"Udah laaaahhh.... Bos ambil aja jaket aku... kasi ke amoy sialan itu...!! jawab kesal si bapak yang namanya Ucok.

"Gak usah lagi deh Pak... aku juga gak mau... jaketnya juga udah kotor... biarin aja... kami udah mau pulang sekarang, tapi gak tahu jalan pulang Pakkk...." kataku.

"Apa kalian tidak mau makan dulu sebelum pulang...? tawar Pak Imron.

"Gak usah Pakkk... udah gak selera makan... kami mau pulang saja..." kataku.

"Ya sudah kalau itu maunya.... sini biar bapak saja yang nyetir mobilnya... gak usah repot2 ajari jalan, nanti tersesat lagi..." usul Pak Imron.

"Heeeiii Cokkkk... cepat kau ikut bawa motor kau itu... nanti sampe ke rumah cicik ini kau bawa aku pulanggg....!!! perintah Pak Imron.

"Dann satu lagi... kalian berdua juga ikut.... habis dari rumah cicik ini, kalian bertiga berurusan dengan aku....!!! tambah Pak Imron mengajak dua orang pria lagi yang tadi menahan kaki dan tanganku.

Kami segera bergegas masuk kedalam mobil ingin segera pulang ke rumah. Pak Imron duduk di kursi pengemudi dan aku duduk di sampingnya. Asen, Elena dan Ayen duduk di baris belakang. Kami segera berangkat meninggalkan warung preman itu. Di belakang ada Pak Ucok dan dua rekannya yang lain mengendarai sepeda motor mengikuti kami.

Lega rasanya bisa selamat dari kerumunan preman-preman kampung itu. Untung ada Pak Imron yang datang ke sana. Ku bayangkan kalau tidak ada Pak Imron, apa jadinya kami semua.

"Terimakasih ya Pakkk.... untung bapak datang..." kataku.

"Sama-sama Linggg.... itu bapak sudah telat... andai bapak datang lebih awal, mungkin Aling belum sempat di apa2in sama mereka..." kata Pak Imron sambil mengendarai mobil.

"Iya sih... biar telat yang penting bapak sudah datang ya sudah..." kataku.

"Buat bapak yang penting Aling dan keluarga bisa selamat...." kata Pak Imron.

"Terimakasih ya Pakkk....." kataku lalu tanganku mengelus-elus paha Pak Imron sebagai ungkapan terimakasih sudah ditolongnya.

Mandadak turun hujan yang tidak terlalu deras dalam perjalanan. Sekilas aku melihat ke kaca tengah, Asen Elena dan Ayen sudah tertidur di belakang. Sinar sepeda motor menarik perhatianku ke belakang mobil. Terlihat Pak Ucok dan dua rekannya kehujanan masih mengikuti kami.

"Kasihan anak buah bapak kehujanan di belakang....." kataku.

"Biarkan saja dia... itu hukuman buat mereka gara-gara sudah bikin macam-macam sama Aling...." kata Pak Imron.

Sangkin asik ngobrol, aku kelupaan kalau pakaianku sudah koyak terbelah dua. Kadang aku tertawa lepas sambil menepuk lengan atas Pak Imran. Akibatnya aku lupa menutup area dadaku. Buah dadaku yang mengintip dibalik BHku terbuka lebar.

Baruku sadari kalau sembari Pak Imron mengendari mobil, matanya turun sesekali melirik ke payudaraku. Aku jadi malu sendiri terdiam seribu bahasa, tiak tahu harus mulai pembicaraan apa lagi. Suasana mendadak menjadi canggung dan kaku. Pak Imron pun menyadari kalau aku menyadar dia sedang memperhatikan tubuhku. Mungkin diapun merasa malu dan ikut terdiam. Perlahan tangan dari perseneling berpindah ke pahaku.

"Lingggg... bapak rindu sama kamu sayanggg...." kata Pak Imron lembut. Aku hanya tersenyum menatap matanya yang melihat jalan sesekali melirik ke dada dan pahaku. Kulit pahaku yang mulus merasakan gesekan kasarnya kulit telapak tangan Pak Imron yang mengosok pahaku maju mundur.

"Lihat jalan Pakkk... terus bahaya loo lagi hujan mengendarai mobil pakai satu tangan...." kataku tapi membiarkan dia menyentuh pahaku. Tangannya semakin menjalar ke dalam selangkanganku tapi pandangannya mengarah ke jalan.

Ku biarkan saja dia bebas meraba diriku. Pengen lihat sejauh mana dia berani bertindak pada diriku. Akibat kubiarkan, Pak Imron semakin berani bertindak jauh. Jarinya mencoba diselipkan ke dalam celanaku terus melewati celana dalam. Aahhh..terasa geli bulu2 kemaluanku disentuh jarinya.

"Aaahhh.... aduhhh Paaakk...geliii......" desahku lembut.

"Memek lu udah basah rupanya.." kata Pak Imron.

Tiba-tiba mobil kami melalui jalanan yang rusak parah. Mobil kami berguncang keras hingga Pak Imron tangannya terpaksa kembali ke stir mobil.

"Tuh betulkan apa aku bilang... bahaya nyetir pake satu tangan...." kataku. Pak Imron hanya diam dan fokus mengendarai mobil.

"Miiii....udah mo nyampe rumah belom..?? tanya Asen terbangun

"Sabar dulu... sebentar lagi udah sampai rumahmu...!!! seru Pak Imron.

"Cepetan laaa Pakkkk.... udah ngantuk kali pengen tidur.." keluh si Asen

"Bapak juga pengen cepat Sennn.... cuma ini jalanan rusak kali, gak bisa buru-buru..." jelas Pak Imron agak kesal. Ku tepuk2 bahu Pak Imron yang besar itu agar dia sabar dengan ucapan anakku. Diapun melirik padaku sambil tersenyum. Bola matanya naik turun menyoroti tubuhku.

Memang tidak lama setelah itu, akhirnya kami sampai di rumahku dengan selamat. Kami semua turun dari mobil dengan rasa lelah sekaligus lapar.

"Pak...? Dimana Pak Ucokk...??? tanyaku heran. Perasaan tadi masih mengikuti mobil kami dari belakang.

Tidak seberapa lama Pak Ucok dan kedua rekannya sampai juga. Namun dia tampak agak kotor. Setelah mendengar penjelasannya, rupanya sewaktu melewati jalanan rusak, sepeda motornya sempat tergelincir jatuh. Katanya dia menabarak sebuah lubang yang dalam yang tidak dilihatnya karena memperhatikan dan mengikuti mobil kami.

Kelihatan lutut dan mata kakinya yang sebelah kanan lecet berdarah karena dia mengenakan celana ponggol dan sendal jepit. Beberapa bagian tangan juga lecet ringan. Cara berjalannya agak pincang karena terkilir akibat jatuh dari sepeda motor.

"Kualat kau... gara2 kau macam2 sama cicik ini jadi kena kau...!!! Hujat Pak Imron

"Udah Pakkk... !! Kasian looo... orang lagi kesakitan begitu masih bapak maki..." kataku membela Pak Ucok karena aku merasa tidak seharusnya orang dimarahi saat dalam kesusahan.

Kupersilahkan mereka masuk kerumah agar Pak Ucok diberikan obat luka, kebetulan di rumahku ada kotak P3K. Lagipula diluar masih hujan, ada baiknya berteduh dulu di rumah.

Sebelumnya aku masuk ke kamar untuk berganti pakaian rumahan lalu membawa kotak P3K.

Pak Ucok sedang duduk di sofa ruang tamu tampak menahan sakit akibat luka. Aku bermaksud ingin mengobati tapi ditahan Pak Imron.

"Ling... udah biar dia sendiri yang obati diri sendiri, gak usah lu bantu... salah dia sendiri bawa motor gak pake mata...!!! Ujar Pak Imron.

"Ya udah cik... aku pake sendiri aja..." kata Pak Ucok maka kubiarkan saja.

Perutku terasa keroncongan karena belum makan malam. Yang paling praktis itu, aku masak mie instant pakai telur. Kuundang Pak Imron dan Ucok dan dua temannya sekalian untuk makan bersama di rumah. Kuajak anak2 untuk makan ternyata mereka sudah pada tidur, karena memang sudah hampir pukul 11 malam.

Selama aku merebus mie instant, kedengaran olehku suara Pak Imron terus memarahi Pak Ucok dan temannya. Rasanya ada yang janggal dengan cara bicara Pak Imron. Menurutku Pak Imron ingin menunjukkan kehebatannya sebagai ketua preman. Dia seakan ingin mencari muka padaku dengan memaki2 anak buahnya sendiri dan memuji-muji kebaikanku. Buatku terkesan agak negatif karene terlalu berlebihan.
Selama makan bersama, Pak Imron terus mengucapkan kata-kata gombal gak berkualitas. Aku pura2 senyum dan tertawa saja seakan tergoda oleh gombalannya.

Para preman-preman duduk di meja makan dengan telanjang dada karena baju mereka sudah basah kuyup akibat kehujanan. Hanya aku dan Pak Imron yang berpakaian lengkap. Keliatan tubuh mereka berkulit gelap layaknya lelaki pribumi, kontras berbeda jauh dengan kulitku yang lebih putih. Tubuh mereka ada yang bergambar tato tidak jelas gambar apa itu.

Matanya terus melirik kepada tubuhku khususnya area payudaraku. Waktu itu aku memakai baju tidur setelan tanktop yang nyaman dipakai karena bahannya lembut dan longgar. Kalau aku membungkuk akan kelihatan payudaraku yang menggantung. Aku tahu Pak Ucok dan temannya juga mencuri-curi pandang melirikku.

Setelah makan malam, aku membereskan meja makan. Piring-piring ku bawa ke wastafel cuci piring. Rambutku kukumpulkan lalu kuikat sampai leherku tidak tertutup rambut. Dengan begitu aku lebih leluasa mencuci piring.

Tiba-tiba,
" Lingggg... kamu cantik sekali malam ini..." kata Pak Imron memelukku dari balakang sambil mencumbui bahu, pundak, dan bergeser keleherku tanpa dihalangi rambutku. Kumisnya membuatku geli saat menyapu kulitku.

"Ahhh Pakkk... geli ahhh..." balasku.

"Bapaaak rindu kamu sayanggg...." bisiknya, tangannya mulai menyusup kebalik pakaianku. Tangannya mengusap area perutku yang ramping.

"Jangan Pakkk.... ada Pak ucok di sana..." kataku.

"Biarin saja sayanggg... biar dia tungguin kita bersenang-senang.... ayoo sayannggg..." ajak Pak Imron.

"Jangan sekarang Pakkk...aaaahhh...aaaahh..." mulutku berkata jangan, tapi tubuhku menikmati saat Pak Imron meremas buah dadaku.

"Kenapa jangann.. tetek lu enak sekali sayanggg... bapak rindu sama kamu..." gombal mesum Pak Imron.

Tidak tahu apakah pengaruh ramuan Ki Jarwo atau kehebatan Pak Imron, tubuhku merasa nikmat sekali saat disentuh, diremas Pak Imron. Pikiranku sebenarnya ingin menolak tapi tubuhku ingin meneruskan.

"Ohhhh Paaakk.... jangan disini... nanti dilihat Pak Ucokkk.... " bisikku.

"Jadi maunya di mana?? " tanya Pak Imron.

"Di kamarku saja yaaa...." kataku melepaskan diri dari pelukkannya. Aku berjalan hendak menuju ke kamar tidurku dan disusul oleh Pak Imron. Tanpa kusangka dari belakang Pak Imron menangkapku lalu membopongku seperti anak kecil.

"Oiiii .... kalian tunggu aja di sini... awak ingin bersenang2 dulu sama cicik Aling... jangan kau ganggu..!!! Perintah Pak Imron kepada anak buahnya sambil kedua tangannya menggendongku. Dalam posisi begitu sebagai wanita dewasa sebenarnya aku malu diperlakukan begitu didepan orang lain.

Pak Ucok mencuri pandang padaku dan kami sempat bertemu pandang beberapa saat. Melihat tatapan Pak Ucok, naluri wanitaku berkata bahwa dia ingin mendekatiku tapi apa daya dia tidak mampu melangkahi ketuanya. Dia hanya mampu merasa sirik melihat Pak Imron menbopongku berjalan ke kamarku.

Sebelum sampai di kamar, mulut Pak Imron mendekati bibirku. Kami sempat berciuman sambil Pak Imron berjalan menuju ke kamarku. Aku agak risih tidak nyaman karena aroma mulutnya masih berbau bumbu mie instant yang tadi kami santap bercampur bau badan khas lelaki Pak Imron. Apa dayaku tidak bisa menolak karena telah masuk dalam dekapannya. Anak buah Pak Imron terus melihat ke arah kami dengan ekspresi sirik tanda tak mampu.

Sesampai di kamar,

"Selamat datang di kamarku Pakkk... sorry kalo kamarku agak berantakan.." kataku. Memang kamarku masih belum keburu aku rapikan. Lagipula ini kamar pribadi jadi tidak perlu terlalu rapi menurutku. Beberapa bajuku seperti piyama, pakaian tidur, BH dan celana dalam tergantung di gantungan baju.

"Gak apa-apa sayanggg... bapak suka lihat pemandangan kamar lu... apalagi lihat kutang-kutang Aling yang gantung di situ, kalo gak cukup gantungannya boleh digantung di rumah bapak.... hehehehe..." canda Pak Imron mendudukkan aku di ranjang.

"Itu udah bekas pakai lo Pakkk... udah kotor masa digantung ke tempat bapak... gak jijik emanggg...?! tanyaku sambil duduk di tepi ranjang menyilangkan kaki.

"Justru bapak suka yang bekas pakai Lingggg.... bapak suka bau bekas Aling.... bapak suka bau tubuh Alinggg......hehehe...." jawabnya mesum.

"Masa sihhh... coba buktiin..." tantangku. Pak Imron mendekatiku lalu jongkok di lantai dihadapanku.

"Bapak mau apa...? tanyaku.

"Bapak mau mencicipi seluruh tubuhmu sayanggg...." katanya pelan mulai meraba pahaku turun ke betis lalu menangkap salah satu kakiku.

"Bapak mau cicip mulai dari sini sayang..." kata Pak Imron mencium menjilati jemari kaki kiriku sampai seluruh bagian kakiku. Rasanya geli saat Pak Imron menjilati jemari dan telapak kakiku namun memberiku sensasi yang erotis. Dalam suasana kamar ini, aku terbayang bak seorang ratu yang dilayani budak lelakinya. Tidak puas hanya kaki kiri, ku sodorkan kaki kananku di wajah Pak Imron. Kaki kananku disambut dan langsung dijilati seperti kaki kiriku. Pak Imron seperti lelaki yang sudah bucin yang tergila-gila padaku. Tidak kusangka seorang ketua preman yang disegani seluruh preman kampung, malam ini takluk di bawah kakiku. Apa salahnya jika wanita yang menindas lelaki. Lagipula Pak Imron sudah mabuk asmara. Diperlakukan seperti ini, aku ingin mengeluarkan sisi liarku.

Ku tarik kedua kaki ku dari genggaman tangan Pak Imron membuatnya terkejut.

"Berdiri Pak...." perintahku dan Pak Imronpun berdiri mengikuti mauku. Kedua tanganku menekan ke ranjang untuk menopang tubuhku. Kuangkat kakiku lalu jemari kakiku kuarahkan ke area bawah perut Pak Imron. Telapak kakiku merasakan menyentuh sesuatu yang menonjol dari balik celananya, itu pasti penis Pak Imron yang belum terlalu keras.

"Buka celananya Pak... " perintahku. Seperti orang terhipnotis, Pak Imron mengikuti perintahku dengan menurunkan celana sekaligus celana dalamnya hingga penis hitam nya menyembul keluar. Sisi liarku muncul, kedua telapak kakiku memainkan penisnya. Bulu-bulu penisnya terasa geli saat menyapu telapak kakiku.

"Lepaskan pakaian bapak...." perintahku dan lagi-lagi Pak Imron menuruti apa mauku. Rasanya penis Pak Imron semakin mengeras akibat permainan kakiku.

"Linggg... boleh bapak lepaskan celana Alinggg....??? tanya Pak Imron. Aku hanya mengangguk tanda setuju. Dengan cepat Pak Imron menarik celanaku.

"Sekalian dengan celana dalamku donggg... nanggung amat..." protesku dan Pak Imron dengan sigap menarik celana dalamku. Sempat dia mencium bau celana dalamku sebelum dilempar ke lantai.

"Koq dicium Pak... kan bau ?! Aku dari siang tadi belum mandi looo...." kataku.

"Bapak kan sudah bilang... bapak paling suka bau Alinggg..." katanya.

"Kalau gitu buktikan...!!! kataku dan kulebarkan selangkanganku dihadapannya. Dengan segera kepala Pak Imron menyusup diantara kedua pahaku. Kedua kakiku menopang dipundaknya.

"Ooooohhhh Paaaaakkkkk....!!! desahku merasakan sensasi luar biasa pada vaginaku. Jilatan dan isapan penuh nafsu membuatku nikmat bercampur geli. Rasanya ingin terbang ke awang-awang.

"Ohhhhhh Pakkkk ppaaaa gakkk bau Pakkkk....??? tanyaku penasaran.

"Bauuu Lingggg.....srrruuuppp.....srrrruuppp....." jawabnya sambil menjilati kemaluanku.

"Bauuu apaaa...? tanyaku,

"Bau kencinggg Alingggg....hmmmm...hhhmmm....." jawab Pak Imron.

"Kalo bauuu jangaaannn dilanjutkannn...ooohhh...Paaaakkkk...." desahku.

"Biarinnnn Linggggg.... makin bauuu bapakk makinnn sukaaa....srrruuuppp...srrrruuuppppp....." katanya makin liar menjilati vaginaku.

"Kalo sukaaa terusssinnn Pakkkk.... enakkk bangetttt.....teruusssss....!!!

Benar-benar lelaki yang sudah mabuk cinta padaku. Vaginaku yang bau begini juga mau dijilati olehnya. Ini yang kusuka dari cara lelaki pribumi memperlakukan wanitanya, tidak seperti suamiku yang maunya serba wangi dan bersih. Vaginaku makin becek seiring dengan gejolak nafsuku yang semakin memuncak.

Kuhentikan jilatan Pak Imron. Kubalikkan badanku lalu nunggung membelakangi Pak Imron. Wajahnya tepat berhadapan dengan pantatku.

"Lanjutin Pakkkk...." perintahku sambil kulengak-lengokkan pantatku untuk memancing gairahnya. Penasaran apakah Pak Imron masih berani menjilati area pantatku. Ternyata dia memang berani, garis selangkanganku dilebarkannya lalu lidahnya menyapu mulai dari lubang vagina sampai lubang anusku. Sensasinya benar-benar luar biasa nikmat.

"Linggg....kontol bapak sudah gak tahan... bapak minta lubang bool lu yaaa.....!!! pinta Pak Imron.

"Iyaaa Pakkk.... terusin ajaaaa...." jawabku. Pak Imron naik ke atas ranjang. Penisnya yang panjang diarahkan pada lubang anusku.

"Aaaaarrrrrrgggghhhh.....!!!! Jeritku merasakan perlahan penisnya melasak masuk kedalam lubang anusku.

"Sakit ya Lingggg....??! Abis sempit kali lobang bool lu....!!! kata Pak Imron mulai menyodokku dari belakang.

"Sssshhh.....aaaahhh...Sssshhhh......sakittt Pakkk...pelaaann-pelannn....." aku mendesis menahan perih bercampur nikmat saat sodokan demi sodokan menghantam lubang pantatku. Penisnya terasa kesat melesak ke rongga anusku.

"AAAAAAHHHH.....AAAAAHHHH.....OOOOUUUHHHH.....OOOOUUUHHHH.....!!!

Hantaman Pak Imron begitu kasar. Jepitan rambutkan sampai terlepas dari kepalaku sehingga rambutku terurai tidak beraturan. Bahkan Pak Imron menjambak rambutku sampai kepalaku terdonggak ke atas.

"Plok...plok....plokkk...." suara bongkahan pantatku dan paha Pak Imron saling bertepuk kencang. Rasa perih pada anusku bercampur dengan nikmat. Dengan sekuat tenaga di menyodok pantatku dengan penisnya.

"Aaarrrrhhh...anjinggg...enakkk kali booolll lu Lingggggg.....aaaaarrhhh....aaaarrrrhhhh....!!! erang Pak Imron diiringi dengan makin kencang saja. "AAAARRRRRHHHHH...!!! Pak Imron memuntahkan spermannya pada anusku.

Nafas Pak Imron terdengar amat berat gara-gara terlalu memaksakan diri untuk mengenjotku dari belakang. Dia tampak kelelahan terbaring di sampingku.

"Pakk.. koq semangat banget malam ini...??? tanyaku berbaring di sampingnya.

"Iyaaa sayanggg... bapak sudah lama pengen ngentot sama Aling...hah..haaah.." jawabnya dengan nafas panjang.

"Terlalu bernafsu bapak ini..." ledekku.

"Aling yang bikin bapak napsu... siapa yang tahan lihat Aling yang cantik seksii...." katanya kelelahan. Melihat Pak Imron yang kelelahan menjawab aku, ada baiknya aku berhenti bertanya.

"Linggg... bapak rehat dulu sebentar yaaa...." kata Pak Imron, tidak berapa lama Pak Imron terlelap.

Ku perhatian jam dinding sudah pukul 2 subuh. Kurang lebih sekitar satu jam kami bersetubuh. Menurutku untuk usia Pak Imron yang sekarang ini sudah cukup tahan lama namun usia tidak bisa bohong.

Tidak tahu kenapa aku belum bisa tidur, mungkin karena tak terbiasa ada orang asing di sampingku. Apalagi kami sama-sama masih telanjang bulat. Teringat masih ada anak buah Pak Imron di ruang tamu. Aku kuatir jangan-jangan nanti mereka mencuri barang-barangku kalau tanpa diawasi. Paling tidak sesekali harus dipantau agar tidak macam-macam. Gimanapun juga mereka itu preman gak boleh yang gak boleh dipercaya.

Kukenakan kimono merah bahan satin halus yang tergantung di kamarku. Aku paling suka baju tidur model begini karena paling gampang dikenakan tanpa perlu mengenakan apa-apa di dalam. Tinggal diikat saja kedua tali dipinggangku sudah menutupi tubuhku dari atas sampai ke atas pahaku.

Ternyata apa yang kuduga benaran terjadi. Mereka sedang mengeledah satu per satu laci dan rak di perabot ruang tamu, kecuali Pak Ucok yang sedang duduk santai di sofa ruang tamu sambil merokok.

"Bangggg...!!! Apa yang kalian lakukan di rumahku...?? bentakku. Mereka semua terkejut melihat kearahku. Mereka semua menatap tubuhku dengan tatapan seakan tidak percaya.

"Cuuuittt...cuittt...!!! Udah puas cicik dientot sama pak ketua...?! hehehehe...." ucap Pak Ucok

"Persetan sama kalian.... jangan macam-macam di rumahku... cepat kalian keluar dari rumah akuu...!!!! bentakku.

"Hahahahahaha.... bang, cewek cina kalo marah koq makin mengoda aja yaaa....??!! kata pria yang lain.

"Betul banggg.... awak suka cewek judes model begini... kalau diperkosa pasti suaranya enak didengar... kayak dia lagi marah.... " kata pria yang satu lagi.

"HAHAHAHAHAHA...!!! mereka semua menertawakan aku dengan ekspresi mesumnya.

"Shhhhtt....!!! Jangan ketawa dulu banggg.... oi cikk...mana pak ketua....?! tanya Pak Ucok

"Lagi ketiduran di kamar... udah kalian pergi dari rumahku....!!!! desakku.

"Ohhh...payah si ketua... masa kalah sama amoy cina ini...hehehe... pasti lu belum puas dientot kan cikkk.... hahahahaha...!!! kata Pak Ucok berdiri dari sofa melangkah mendekati aku. Sewaktu aku berhadapan dengannya, aku mendorong tubuhnya. Dengan cepat kedua tangannya menangkap lenganku, menarikku lalu memeluk tubuhku.

"Tolongggg...!!! aku menjerit tapi dengan cepat salah satu tangan Pak Ucok menbekap mulutku.

"Ayo kalian cepat tangkap kakinya, kita sikat ini amoy di kamar itu...." perintah Pak Ucok mengangkat tubuhku, lalu kedua kakiku ditahan oleh salah satu pria dan pria satu lagi mengikuti. Mereka mengangkat tubuhku diangkat dibawa masuk ke kamar tamu. Sesampai di kamar, tubuhku langsung dilemparkan ke ranjang dan pintu kamar tamu dikunci oleh pria yang mengikuti.

"Hahahahaha...ayo kita perkosa amoy sampai puasss...!!!

"Kita harus gerak cepat, sebelum si ketua bangun..." kata Pak Ucok.

"Beres bang... sama amoy begini kontol gak mau lama...harus cepat dientot...hahahaha...!!!

Ketiga pria pribumi ini sudah naik keatas ranjang mengelilingi aku yang sedang terbaring tak berdaya. Mereka masih telanjang dada keliatan kulit tubuh mereka gelap siap mengarapku. Dengan mudah mereka membuka, menarik hingga kimonoku terlepas. Seluruh tubuhku disentuh diraba oleh tangan-tangan hitam kasar para preman. Sungguh dalam situasi ini aku hanya bisa pasrah.

"Gila banggg.... tetek cina memang beninggg... baru kali ini bisa kuremas banggg...." payudaraku di remas dengan kasar.

"Memeknya udah becek banggg.... cok kelen liatt ini memek cina.... merah muda coyyy..." kata Pak Ucok lagi mencolek vaginaku yang memang sudah basah. Apalagi sentuhan demi sentuhan para lelaki pribumi ini sangat membangkitkan gairah kewanitaanku.

"Betul juga apa kata oranggg... akhirnya bisa kulihat pake mata kepala sendiri... hehehehe..."

Pak Ucok menjilati kemaluanku dengan lihai dari bawah naik ke atas. Kepalanya berada tepat diantara pahaku. Sedangkan kedua lelaki lain berlomba-lomba mengisap kedua buah dadaku di kira kanan. Mereka seperti anak bayi yang kelaparan minta disusui.

"Aaaaahhh....ooouuhhhh....ooouuuhhh...." aku mendesah ketika seluruhku tubuhku dijamah ketiga lelaki pribumi sekaligus. Kedua jemari tanganku menjambak kedua rambut lelaki yang sedang lahap menyusuiku. Buah dadaku terasa antara sakit dan geli bercampur menjadi satu.

Vaginaku terasa nikmat saat Pak Ucok menjilati. Lidahnya menyentuk klitorisku membuat nafsuku semakin memuncak. Padahal tadi aku sempat kesal dengan mereka yang sudah mengacaukan rumahku, sekarang aku merelakan tubuhku dijamah oleh mereka.

Terus terang tadi aku belum puas disetubuhi Pak Imron. Dia terlalu bernafsu ingin menyodok pantatku. Padahal vaginaku masih membutuhkan kelamin pria untuk dipuaskan. Sekarang aku berharap preman-preman pribumi ini akan menuntaskannya.

Yah, Pak Ucok rasanya sudah puas menjilat vaginaku. Aku menunggu kemaluannya segera menerobos vaginaku. Pahaku kelebarkan sembari Pak Ucok melepaskan celananya.

Oh, dasar lelaki pribumi. Kelaminnya selalu terlihat besar dan hitam. Rasanya tidak sabar ingin merasakan penis Pak Ucok, kataku dalam hati.

"Aaaannnjjjinggg...!!!! memek cinaaaa...!! jerit Pak Ucok.

"Ooooouuuhhh..." aku mengerang saat penis Pak Ucok pelan-pelan menusuk vaginaku sampai kandas.

"Ohhh ada apa sama memek cinaaa Paaaakkkk...?!! tanyaku

"enakkk memek cina kau cikk...bisa ngisap2 memeknyaaa....anjingggg..." ucap Pak Ucok

"Udahhh kalo gitu cepatannnn Paaakkk...!!! pintaku

Belum sempat Pak Ucok mengesek penisnya,

BRAAAAKKKK.....!!!! (suara pintu menabrak dinding) PUKIMAK SAMA KALIANNNN....!!! tiba-tiba suara Pak Imron menorobos masuk ke kamar tamu.

Para preman itu dengan sigap menjauhi tubuhku.

"Linggg.... kamu tidak apa-apa..??? tanya Pak Imron.

Sebenarnya aku agak kecewa dengan situasi ini. Tapi gimanapun juga aku harus pinter bersikap dan menjaga harga diriku sebagai wanita. Kucari kimonoku lalu menutupi tubuhku.

"Ohhh Pakkk... untung bapak kemari... mereka semua jahat sama aku... hiks...hiksss...." aku berpura-pura menangis. Tanganku menutupi wajahku agak tidak keliatan aku sedang bersandiwara.

"Apa kau lonteee...!!! Jelas-jelas lu suruh aku cepet entot memek kau itu.... masih pura-pura kau didepan Pak Ketua...!!! bentak Pak Ucok
"Kaliann jahattt... tega-teganya kalian fitnah aq... hiks...hiksss...!!! ucapku

"Kau yang fitnah dasar babi betina kau... minta dientot masih gak mau ngaku...!!! balas Pak Ucok

"Pakkkk... masa bapak gak percaya sama aku...hiiikksss...hiksss..." aku merengek sama Pak Imron

"Iya Linggg.... bapak percaya sama lu....makanya lain kali jangan jauh-jauh dari Bapak...nanti bapak beri pelajaran sama anak buah bapak.... lu tenang saja ya sayanggg...." kata Pak Imron. Akupun merespon Pak Imron dengan anggukan kepala.

"Monyet sama kalian... sekarang kita pergi dari sini... jangan ganggu istirahat cicik ini.... besok pagi kalian akan berurusan denganku...!!!! tegas Pak Imron.

"Bapak pulang dulu ya sayangggg.... Aling udah bisa tidur tenang di rumah..." kata Pak Imron dengan lembut.

Akhirnya mereka semua keluar dari rumahku. Pak Imron berjalan didepan diikuti anak buahnya. Kuikuti langkah mereka dari belakang. Anak buah Pak Imron seakan tidak rela pergi dari rumahku. Pak Ucok sesekali menoleh ke belakang, aku tertunduk tidak berani menatap matanya. Naluriku berkata bahwa Pak Ucok juga sedang kesal terhadapku.

"Sialann si ketua..... lagi-lagi gagal entot si amoy lonte....." sambil berjalan mengikuti langkah mereka, dari belakang terdengar olehku pembicaraan kesal mereka dengan suara saling bisik.

Setelah mereka semua pergi, rumah ini rasanya sepi. Tubuhku rasanya belum terpuaskan. Kucoba masuk ke kamar Asen ternyata dia sudah tidur nyenyak. Tidak baik juga kalau aku ganggu. Maka akupun kembali kekamarku melihat tubuhku dari cermin meja riasku yang baru saja dijamah oleh preman-preman mesum. Buah dadaku tampak kemerahan dan beberapa bercak cupang akibat dilahap kuat oleh dua lelaki. Puas menatap tubuhku didepan cermin rias aku berusaha mengalihkan pikiranku sampai aku tertidur.

Keesokan harinya, pikiranku rasanya kembali tersadarkan menjadi normal. Tubuhku terasa lelah setelah semalaman gairahku terus bergelora tak berhenti. Aku yakin ini efek pengaruh ramuan yang diberikan Ki Jarwo. Mengingat kejadian semalam, rasanya tidak pantas tubuhku dijamah oleh para lelaki preman yang menjijikan itu. Aku merasa bersalah terhadap diriku sendiri.

Beberapa hari setalah kejadian itu, setiap malam rasanya ada sepeda motor yang lalu lalang di depan rumahku. Suatu malam, kuintip dari jendela kamarku yang menghadap ke depan pagar. Ada beberapa pria yang sedang jongkok sambil merokok di depan pagar rumahku. Kuperhatikan dengan lebih detail, dari sosoknya aku yakin itu Pak Ucok dan beberapa orang lagi. Agak sulit melihat jelas dari jendela rumahku, karena di depan rumahku tidak ada penerangan jalan. Dari gelagat, mereka sedang membahas untuk merencanakan sesuatu. Mereka tidak sadar kalau suara mereka kedengaran sampai ke kamarku.

"Di sini rumah amoy2 yang kemaren mampir di warung itu...." kata Pak Ucok.

"Besar juga rumahnya rupanya... orang cina memang kaya2..."

"Kalo cina udah tinggal di kampung berarti itu cina miskin bang..."

"Tapi rumahnya koq besar bang...???

"Iya juga ya... tapi aku gak peduli soal harta... yang penting gimana caranya biar kita bisa garap amoy2 dalam rumah ini...." kata Pak Ucok

"Betul banggg... sayang kalo kemaren gak sempat kita telanjangi di warung..."

"Gara-gara si bos sialan itu... sok jadi pahlawan di depan wanita murahan.... kemaren awak hampir ngentot sama amoy yang namanya Aling itu... datang pula si ketua, gagal udah...payahhh...." keluh Pak Ucok.

"Butul bang... kita orang udah lihat seluruh tubuh si Aling... tinggal kontol aja belum masuk ke memek cina... hahahahaha....!!! kata salah seorang pria yang datang bersama Pak Ucok.

"Diam kau Janggg... kau udah puas netek tuh nenen amoyyy... belum puas kau..?! kata Pak Ucok

"Belom puas bang... belum sempat ku jilat memeknya... kalo abang kan udah puas jilat memeknya..."

"Alamakk... enak kali kalian bisa nyicip itu amoy2... aku juga pengen banggg.....!!!

"Makanya disini kita bahas gimana biar kita bisa masuk ke dalam ini rumah, biar kita perkosa rame-rame si Aling..." kata Pak Ucok

"Bang... jangan lupa, di dalam selain Aling, masih ada dua anak ceweknya yang cantik...."

"Betul juga... hampir lupa sama amoy yang dua itu...hahahaha..."

"Oh ya banggg... kau ingat gak waktu di warung si ketua pernah bilang kalau anak si Aling itu pacar anaknya... berarti masih ada satu amoy lagi di rumah ini... pacar anaknya si ketua..."

"Iya ingat bang.... berarti di dalam ada 4 amoy yang bakal kita garap... kita sikat aja pacar anak si ketua... sebagai pembalasan udah bikin kita gagal nyicip amoy2 kemaren..." kata Pak Ucok.

"Setuju kali banggg... jadi sekarang gimana rencananya...?!



Dari pembicaraan ini, mereka serius ingin masuk ke dalam rumahku.

Apa yang akan mereka rencanakan ? Apa yang harus kulakukan ?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd