Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
26 - Kenikmatan dalam Apartemen - 4: Gairah di bawah Bulan Purnama


MEM7VZA_t.jpg

Pak Raul

MEM7VZ9_t.jpg

Ai Ling


POV : Ai Ling

Tidak disangka dalam ruang karaoke ini bisa ketemu dengan si bapak yang menyebalkan. Bapak ini sempat merendahkan harga diriku sebagai wanita sewaktu dalam lift. Kali ini dia pura-pura mau mendekati aku dengan duduk di sebelahku. Sorry aja, aku punya harga diri jadi tidak semudah itu aku menerima dia. Dalam ruang karaoke itu, aku dan si bapak itu masih sempat bertikai. Perkataannya sungguh tidak beradab. Berani-beraninya dia anggap aku ini sebagai wanita murahan dengan berkata aku ini pelacur atau lonte. Hatiku tidak bisa menerima perkataannya itu.

Rupanya bapak itu adalah teman bang Faiz. Sempat bang Faiz memperkenalkan temannya itu. Kalau aku tidak salah dengar bapak itu bernama Said. Tidak sudi aku berkenalan dengan lelaki yang merendahkan wanita seperti dia. Karana lelaki gak beradab itu ada di sana, aku jadi males ikut acara karaoke itu. Lebih baik aku cari hiburan di luar daripada satu ruangan dengan orang seperti itu.

Rasanya aku ingin mencari tempat outdoor untuk menenangkan pikiran dan perasaanku. Akupun dengan cepat berjalan menuju kolam renang lalu duduk bersandar di kursi santai. Saat menatap ke langit ternyata ada bulan purnama yang terang bercahaya. Rupanya malam ini adalah malam kelimabelas (Cap Go) menurut tradisi penanggalan china.

Suasana kolam renang di waktu malam sangat sepi. Lampu-lampu di sepanjang tepi kolam maupun dari dasar kolam renang turut menghiasi pemandangan malam ini terlihat indah. Angin sepoi malam berhembus mengenai tubuhku membuat pikiranku sedikit lebih tenang. Namun perasaan kesal itu masih belum hilang dari hatiku.

"Ling..!!!" tiba-tiba Pak Raul menyapaku.

"Eh, Pak Raul..?!" akupun terkejut menyadari kehadirannya. Dengan bergegas aku bangkit dari kursi santai ini lalu berdiri di hadapannya.

"Cantik sekali Aling malam ini..." puji Pak Raul sambil melihatku dari kepala sampai turun ke kakiku.

"Di mataku Aling wanita yang sempurna... saya sangat menyukai penampilanmu malam ini...." tambahnya. Sebagai wanita, diperhatikan sambil dipuji seperti ini membuat perasaanku bercampur antara malu dan senang.

"Makasih Pakk..." kataku dengan sikap salah tingkah karena gejolak perasaan campur baur yang sedang kurasakan ini.

"Terimakasih kembali Ling... karena kamu sudi menerima dan memakai pemberianku ini... saya senang sekali...." kata Pak Raul dengan sikap dan nada suaranya yang menunjukkan ketulusan hatinya.

"Aku juga senang koq Pak..." kataku masih dengan perasaan tak mampu banyak berkata.

"Apakah Aling suka dengan hadiah ini....?" tanyanya

"Sukaaa...sukkaaa Pakk..." kataku

"Saya juga suka lihat Aling mengenakan gaun ini... sewaktu saya memilihkan, saya yakin Aling akan kelihatan anggun kalau mengenakannya.... dugaanku ternyata benar... Aling anggun sekali...!!!" pujinya lagi. Mendengar pujiannya, menbuat hatiku senang sekali. Wanita mana yang tidak senang kalau dipuji. Malam ini aku bagaikan wanita yang benar-benar sempurna di matanya.

"Linggg.. kelihatannya Aling sedang ada masalah lagi ya..? Apakah masalah suamimu belum selesai...? Pak Raul bertanya. Kami sama-sama duduk bersebelahan di satu kursi santai kolam itu dan akupun menjelaskan apa yang sedang terjadi di ruang karaoke tadi.

Sempat kulepaskan kekesalanku kalau teringat kejadian tadi itu, tapi Pak Raul memberiku rasa tenang dengan duduk merapat lalu mencoba merangkulku agar aku bersandar di lengannya yang berotot. Tercium aroma parfumnya yang sungguh membuatku nyaman. Pak Raul terus menguatkan aku dengan kata-kata positifnya. Yang jelas dia membela aku dan akupun merasa tenang kalau bersamanya.

Setelah puas meluapkan kekesalanku, akhirnya aku sadar kalau kepalaku sedang bersandar di lengannya. Dengan cepat aku melepaskan diri dari sandaran itu lalu kutepis tangannya dari bahuku. Hari ini aku baru saja berkenalan dengan Pak Raul, bagaimana mungkin dalam waktu satu hari aku sudah sedekat ini dengannya.

Aku berdiri dari kursi santai untuk menjaga jarak karena merasa risih dengan apa yang baru saja terjadi. Pak Raul pun menyusulku berdiri lalu dengan cepat dia tangannya memeluk terus mencium bibirku dengan lembut.

"Cupppp...cuuupppp...!!!"

"Tidak", mana mungkin aku berciuman dengan pria yang baru saja kukenal. Belum lagi dia ini pria India yang masih asing bagiku. Aku tidak tahu bagaimana karakter sebenarnya lelaki India. Aku masih butuh waktu untuk mengenal orang seperti Pak Raul ini. Tidak disangka sekarang ini bibirku sedang dicium oleh Pak Raul.

Aku memalingkan wajahku agar lepas dari ciumannya. "Jangan Pakkk..." kataku. Pak Raul tidak merespon apa-apa. Tangannya justru menahan kepalaku lalu bibirnya mengejar bibirku sampai kembali Pak Raul mencium mulutku.

Kali ini ciumnya berubah menjadi lebih agresif. Bibirnya rasanya seperti menyedot mulutku. Kurapatkan bibirku tapi lidahnya berusaha menerobos pertahananku.

"Hmmmm..sruupppp.....cupppp......hhhmmmm......"

Aku masih berusaha untuk lepas dari keadaan ini. Tapi salah satu tangannya semakin kuat memelukku, dan satu tangannya menahan kepalaku agar ciumannya tidak terlepas.

Kedua tanganku berusaha untuk mendorong dadanya yang lebar berotot namun tidak kuat. Kupukul-pukul dadanya dengan semampuku tapi justru ciumannya semakin agresif melumat bibirku.

"Hmmmm....hmmmm....aaaaahhhh....jangggaan....hmmmm...."

Ciuman Pak Raul semakin membuatku hanyut dalam birahi. Tanpa sadar kututup mataku menikmati ciumannya. Pukulanku ke dadanya semakin melemah. Akhirnya kubuka mulutku lalu kusambut lidahnya yang terus bergerak masuk dalam rongga mulutku.

"Hmmmmm...mmmmmhhh....srruuuppp....hmmmmm...."

Pak Raul pun sadar kalau pertahananku sudah kendor. Salah satu tangannya tidak lagi menahan kepalaku tapi berpindah meremas pantatku.

Posisi kepalaku agak kuangkat keatas sambil berciuman karena postur badan Pak Raul lebih tinggi dariku. Kalau ciumannya sedikit renggang justru kaki ku yang semakin jinjit agar ciuman nya tidak lepas dari bibirku. Aku telah terangsang oleh ciuman Pak Raul.

Akhirnya Pak Raul melepaskan ciumannya dariku. Kakiku jinjit untuk mendapatkan ciumannya kembali, namun dia tetap melepaskan ciumannya bibirku. Aku jadi merasa malu sendiri karena tadinya aku menolak tapi keadaan sudah berbalik. Justru aku yang berusaha agar kembali berciuman.

"Ya sudah kalau memang mau udahan..." kataku dalam hati dengan perasaan sedikit kesal. Karena merasa malu sendiri akupun menjauh darinya mencari-cari sesuatu untuk dikerjakan agar tidak merasa canggung. Maka kumelangkah mendekati kolam renang, lalu jongkok untuk menyentuh dinginnya air kolam itu.

"Airnya dingin nih... jadi pengen nyemplung ke air biar seger...." kataku pura-pura aku memulai pembicaraan.

"Apakah Aling pinter berenang...? tanya Pak Raul

"Aku gak bisa renang Pak...." jawabku.

"Gak mau ah... ntar malu kalau dilihat orang lewat kesini... udah usia begini masih belom pinter berenang..." kataku.

"Hahaha...oh ya Ling.....di sini masih ada kolam renang khusus yang gak ada orang lewat... kamu mau coba lihat....? tawar Pak Raul.

Masa sih ada kolam renang yang gak ada orang di apartemen ini. Rasanya semua area apartemen maupun hotel sudah aku lalui. Semuanya juga pasti ada orang yang lalu lalang.

"Emang ada...?! Di mana coba...?! tanyaku seakan tidak percaya kata Pak Raul.

Dia kembali merangkul aku sambil mengarahkan aku untuk berjalan ke arah sebuah pintu di salah satu sisi tepi kolam renang. Pak Raul mengeluarkan kartu khusus untuk membuka pintu itu. Kami naik ke lantai paling puncak dengan menggunakan sebuah lift.

Lift membawa kami ke sebuah kolam renang yang bersifat privat terletak di rooftop apertemen. Walaupun tidak seluas kolam umum, tapi desain arsitekturnya lebih bagus dengan nuansa warna dominan kuning kecoklatan. Ada sentuhan ornamen bercorak Indianya. Juga ada patung - patung gajah yang bergading terletak di beberapa sudut. Salah satu sudut kolam terdapat kolam jacuzzi yang menyemburkan air panas. Ku jongkok coba menyuntuh air kolamnya, ternyata airnya terasa agak hangat.

Indah sekali menurutku apalagi kalau menatap ke langit masih bisa melihat keindahan bulan purnama di langit malam dengan beberapa bintang, namun tertutup oleh sekat kaca.

Pak Raul mengambil sebuah remote lalu menekan sebuah tombol, oh lalu ternyata kaca itu bisa terbuka sehingga angin berhembus kedalam terasa agak dingin. Tadinya suasana indoor kini berubah menjadi outdoor.

Akupun berjalan di sepanjang tepi kolam ini, lalu sampai di sebuah teras yang ada meja dan kursi santainya. Dibelakangnya terdapat sekat kaca yang lebar ditutup tirai. Sepertinya di dalam ada sebuah ruangan lagi. Kutanya Pak Raul ruangan apa dibalik kaca tertutup tirai ini. Maka Pak Raul mengeser sekat kaca itu lalu mengajak aku masuk kedalam.

"Selamat datang di kamar pribadiku....." kata Pak Raul sambil mengeser sekat kaca beserta tirai yang menutup ruangan itu. Ternyata ruangan ini adalah kamar pribadi Pak Raul. Dalam ruang cukup luas dengan sebuah ranjang besar di tengahnya dilengkapi kelembu berwarna kuning yang masih terikat. Dekorasi ruangnya pun masih bercorak India senuansa dengan desain arsitektur kolam renang. Setelah kaca dan tirai dibuka lebar tanpa penghalang, seakan ruang tidur dan kolam renang seakan menjadi satu ruangan. Aku begitu kagum dengan dekorasi maupun desain kamar Pak Raul yang sangat indah.

Kata Pak Raul ruangan ini sebenarnya jarang dipakai tapi tetap dirawat. Biasanya kamar ini dipakai kalau istrinya datang ke Indonesia. Bisa dikatakan kamar ini seperti Taj Mahal yang khusus dibangun untuk istrinya. Sekarang istrinya sedang ada di negara India sedang mengurus bisnis hotel bintang lima sembari mengurus tiga putranya yang masih sekolah. Sedangkan Pak Raul sendiri sedang mengembangkan hotel dan apartemen yang ada di Indonesia.

Di dinding tergantung sebuah foto keluarga Pak Raul bersama istri dan ketiga anaknya. Tiba-tiba dari belakang Pak Raul memelukku di hadapan foto keluarganya. Satu tangan merangkul perutku, satu lagi merangkul dadaku sambil mencium leher belakangku. Nafasnya begitu berat berhembus mengenai kulitku bahuku membuatku terasa geli.

"Jangan Pakkk... jangaaannn...emmm...." kataku sambil mengenggam tangannya.

"Kenapa jangan Lingg...? tanyanya.

"Bapak kan sudah punya istri..." jawabku.

"Kamu juga sudah punya suami..." katanya.

"Makanya jangaaannn Pakkk... lagipula kita kan baru kenalll...." kataku

"Linggg.. apakah kamu percaya takdir ?! tanyanya.

"Gak tau Pakkk..." jawabku

"Kita sama-sama memang sudah punya pasangan, tapi ingat Ling... suami kamu tidak mampu membahagiakan kamu... kamu tahu gak kalau istriku di sana juga punya lelaki yang selalu tidur bersamanya...semua rekaman CCTVnya ada kusimpan..." kata Pak Raul

"Loh koq bisa Pak..?! Emang bapak gak marah...? tanyaku

"Kenapa harus marah Ling..?! Inilah namanya takdir !!! tegasnya

"Begitu juga dengan Aling.... kalau suami kamu tidak sanggup bikin kamu bahagia.. malam ini takdir berpihak pada kamu..." katanya.

"Takdir tidak boleh dilawan...Ini adalah takdir kita sayanggg... takdir membawa kita bertemu malam ini... INGAT..!!! Jangan melawan takdir kita... atau kita sendiri yang akan menderita..." jelas Pak Raul sambil mengecup sedikit demi sedikit leherku turun ke bahuku.



Rasa geli itu terasa bukan hanya karena nafasnya, tetapi kumisnya yang tebal turut menyapu kulitku. Aku hanya bisa diam terpaku tanpa bisa bergerak sedikitpun, sedangkan Pak Raul terus mencium punggungku dari satu titik ke titik lain.

"Tapi Pakkk... " belum sempat aku berkata, Pak Raul menutup mulutku dengan tangannya yang besar, namun aku masih bisa bernafas dengan hidungku.

"Jangan melawan takdir Linggg..." katanya dengan lembut dengan suara bisikan di telingaku sambil tangannya mulai menyentuh payudaraku dari luar gaunku. Tangannya mulai meraba payudaraku dengan gerakan memutar secara pelan.

"hmmm...hmmm...mmhhh..." aku ingin berbicara tapi mulutku masih tertutup oleh tangannya. Kubalikkan badanku untuk menghadap dia agar tangannya terlepas.

"Paaaakkk.....hentt...ii..kann..." belum selesai aku berkata kembali Pak Raul membekap mulutku dengan ciumannya yang agresif. Tangannya yang kuat merangkul aku masuk kedalam pelukkannya. Bibirku yang mungil langsung dilahap oleh bibirnya yang lebar.

Memang birahiku sudah bergejolak dalam tubuhku sejak tadi sore di ruang ganti menyaksikan permainan Vivi dengan mas Aji. Namun kutahan gejolak ini karena aku sebenarnya butuh sosok seorang lelaki untuk menuntaskan birahiku.

Tapi aku tidak menyangka kalau malam ini aku masuk dalam pelukan Pak Raul seorang lelaki India. Seorang lelaki yang bertubuh tinggi besar melebihan lelaki yang kukenal selama ini. Belum lagi kurasakan tonjolan besar yang menempel di perutku. Itu sudah pasti adalah penisnya. Tidak bisa kubayangkan betapa besarnya penis lelaki India yang masih tersembunyi dibalik celana ini.Tanpa sadar kututup mataku menikmati semua perbuatan Pak Raul.

"Linggg... mulai malam ini panggil nama saya saja, "Raul..." kata Pak Raul di sela-sela kami berciuman.

Benar apa kata Raul. Afuk suamiku tidak sanggup memberiku sensasi yang sedang kurasakan ini. Dia selalu menghancurkan kebahagiaanku. Aku tidak lagi berharap padanya. Lelaki India yang sedang mencumbuiku ini terus memberiku kenyamanan. Dia menolongku menyelesaikan masalah suamiku dan juga dia mengangkat harga diriku yang sempat direndahkan bang Said. Dua hal ini saja sudah membuatku mengagumi sosok lelaki India ini.

Kedua tangannya mengelus-elus bokongku yang montok sambil diremas. Kemudian tangannya bergerak menurunkan relsleting gaunku dengan pelan yang letaknya di punggungku. Dengan mudah gaunku jatuh ke lantai hingga kelihatan payudaraku karena aku tidak memakai BH.

Raul melepaskan ciumannya lalu melangkah mundur satu langkah menatap tubuhku yang hanya mengenakan celana dalam G-String.

"Indah sekali tubuhmu Ling.... malam ini memang sudah ditakdirkan kalau Aling menjadi milikku..." kata Raul lalu melepaskan kancing kemejanya satu per satu karena ingin menyetubuhi aku.

Sejujurnya aku masih takut melihat Raul yang bertubuh besar begitu pula dengan tonjolan di balik celananya itu. Rasa takut ini membuat ku melangkah mundur sedikit demi sedikit. Namun Raul mengikuti langkah mundurku sambil melepaskan kancing bajunya. Langkah mundurku terhenti karena aku telah mempel di salah satu dinding kamar ini.

Perlahan Raul mendekatiku. Badannya terlihat kekar berotot dengan dada yang banyak bulu. Warna kulitnya yang agak hitam kasar kontras berbeda dengan kulitku yang putih mulus.

Dengan telanjang dada, Raul menahan tubuhku ke dinding lalu melahap payudaraku yang sedang mancung di hadapannya.

"Ahhhhh....hmmmm...geliii Raulll.... hentikannn... ahhhh..."

Raul tidak peduli dengan perkataanku, dia terus menikmati buah dadaku dengan penuh nafsu. Isapan dan remasan Raul dengan cepat membangkitkan gairahku. Tanganku justru memeluk kepalanya.

Dalam posisi berdiri tangan Raul turun ke selangkanganku. Jarinya langsung dapat mencapai vaginaku karena selangkanganku hanya ada tali celana dalam g-String. Tali nya cukup digeser jarinya langsung tercelup ke dalam liang vaginaku. Raul dengan leluasa menyentuh klitoris ku sambil memainkannya. Kurasakan jari tangannya besar dan kasar bergerak-gerak dalam liang vaginaku.

"Aaaaaaahhhhh....aaaaaahhhhh...aaaahhhh...Rauuulll...ooohhhh.... Rauuullll.....!!!!

Kuakui sungguh hebat permainan Raul. Dia tahu semua titik-titik sensitifku bahkan yang paling rahasia. Jarinya terus bermain di titik rahasiaku sampai akhirnya vaginaku menyemburkan cairan cintaku sampai membasahi tangannya. "AAAAAAAHHHHHH.....!!!!!

Ini pertama kalinya aku orgasme dalam posisi berdiri begini hanya dengan permainan tangan.

"Apa yang saya bilang, kalau Aling ikuti takdir malam ini, Aling akan merasakan kenikmatan ini bahkan ini belum ada apa-apanya sayanggg..." kata Raul sambil kedua tanganku masih tergantung di bahunya.

"Sini sayangg...." Raul menarik tanganku lalu mengajakku duduk di satu kursi yang ada di teras. Kami sama-sama menghadap kolam renang sambil menikmati sinari cahaya purnama yang terang. Akupun duduk di atas pangkuannya membelakangi dia.

Di atas pangkuannya, dari belakang Raul meraba seluruh tubuhku. Punggungku diciumnya dengan penuh kelembutan. Tangannya meremas-remas payudaraku, sesekali meraba pahaku sambil menyentuh bibir vaginaku.

Sentuhannya tangannya membuat gejolak birahiku kembali bangkit. Sensasi ini membuatku menutup mataku dengan kepala yang menengadah ke atas sambil kusandarkan punggungku ke dadanya. Pahaku kulebarkan sedikit demi sedikit agar tangannya leluasa mengerjai vaginaku. Aku ingin lagi merasakan kenikmatan yang barusan kualami.

"Alinggg sayanggg... kamu mau belajar renang ? tadi katanya kamu mau saya ajari renang..." kata Raul. Sejujurnya aku sudah tidak berminat belajar berenang lagi, tapi karena aku sempat bilang padanya kalau aku mau diajar renang, terpaksa aku berpura-pura mau.

"Oh mau donggg... mana janjinya ? katanya mau ngajari Aling berenang...." tanyaku pura-pura.

Kamipun menuju ke kolam renang. Karena aku hanya mengenakan celana dalam g-string maka aku langsung saja turun ke kolam. Sedangkan Raul masih menurunkan celana panjangnya menyisakan celana dalamnya lalu menyusulku dengan lompatan meluncur bagai seorang yang profesional. Raul berenang sampai ke ujung dengan gaya kupu-kupu lalu kembali lagi mendekatiku.

Dia menarik tanganku agar kakinya mengepak dalam air. Mata Raul terus melirik kepada payudaraku yang tanpa penutup sedang terapung-apung di air.

"Kenapa sih lihat-lihat...? " kataku malu sambil menutup payudaraku.

"Saya hanya mengagumi tubuhmu Ling...***k boleh ya..."katanya. Aku hanya memalingkan wajahku darinya sambil tersenyum sendiri. Lalu Raul meluncur kearahku lalu mendorongku ke tepi kolam dan akupun berhadapan dengannya.

Raul mencium bibirku, tapi dari dalam air tangannya menyusup ke bawah menurunkan celana dalamku. Tidak sulit melepas celana dalamku dalam air. Setelah dilepas, celana dalamku dihirup sebenar lalu dilemparkan ke tepi kolam. Aku tidak mau kalah, tanganku mencoba menyentuh kemaluannya dari luar celana dalamnya.

"Waw", besar banget penis Raul, kata dalam hatiku. Dari dalam air, tangan Raul mengenggam jemariku lalu menuntun tanganku untuk masuk kedalam celana dalamnya. Gila, besar sekali kemaluan lelaki India. Satu tangannya lagi memainkan vaginaku. Sambil terus berciuman kami saling menyentuh kemaluan kami.

Beberapa saat kemudian, Raul mengajakku keluar dari kolam renang lalu menuju ke kursi santai kolam renang. Aku duduk di salah satu kursi dan Raul duduk di kursi lainnya sambil menurunkan celana dalamnya yang sudah basah. Kini di tepi kolam ini kami sama-sama tidak berbusana lagi.

Aku benar-benar terkejut melihat penis Raul. Ternyata ini penis yang tadi kusentuh dalam air. Sungguh mengerikan penis ini, bentuknya panjang dan besar berwarna hitam pekat. Sangkain terkejutnya aku membuat ekspresi wajahku terbaca oleh Raul.

"Kenapa Linggg...? belum pernah lihat kontol lelaki India...? tanya Raul

"Belum pernah nih..." jawabku

"Bagaimana menurutmu...? tanya lagi.

"Jujur buat aku ini menakutkan sekali..." jawabku jujur.

"Apa yang bikin kamu takut sayanggg...? ukurannya? bentuknya atauu....warnanya? tanyanya lagi.

"Semuanya Pakk..." jawabku.

"Tidak perlu takut sayanggg... kontol ini bisa bikin aling puas... malam ini kontol ini ditakdirkan menjadi milik Alinggg... sini sayang nikmati kontol saya ini...." kata Raul sambil menarik tanganku. Aku disuruh naik ke atas kursi santai yang sedang didudukinya.

Kini aku duduk diantar kedua pahanya yang terbuka lebar berhadapan dengan kontol India yang seakan menunggu kusentuh. Raul menyibakkan rambutku ke belakang telingaku lalu mendorong kepala ku kearah penisnya. Sedikit aku menolak karena merasa ngeri dengan penis ini.

"Kenapa sayang..?! coba kamu genggam dulu kontol saya ini...." pintanya. Pelan-pelanku ganggam dengan jemiriku. Penis ini gemuk dan panjang seperti buah terong yang sering ku masak di dapur.

"Dikocok pelan-pelan dulu..." kuikuti perintah Raul lalu dengan pelan kukocok penisnya.

"Betul begitu...bagus Linggg... aahhh...bagusss..." puji Raul

Tidak berapa lama tanganku merasakan penis Raul semakin keras dan bertambah panjang.

"Aaaahhh..bagusss terusinn Linggg..." penis Raul semakin tegak dan kaku, menakutkan sekali.

"Sekarang kamu pakai mulutmu Lingg..." tangannya mendorong kepalaku ke arah penisnya.

"Cuppp...cuuupp..." kucium lembut penis Raul yang mengerikan ini. Pelan pelan ku julurkan lidahku menjilat kepala penisnya yang berwarna merah kehitaman. Penis Raul juga sudah disunat seperti laki pribumi umumnya.

"Buka mulutmu Linggg... kontol saya mau masuk..." perintahnya. Kubuka mulutku lalu kumasukkan penisnya mulai dari kepalanya. Mulutku hanya sanggup menampung setengah dari panjang penisnya. Penisnya yang gemuk membuat rongga mulutku terasa sesak bahkan agak sulit bernafas.

Beberapa saat kemudian, Raul mengarahkan ku agar berbaring di tubuhnya dengan arah yang berlawanan.

"Ini namanya 69 Linggg..." kata Raul. Aku terus mengisap penisnya yang besar dan Raul mulai menjilat vaginaku.

"Aaaahhh...hhmmm...."Enakk sekali sensasi jilatan Raul. Lidahnya bergerak-gerak di klitoris ku rasanya selangit..

"Rauuullll....aaaaahhhh....aku mau keluarrr..." aku bilang begitu karena takut cairan cintaku muncrat kena wajahnya.

"Gak masalah Lingggg....keluarin saja yang banyak seperti tadi..." katanya.

"Aaaaaahhhhh....aaaaaaahhhhh...hhmmm..." Jilatan Raul telah membuatku orgasme.

"Lingggg... sekarang kontol saya ini masukin ke memek kamu ya..." pinta Raul

"Jangann Pakkk...." jawabku terkejut. Bagaimana bisa penis sebesar ini bisa muat di vaginaku.

"Loh kenapa sayanggg.? tanyanya

"Punya Raul terlalu besar...aku takuttt..." jawabku.

"Hahahahaha... jangan takut sayangggg...lama kelamaan Aling akan suka penis India ini... lagipula Aling tadi muncratnya banyak sekali...pasti tidak sakit lagi, yang ada itu enak Linggg... " jelasnya.

"Sini Aling naik ke atas terus Aling yang masukin sendiri...jangan lihat ke saya supaya Aling gak grogi..." tambahnya. Akupun naik ke atas Raul lalu membelakangi wajahnya. Kuganggam penis nya yang besar itu pelan-pelan kuarahkan ke vaginaku yang memang sedang becek.

Rasanya berdebar-debar saat detik-detik penisnya masuk ke vaginaku. Kuturunkan pantatku hingga penisnya yang besar itu menyentuh bibir vaginaku. Duhh... besar sekali kepala penisnya.

"Ohhh Raulll....besar banget...!!! kataku

"Iya terusin Linggg...tidak usah takut..." kata Raul.

Dengan pelan juga kuturunkan pantatku lagi memuat bibir vaginaku semakin terbuka menyambut penis Raul.

"Aaarrrggghhhhh...aaaarrrrggghhh....oohhhhh...." mulutku seakan melongo merasakan penis Raul semakin melesak masuk semakin dalam ke liang vaginaku.

"AAAAAARRRRRGGGGHHHHHH.....!!!!! penis Raul yang panjang menembus vaginaku bahkan terasa sampai ke dalam rahimku. Penisnya yang gemuk itu membuat rongga vaginaku terasa sesak.

"Digoyang sayangg..." kata Raul.

Tanganku memegang kedua paha Raul sambil pelan-pelan ku keluar masukkan penis India yang besar ini.

"Oooohhh....Raulll...ooohhhh...."Sedikit banyak selaput vaginaku sedikit terasa perih seakan koyak. Mungkin penis Raul terlalu gede buat vaginaku.

"Bagusss Linggg memek kamu memeng sempit... terusin ayoo...bagusss...." tangannya memegang pinggangku mengikuti gerakan naik turun.

Kepalaku menengadah ke langit melihat terangnya bulan purnama yang menyaksikan kami sedang beradu kelamin di tepi kolam.

"Aaaahhhh...aaaahhhh...oooohhhh...Rauullll....aaaahhhh...."

Rasa perih itu kini berubah menjadi rasa nikmat yang tiada tara di kemaluanku. Takdir benar-benar berpihak padaku. Menurut kepercayaannku bahwa keluarnya bulan purnama membuat birahi seluruh mahkluk menjadi bangkit. Ternyata itu benar, malam ini tubuhku terasa berbeda dari hari biasanya. Gelora birahi terus meningkat dalam diriku. Terang purnama menyinari tubuhku membuatku menjadi wanita yang sedang dikuasai nafsu yang tidak terbentung oleh siapapun.

Hanya satu yang kukejar malam ini: KEPUASAN!!!! Aku tidak peduli lagi dengan statusku, tidak peduli dengan Afuk suamiku, apa yang sedang dilakukan Asen dan Velin sekarang. Malam ini aku hanya seorang wanita yang butuh kepuasan birahi.

Di bawah bulan purnama ini akan kulampisakan seluruh nafsu birahi ku kepada lelaki India yang beda etnis maupun warna kulit.

"Aaaaaaaahhhhh.....aaaaaahhhh...Raaauuulll..... kontolnya enakkkk....!!!! aku mendesah sejadi-jadinya tanpa peduli nanti sekitarku.

"Hmmm.....Aaaaahhhh...Aaaaahhhhh....Aaaahhhh..." aku mencapai orgasmeku.

Tidak lama kemudian,

"Lingggg.... terimaa peju sayaaa....uhhhh....uuuhhhh.....!!!! Raul mengeluarkan spermanya dalam memekku. Spermanya banyak sekali sampai tertumpah keluar.

"Rauuullll...banyak sekali spermanya...ooohhh..." kataku lalu ku keluarkan penisnya dari vaginaku. Akupun membaringkan diri dalam pelukannya tanpa berkata apa-apa lagi. Kami hanya terdiam menatap rembulan yang menyinari kami bagai sepasang kekasih.

Walapun Raul sudah ejakulasi tapi kurasakan penisnya masih keras berdiri gagah menempel di perutku. Kuberanikan diri untuk menyentuh penis yang barusan membuatku orgasme.

Sejujurnya aku masih ingin bersenggama dengan lelaki India ini. Aku masih haus, gelora birahi dalam tubuhku belum sepenuhnya reda. Sebagai wanita aku punya rasa gengsi untuk meminta kepada lelaki yang baru saja kukenal ini. Aku hanya bisa memberikan tanda dengan harapan dia bisa mengerti keadaanku yang masih butuh dipuaskan olehnya.

Apakah persenggamaan ini sudah berakhir ?

Apakah hanya begini keperkasaan seorang lelaki India ?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd