Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Snatching The Sultan's Wives

(STSW 7)


Seminggu pun tak terasa telah berlalu. Kehidupan rumah tangga Raffi dan Nagita pun semakin harmonis dari hari ke hari. Gosip-gosip miring yang dulu kerap menerpa Raffi, seolah telah menghilang seiring berjalannya waktu. Hari-hari pasangan itu pun, kini mulai dilalui mereka dengan tenang, tanpa satupun masalah yang berarti.

Layaknya pagi itu, dikala Raffi yang sudah terkenal sebagai seorang artis yang super duper sibuk, ternyata tak sengaja bangun lebih awal dari biasanya. Oleh karenanya, pria dengan segudang talenta itu pun langsung saja meminta Nagita yang juga baru saja bangun di sampingnya, untuk ikut menemani dirinya mengantarkan Rafathar ke sekolah.

"Sayang, kita anter Rafathar yuk?"

"Ayo, sayang! Pasti seneng tuh dia, kalo dianterin mama-papanya.."

Nagita pun kemudian langsung saja membangunkan sang putra, Rafathar, yang masih tertidur ditengah-tengah keduanya. Setelah bocah lelaki itu bangun, Nagita kemudian mengajak Rafathar keluar kamar dan memanggil Mbak Lala. Selanjutnya, ia pun langsung mempersiapkan semua keperluan Rafathar sebelum bocah tampan itu berangkat menuju ke sekolahnya.

Saat Rafathar telah siap untuk berangkat sekolah, Nagita yang sudah ditemani Raffi dan Mbak Lala, langsung saja menuju ke teras depan rumah mereka. Begitu mereka tiba di teras, sosok Pak Salim yang biasanya sudah stand by untuk mengantarkan Rafathar ke sekolah, mendadak belum juga kunjung terlihat disana. Yang ada disana, malah justru sosok Pak Tarjo yang saat itu nampak tengah asik berngopi ria sembari menikmati rokok kretek andalannya.

"Pak Tarjo, mana Pak Salim?", tanya Raffi.

"Anu A.. beliau katanya sakit, badannya meriang dari tadi subuh..", jawab Tarjo sembari meletakan rokok yang ia pegang ke asbak.

"Tuh dia dikamarnya lagi istirahat, tadi dia ngasih tau saya soalnya.. mau ngasih tau Aa dan Mbak Gigi tapi gak enak karena Aa masih tidur katanya..", sambung pria tua yang saat itu terlihat sesekali malah melirik ke arah Nagita.

Raffi yang memang adalah sosok bos yang baik hati, lantas memaklumi keadaan Pak Salim di pagi itu. Maka dari itu, ia pun langsung menyuruh Tarjo yang mengantarkan mereka ke sekolah Rafathar pada pagi itu. Tarjo yang juga tampak tidak keberatan itu pun, kemudian langsung mengiyakan perintah sang bos dan menuju ke arah mobil Alphard milik Nagita.


* * *​


Untuk yang kesekian kalinya, saat tengah mengemudikan mobil, ekspresi wajah Tarjo nampak berubah seperti sedang menahan emosi. Pria tua itu benar-benar sangat cemburu, ketika melihat Nagita bergelayut manja sambil dirangkul Raffi kala keduanya tengah duduk dikursi tengah mobil.

Mbak Lala yang saat itu duduk dikursi depan, persis di sebelah Tarjo, nampak tak sekalipun menyadari jika ekspresi pria tua yang tengah menyetir disampingnya itu sudah berubah masam.

Sepanjang perjalanan menuju sekolah Rafathar, bahkan hingga tiba kembali di kediaman Raffi dan Nagita, emosi Tarjo benar-benar terus diuji akibat tak kuasa menahan cemburu karena menyaksikan kemesraan kedua majikannya itu. Berkali-kali Raffi terlihat menciumi dahi dan pipi sang istri yang disaat bersamaan juga terus bergelayut dalam pelukannya, sewaktu keduanya berada di dalam mobil mereka yang dikemudikan Tarjo.

Hal tersebut sudah jelas mengakibatkan Tarjo makin sakit hati begitu mereka sudah tiba kembali di kediaman Raffi. Ia yang saat itu langsung masuk ke kamarnya, nampak meluapkan emosinya dengan memukul-mukul dinding kamarnya, "DUG!!! DUG!!!!!!"

"Ah! Anjeng!", makinya kala itu.

"Bisa-bisanya ada gua, tapi mereka malah mesra-mesraan gitu di dalam mobil!"

Dengan tatapan yang penuh dengan amarah, Tarjo terlihat mengepalkan tangannya dengan sangat kencang, "Terpaksa, kalo kayak gini gua udah harus bertindak!"

"Mau nunggu kesempatan juga kagak tau bakalan dateng kapan tu kesempatan!", sambungnya sambil memperlihatkan tatapan yang begitu mengerikan.

Ia yang sampai saat itu belum juga kunjung menemukan cara untuk menjalankan rencananya, akibat tak berani masuk ke kamar Nagita, nampak langsung terlihat berpikir keras kala itu. Keberadaan beberapa kamera cctv yang terpasang disetiap sudut rumah Nagita seakan menjadi penghalang terbesar Tarjo untuk memulai semua rencananya.

Pria tua yang otaknya sudah penat karena terus-terusan berpikir sembari menahan emosi itu pun, sampai-sampai secara tak sengaja langsung ketiduran disaat itu juga.

Sampai akhirnya, setelah tertidur selama kurang lebih 2 jam, ia pun akhirnya sudah kembali terbangun dengan sendirinya.

"Hoayem... ampe ketiduran gua.."

Dengan tubuh yang rasanya masih malas, Tarjo nampak menengok ke arah ponsel miliknya yang berada di samping kepalanya.

"Udah mau jam 10.. "

"Ehmm.. laper banget gua.."

"Makan dulu aja dah kalo gini.."

Tarjo lalu segera bangkit dari kasurnya, kemudian membuka pintu kamarnya. Begitu keluar kamar, langsung saja pria tua tersebut berjalan menuju ke arah dapur lantai 1 di rumah itu. Namun, ketika tengah melewati salah satu ruangan dirumah itu, Tarjo lagi-lagi terlihat kembali melongo karena disuguhi sebuah pemandangan yang indah kala itu.

"Wah, bangsat!!!"

"Montok bener Non Gigi!!!"


DLSxAE3P_t.jpg
uktTmh8u_t.jpg



Sontak saja, pemandangan yang memperlihatkan sosok Nagita, Mbak Lala, beberapa karyawan Rans, serta art dirumah itu yang tengah asik bersenam zumba, membuat penis Tarjo seketika langsung mengeras saat itu juga. Oleh karenanya, Tarjo pun langsung saja memutuskan untuk mengintip aktifitas zumba mereka dari balik tembok ruangan itu.

"Duh.. keringatnya Non Gigi... ssh..", desis Tarjo sambil meremas-remas penisnya, selagi ia tengah mengintip.

Namun, setelah beberapa saat ia asik mengintip, secara mendadak punggungnya sudah ditabrak oleh seorang bocah perempuan yang adalah anak dari salah satu art Nagita bernama Bi Sumi "BRUK!"

"Aw!...", pekik keduanya saat itu.

Bocah perempuan yang bernama Sekar tersebut, kala itu sedang asik memainkan ponsel miliknya, sehingga tak sengaja menabrak punggung Tarjo.

"Duh.. Sekar, kalo jalan tuh jangan sambil main hape napa..", kata Tarjo dengan mengecilkan volume suaranya.

Sekar pun nampak tertunduk, "Eh.. iya Kek, maaf.."

"Malah panggil Kakek! Kan udah dibilangin, panggil Om aja!", balas Tarjo.

"Eh, iya.. maaf Om.."

Sekar yang setelah itu akhirnya meninggalkan Tarjo, langsung terlihat kembali dikejar oleh pria tua itu, "Sekar!... Nak.. stop, nak!"

Sekar yang baru saja akan naik ke lantai 2 rumah pun, lalu menoleh ke arah Tarjo, "Iya? Kenapa, Kek?"

"Eh.. Om, maksud Sekar.. hehe..", ralat bocah tersebut.

Tarjo yang kala itu telah menghampiri Sekar, kemudian sedikit celingak-celinguk mengecek keadaan di sekitar mereka. Setelah dirasa aman, ia pun langsung saja mengutarakan sebuah penawaran pada bocah tersebut.

"Sekar mau es krim sama coklat gak?"

"Ah.. bosen, Om!"

Wajah Tarjo kemudian langsung berubah bingung, "Eh.. terus, Sekar lagi pengen apa sekarang?"

Bocah perempuan tersebut kemudian segera menunjukan layar ponsel miliknya kepada Tarjo yang membuat Tarjo makin bertambah bingung kala itu, "Nih, Om!"

"Apaan nih?"

"Game Free Fire, Om!"

"Oh.. permainan yah, terus?"

"Iya, Om.. Sekar lagi pengen beli baju yang ini, tapi harus top up dulu.."

"Top up?"

"Iya, Om.. pake uang beneran!"

Tarjo yang tidak paham dengan apa yang dimaksud Sekar, kemudian bertanya pada bocah perempuan tersebut perihal apa yang ia maksud. Setelah Sekar selesai memberikan penjelasan, barulah Tarjo mulai sedikit lebih paham.

"Brengsek! Mau dipalakin nih gua!", batinnya kala itu.

"Ya udah, terus perlu uang berapa?"

Sekar yang semula memberi penjelasan dengan penuh semangat, perlahan mulai berubah malu-malu, "150 ribu, Om.. hihihi.."

Nominal yang disebutkan Sekar seketika langsung membuat Tarjo menelan ludah, "Buset, mahal amat!"

"Mana duit rokok gua yang dikasihin A Raffi sisa 165 ribu lagi!", gumam Tarjo dengan lirih.

Sekar yang melihat Tarjo mulai bimbang, kemudian terlihat ingin pergi dari hadapan pria tua tersebut.

"Ya udah kalo gak mau.. Sekar ke atas dulu, yah?", kata bocah itu sambil membalikkan badannya dengan santai.

Tarjo yang akhirnya telah mengambil keputusan untuk mengorbankan hampir semua uang yang ia miliki, lantas menahan kembali langkah bocah tersebut, "Eh! Bentar, bentar!"

Sekar pun sontak kembali menoleh ke arah Tarjo.

"Oke, Om beliin, tapi.."

Setelah menengok ke sekelilingnya, Tarjo pun langsung saja membisikan sebuah syarat ke telinga Sekar yang membuat bocah itu dengan seksama mendengarkan bisikan Tarjo, hingga dirinya selesai berbisik.

"Gimana? Bisa, kan?"

Ekspresi wajah Sekar kemudian berubah bingung.

"Tapi kenapa jangan sampe ketahuan Tante Gigi, Om?", tanya bocah tersebut dengan penasaran.

Suara Sekar yang terdengar cukup nyaring, membuat Tarjo sedikit panik dan menutup mulut bocah perempuan itu. "Ssttt.. jangan keras-keras, Sekar!"

"Udah, pokoknya tugas Sekar cuman ikutin apa yang om bisikin tadi.. Sekar kan udah biasa masuk-masuk ke kamarnya Tante Gigi.."

"Nanti kalo Om gajian, Om tambahin top up lagi deh!"

Sekar yang semula masih agak ragu itu, akhirnya menyanggupi persyaratan yang diberikan Tarjo, "Iya deh, Om.. Sekar mau!"

"Tapi, janji yah? Abis ini, Om langsung top up ini diamond Sekar ke Alfamart depan!"

"Iya, iya Sekar! Abis ini, kita berdua sama-sama ke Alfamart depan sono!"

Setelah bersepakat, Tarjo pun langsung membawa Sekar menuju dapur untuk mengatur siasat guna memuluskan rencananya. Disana, pria tua itu mulai melepaskan ponsel milik Sekar yang memang sengaja digantungkan sang ibu pada sebuah gantungan ponsel di leher bocah tersebut.

"Nah, skarang hapenya Sekar diganti sama hapenya Om dulu, yah? Nanti kalo udah selesai, Sekar ambil lagi hapenya di Om.. hehe..", ujar Tarjo saat sudah selesai menggantungkan ponsel miliknya di leher Sekar.

Bocah perempuan yang usianya sepantaran dengan Rafathar itu pun hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja tanda paham. Setelah itu, ia pun langsung saja terlihat mendengarkan briefing yang disampaikan oleh Tarjo.

Emosi pria tua tersebut yang semakin hari semakin memuncak, akibat cemburu melihat kemesraan Raffi dan Nagita, sontak membuat nyalinya ikut makin bertambah saat itu. Kemesraan Nagita dan Raffi saat berada di mobil yang ia kemudikan pada beberapa jam yang lalu, seakan menjadi puncak dari semua batas kesabaran Tarjo.

Itu pula yang menyebabkan pria tua tersebut, saat itu bahkan sudah tak lagi berpikir panjang perihal resiko dari rencananya ini. Ia bahkan sudah siap menerima konsekuensi apabila rencananya itu ketahuan oleh Nagita ataupun orang lain. Mau di pecat atau bahkan dipenjara sekalipun, Tarjo nampaknya sudah tak peduli lagi akan hal itu.


* * *​


Setelah kegiatan zumba Nagita bersama para karyawati Rans dan beberapa art telah usai, mereka semua lalu duduk beristirahat sambil mengobrol dengan santai di dekat kolam renang rumah Nagita.

Herna, salah seorang karyawati Rans yang tempo hari ikut bersama Nagita ke Yayasan Tali Kasih, saat itu sedang duduk di dekat Nagita dan Mbak Lala. Setelah mengambil minuman masing-masing, Herna kemudian terdengar bertanya kepada Nagita dan Mbak Lala perihal Pak Tarjo.

"Mbak, terus gimana kerjaan si Bapak itu selama seminggu ini?"

Setelah menyeruput jus jeruk miliknya, Nagita pun kemudian menjawab, "Hm.. sejauh ini sih aman, Na.."

"Aku juga masih jarang pergi keluar kok, Na"

"Oh, baguslah kalo gitu, Mbak.."

Mbak Lala yang juga turut berada diantara mereka, tak mau ketinggalan angkat suara, "Na?"

Herna pun menengok ke arah Mbak Lala, "Apaan, La?"

"Kamu belom ngasih tahu Mbak Gigi?", balas Mbak Lala.

Wajah Nagita kemudian berubah penasaran, "Ngasih tahu apaan?"

"Aduh, jangan maen rahasia-rahasiaan segala dong!..", rengek Nagita kala itu.

Karena tak tega melihat sang majikan penasaran, Mbak Lala pun segera memberikan kode pada Herna agar saat itu memberitahu Nagita. Herna yang mendapat kode dari Mbak Lala pun, akhirnya langsung membisikan sesuatu kepada Nagita, "Mbak Gigi gak ada rencana mau mecat Pak Tarjo?.."

Nagita pun agak kaget saat itu, "Ha?"

"Kok kamu ngomong gitu, Na?"

"Iya, Mbak.. aku beberapa hari lalu pernah ngobrol ini ama Mbak Lala dan Om Merry.."

Alis Nagita kemudian mulai mengkerut, "Ngobrol?"

"Iya, Mbak.. menurut kita, mendingan Mbak Gigi cepet-cepet deh pecat tu bapak-bapak..", sambung Mbak Lala yang kala itu ikut kembali angkat suara.

Ekspresi wajah cantik Nagita pun makin berubah penasaran, "Eh, tapi kenapa, La?"

Giliran Mbak Lala yang mulai menjelaskan kepada sang majikan terkait alasan mereka memintanya untuk memberhentikan Tarjo. Pengasuh Rafathar tersebut mulai merapatkan duduknya ke tubuh Nagita, "Gini, Mbak Gigi.."

Nagita yang sudah penasaran, lalu memfokuskan pendengarannya, "Iya.. iya, gimana La?"

"Jadi..Mbak Gigi, Aku, Herna, Sus Rini sama beberapa anak kantor, sering banget ngeliat dia selalu natap Mbak Gigi.."

"Loh, kan cuma natap La?", tanya Nagita yang sepertinya belum mengerti maksud perkataan Mbak Lala.

"Iya, Mbak.. kalo cuma natap doang mah kita gak apa-apa.."

"Ini dia natap.. tapi, sambil raba-raba burungnya dari luar celana gitu, hiii...", timpal Mbak Lala, sambil memperlihatkan eskpresi wajah menahan jijik.

Nagita pun seketika itu juga berubah shock. Ia terkejut mendengar pengakuan Mbak Lala yang kala itu ikut juga diiyakan Herna.

"Yang bener kamu, La?", tanya Nagita lagi sambil mengelus dada.

"Sumpah, Mbak! Mana mungkin Lala bohong?", tegas Lala dengan begitu yakin.

Nagita yang mulai bimbang tersebut, kemudian menatap ke arah Herna, "Beneran, Na..?"

"Iya, Mbak.. bener yang dibilang, Mbak Lala.."

Pertimbangan demi pertimbangan pun mulai dipikirkan oleh Nagita saat itu juga. Ia yang sebenarnya juga sejak awal tidak sreg dengan kehadiran sosok Pak Tarjo, kala itu tak enak hati jika akan langsung memecat pria tua tersebut. Hal itu disebabkan, karena Nagita sendiri merasa bahwa dirinya tidak pernah melihat langsung Pak Tarjo melakukan hal seperti yang diberitahukan Mbak Lala dan Herna.

"Pecat aja, Mbak..", desak Mbak Lala ketika sang majikan terlihat sedang menimang-nimang.

"Iya, Mbak.. takutnya tuh orang nanti ngelakuin sesuatu yang lebih ekstrim loh nanti..", tambah Herna.

Dirinya yang mendapat desakan dari salah dua wanita yang begitu ia percayai, lantas perlahan menjadi sedikit yakin dengan perkataan Mbak Lala dan Herna. Tidak mungkin kedua orang tersebut sengaja memfitnah Pak Tarjo jika tidak ada alasan yang logis, pikirnya.

"Ehm.. ya udah deh.."

Ekspresi Mbak Lala dan Herna pun seketika itu mulai berubah sumringah. Mbak Lala bahkan langsung bertanya saat itu, "Ya udah apa, Mbak?"

"Aku bakal berhentiin dia, tapi..."

Keduanya lagi-lagi langsung bertanya saking penasarannya, "Tapi apa, Mbak?"

Nagita lalu bangkit dari tempat duduknya, diikuti dengan pandangan Mbak Lala dan Herna yang terus menatap ke arah wanita cantik tersebut.

"Tapi.. tunggu genap sebulan dulu, biar dia bisa nerima gaji pertamanya dia..", sambung Nagita yang selanjutnya sudah mulai melangkahkan kakinya meninggalkan area tersebut.

"Eh.. Mbak, mau kemana?"

"Ke atas, La... mau mandi, udah gerah banget gue, say..", balas Nagita yang sudah berlanggak-lenggok menuju ke arah tangga rumah dan langsung naik ke lantai 2.

Seperginya sang majikan, Mbak Lala beserta Herna pun kemudian lanjut mengobrol soal sosok Pak Tarjo. Kedua wanita tersebut akhirnya mulai merasa lega dengan keputusan Nagita yang akan memecat pria tua tersebut nantinya.

"Baguslah kao Mbak Gigi udah mau mecat tuh bapak-bapak!", ujar Mbak Lala yang kali itu mulai lebih merasa tenang.

"Iya, Mbak Lala.. Herna juga seneng dengernya.."

* * *​

Nagita yang saat itu sudah berada di lantai 2 rumahnya, terlihat baru saja masuk ke dalam tidur pribadinya bersama Raffi. Ia yang saat itu bermaksud untuk mandi, sempat menyempatkan diri untuk menengok sang putra kedua, Rayyanza, yang saat itu masih tertidur lelap di ranjang miliknya dan sang suami.

"Cipung lagi tidur nih, guys..", kata Nagita yang kala itu berbicara sendirian, seakan-akan sedang ngevlog di depan kamera.

Setelah melihat sang bayi lucu tersebut, Nagita yang sedari tadi telah merasa gerah itu pun, langsung saja memutuskan menuju kamar mandi pribadinya.

Akan tetapi, tinggal sedikit lagi langkah wanita cantik itu akan tiba di pintu kamar mandi, sebuah suara ketukan mendadak terdengar dari balik pintu kamarnya. "TOK!.. TOK!.. TOK!!.."

"Tante! Tante Gigi!"

Nagita yang kala itu menghentikan langkahnya, akhirnya memutar badan lalu menuju pintu kamarnya yang barusan diketok-ketok itu.

Saat dirinya baru saja akan membuka pintu kamarnya, suara seorang bocah perempuan yang sudah kita tahu bersama jika itu adalah Sekar, mendadak terdengar lagi memangil nama Nagita, "Tante.. Tante Gigi!.."

Nagita yang lalu sudah membuka pintu kamarnya, kemudian tersenyum melihat kehadiran sosok Sekar yang tengah berdiri di depan pintu sambil memainkan ponsel, "Eh, Sekar?"

"Ngapain sayang?"

"Sekar pengen liat Cipung, Tante.."

"Yah.. Cipungnya masih bobo tuh.."

"Ah, nggak apa-apa, Tante.. Sekar pengen liat aja, hihihi..", kilah bocah perempuan yang saat itu telah disogok oleh Tarjo.

Nagita yang sudah terbiasa membiarkan Sekar masuk ke dalam kamarnya karena bocah tersebut memang sudah sering bermain bersama Rafathar serta saudara-saudaranya, akhirnya mempersilahkan bocah perempuan tersebut untuk masuk ke dalam kamar, kemudian menutup kembali pintu kamarnya.

"Sekar, jagain Cipung dikasur Tante aja yah? Tante mau mandi dulu.."

"Oke, Tante.. hihi.."

Setelah meninggalkan Sekar yang telah duduk diatas kasurnya bersama Rayyanza yang masih tertidur pulas, Nagita pun langsung saja kembali menuju kamar mandi.

Begitu berada di dalam kamar mandi, Nagita terlihat langsung saja melepaskan semua pakaiannya hingga tubuh montoknya benar-benar seketika langsung terpampang nyata disaat itu juga. Sesuai kebiasaannya sejak dulu, ia memang sudah terbiasa jarang mengunci dari dalam pintu kamar mandi pribadinya jika akan mandi. Tentu saja kebiasaan itu disebabkan karena selama hidup, Nagita memang selalu mempunyai kamar mandi pribadi yang terletak di dalam kamarnya.

Sambil bernyanyi-nyanyi kecil, wanita cantik tersebut pun sudah terlihat masuk ke dalam bathub mewah miliknya, lalu segera berendam di dalam bathub tersebut.

"Na.. na.. naa... naa....na..."

Hingga beberapa menit berselang, Nagita yang saat itu tengah nyaman-nyamannya rileks di dalam bathub, tampak tidak menyadari jika sosok Sekar ternyata baru saja tiba di depan pintu kamar mandinya yang berbahan kaca.

Sekar yang ternyata sedari tadi telah membawa ponsel milik Tarjo di lehernya, terlihat dengan perlahan mencoba mendorong pintu kamar mandi milik Nagita yang terbuat dari kaca tersebut. Namun, saat bocah tersebut sudah berusaha mendorong pintu itu, ternyata pintu kaca tersebut malah telah dikunci oleh Nagita dari dalam sana.

"Yah.. dikunci..", keluh Sekar dengan volume suara yang sangat pelan kala itu.

Akibat keadaan tersebut, Sekar sontak berpikir untuk mengurungkan niatnya pada saat itu. Ia bahkan terlihat sudah kembali lagi ke kasur Nagita dan duduk diatas kasur tersebut disamping Rayyanza yang masih tertidur pulas.

"Apa Sekar keluar aja yah skarang?", gumam Sekar kala itu.

"Aduh.. tapi, sayang banget diamond free fire Sekar..", sambungnya lagi dengan wajah murung.








bersambung...
 
Ini cerita bgus bgt, alurnya gak buru2 trus tratur. emosi si pak tarjo jg brsa bgt wkwkwk pkoknya ini crta gokil hrus lnjut dh wkwkw
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd