Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Story Of Damar

Schiffer_RA

Semprot Kecil
Daftar
9 Oct 2021
Post
58
Like diterima
2.352
Bimabet
PLAKKK

"oy sendirian aje lu" teriak suara laki-laki di barengi dengan tampolan di kepalaku.

"jemb*d, sakit begoooo.. " ucapku mengelus kepalaku.

"hehehe lagian lu kayak kagak punya teman lu, ke kantin sendirian" ucap nya sambil duduk di sebelahku.

"mbakkk... Nasi ikan 1 yakk.. Minum nya es teh" ucap nya kembali memesan dengan sedikit teriak.

Hehehe perkenalan dulu kali yak. Namaku adalah Damar Wardana, aku adalah mahasiswa semester 5 jurusan peternakan. Sementara yang teriak di sebelahku barusan, dia adalah kawan baikku sejak kami masih SD Aris namanya. Kami sama-sama dari desa, namun kami pergi ke kota untuk kuliah. Kami beda jurusan tapi semester kami sama. Aris dia mengambil pertanian. Kalau di tanya kenapa beda, karena di desa orang tua kami beda pekerjaan. Ayahku adalah peternak sapi, ya walau tinggal di desa bisa di bilang ayahku sukses dengan ternak sapi nya. 3 hektar luas lahan yang di gunakan untuk sapi-sapi nya. Sedangkan Aris, ayahnya seorang petani kopi. Ya sama dengan ayahku. Ayahnya Aris juga memiliki 3 hektar kebun kopi.

"sante aja kali mesen nya, datang ke sono lah kgk usah tereak-tereak" ucapku padanya sambil menyantap pesananku.

"yaelah dikit doank Mar. Kan kgk buat orang lupa jalan pulang kan denger suara gua" ucapnya mengelak. Ya Aris ini orangnya humoris ke siapapun yang, mau itu orang la, berbeda denganku yang dengan orang tak begitu akrab. Ya sebenarnya aku ini orang nya bacot, tp kalau dengan orang lain aku diam berarti orang itu belum asik menurutku.

"kuping gua di sebelah lu ini masih nyantol di tempatnya ya njeng" ucapku sambil terus menyantap pesananku

"hehehe kok lu yg jadi ngegas, noh liat orang-orang pada ngeliatin lu tu"
Aku sedikit melirik sekitar, dan ternyata benar kalau mahasiswa lain sedang menatap kami. Ya wajar saja karena aku ini di luar terkenalnya pendiem. Namun aku tak begitu ambil pusing, selama dia tak merugikan ku aku bodo amat.

"ya udh sory" lanjutku.
Oh iya sekedar informasi lanjutan. Perawakanku layaknya pemuda desa pada umumnya yang membantu orang tuanya. Tubuhku dan dan Aris sama-sama berisi karena memang dulu kami di tuntut untuk membantu dan melanjutkan aset ayah kami. Jadi aku sering mengangkat dan memberi makan para sapi, sedang kan Aris mengangkat dan memberi pupuk hasil kebunnya. Eits namun jangan salah sangka kalau kulit kami ini gelap ya, kulit kami kuning langsat bukan gelap.

"ehh cuy liat noh, si Dini tuh wuiiihhhhh cantik bener yakk" ucap Aris padaku saat melihat primadona di kampus kami. Ya tak bisa di pungkiri memang Dini itu cantik, putih, langsing, dari segi body dada cukup besar, aku tak tau pasti karena hanya melihat dari luar, pantatnya cuy yang masih kenceng. Banyak cerita yang ku dengar dari para buaya kampus kalau pantat Dini sangat menggoda. Ya walaupun aku ini cuek, namun aku masihlah laki-laki normal yang kalau ada wanita cantik dan seksi ya pasti noleh lah.
Saat menoleh, Dini ikutan menoleh ke arah ku dan Aris. Seketika aku langsung mengalihkan pandanganku ke santapanku yang telah habis.

"eh eh tu si Dini liatin kita cuy" ucap Aris padaku. Aku yang tak mau bertatapan dengan Dini pura-pura sibuk dengan piring yang ada di depanku.

"ehh kambing congek lu denger orang ngomong gk sih?" tanya Aris padaku.

"berisik ngent*t, apaan dah kyk gk pernah liat cewek aja lu" balasku ke Aris.

"ya lu di ajak ngomong kayak orang bisu njeng" saat Aris bilang begitu pesanannya pun akhirnya datang.

"ini mas pesanannya"

"makasih ya mbak" ucap Aris pada mbak kantin. Aku mencoba melirik ke arah Dini dan benar Dini kini sudah duduk bersama temannya di salah 1 meja kantin dan menatapku dengan tatapan sinis. Aku tak begitu memperdulikannya dan ingin segera pergi dari kantin ini.

"ehh cok mau kemane lu?" tanya Aris padaku.

"ya mo pergi lah, orang makanan gua dah habis" balasku.

"eh temenin gua napa, makanan gua juga baru sampe" pinta Aris

"ah ogah gua, kyk anak kecil aje lu pake di temenin"

"ya elah begitu amat ama teman lu Dam, ayolah temenin bentar doank" pintanya sekali lagi.

"ya udah iye-iye gua temenin" jawabku mengalah.

"nah gitu donk hahaha".
Dengan terpaksa aku masih tetap berada di kantin untuk menemani Aris. Aku menunggu sampe sekitar 10 menit sampe makanan Aris habis total.

"nah udah kan, yuk buruan balik ah" ucapku pada Aris.

"sabar napa nyet, lu kagak demen apa deket gua lama-lama?" tanya Aris padaku.

"najisss...." jawabku

"hahahaha...." tawa Aris mengantar kami pergi dari kantin tersebut. Kami melanjutkan aktifitas kami dengan perkuliahan kami masing-masing. Setelah selesai kuliah, Aris sebenarnya mengajakku mamoir ke kosnya. Namun aku sedang malas untuk bermain. Aku ingin segera pulang dan membaringkan tubuhku ini di atas kasur.
Singkatnya aku telah sampai di rumah.

"siang tante.." sapaku pada tante sang pemilik rumah.

"eh siang Damar, baru pulang?" tanyanya padaku.
Ini adalah tante Astri. Wanita berumur 38 tahun, namun masih tampak muda, kulitnya putih, cantik, dan yang paling menggoda adalah dadanya yang masih membusung layaknya gadis yang blm pernah tersentuh dadanya. Kalau tidak salah ukuran dadanya 36C. Ya aku tau karena pernah mengambil salah satu BH milik tante. Oh Aku tinggal di rumahnya karena suami tante Astrid adalah teman ayahku waktu jaman kuliah, ayahku menitip kan aku di sini agar aku bisa terus di awasi, agar aku serius menimba ilmu dengan baik. Inilah alasan kenapa aku tdk ngekos dengan Aris.

"hehe iya ni tante" ucapku sambil melirik ke arah tante yang sedang duduk di sofa sambil nonton TV. Tante sekarang sedang mengenakan kaos longgar namun berenda rendah. Jadi lipatan gunung kembarnya terlihat jelas olehku. Putih, besar dan berurat. Celana santai di atas lutut memperlihatkan paha mulus tante. Ya semua itu karena perawatan yang tante lakukan. Dan tentunya tak lupa senam yang sering dia lakukan.
Bohong kalau aku bilang aku tak ngaceng melihat tante hanya dengan pakaian itu, apalagi saat mengenakan pakaian senam nya, beehhhhhh.

"loh mana Dini?" tanya tante padaku.

"eemmm itu anu Tan.."

"Ma aku pulang.." teriak seorang gadis di belakangku.

"ehhh anak mama udah pulang. Kok gk bareng Damar?" tanya tante pada Dini. Ya Dini ini adalah sang primadona di kampus. Dini ini adalah anak semata wayang tante Astri. Beliau memintaku menjaga nya di kampus, ya sebenarnya aku dan Dini tak akrab.

Hal ini karena Dini beranggapan aku ini hanya lah orang asing yang menumpang di rumah orang tua nya. Sudah berkali-kali di beri pemahaman oleh tante Astri, namun karena dia anak satu-satunya, jadi sifat manja dan egois pasti sangat melekat. Ya jadi begini lah, dia bersikap dingin dan cuek padaku. Namun aku tak memperdulikan nya, aku memang di minta untuk menjaga Dini. Jadi tiap pulang harus bareng gitu, walaupun beda kendaraan. Namun tadi aku lupa, biasanya Dini jalan di depan menggunakan mobil, sedangkan aku mengikutinya dari belakang.

"ehh itu anu Tan, tadi Dini udah izin sama aku pulang duluan gk papa masih ada urusan katanya" jawabku berbohong.

"hmm emang iya gitu Din kamu ada urusan tadi?" tanya Tante pada anaknya.

"iya Ma, tadi ini ada urusan makanya aku suruh orang ini duluan" ucapnya.
Ya sampai detik ini pun Dini tak pernah menyebut namaku secara langsung. Sekali lagi, aku tak ambil pusing dengan sikapnya. Tujuan ku di sini adalah berkuliah.

"ya udah tante saya naik dulu ke kamar ya, hehe mau mandi sekalian istirahat dulu" ucapku pamit pada tante.

"loh kamu gk ikut makan bareng Dam? Tante yang masak loh ini" tanya tante padaku.

"hehehe Damar masih kenyang tante, nanti kalau Damar lapar pasti Damar makan kok" ucapku sesopan mungkin. Namun sebenarnya, aku mau makan bersama kalau ada suaminya tante Astri. Kalau hanya bertiga dengan Tante dan Dini aku rada ogah

"bener?, ya udah nanti kalau lapar ambil di dapur ya" ucap lembut tante Astri.

"siap Tante..." ucapku sambil berlalu meninggalkan mereka berdua.

"huuufffttttt.. Capek gila... Lagian kok bisa lupa sih tadi dengan Dini, bego banget dah" umpatku setelah berbaring di kasurku.
Tak lama kemudian aku terlelap dalam keadaan pakaian yang belum aku ganti.

*

Aku bangun sekitar pukul 5 sore. Aku pun bergegas turun untuk sekedar menghilangkan rasa haus ku.
Saat aku sedang minum, aku melihat ke arah kolam renang dan benar saja. Kudapati Tante Astri sedang berjemur di samping kolam dengan menggunakan Bikini warna kuning. Oh tuhan bra yang di gunakan tante tak cukup untuk menampung isi nya. Lama ku pandangi seluruh tubuh tante. Tiba-tiba dari arah kolam Om Hendra naik setelah nampak nya berenang.

"kesempatan ni" gumamku.
Aku pun dengan cepat pergi ke kolam renang guna menyapa Om Hendra.

"hai Om.." Sapa ku padanya.

"eh hei Damar, haha udh bangun kamu?" tanya Om Hendra basa basi. Nah om Hendra ini lah teman ayah ku dulu waktu di kampus, sekaligus suami dari tante Astri. Beliau di mintai tolong oleh ayahku untuk menjaga dan mengawasiku saat berkuliah di kota ini. Om Hendra pun sangat senang menyambutku di rumah ini. Namun kadang om Hendra membantuku berbohong kalau aku ingin pergi bermain dengan Aris. Om Hendra selalu bilang tenang, karena om tahu kalau masa muda itu tdk suka di atur. Jadi dia membebaskan ku. Om Hendra sendiri adalah seorang direktur perusahaan, jadi aku tak perlu menjelaskan lah bagai mana fisiknya. Fisik kebanyakan para direktur ya perut buncit hahaha.

"hehe udah om, ini tadi habis minum trus liat om di sini. Jadi ya saya samperin" ucapku.


"Sebenarnya kalau om tdk ada pun aku akan tetap kesini untuk melihat tante Astri hehehe" gumamku

"owalah hahaha, om lagi renang biar badan tetep sehat" ucap om Hendra

"eleh baru juga 1 kali nyebrang udah ngos-ngosan gitu papa" ledek tante Astri.

"husss mama apaan sih, hehehe biasa tante mu Mar. Suka gitu orang nya" jelas om Hendra.

"hehehe iya Om" ucapku.
Sore itu aku ikut menemani om Hendra berenang, tak hanya itu aku sesekali melirik ke arah tante Astri, dan tentu nya aku harus terus memperbaiki posisi kontol ku yang ngaceng tiap melihat ke arah tante Astri.

*

Hingga malam menjelang, kami berempat makan bersama seperti keluarga. Om dan Tante sangat baik terhadapku, berbeda jauh dengan Dini. Bahkan Om Hendra juga menegur Dini untuk ramah terhadapku, namun aku selalu bilang kalau kami gak papa. Setelah beberes makan malam, aku kembali ke kamarku.

Aku. : Halo Yah.
Ayah : halo nak, gimana hari ini. Kuliah nya lancar?
Aku. : lancar kok Yah aman.
Ayah : kuliah yang bener.
Aku. : iya Yah gampang itu. Oh iya Ibu mana Yah?
Ayah : lagi setrika baju noh.
Aku. : oh ya udah salam buat ibu ya Yah. Damar izin pamit mau tidur ya Yah.
Ayah : iya tidur sudah nanti ayah sampein
Aku. : ya udah Yah

Begitulah rutinitasku tiap malam. Aku selalu menelfon ayahku, menceritakan hari ini dan tentunya menanyakan ibuku. Hingga tak terasa mataku tertutup menuju alam mimpi.



*Bersambung....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd