Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
@Nurdinperkasa sekalian numpang tanya min, sebelumnya maaf jikalau ini menyinggung pembaca/author

Kenapa ya kalau kita baca cerbung/novel yang bergenre cheating/ntr ke orang lain feel-nya biasa saja ? tapi kalo kita cerbung yang genre ntr mom/ibu suka ga kuat bayanginnya malah cenderung hindarin

Apakan ntr mom termasuk gejala kelainan seks kah ? Terima kasih
 
@Nurdinperkasa sekalian numpang tanya min, sebelumnya maaf jikalau ini menyinggung pembaca/author

Kenapa ya kalau kita baca cerbung/novel yang bergenre cheating/ntr ke orang lain feel-nya biasa saja ? tapi kalo kita cerbung yang genre ntr mom/ibu suka ga kuat bayanginnya malah cenderung hindarin

Apakan ntr mom termasuk gejala kelainan seks kah ? Terima kasih
sama2 suhu @razore15

Ini pembhasan menarik nih. Gw rasa pointnya di org voyage yg suka bgt ngintip karena trbentuk dr masa kecilnya. Nanti gw rencana akan cerita gimana si Edisen bisa smpe begitu.

Gw sdri kalo baca genre yg Gay atau incest Bapak dan anak bakal gw hindarin, ga kuat bayanginnya.

Makasih hu ud mampir..suwun
 
56 - Menjelang Hari Imlek
POV Aling

MES23IG_t.jpg

Ai Ling

MERBXED_t.jpg

Bang Ucok

MEK2U9W_t.jpg

Afuk Suamiku


Hatiku merasa lega setelah masalah Velin sudah selesai. Biarpun aku harus menyerahkan tubuhku untuk disetubuhi Pak Supri selaku ketua RT di kampung ini. Kurelakan semua demi putriku agar jangan sampai masuk penjara. Begitulah pengorbanan seorang ibu demi cinta kasih kepada anaknya. Tapi sayangnya suamiku tidak melihat betapa aku menyayangi anakku. Suami tega berkata kalau aku ini mama gak berguna hanya gara-gara dia pacaran dengan lelaki gak satu suku. Memang secara status Didit itu pernah menjadi buruh toko, tapi bukan berarti dia gak bole pacaran dengan Velin. Buatku selama mereka saling suka dan saling menerima ya apa salahnya. Lagipula belum tentu juga Velin akhirnya menikah dengan Didit, toh mereka masih muda masih boleh berubah pikiran. Yang jeles itu urusan anak muda, aku gak mau terlalu ikut mencampuri.

Menjelang hari raya imlek, tradisi setiap tahun kami makan besar di malam Imlek. Selain itu, selama imlek makanan dan minuman di rumah harus terlihat banyak agar jika ada tamu maupun keluarga yang datang, mereka dapat menikmati makanan. Akan memalukan jika rumah terlihat miskin dan tidak ada makanan. Ini sudah menjadi prinsip suamiku selama merayakan imlek. Aku harus mempersiapkan segala sesuatu kalau tidak aku bisa dimarahi suamiku. Hari ini aku terpaksa harus belanja ke pasar karena abang tukang sayur yang biasa mampir ke rumah tidak datang. Kuajak Asen membawaku ke pasar dengan sepeda motornya, soalnya aku masih takut bawa sepeda motor walaupun pernah belajar.

Segera kubersiap untuk berangkat ke pasar dengan mengenakan pakaian santai dan nyaman. Kukenakan kaos tanktop pas badan dan celana pendek hotpant. Kebetulan suhu udara agak panas, lebih nyaman jika mengenakan pakaian berbahan agak tipis supaya adem kalau kena hembusan angin.

Sesampai di pasar Asen menungguku di tempat parkir duduk diatas motornya. Katanya tidak suka masuk ke dalam pasar tradisional yang jalannya becek dan bau.

Akupun masuk sendiri kedalam. Memang pasar tradisonal di kampung ini sangat semberaut dan banyak genangan air di jalan dan becek. Banyak orang lokal bahkan dari kampung tetangga datang berbelanja ke pasar ini.

"Nenggg... belanja sini murah2 buat neng yang cantikk...!!!
"Cari apa ncikkk..?! semua ada di sini... hati abang juga ada ncikkk.... !!!

"Belanjaaa sini Mbakkk cantikkk.... abang kasih murah2 sajaaa...!!!

"Kemarii cantikkk... sayurnya cantik2 kayakkk mbaknya...sini...!!!

Rasanya aku menjadi pusat perhatian. Banyak abang-abang yang berjualan melirik ke arahku. Abang-abang pasar itu berlomba-lomba menarik perhatianku. Aku pura-pura cuek aja, tapi sejujurnya aku bangga dengan diriku yang bisa menarik perhatian para lelaki di pasar.

Para penjual di pasar ini berjualan bukan di dalam gedung, tetapi berjualannya di jalanan kecil yang banyak persimpangannya. Banyak jalan yang berbelok-belak dan banyak tenda-tenda berdiri menutupi jalanan yang sempit. Karena banyaknya pengungung yang melalui jalan sempit, kadang untuk berjalan melewati saja agak susah. Saling bersentuhan tubuh dengan pengunjung lain yang lalu lalang tidak dapat dihindari. Kadang aku merasakan ada tangan-tangan usil yang meraba bokongku saat berjalan ditengah kepadatan pasar. Kupandang sekelilingku mencari siapa pelakunya, tapi semua mata menatapku dengan wajah tanpa dosa. Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau sudah dalam situasi terjepit begini.

Semua barang yang ingin kubeli sudah terbeli maka saatnya untuk pulang. Tidak terasa aku berjalan semakin masuk ke dalam dan kesulitan untuk mencari jalan keluar. Kucoba menemukan jalan keluar melewati belokan demi belokan. Orang bilang malu bertanya sesat di jalan, maka kutanya kepada orang yang berjualan lalu aku diberi petunjuk. Tapi tetap saja tidak kupahami jalan mana yang dimaksudnya. Aku makin kebingungan di tengah keramaian dan tetap mencari jalan.

Kini aku keluar di salah satu sisi penghujung pasar besar dan menemukan sebuah jalan kecil. Karena ini sudah di ujung maka jalan itu sudah tidak ada pengunjung dan penjual lagi. Kalau aku masuk kembali nanti bakalan tersesat lagi. Maka kucoba untuk menghubungi Asen yang sedang nunggu di parkiran motor. Memang aku berhasil menghubungi Asen tapi aku juga tidak tahu apa nama jalan ini dan dari mana akses menuju ke jalan sepi ini.

Pada saat kuputuskan hendak berbalik ke dalam, tanpa sengaja aku berbalik dan menabrak seseorang yang keluar dari dalam. Di belakang orang itu datang sekelompok lelaki bertampang sangar menghampiriku. Aku tidak berani menatap ke wajah mereka secara langsung. Sekilas melihat wajah mereka semua sungguh menyeramkan. Dari penampilannya mereka pasti sekelompok preman di pasar ini.

"Sorry aku gak sengaja...." kataku spontan.

"Cik Alinggg...!!! seseorang dari mereka memanggil namaku.

"Masi ingat kau sama abanggg...?! aku memberanikan diri melirik ke preman yang memanggilku.

"Masak lupa kau sama abanggg....?! Mungkin kau cuma ingat sama kontol abanggg.... hehehehe....!!! dari suaranya rasanya kukenal.

"Ini Ucokkk cikkk.... kemaren malam memek kau abang entot ituuu.....!!! masak kau lupaaaa...?! hehehe....!!! ledeknya.

"Atau kau ingat sama abang yang satu ini....?! tambahnya menunjuk ke preman lainnya.

Mendengar apa katanya maka kuingat kembali siapa preman yang bernama Ucok itu. Aku ingat kalau dia dan temannya yang satu lagi pernah memperkosa aku dan Velin di rumahku tengah malam. Ucapannya sungguh penghinaan buatku, apalagi didepan banyak lelaki yang gak kukenal.

"Uuuihhh banggg... udah pernahnya kalian entot ini betina..?! beruntung kali kalian ini... kalau gak salah dia ini yang pernah mampir di warung tengah hutan itu bukan...?! " ucap salah seorang lainnya.

"Betul kali cakap kau itu.... dia orangnya...!!! jawab bang Ucok ke temannya.

Aku mencoba untuk hendak masuk kembali ke dalam, tapi karena jalan sempit ini telah dipenuhi gerombolan preman itu, terpaksa aku harus melewati gerombolan itu.

"Mau kemana kau ciiikk...?!? sudah keluar kenapa masuk lagii....?? tanya bang Ucok

"aku mau cari jalan pulang dari pasar ini... permisi aku mau lewattt...." jelasku mencoba untuk melewati gerombolan itu.

"Eitsss.... tunggu dulu neng cantikkk.... sini abang bantu carikan jalan keluarnya... asal nengnya mau ikut abang... hehehe..." tawarnya.

"Oh gak perlu banggg.... aku jalan sendiri saja...." kataku mencoba melewati mereka tapi terus dihalangi.

"Jangan tolak abanggg sayangggg....percuma kau sudah pernah abang puaskan...hahaha...!!! sindir bang Ucok. Benar-benar memalukan mendengar ucapanya yang sangat merendahkan harga diriku sebagai wanita. Sungguh mengesalkan sekali, belum lagi cuaca amat panas membuatku gerah sambil mengangkat barang belanjaan yang besar dan cukup berat.

"Sini abang bantu bawakan barang-barang nya... kasihan cicik angkat berat begini...." tawar bang Ucok memaksa mengambil barang bawaan dari tanganku. Karena aku memang tanganku sudah agak pegal, maka kulepaskan membiarkan bang Ucok mengangkat belanjaanku. Akupun merasa ringan karena lepas dari berat beban belanjaanku.

"Sini ikuti abang dari belakang....biar abang antar ke depan...." ajak bang Ucok berjalan masuk kembali ke dalam sambil membawa barang belanjaanku. Karena barang belanjaanku sudah dibawa, terpaksa kuikuti kemana Pak Ucok dari belakang.

"Emang abang tahu aku mau ke mana...?! tanyaku heran.

"Ya tahu laaa cikkk... abang sudah ikuti ci Aling sejak masuk ke pasar ini... hehehe...." katanya. Ternyata tanpa sadar sejak tadi aku sudah diikuti. Aku berjalan di belakang bang Ucok dan di belakangku sekelompok preman lainnya mengikutiku.

"Mantap kali kalo cewek cina ya.... bodinya putih bening... ckckckckck...."

"Kau liat pantatnya montok kaliii.... pengen kusodok dari belakang banggg...."

Firasatku sebagai wanita merasakan kalau preman-preman dibelakangku sedang menyoroti tubuhku sambil berbincang tentang diriku dengan suara berbisik. Aku berjalan saja dengan pura-pura ku tidak mendengar apa kata mereka. Sebagai wanita tentu tersimpan rasa bangga malah aku semakin ingin menonjolkan bentuk tubuhku pada mereka.

"Enak kali kau bisa entot ini cewek seksi begini..."

"Mantap kali la pokoknya bang... hehehe...."

"Gimana rasanya memek cina itu bang...?

"Enakkk banggg memek cina itu.... ngisappp memek cicik ini...hehehe..."

"Wow...pengen kali kuentot juga betina cina ini... gak tahu kapan dapat kesempatan...."

"Nanti bilang aja sama bang Ucok biar kita atur kapan bisa kita entot lagi ini lonte cina... kontol aku nagih sama memek cina...hehehe...."

Di tengah kepadatan pengunjung pasar, preman-preman yang berjalan dibelakangku mengambil kesempatan menyentuh bagian tubuhku. Dari belakang mereka menempelkan tubuhnya padaku. Bokongku merasakan sesuatu yang keras sedang menyentuhku. Ada tangan kasar yang menyentuh bahuku dan telapak tangan yang menepuk pantatku. Aku masih berpura tidak merasakan apapun seakan ini hal yang wajar karena akses jalan di pasar tradisional memang sangat sempit dan padat. Kalau kuingat-ingat lagi wajah preman itu, rasanya tadi sebelumnya bertemu bang Ucok sudah pernah bertemu. Berarti sentuhan-sentuhan sebelumnya itu pasti ulah mereka yang mencari kesempatan dalam kesempitan dan kepadatan lalu menyentuhku.

"Mulus kali kulitnya banggg... hehe.." kata seorang dari mereka "Pantatnya juga montok..." dan yang lain menambahkan.
"Dasar lelaki pribumi mesum" aku mengerutu dalam hati tanpa berani menunjukkan kekesalanku. Namun disisi lain aku juga senang karena ada lelaki yang tergoda olehku.

Akhirnya kami sampai di halaman depan dan Asen masih menungguku sambil bermain handphonenya. Begitu melihatku, Asen bersiap-siap akan berangkat dengan posisi mengendara motor.

"Ncik naik dulu ke motor... nanti abang taruh di pangkuannya biar gak beratt...." tawar bang Ucok. Kuikuti sarannya, waktu aku naik ke motor mereka semua melirik ke pahaku yang putih mulus. Setelah aku duduk di motor, bang Ucok menaruh barang belanjaanku ke atas pahaku.

"Banyak kali belanjaan cicikk...." kata bang Ucok sambil meletakkan belanjaku dalam kantongan plastik.

"Iya ini untuk perayaan Imlek banggg...." jawabku.

"Betul juga ya... sudah mau imlek rupanya... nanti abang silaturahmi ke rumah ci Aling ya..." kata bang Ucok agak sopan.

"Silakan saja banggg.... terimakasih lo banggg...." kataku lalu Asen mulai jalan mengendari motor meninggalkan pasar.

Hatiku agak tersentuh dengan apa yang dilakukan bang Ucok. Tidak kusangka ternyata preman ini cukup gentleman mau menolongku mengangkat barang belanjaanku. Di balik penampilan dan ucapannya nya yang buruk, mungkin masih tersimpan hati yang baik. Sepanjang jalan pulang perasaan hatiku bercampur aduk. Aku agak kesal mengingat ucapan mesum mereka namun tersenyum sendiri mengingat pengalaman mengoda para preman pasar ini. Tidak bisa kupahami perasaan apa yang sedang berkecambuk dalam diriku. Apakah ini yang disebut dengan eksibionis. Bukankah ini wajar bila seorang wanita ingin mendapat perhatian dari lawan jenis. Apalagi di saat suamiku tidak lagi ingin mengabaikan diriku jadi apa salahnya jika aku mencari perhatian dari yang lain.

Sore ini suamiku pulang lebih awal dari biasanya. Dia mulai mempertanyakan keberadaan Velin. Aku diminta untuk menghubunginya agar menyuruhnya pulang ke rumah agar bersama melewati malam imlek. Walaupun malam imlek masih besok, tapi suamiku memintanya pulang untuk membantu membersihkan dan merapikan rumah dalam rangka menyambut Imlek. Dengan segera kuhubungi Velin dan menyuruh Asen untuk menjemputnya pulang dari rumah Didit. Kusampaikan pada Velin bahwa Papanya sudah tidak marah lagi padanya. Akhirnya Velinpun bersedia ajak pulang ke rumah.

Keesokan harinya adalah satu hari menjelang imlek, suamiku tidak lagi sibuk dengan urusan di gudangnya. Seharian ini kami sekeluarga sibuk mempersiapan segala sesuatu untuk menyambut imlek. Suamiku sibuk membersihkan rumah bersama Asen dan Elena dibantu juga oleh Ayen. Kutanya Ayen kenapa dia tidak pulang ke rumahnya. Rupanya Ayen sudah tidak punya Ibu dan Ayahnya tidak tahu pergi kemana setelah Ibunya meninggal dunia. Kamipun menerima Ayen di rumah dan sudah mengganggapnya seperti keluarga sendiri.

Hari ini aku sibuk di dapur memasak banyak makanan karena malam ini keluarga kami akan makan malam besar bersama. Untung ada Velin yang turut membantuku. Sembari dalam kesibukan kami, suamiku memutar lagu-lagu imlek mandarin dari DVD Player membuat suasana menyambut imlek lebih berasa. Banyak ornamen berwarna merah bernuansa oriental tergantung di dalam maupun luar rumah. Dekorasi rumah kami yang sarat dengan warna merah menyolok cukup menarik perhatian orang-orang kampung melewati rumah kami. Karena hanya kami satu-satunya keluarga keturunan Tionghoa di kampung ini.

Menjelang perayaan imlek, suasana hati suamiku kian bertambah baik. Memang ada kepercayaan dalam budaya Tionghoa bahwa imlek adalah hari yang mendatangkan kebahagiaan sehingga hal-hal yang mendatangkan kesedihan harus disingkirkan. Dalam hari imlek tidak boleh ada pertengkaran karena jika dilanggar akan mendatangkan petaka sepanjang tahun. Banyak pantangan-pantangan yang harus diturut dalam memasuki hari imlek agar keberuntungan berpihak pada keluarga ini. Suamiku adalah orang yang paling ketat dalam mengikuti aturan imlek yang diturunkan oleh nenek moyang.

Pada saat makan malam bersama, awalnya suasana terasa agak canggung. Apalagi si Velin yang baru saja berbaikan dengan papanya. Untungnya aku berhasil mencairkan suasana dengan memancing pembicaraan lebih dulu. Memang tidak pernah ada kata maaf keluar dari mulut mereka karena bukan kebiasaan keluarga kami mengucap kata maaf lahir dan batin. Namun jika diantara kami yang mulai mengajak berbicara dan direspon, itu pertanda sudah saling memaafkan.

Seperti tradisi yang dilakukan turun temurun, tepat tengah malam suamiku mengadakan ritual menyembah leluhur sebagai penghormatan menyambut imlek. Karena aku sudah lelah seharian mempersiapan segala sesuatu untuk malam ini, maka aku lebih dulu berbaring di kamar untuk melepas lelah. Setelah semuanya selesai, suamiku menyusulku ke kamar untuk beristirahat.

Waktu itu aku sedang tidur dengan posisi menyamping membelakangi suamiku yang baru saja naik ke ranjang. Tiba-tiba dari belakang dia memelukku sambil mencium bahuku lalu bergerak ke leherku. Aku tahu kalau suamiku mengajakku untuk berhubungan badan. Sebagai seorang istri aku pasti menuruti kemauan suami meskipun rasa kesal masih tersisa dalam hati. Tidak seperti biasanya, malam ini cara suami memperlakukanku agak lemah lembut. Cara bersetubuhnya juga lebih santai tanpa terburu nafsu. Tidak tahu dewa mana yang sedang merasukinya, pikirku dalam hati.

Kuputar posisi tubuhku menghadapnya kemudian kubiarkan suamiku melepaskan kancing piyamaku satu per satu. Seperti biasanya kalau aku tidur tidak mengenakan bra, saat seluruh kancing terlepas maka payudaraku langsung dilahap sambil dimainkan. Sementara suamiku lagi sibuk memainkan payudaraku, jemariku melepaskan kancing piyamanya dan melepaskan pakaiannya.

Suamiku menghentikan perbuatannya untuk melepaskan celananya agar penisnya keluar bebas. Dan aku sendiri juga menurunkan celana tidurku yang pendek sekaligus celana dalamku. Setelah kami berdua telanjang, suamiku mengajakku berciuman mesra, sementara jemariku turun ke bawah memainkan penisnya. Kugosok kemaluan suamiku hingga mengeras dan berdiri tegak.

Saat kami sedang berciuman mesra tanpa kata-kata, diam-diam jemariku memainkan klitorisku sendiri. Ini kulakukan demi menyesuaikan diri dengan kapasitas suamiku dalam bercinta. Aku tahu kalau dia tidak akan mampu bertahan lama, jadi lebih baik aku mulai duluan. Kumainkan titik sensitifku sendiri hingga vaginaku mulai basah. Kurasakan kalau aku hampir mencapai orgasme pertamaku, kuajak suamiku untuk memasukkan penisnya kedalam vaginaku. Tidak lama suamiku mengenjotku dan akhirnya kami sama-sama mencapai orgasme dalam waktu yang berdekatan. Suamiku mengira kalau dia sudah berhasil memuaskanku, padahal aku sendiri yang mulai duluan. Setelah orgasme, aku dirangkulnya seperti malam pertama dulu.

"Gimana urusan bisnis lu Fukkk.... apakah masalahnya sudah teratasi....?" tanyaku memulai pembicaraan.

"Sudah beres Linggg.... semua masalah harus beres sebelum imlek..." tegasnya.

"Bagus lo kalo begitu....jadi kita rayakan imlek bisa sepenuh hati... gak mikir masalah bisnis lagi..." kataku.

"Betul kata lu... besok sudah malam imlek... kita harus persiapakan dengan matang... biar tahun ini mendatangkan rejeki buat keluarga kita...." katanya.

"Oh ya Fukkk... ada yang ingin kutanyakan...."

"Apa Lingggg....??"

"Nanti hari ketiga Imlek aku mau pergi liburan ke Bali bersama teman-teman sanggar senam... nanti sekalian aku ajak si Asen ikutan.... boleh kah..?! tanyaku meminta izin padanya.

"Jangan dulu Lingggg.... itu pemborosan sekali....kita akan keluarkan banyak biaya untuk perayaan imlek..." katanya.

"Gimana kalau perayaan imleknya kita hemat saja....?? "tanyaku

"Gak boleh Linggg... ini demi mendatangkan rezeki tahun ini... tidak bisa dihemat... kalau lu gak pergi liburan itu baru penghematan...." tegasnya.

Tak kusangka permintaanku ditolak oleh suamiku. Tadinya kupikir suamiku akan mengizinkanku untuk berangkat liburan karena suasana hatinya sedang baik. Sebenarnya aku ingin memberontak padanya, tapi karena imlek sudah dekat maka kudiamkan saja agar kami tidak sampai bertengkar dan merusak suasana bahagia. Dengan kesal akupun kembali tidur membelakangi suamiku dan suamiku juga tidak ingin bicara banyak padaku sampai akhirnya kami tertidur.

Keesokan harinya semua anggota keluarga saling mengucapkan "Gong Xi Fat Choi", karena hari raya imlek telah tiba. Kami semua mengenakan pakaian cheongsam yang baru bersiap untuk berangkat mengunjungi mertuaku yang tinggal di kota. Pada saat kami keluar rumah hendak naik ke mobil, banyak orang kampung yang lewat merasa aneh dengan penampilan kami. Mereka tersenyum seakan belum pernah melihat pakaian khas suku Tionghoa. Maklum saja karena kami memang minoritas di kampung ini.

Sesampai di rumah mertua, kami di sambut dengan hangat. Aku dan suamiku memberikan angpao kepada kedua mertuaku sebagai tanda penghormatan. Sedangkan anak-anak menerima angpao dari kakek dan neneknya. Dari semua anak-anakku, hanya Asen yang mendapat angpao yang paling besar dan tebal.

Kenapa mertuaku membedakan Asen dengan anakku yang lain ?

Apa spesialnya Asen dibanding dengan anak yang lain ?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd