Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
24 - Kenikmatan di Apartemen -2: Masalah yang Mengganggu

MELZ5HD_t.jpg

Linda (Ai Ling)

MELZ5HH_t.jpg

Pak Raul

MELZ5H8_t.jpg

Vivi

MELZ5H7_t.jpg

Mas Aji


POV Aling

Baru saja Afuk suamiku mencariku lewat HP si Asen anakku. Aku benar-benar gak percaya mengapa masalah keluargaku bisa sampai sejauh ini. Saat ini suamiku sedang berada di sebuah penginapan bersama para debt-collector. Dia sedang diancam agar segera melunasi hutangnya. Barusan tadi dia dipukul oleh para debt-collector sampai dia minta ampun.

Kata suamiku, sebenarnya sisa hutang kami sebesar 500 jutaan, tapi karena dari nilai sisa hutang itu terus dikenakan bunga yang cukup tinggi maka total hutang kami mencapai hampir 700 juta. Jumlah itu semakin mempersulit kami untuk dapat melunasi hutang secara total. Kalau dalam satu minggu ini tidak dilunasi, minimal setengah dari total hutang maka mereka mengancam akan memotong salah satu tangan suamiku. Saat ini suamiku sedang ketakutan dengan ancaman debt-collector.

Sejujurnya aku memang sedang sangat kesal dengan suamiku itu. Semua masalah ini bersumber dari keserakahan dirinya sendiri yang sering bermain judi hingga semua harta kami menjadi ludes. Hati jahatku berkata memang dia pantas menerima akibat kesalahannya sendiri. Namun di sisi lain aku juga kasihan dengan suamiku itu. Seburuk gimanapun dia tetap suamiku sekaligus ayah dari kedua anakku si Velyn dan Asen. Kalau papa mereka lumpuh gak bisa kerja, bagaimana memberi makan kepada anakku.

Maka kuputuskan untuk berusaha menolong suamiku keluar dari situasi sulit ini. Tapi bagaimana caranya aku bisa memperoleh uang sebanyak itu dalam satu minggu?

Pembicaraan dengan suamiku berlangsung di ruang tamu apartemen Faiz. Setelah menutup telepon aku masih duduk di sofa ruang tamu berpikir bagaimana mencari solusi. Walaupun pintu kamar sudah tertutup, aku masih mendengar sedikit suara desahan bahkan jeritan anakku Velyn. Tadinya aku mau masuk kembali kedalam kamar bergabung dengan mereka. Mendengar desahan Velyn itu, aku tahu kalau dia sedang merasakan kenikmatan yang diberikan bang Faiz padanya. Mungkin lebih baik aku tidak mengganggu mereka. Lagipula aku harus segera mencari solusi untuk masalah suamiku. Dalam situasi seperti ini aku sebenarnya sudah tidak punya mood untuk bersenang-senang lagi di apartemen ini.

Akupun berniat meninggalkan ruangan apartemen bang Faiz untuk kembali ke tepi kolam renang mengambil seluruh barang-barangku termasuk baju-bajuku di sana. Saat ini tubuhku sedang telanjang tanpa busana. Kuambil sebuah handuk putih di kamar mandi lalu kubalut tubuhku. Handuk putih itu menutup tubuhku mulai dari dadaku sampai ke pahaku saja. Bagian dadaku itupun masih memperlihatkan belahan payudaraku.

Dengan percaya diri aku turun ke bawah dengan mengunakan lift. Pada saat aku masuk ke lift ternyata dalamnya masih belum ada orang. Setelah turun beberapa lantai, masuk 2 orang pria petugas kebersihan kamar hotel. Dengan wajah mesum mereka terus melihat kearahku sambil tertawa. Turun beberapa lantai masuk lagi seorang Bapak bertubuh agak gemuk. Bapak ini melihat padaku juga lalu mencoba mengodaku di saat pikiranku sedang penat memikirkan masalah suamiku.

"Mau kemana Cik...?" tanya Bapak itu.

"Ke kolam renang Pak..." jawabku.

"Boleh Bapak ikutan ke kolam..?" tanyanya lagi.

"Silakan saja Pak... toh itu kolam bukan punya saya..." kataku.

"Oh ya Cik... boleh Bapak tahu, tarif cici main satu malam berapaan...?" tanya bapak itu dengan nada agak mesum.

"TOLONG BAPAK JANGAN KURANG AJAR YAAA...!!!" kataku dengan nada marah.

"Lohh... saya kan cuma nanya kalau gak mau bilang ya sudah...ngapain cici bentak-bentak begitu..." balas Bapak itu dengan nada yang mulai kesal.

"BAPAK SUDAH MERENDAHKAN SAYA TAHU GAK...!!! kataku lagi.

"Hahahaha...dasar encik lontee kamu...sudah tampang begini masih sok jual mahal pula...."katanya dengan nada menghina sambil menatapku dengan wajah mesum.

"TOLONG JANGAN MENGHINA SAYA....!!!" Sambil berkata dengan refleks aku mendorong tubuh Bapak itu sebagai tanda aku marah padanya tapi doronganku tidak berefek apa-apa pada Bapak itu. Bapak itu hanya tertawa saja melihat ku yang sedang marah-marah.

Karena mendorong tubuh Bapak itu, tanpa sadar handukku terjatuh kebawah. Tubuh telanjangku dilihat oleh Bapak itu dan kedua pria petugas kebersihan hotel itu.

"Wowww... indah sekali bodi lu cikkk....ini lonte cina begini pasti tarifnya mahal....hahahahaha...." ledek Bapak itu lalu disambut tertawa oleh kedua petugas hotel itu.

Dengan cepat aku memungut handukku lalu menutup tubuhku kembali. Aku merasa malu sekali ingin segera keluar dari lift ini sambil menggenggam handukku erat-erat.

Aku terus dihina oleh Bapak itu sampai dua lantai sebelum tiba di tujuanku, lift berhenti. Orang yang masuk ke lift itu ternyata adalah Pak Raul.

"Eh, Aling...?!" panggil Pak Raul

"Iya Pak..." balasku

"Dari mana kamu Ling...? tanya Pak Raul.

"Tadi dari kamar Bang Faiz..." jawabku.

Mendengar pembicaraan singkatku dengan Pak Raul, Bapak itu lalu bertanya kepada Pak Raul: Pak... berapa Bapak booking dia semalam....?

Mendengar Bapak itu berkata begitu kembali aku marah.

"TOLONG JAGA MULUT ANDA PAKKK...!!!! bentakku.

"Iya Pak... cici ini teman saya... jadi tolong kalau bicara hati-hati..." kata Pak Raul membelaku dengan tegas kepada Bapak itu.

"Kalau begitu ya sudah..." kata Bapak itu dengan santai.

Akhirnya tiba di lantai kolam renang, akupun keluar dari lift bersama Pak Raul sambil merangkulku seakan melindungi aku dari ancaman Bapak itu. Tangannya yang gagah menyentuh bahuku sambil jalan bersamaku. Tanpa sadar kubiarkan saja dia merangkulku sambil mengelus bahu lalu turun kelenganku seakan ingin mengatakan semua sudah aman. Akupun merasa aman dalam rangkulan Pak Raul.

"Terimakasih ya sudah membela aku..." kataku.

"Tidak masalah Lingg...saya juga tidak senang mendengar Bapak itu menghina Aling..." kata Pak Raul dengan bahasa Indonesia sedikit logat asing. Itu karena Pak Raul ini adalah seorang keturunan India.

"Emangnya Pak Raul mau ke kolam renang juga...?" tanyaku.

"Saya sebenarnya bukan ingin ke sini, tapi demi untuk melindungi Aling saya mampir kesini..." katanya.

"Oh sorry ya Pak...jadi mengganggu waktunya..." kataku.

"Tidak masalah... saya memang lagi santai lagipula ini hari minggu..." katanya.

"Apakah Aling mau berenang? tanyanya.

"Ah tidak... aku tidak pandai berenang...aku cuma mau ambil barang-barangku yang tadi ketinggalan di sini..." jelasku

"Oh begitu... kapan Aling ada waktu saya bisa ajari cara berenang..." katanya.

"Makasih Pak...saya ambil barang saya dulu ya...permisi.." kataku lalu berjalan menuju lokasi tempat tadi kuletakkan semua barang-barangku. Kucoba menoleh ke belakang, ternyata Pak Raul terus memperhatikanku. Sebagai wanita ada merasa risih namun ada perasaan senang juga mendapatkan perhatiannya lelaki. Setelah mendapatkan tas yang berisi barang-barang dan bajuku, aku berjalan menuju ruang ganti wanita untuk mengenakan pakaianku kembali.

Kolam renang apartemen sudah sepi karena hari sudah sore. Orang yang berenang di sana kebanyakan adalah penghuni apartemen. Setelah selesai berenang biasanya mereka mengeringkan tubuh lalu kembali ke apartemen masing-masing sehingga ruang ganti jarang digunakan. Sewaktu aku masuk kedalam ruang ganti wanita yang cukup luas dan terdiri dari sekat-sekat ruangan untuk mandi pakai shower dengan penutup tirai. Sepertinya hanya satu ruangan shower yang sedang dipakai karena terdengar suara air mengalir dari kran shower. Benar sekali, ruangan shower yang paling ujung dalam sedang ada orang yang mengunakan, sedangkan aku menggunakan ruangan paling luar untuk mandi lalu mengenakan bajuku.

Kurang lebih 10 menitan aku mandi lalu mengenakan bajuku kembali. Anehnya kenapa ruangan yang paling ujung itu belum selesai mandi, padahal aku yang masuk terakhir tapi sudah lebih dulu selesai. Kran air masih saja mengalir. Karena penasaran aku pelan-pelan coba mendekati ruangan itu.

Ternyata dibalik suara air mengalir ada suara seorang wanita sedang mendesah tapi pelan. Sepertinya aku kenal suara ini. Ah benar, ini suara desahan si Vivi. Dengan siapa dia sedang bercinta ?! Aku semakin mendekati ruang paling dalam itu. Karena sekat ruang ganti hanya mengandalkan penutup tirai yang tidak rapat, maka aku bisa mengintip dengan cukup jelas.

Sudah kuduga kalau Vivi sedang bersama instruktur aerobik kami yang bernama Mas Aji. Vivi sedang bersandar di dinding sambil satu tangannya menutup mulutnya untuk berusaha menghilangkan suara desahannya. Satu tangannya lagi menjambak rambut Mas Aji yang sedang jongkok menjilat vaginanya.

"Aahh...aaahh... massss...trus masss... " suara Vivi

"Sruuuppp...hmmm....hhhmmm.....gimana rasanyaaa Vii....? nanya Mas Aji dengan suara pelan.

"Enakkkkk massss.....trusssinn....aaaahhh....aaaaaa...." jawab Vivi

"Hhhhmmm... iyaaa sayangggg....mas sukaa memek vivi....ngak pake bulu...hhmmm...sruuupppp....." kata Mas Aji.

"Jilatttinnn truss memek Vivi...ayyooo massss...aaaahhh...aaahhh...." kata Vivi

"Iyaaa sayannggg.... ini mas jilatin sebagai balasan tadiii Vivi udah nyepong kontol masss..." kata Mas Aji

Rupanya tadi sewaktu aku mandi, Vivi sedang menyepong penis Mas Aji. Pantasan tadi belum kedengaran suara desahan Vivi.

Mas Aji terus menjilat vagina Vivi sambil kedua tangannya meremas pantatnya. Pemandangan ini sedikit banyak membuatku terangsang. Tanpa sadar tanganku meremas payudaraku sendiri.

"Aaaaaahhhh...aaaaahhhh...aaaahhhh..." aku tahu Vivi sudah orgasme akibat jilatan Mas Aji.

"Asinnn rasanya Viii... guruhhh...sruuppp...sruuppp...." Mas Aji trus menjilat vagina Vivi yang sedang mengeluarkan cairan itu.

"Aaaahh...Mas sukaaa???!!."

"Iyaaa sayangggg... mas paling suka memek enci-enci kayak ci Vivi ini..." kata Mas Aji sambil menjilat vagina Vivi.

"Sekarang ci Vivi coba nungging dulu...mas mau entot dari belakanggg..." Vivi pun menuruti apa kata Mas Aji. Tangan Vivi menahan dinding lalu Mas Aji menusukkan penisnya ke lubang vagina Vivi. Seperti dugaanku kalau penis Mas Aji memang besar seperti umumnya para lelaki pribumi.

"Aaaahhhhhhhhh...." Vivi melenguh ketika penis Mas Aji masuk ke vaginanya.

"Gimana Ciikk... enak bukan kontol Mas ini..." tanya Mas Aji

"Enakk Massss... terusin massss....." kata Vivi ,lalu Mas Aji mulai mengoyangkan pinggulnya untuk menusuk penisnya ke vagina Vivi.

"Plokkk..............plokkk..............plokkk........."

"Aaaahhh...aaahhh....oooooohhh...aaaahhh....lebihhh kencang massss...." sepertinya nafsu Vivi sedang memuncak. Mas Aji pun mempercepat pompaanya terhadap Vivi.

"Plokkk....plokkk...plokkk....plokk...!!!!"

"Iyaaahhh....aaahhhh...aaahhh....truss masss.....trussss...aaahhh...." desah Vivi

"Memek lu enak Viii...kontol mas suka bangettt....ahhh...aahhh...." kata Mas Aji semakin bergairah memompa Vivi dari belakang.

"Plokk...plokkkk...plookkk...plokk...!!!1

Hentakan Mas Aji ke bokong Vivi benar-benar kuat. Suara pertemuan paha dan bokong mereka terdengar cukup keras. Gairah mereka seakan membuat mereka lupa kalau mereka sedang berada di ruang ganti umum. Mungkin Mas Aji yang sering menjadi instruktur senan di apartemen ini juga sudah memprediksi di saat begini ruang ganti ini sudah jarang ada yang menggunakan.

"Viiii... lu belum punya anak kann...?! kata Mas Aji

"Aaaahhh...aaahhh... iyaaaa masss...." jawab Vivi

"Mas kasi Vivi anak yaaa.... " kata Mas Aji

"Iyaaaa Masss... keluarinn dalammm ajaaaa....aaahhh...aahhh....!!! jawab Vivi

"Aaaahhhh...aaahhh...Hmmm...aaahhh... oooohhh....." suara dasahan Vivi dan Mas Aji kini memenuhi ruang ganti ini diiring suara air shower yang terus mengalir tanpa henti.

"Massss...massss....Vivi udah mao keluarrr nihh.. ahh..ahh..aahh....!!! kata Vivi

"Nungguin massss... biar sama-sama Viii...!!! Masi kuat kannn....?!kata Mas Aji

"Iyaaaa Masss... masi kuattt...tapi jangann lama yaaa...aaahh...aahhh..aaahhh...." kata Vivi

Tidak berapa lama setelah itu...

"Massss... udahh gak tahan Massss....AAAAAHHHH....AAAAHHHHH...AAAHHHH....!!! jerit Vivi yang mencapai orgasmenya.

"Massss keluarinn sekaranggg jugaaaaa....AARRRHHHH...!!!! Terima peju Masss ini Viii...!!! kata Mas Aji.

"Aaahhh.... aaaahhh... anget Masss... aahh..!!! kata Vivi

"Iya sayanggg...moga Vivi bisa dapat anak dari Mas...." kata Mas Aji

"Ntar mukanya mirip Mas donggg... gimana nih...? kata Vivi

"Pasti cantik kalo ga ganteng...." kata Mas Aji.

"Koq tahu...?! tanya Vivi

"Anak campuran Cina sama Jawa biasanya cantik Viii...pasti Vivi nanti suka anak begitu..."kata Mas Aji.

"Awas kalo aku hamil mas yang Vivi cari yaaa..." kata Vivi sambil memeluk mas Aji lalu mereka berciuman mesra.

Tidak terasa kurang lebih setengah jam lebih aku berada di ruang ganti ini. Aku harus segera keluar dari sini sebelum mereka selesai dari ruang ganti itu.

Keluar dari sana ternyata Pak Raul masih menungguku sambil bermain Hpnya.

"Loh Pak....Kenapa masih berdiri di sini...?" tanyaku.

"Menunggu kamu Ling..." jawabnya.

"Kenapa menungguku...kayak aku ini anak kecil aja Pak..." kataku.

"Bukan begitu Ling... aku melihat ada sesuatu pada dirimu Ling..." katanya.

"Sesuatu apanya Pak...? tanyaku penasaran.

"Sepertinya Aling sedang ada masalah ya? Apakah Bapak yang tadi itu sedang mengancam Aling...? tanyanya dengan tatapan penasaran.

"Oh bukan Pak...saya memang sedang lagi ada masalah keluarga..." kataku dengan wajah tertunduk.

"Pantas saja... dari raut wajah mu saya bisa lihat kalau hati Aling sedang dalam tekanan berat..." katanya.

"Anda hebat sekali bisa paham suasana hatiku...." kataku sedikit kagum padanya.

"Apa mungkin bisa cerita ke saya... siapa tahu saya bisa sedikit membantu..." katanya.

"Oh jangan Pak... saya bisa atasi sendiri...terimakasih untuk kebaikan Bapak..." kataku.

"Jangan Linggg... Tidak perlu sungkan terhadap saya... kalau Aling tidak mau bicara masalah ke saya tidak apa-apa...tapi izinkan saya membantu Aling untuk sedikit melupakan masalah nya... saya undang makan malam di restoran hotel ini boleh...?! kata Pak Raul dengan begitu sopan seakan aku ini wanita terhormat. Aku jadi serba sulit menolak undangannya. Lagipula ini waktunya sudah hampir pukul 6 sore sebentar lagi sudah waktunya makan malam, maka kuterima tawarannya.

Kusadari kalau Vivi dan Mas Aji belum juga keluar dari ruang ganti itu. Mungkin mereka masih melanjutkan setelah berciuman tadi. Itu sangat mungkin karena Vivi memang punya gairah yang mengebu-gebu begitu juga dengan Mas Aji yang secara fisik cukup kuat untuk meladeni gairah Vivi.

Pak Raul pun mengajakku berjalan bersama menuju ke restoran hotel. Cara Pak Raul memperlakukan aku begitu gentleman. Mulai dari kami berjalan bersama, tangannya merangkul pinggangku seperti sebuah pasangan. Saat di meja restoran dia menarik kursi lalu mempersilakan aku duduk seperti tamu istimewa. Semua pelayan restoran mengenal bahkan menghormatinya karena Pak Raul adalah salah satu pemilik saham apartemen dan hotel ini.

Tidak jauh dari meja kami, di sana duduk Bapak yang tadi ketemu di lift itu sedang menatap kami. Dari luarnya Bapak jelas seorang lelaki pribumi. Saat itu dia sedang duduk bersama seorang wanita muda keturunan chinese yang sepertinya kukenal. Wanita muda itu ternyata adalah teman Erika anak tiriku yang bernama Shirly. Terakhir aku bertemu dia di pesta pernikahan Erika. Ngapain dia di sini bersama bapak itu dengan penampilan yang seksi begini?! Sherly tidak melihatku karena posisi duduknya yang membelakangi aku. Sebaliknya justru bapak itu yang terus melirik ke arahku.

Sambil menunggu waktu makan malam, aku dan Pak Raul ngobrol layaknya saling mengenal satu sama lain sambil bercanda. Aku benar-benar diajak untuk sejenak melupakan masalahku. Hingga waktu makan malam tiba, makanan pun dihidangkan didepan kami. Sewaktu kami masing-masing menikmati makanan kami, sekilas aku teringat masalah suamiku itu. Pak Raul seakan dapat membaca pikiranku.
"Tuh... lagi-lagi Aling teringat masalahnya..." kata Pak Raul

"Mana mungkin aku bisa lupa Pak... masalah ini sangat berat buatku..." kataku.

"Oh I see....Aling bole cerita agar meringankan...tidak baik dipendam lama-lama...tidak baik buat kesehatan juga..."katanya dengan penuh hikmat.

"Baiklah...tapi aku hanya sekedar cerita ya Pak... gak bermaksud apa-apa..." kataku.

Kuceritakan semua masalah yang sedang menjadi tekanan buat aku saat ini. Pak Raul pun mendengar dengan penuh perhatian. Dia bilang akan menolongku dengan memberiku dana untuk menutup hutang suamiku. Tapi bagaimana mungkin aku terima. Aku terus menolak bantuannya, hingga akhirnya dia meyakinkan aku bahwa semua ini demi anak-anakku. Dia bilang aku tidak boleh terlalu egois hanya memikirkan gengsi dengan menolak bantuannya.

Jadi akhirnya Pak Raul bilang anggap saja dia meminjamkan uang setengah dari jumlah total hutang itu padaku agar suamiku terbebas dulu dari ancaman debt-collector. Kapan aku sudah ada dana baru dikembalikan tanpa dikenakan bunga sama sekali. Akupun terpaksa menerima bantuan itu karena tidak mungkin mencari dana sebesar ini dalam waktu seminggu ini.

Diapun meminta no rekening bank aku supaya segera ditransferkan dana itu. Dalam sekejap dana sudah masuk ke rekeningku. Sebagai itikat baik, dihadapannya akupun segera membuktikan bahwa dana yang ditransferkan ke aku itu langsung ku teruskan ke no rekening yang bersangkutan. Bukti transfernya aku teruskan ke no WA suamiku lalu segera ku hubungi suamiku agar dia merasa tenang. Mendengar suara telpon suamiku, dia benar-benar merasa lega tapi tetap gengsi mengucapkan terimakasih padaku. Dalam pembicaraan kami di telpon, sempat terjadi adu mulut karena. Kata suamiku kenapa tidak sekalian cari dana menutup semua hutang sampai tuntas saja. Memang karakter suamiku itu sangat arogan dan tinggi hati terus gak tau bersyukur.

"Bagaimana Ling..? Sudah beres...? kata Pak Raul

"Sudah Pak...terimakasih ya sudah menolong aku..." kataku

"Iya Ling...tapi kenapa suami kamu itu begitu tidak tahu berterimakasih...? Sudah ditolong tapi masih menyalahkan kamu...? kata Pak Raul. Tidak disangka ternyata Pak Raul mengerti bahasa dialek Tionghoa yang biasa aku pakai di rumah untuk bicara dengan suami dan anak-anakku.

"Oh ternyata Bapak mengerti bahasa chinese ya...? tanyaku.

"Iya Lingg... saya sempat beberapa tahun tinggal di Malaysia bergaul dengan orang-orang cina di sana..." kata Pak Raul

"Suamiku orangnya memang begitu Pak..." kataku dengan agak sedih meratapi sifat suamiku itu.

"Betul-betul tidak tahu diuntung suami kamu... dia sudah beruntung punya istri yang baik dan cantik seperti Aling ini...tapi tidak tahu cara menyenangkan istri..." kata Pak Raul

"Memang sudah nasib aku dapat suami begitu..." kataku

"Nasib wanita tidak terletak pada suaminya Ling... Wanita berhak mencari kebahagiaannya sendiri tanpa terikat dengan suaminya..... " tegas Pak Raul membuat semangat hidupku bangkit kembali. Pak Raul benar-benar seorang pemimpin yang hebat, tidak heran dia mampu memimpin seluruh karyawan hotel.

Waktu kami sedang makan malam, Bang Faiz datang menghampir kami. Dia mengajak kami semua untuk karaoke bareng di ruang VIP. Si Velin dan Edisen juga boleh diajak sekalian. Mereka masih istirahat di dalam kamar.

Setelah makan malam, akupun berpisah dengan Pak Raul lalu kembali ke ruangan apartemen Bang Faiz untuk mencari anak-anaku, terutama si Velin yang tadi hampir tenggelam. Ini HP si Asen juga terbawa olehku, pasti dia sudah kecarian HP kesayangannya ini. Anak itu gak ada HP mana bisa hidup.

Sesampai di kamar apartemen, ternyata cuma ada Velin di dalam. Kata Velin, Asen sedang mencari aku untuk mengambil Hpnya kembali. Kulihat ranjang bang Faiz ternyata masih berantakan. Sebagai seorang ibu aku memarahi Velin kenapa tidak punya inisiatif untuk membereskan ranjang itu. Untung si Velin mau mengaku salah dan tidak melawan aku sebagai Mamanya. Setelah membereskan ranjang kamar itu, akupun bergegas mandi karena akan menghadiri ajakan bang Faiz.

Saat air shower membasahi tubuhku, teringat kejadian di kamar ganti dekat kolam. Percintaan Vivi dengan Mas Aji di bawah shower ruang ganti wanita masih tergambar jelas di pikiranku. Ingatan itu pelan-pelan membangkitkan gairahku. Kuremas sendiri payudaraku sambil mengelus kemaluanku namun rasanya hambar. Aku butuh sosok seorang lelaki untuk menuntaskan gairahku ini.

"TING TONG.....!!!"

Tiba-tiba ada suara bel berbunyi membuat aku sadar kembali. Aku harus bergegas untuk menyelesaikan mandiku.

Keluar dari kamar mandi, kutanya siapa tadi yang menekan bel. Ternyata ada kiriman kado berutpa shopping bag ditujukan kepada aku. Tapi ini dari siapa ? Kulihat hp-ku ternyata ini pemberian dari Pak Raul. Dalam pesan WA nya tertulis: "Saya nantikan penampilan Aling malam ini, semoga Aling suka.." Akupun membalas pesannya dengan "thank you Pak... Ling suka banget...". Padahal aku belum buka apa isinya.

Kubuka shopping bag nya ternyata isinya adalah sebuah gaun pendek berwarna pink yang panjangnya hanya sampai pahaku saja. Aku memang suka baju berwarna pink. Setelah kuperiksa lagi isi shopping bagnya ternyata di dalam masih ada sesuatu. Sebuah celana dalam berbahan sutra yang tipis ada rendanya, model g-string berwarna hitam. Cuma ada celana dalam tapi tidak ada bra, berarti malam ini aku keluar tidak perlu mengenakan bra. Kukenakan celana dalam itu lalu gaunnya juga sambil berkaca. Penampilanku malam ini bagaikan seorang wanita yang sempurna.


Tidak sabar aku menunggu reaksi Pak Raul setelah melihat penampilanku. Pujian apa yang akan dia berikan padaku ?
 
Terakhir diubah:
Just be yourself, bro...
Rumit sedikit, tapi memang harus begitu jalan ceritanya, well... Let it be...
 
ibaratnya mama Aling ( brandi love) di hantam Mr Raul ( isiah maxwel ) cerita fantasi interracial Chindo panda love ✌️✌️✌️✌️✌️✌️✌️✌️✌️✌️✌️ prindavan
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd