Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

The Bastian's Holiday [DISCONTINUE]

Sifat seperti apa yang agan suka dari Bastian untuk kedepannya ?

  • Tetap Polos dan Lugu

    Votes: 99 31,7%
  • Penyayang dan Semakin Romantis

    Votes: 110 35,3%
  • Agresif dan Lebih Liar

    Votes: 47 15,1%
  • Hyper Terhadap Semua Wanita

    Votes: 64 20,5%
  • Misterius

    Votes: 47 15,1%

  • Total voters
    312
  • Poll closed .
Bimabet
Chapter VIII
Act 41

THE LATE SHOWER
By : Marucil


preview.jpg


Harusnya senin ini kita berempat berencana ke Bandung. Reditya mengundang kami liburan di villa milik keluarganya. Namun mendadak rencana itu batal–lebih tepatnya ditunda karena mendadak Willy ada urusan dengan Eva, dan Momo mendadak ada urusan, padahal dia yang paling semangat dengan rencana ini–sehingga aku gak tahu harus kemana hari ini.

Tadi pagi mba Bibie meminta izin untuk tidak kerja hari ini, ada yang ingin dia urus. Dari raut wajahnya yang terlihat tegang, aku yakin itu urusan penting makanya aku izinkan saja, lagian mama dan papa masih di Surabaya. Selama ngekos aku terbiasa cari makan sendiri, jadi aku gak begitu khawatir hari ini makan siang pakai apa. Lagi pula tadi mba Melanie menawariku makan siang dirumahnya. Tentu dengan senang hati aku terima.

Usai makan siang bertiga, aku menemani Brian bermain di kamarnya. Barusan aku memberikan hampir semua koleksi mainanku, hitung-hitung dari pada berdebu dilemari, mending aku berikan pada Brian. Cukup lama bermain akhirnya anak itu tertidur pulas di pangkuanku. Aku menggotongnya ke atas kasur serta membenahi kamarnya yang berantakan.

“Seneng deh mbak lihat Brian kalau lagi main sama kamu.” Seru mba Melanie yang berdiri dipintu kamar Brian.”kayaknya asyiik banget, seperti punya dunia sendiri.”:

“Ya, aku waktu seumuran Brian kan juga begitu mba, nganggep mainan itu seperti hidup.” Jawabku apa adanya.

“Hmm... Bas, habis beresin itu, bisa bantuin mba gak?” Pintanya sembari mengelus perut buncitnya itu.

Aku hanya mengangguk, mengerti betul apa yang baru saja ia maksud. Meskipun aku masih merasa gak enak sama mas Hendrik karena telah menyetubuhi istrinya yang tengah hamil. Bahkan aku menekankan pada mba Melani, agar ‘kejadian’ itu hanya untuk pertama dan terakhir, tidak ada selanjutnya. Namun sepertinya libidonya terlalu besar menguasai, sehingga akupun susah untuk menolaknya. Apalagi dia menggunakan alasan pamungkas, “Kamu tega nanti anak mba ngileran? Enggak kan?”

Didalam kamar mba Melanie terbaring dengan pakaian yang sudah ia lepas sepenuhnya. Ia hanya ingin melanjutkan permainan singkat kami sebelumnya. Tadi saat aku membantu mba Melanie memasak, ia memintaku untuk mencumbu dirinya. Namun sayang hal itu terhenti karena Brian keburu pulang.

Memastikan pintu kamarnya telah terkunci, aku hampiri wanita berdarah Tionghoa yang tergolek indah dengan perutnya yang membuncit. Kulepas segera celanaku, naik keatas ranjang lalu dengan hati-hati kubentangkan kakiku diatas dadanya. Mba Melanie sempat tersenyum sebelum mengulum batang penisku. Dirasa batangku cukup keras, aku beralih menghujam perlahan liang peranakan yang menganga itu.

Kugerakkan perlahan pinggulku dengan lembut, aku tak mau melukai jabang bayi yang sedang tertidur di dalam sana. Mba Melanie merintih dan terkadang tubuhnya bergoyang mengikuti gerak tubuhku. Sesekali wanita bermata ‘belo’ itu meremas kedua payudara yang berputing besar itu, bermaksud membuat aku terhibur dengan posisi yang monoton ini.

Saat aku tengah menggenjot jalan peranakannya, mba Melanie mengangkat panggilan telepon. Ia meminta aku diam sejenak, padahal sejak tadi dia sendiri yang merintih begitu keras. Dari suara yang keluar dari sepiker handphonenya aku tahu itu adalah Melly, anak pertama mba Melani yang saat ini masih duduk di bangku 3 SMA.

Rupanya Melly ingin dijemput dari sekolahnya. Mba Melanie pun bilang ia akan di jemput olehku. Namun sebelum kesana, mba Melanie meminta aku menyelesaikan ini terlebih dahulu. Ia memintaku untuk menggoyang ‘memeknya’ sedikit lebih keras. Walau ragu aku coba menggoyang pinggulku sedikit keras meski tetap dengan perasaan.

PLOOOP PLOOOP PLOOOOP


Tak lama mba Melanie meminta aku rebahan. dengan lembut ia menduduki batangku yang mengacung itu. posisi ini membuat aku lebih merasakan himputan dinding vaginanya, yang begitu menjepit. Cukup lama wanita berambut pendek itu menggoyang tubuhnya yang melar selama masa kehamilan ini. Justu keindahan wanita akan benar-benar terpancar pada masa-masa ini. Entahlah, aku saja baru sekali ini melihaat wanita hamil telanjang seumur hidupku.


ACD.jpg


AKu mencoba mengimbangi gerak pantat mbak melani dengan menggerak pinggulku kesamping. sembari kuremas buah dadanya yang begitu menggiurkan dengan aerola coklat gelap yang menggiurkan. Tak lama, mba Melanie meremasi sendiri gundukan didepan dadanya itu, kemudian terpejam merasakan muncratan air maninya.

ACHHHHHHH

"Mbaaa dapet baaas.....achhhhhh"

Tak lama setelah itu, kembali kurebahkan tubuh mba Melanie. Kemudian kucabut batangku dan kukucok sejenak hingga aku menumpahkan lahar kental diatas perutnya. Kubasahi perut mba Melani dengan air mani yang membuat ia begitu senang mendapatkannya.

ACHHHH.....



~~~ The Bastian’s Holiday ~~~


Didepan gerbang sebuah SMA aku menunggu dengan Jazz merah milik mba Melanie. Kulihat sekolah Melly begitu mengasyikan, kadang aku menyesal kenapa dulu aku tidak masuk ke SMA ini. Kudengar SMA ini begitu bebas namun dalam artian yang positif. Seperti salah satu murid cowok berambut gondrong yang baru keluar dari dalam. Tidak ada lagi rasanya sekolah Negeri yang memperbolehkan muridnya berpenampilan seperti itu selain di SMA Nusantara. Beberapa waktu yang lalu aku pernah bertemu dengan kepala sekolahnya di festival musik rock di Jogja. Saat itu aku bahkan gak percaya, pria tambun berambut putih yang jingkrak-jingkrak di tengah kerumunan adalah seorang kepala sekolah.

Cukup lama aku menunggu hingga akhirnya seorang gadis berpipi tembem masuk kedalam mobil. Mukanya begitu cemberut, tidak seceria biasanya. Aku yakin bukan masalah sekolah. Aku yakin betul wajah penuh emosi itu bersal dari...

“Dasar brengsek... Bobby brengsek !!!”

Benar dugaanku.

“Apa sih, dateng-dateng sudah ngomong kasar?” Aku coba bertanya.

“Si Bobby kak” Mata indah itu mulai sembab dan mengeluarkan air mata “ masa dia tadi nyium Melly, tiba-tiba.”

Kulajukan mobil ini agar suara jerit dan tangisnya tidak terdengar keluar. Kubiarkan Melly meluap semua emosinya dan kuminta ia menceritakan apa yang terjadi. Setelah gadis itu cukup tenang, kutraktir dia makan disebuah kedai es cream. Well, aku tahu betul, makanan manis salah satu obat untuk menenangkan emosi wanita.

“Waduh, ternyata itu anak gak sepolos penampilannya, kak Bastian jadi ngerasa gak enak deh waktu itu sudah nyomblangin kalian.”

“Iya kak, Melly juga gak nyangka, tiba-tiba dia nyium bibir aku. Malahan dia bilang sebagai pacar dia berhak dong dapetin apa saja.”

“Ya sudah putusin saja, lagian bentar lagi kamu ujian nasional. Kamu harus fokus dong.!”

“huuuh.... iya kak, bener kata mama, mending Melly gak usah pacaran dulu.”

Rupanya ice cream tidak cukup untuk meredakan emosi Melly, iapun meminta aku menraktirnya makan di sebuah kedai cepat saji. Aku masih cukup kenyang, namun melihat cara makan Melly yang begitu lahab membuat aku jadi ikutan lapar.

Sambil makan aku bertanya tentang rencana Melly setelah lulus nanti. Ia bilang akan melanjutkan kuliah di Jakarta, karena gak mau jauh dari mamanya.

Perut sudah cukup kenyang dan emosi Melly pun mulai stabil. Kami memutuskan untuk pulang. Namun naas, jalan yang aku pilih membuat aku terjebak kemacetan. Cukup lama kami terjebak hingga magrib kita baru sampai di rumah.



~~~ The Bastian’s Holiday ~~~


Setelah kuparkirkan mobil milik mba Melanie, aku kembali kerumah. Menyalakan tv sekedar membuat suara didalam rumah yang sepi. Kulihat keadaan rumah memang cukup rapi, mba Habibah tidak pernah lupa dengan semua tugasnya. Namun membersihkan rumah yang bersih nampaknya bisa sedikit mengisi kebosanan di malam sepi ini. Hmmm.

Bersih-bersih perabot seperti ini ternyata banyak manfaatnya. Aku bisa melihat lagi beragam foto lama yang dipajang diatas meja, menikmati semua kenangan yang pernah tergambar. Mama termasuk seseorang yang senitimentil ia selalu memajang semua perjalanan hidupku. Termasuk fotoku ketika TK yang terkadang aku merasa malu ketika melihatnya.

Mah mamah. Foto kayak gini kok pakai di pajang sih...

Aku menertawai foto diriku pada sebuah pentas seni di SD yang memperlihatkan celanaku robek diatas panggung. Melalui foto itu aku mengakui papa memang berbakat dalam photography, mampu menangkap momen yang secepat itu. Mungkin kalau saat itu papa gak ambil momen itu, aku tidak akan tertawa sendiri dimalam sepi ini. Hahaha.

Tak lama mba Habibah datang dengan muka yang sedikit tertekuk. Tanpa bertanya aku tahu ia sedang dalam masalah, mata bengkak itu menjelaskan segalanya. Kubuatkan secangkir teh susu untuknya sekedar memberikan sedikit ketenangan. Sengaja aku biarkan ia terdiam cukup lama, sampai ia mau untuk menceritakan apa yang sedang ia alami.

“esok saya mau pulang kampung mas, mungkin dua atau tiga minggu Habibah baru balik lagi.”

“Memang ada apa?”

“Saya mau ngurus perceraian.!!” Jawabnya singkat namun menjelaskan segalanya.

Habibah lanjut bercerita, mengapa ia memantapkan hatinya untuk bercerai dengan suaminya. Selama ini Habibah selalu ikhlas menerima suaminya apa adanya. Suami yang tidak pernah memenuhi janji untuk membeli rumah. Suami yang selalu mabuk-mabukan. Suami yang memilih menghabiskan uang dimeja judi ketimbang mengirim uang itu untuk kedua anaknya dikampung. Ia memaafkan semua kesalahan suaminya itu dan selalu membelanya dihadapan kedua orang tuanya. Namun kali ini Habibah sudah habis kesabaran. Hatinya sudah mantap untuk berpisah dari lelaki itu, lelaki yang telah membuat Habibah terpaksa terjun pada lembah prostitusi.

Secara teori aku bisa saja memberikan saran pada mba Habibah untuk membatalkan niatannya menceraikan sang suami. Namun mendengar semua cerita itu, siapapun pasti akan jengkel. Ya mba Habibah, atau sekarang lebih sering kupanggil dengan nama Bibie memanglah penuh dengan dosa. Namun, seberapapun dosa yang dimiliki seorang wanita, lelaki tidak berhak memperlakukan wanita sedemikian jahatnya.

Kupeluk erat tubuhnya ketika mata itu kembali menggenang. Kuusap lembut rambutnya karena kutahu semua wanita akan suka diperlakukan seperti ini ketika mereka sedang jatuh.

“Yang sabar yaah, mba”

iya maas.... makasih perhatiannya...” snifft sniift” Mas Bastian bau kecut ih..” Ujarnya kerika mengendus tubuhku.

“Ya iyalah, seharian ini aku belum mandi . hihihi..”

“Ihhh jorok ih mas Bastian.” Selorohnya memanyunkan bibir tebalnya itu. hikss....”Mandi sana!! Apa mau Bibie mandiin?”

Aku tidak menjawab tawaran itu. Karena mba Bibie dengan sendirinya mengandeng aku masuk kedalam kamar mandi lantai bawah. Seluruh pakaian yang kukenakan dilucuti tanpa terkecuali. Aku dimintanya berdiri sementara ia menuangkan sabun keatas sponge dan menciptakan busa yang banyak. Dengan sangan telaten mba Bibie menggosok setiap jengkal tubuhku. Dada, pungguh kaki dan lengan termasuk lubang pantat. Semuanya digosok tanpa terkecuali.

Ketika tubuhku sudah dipenuhi busa, mba Bibie ikut menelanjangi dirinya. Ia kembali menuangkan kembali sabun keatas sponge dan memberikannya kepadaku. Kuraih sponge itu dan gantian aku menggosok tubuh indahnya itu. Kulakukan apa yang sebelumnya ia lakukan padaku. Namun mba Bibie memintaku lebih lama ketika aku menggosok area selangkangannya.

“Bilang aja suka, gak perlu pakai alasan biar bersih” Ledekku ketika mendengar ia mendesah setiap kubusai bibir memeknya.

Kulempar sponge kesembarang arah lalu kugunakan jemariku untuk membelai tubuhnya yang begitu berbusa. Meski begitu licin, aku tetap bersusaha untuk meremas payudaranya yang begitu montok.

“Mas Bastian ternyata orangnya sangean ih. Aku pikir waktu pertama ketemu, mas Bastian itu orangnya culun dan polos. Eh ternyata liar banget kalau main. Bahkan tega-teganya ngencingin muka Bibie.”

“Terus, apalagi yang kamu pikirkan sebelumnya tentang aku?”

“Mas Bastian itu pendek, kuntet, pasti kontolnya pendek... dan achhhh”

Kubiarkan mba Bibie mendeskripsikan semua kondisi fisik dari tubuhku. Tidak ada satupun yang meleset dari semua yang mba Bibie utarakan. Meski itu sebenarnya terdengar seperti ejekan, tapi justru membuat aku kian terpancing.

Kudorong tubuhnya hingga ia bersimpuh diatas lantai kamar mandi. Kuarahkan batang kemaluanku yang sudah begitu keras kearah pantatnya yang menungging. Rasanya tidak ada lelaki didunia ini yang tidak akan nafsu melihat tubuh pembantu binal ini.

PLOOK PLOOOK

Kuhentakan pinggulku segera sesaaat batang penisku menembus bibir kemaluannya. Kusentakan batang itu sembari kedua tanganku bertumpu pada bongkahan pantat yang montok dihadapanku ini

PLOOP PLOOOP

Begitu nyaring suara yang ditimbulkan setiap kali tubuhku bertemu dengan pantatnya yang mengkilau. Sesekali kutarik tubuh itu mendekat kearahku, agar aku juga bisa mencumbu bibir tebal itu. Mba Bibie sangat terangsang setiap kali kusinggung bibir seksinya itu.

SLuuurrrpppp

Kubalikan tubuh mba Bibie dan kubaringkan diatas lantai yang kini begitu licin oleh cairan sabun. Kembali kumasukan batang penisku, dan kudorong masuk dan keluar.

ACHHHH...

“Kalau dibanding kontol mas Andre dan Willy, kontol mas Batian kecill.. achhhhh Tapi kalau dibandingin sama lelaki pemakuk itu...... achhhhhh dia gak ada apa-apanyaaa.... terus mass sodok Bibie yang kenceng...... mfffff..” Racauan wanita beranak dua itu makin membuat aku tak mau menghentikan gerak pinggulku.

Semakin keras penisku menyodok sampai akhirnya kurasakan kedutan seluruh permukaan dinding vagianya. Gak mungkin mba Bibie orgasme secepat ini....

PSSTTTTTTT. CRRTTTTT

Kurasakan batangku disembur dari dalam oleh cairan yang deras dan panas. Rupanya mba Bibie mengencingi batang kemalunku.

“hehehe... gara-gara mas Bastian ini, Bibie jadi suka yang gini-gini....” serunya asyik mengejan, mengencingi batangku air seninya.

Achhhhhh

Panas deras dan juga... bukan sesuatu yang mudah mendeskripsikan sensasi semacam ini.

Tak lama Bibie meminta aku bersandar ditembok dekan keran shower. Ia menduduki batang penisku kemudian menumpahkan semua sabun cair di payudara brutalnya. Lalu dua gumpalan itu ia hujamkan pada wajahku. Sejenak aku tidak bisa bernafas bahkan mataku sedikit perih oleh busa di payudara mba Bibie yang semakin gemas ia gesekkan.

Tanpa sadar mba Bibie melakukan itu sambil memaki-maki nama suaminya itu. nama yang telah menimbulkan luka didalam hatinya. Aku biarkan mba Bibie menumpahkan semua amarahanya meski aku yang sedikit sengsara karena wajahku benar-benar terbenam diantara dua pegunungan.

Belum lagi batang penisku yang ia ulek begitu kasar. Padahal sesaat yang lalu ia mengejek batang kemaluanku yang tidak begitu besar. Tapi kini seolah ia tidak mau lepas dari kemaluanku dengan mengencang kan setiap otot liang kewanitaanya.

CROOOT CROOOT.....

Cengkeraman itu membuat aku orgasme. Namun mba Bibie tidak mempedulikan itu bahkan terus menggenjot tubuhnya lebih kencang lagi. Ia menyalakan keran shower, hingga air mulai menghujani kami dari atas melenyapkan setiap busa ditubuh kami. Sehingga kami benar-benar bisa merasakan sentuhan dikulit kami.

Memberikan waktu untuk membangkitkan kembali Bastian kecil didalam vaginanya,mba Bibie mencumbu wajahku dengan jilatan liarnya. Ia menjilati semua lekuk wajahku, merasakan setiap lubang di wajahku, hingga batang lidahku ditarik keluar. Ia menghulum lidahku begitu dalam sampai aku merasa itu akan copot.

Tubuh mba Bibie terlalu berat hingga aku tidak bisa memindahkannya dari posisi ini. Akhirnya aku kencingi saja lubang vaginanya, salah sendiri ia tidak mau bangkit, malah terus menjumbu wajah dan bibirku.

“Dasar jorok !!!” Mba Bibie meremas rambutku, kemudia ia arahkan mulutku ke puting kanannya. “ Memangnya memek Bibie, itu. mirip wc apa, dikencingin sembarangan.... achhhhh”

Aku dipaksa mengulum puting besar berwarna coklat gelap itu. Tanpa ragu kukulum saja bahkan aku mulai mengigitinya perlahan hingga mba Bibie meringis sendiri.. Cumbuan demi cumbuan akhirnya membuat batang penisku kembali maksimal. Namun ketika aku hendak melanjutkan permainan. Mba Bibie terdiam dengan wajah tiba-tiba berubah. Wajahnya kembali menampakan kesedihan.

“Kamu kenapa mba?” tanyaku...

“AChh....” ia menekuk wajahnya “ B-bibie..... bibie... kebelet eeek.... hehehehe”

Hmmmm “ Kirain apaan hihihi... ya sudah sanah EEK!!”

Bibie segera lari menuju toilet kemudian ia duduk diatasnya. Aku bangkit dari dudukku dan kulihat wajah mba Bibie begitu malu-malu saat sedang mengejan. Tetapi hal itu membuat keisenganku kembali timbul. Penisku sudah kembali tegang sejak orgasme beberapa menit yang lalu, rasanya aku gak mau menunggu sampai ia menuntaskan hajatnya itu.

Kudekatkan batang kemaluanku kearah mulutnya. Lalu kusodokan begitu saja hingga batangku masuk sepenuhnya. Kuambil karet gelang diatas meja wastafel dan kuikatkan rambut basah Bibie. Gelungan rambut itu kujadikan pegangan saat penisku mencumbu rongga mulut mba Habibah, segera melenyapkan suara ngeden yang keluar dari bibir tebal seksi itu.

PLOOOOPPSS PLOOOSS POOOOOOSSSS

Meski aku cukup keras menggerakan pinggul, namun kuyakin hal ini tidak akan menyiksa mba Bibie. Berbeda seperti kemarin, saat Andre atau Willy mendeeptroath mulut mba Habibah sampai ia memohon ampun karena merasa ingin muntah. Penis mereka memang diatas rata-rata, bahkan boleh dibilang penis monster. Wajar bila mba Habibah dan mba Tania sangat tak berdaya dibuatnya.

PLOOOP PLOOOP

Cukup lama aku menggenjot mulut seksi mba Habibah, tanpa mempedulikan bau tidak sedap dari kotoran yang keluar dari anus pembantuku ini. Kutekan tombol flush dan kutarik tubuh itu kearah shower yang masih menyala. Kutuangkan sabun di atas tanganku dan kuceboki pantat mba Habibah sampai bersih. Lalu kuhujam lubang yang sudah terlanjur menganga itu dengan batang penisku.

BLEESSSSSS....

CHHHH AACHHHHHH



ACD1.jpg



Mba Bibie segera melancarkan rintihannya setiap kali kusodok pantatnya dengan kasar. Kulakukan itu sembari meremas bibir vaginanya dengan gemas. Sesekali kukorek juga lubang itu dengan beberapa jari sampai mba Bibie mendapatkan orgasmenya.

Puas merasakan himpitan erat lubang dubur. Aku mencabut batang penisku , kubersihkan dengan air yang yang masih terus menyirami kami, lalu kembali kuarahkan batangku ini kedalam lubang memeknya.

PLOOOP PLOOOOOP

Sodokanku di dalam lubang itu cukup kencang hingga membuat kedua payudara itu menjuntai berirama, semakin terlihat indah dengan guyuran air hangat. Achhhhh

Kurasakan buah zakarku semakin mengencang, menandakan aku akan mendapat orgasme yang kedua malam ini. Kucabut seera batangku dari dalam bibir vagina merekah itu, lalu kuarahkan mba Bibie untuk berjongkok. Secepat kilat kuarahkan batangku ini masuk kedalam rongga mulutnya dan kutumbahkan air mani kentalku didalam sana

CROOOOT CROOOOOT.....
ACHHHHH

Kulihat wajah mba Habibah tidak berdaya dengan batangku memenuhi bibirnya itu. Mau tak mau, air kenikmatanku akan ia minum seutuhnya, tanpa ada setetes pun merembas dari bibirnya.

Puas saling mencumbu dan memberikan kenikmatan. Kami sudahi acara mandi ini. Kulit kami sama-sama keriput karena tanpa sadar kami lakukan ini hampir satu jam lamanya. Setelah mengeringkan badan kami keluar dengan melilitkan handuk putih di tubuh masing-masing.

Sadar permaian barusan menguras energi kami, mba Bibiepun menyiapkan aku makan malam. Usai menyantap makanan yang begitu lezat, mba Bibie menunjukkan gesture bahwa ia masih menginginkan hidangan penutup. Entah apa yang membuat ia begitu bernafsu malam ini. Mungkin karena sebentar lagi ia akan menjanda, secara ngawur aku mencoba menebak.

“Kamu loh mba, belum cerai saja sudah senakal ini, apalagi kalau nanti sudah janda” candaku mendekati tubuhnya yang masih berlilit handuk putih.

Aku bisa saja memberikan calon janda ini makanan penutup yang ia inginkan. Namun aku tidak terbiasa berhubungan badan usai makan. Apalagi masakan mba Habibah ini cukup lezat sehingga aku makan cukup banyak.

Kubuka pintu kulkas dan kuambil sebuah terong ungu berukuran cukup besar. Kucuci bersih menggunakan sabun dan air.

“Pakai ini saja yaah??”

“Terserah den Bastian deh.... hihihi” ujarnya menunggingkan pantatnya.

Kunaikan kaki kanannya keatas meja dapur. Dan segera kutusuk terong ungu itu ke lubang vagina dengan bulu pubis yang tipis itu. Aku sudah terbiasa melakukan hal semacam ini dengan tante Ocha setiap kali ia meminta lebih.

PLOOOCKKKK PLOOOCCCKKK

SLUUUPPPP

AWWWWWWHHHH

Hujan diluar nampaknya menjadi peredam alami dari jeritan mba Bibie, yang tidak kuasa menerima penetrasi vegan yang kulakukan. Melihat mba Bibie yang nampak keenakan, aku beranikan menambah jumlah terong didalam vaginanya, bahkan kugunakan terong yang berukuran kecil didalam lubang anusnya juga.

ACHHH

“maas,,, AMMMPUUUN MAAAaass...”

Kupangku tubuh mba Bibie sembari kuberikan ciuman ganas dibibirnya. Wanita itu segera menyambut lilitan lidahku sebagai pereda rasa nyilu karena masih saja mulut vaginanya kukocok dengan terong.

Rasanya kita tidak perlu jauh-jauh pergi ke Prancis hanya untuk memperlajari resep ratatouille. Cukup memasukan dan mengocok buah terong kedalam ‘memek’ dan menunggu cream kental memberikan bumbu secara alami. Chef sekelas Gordon Ramsey saja nampaknya tidak bisa membuat hidangan ratatouille selezat ini.

Setelah nafsu makannya terpenuhi, mba Habibah meminta aku menemainya tidur, dengan alasan malam ini hujan dan ia takut tidur seorang diri. Tadinya aku mengajak mba Bibie tidur dikamarku saja, namun ia menolak. Ia memilih tidur dikamarnya. Memang kamarnya cukup luas, namun tempat tidurnya hanya cukup untuk satu orang. Namun itulah tujuan mba Habibah sebenarnya, ia ingin tidur dengan penisku menancap didalam memeknya.

Hmmm apakah semua wanita yang hendak bercerai akan seperti ini? Entah lah... aku hanya mencoba memejamkan mata dan mulai membiasakan diri tubuhku ditindis oleh tubuh montok mba Habibah...

“Bismika Allahumma ahyaa wa bismika amuut”.




STILL CONTINUDES
 
Terakhir diubah:
Terbius aku oleh adegan SS yang kau buat suhu. :kk:

Ibu-ibu hamil pun tega kau gasak Bastian. Kasihan debay-nya atuh, terkoyak-koyak di dalam sana.:hua:

Dan yang bikin aku heran, ni Author seperti kagak pernah kehabisan ide buat nampilin adegan sex yang menantang pembaca. :D

Gimana sih om, caranya biar bisa kayak gitu? Cius akutu nanya soalnya pengen bisa. Perasaaan tiap mau bikin satu scene adegan sex selalu berakhir monoton. Gak dapet terus feelnya. :pandaketawa:

Tapi streotipnya udah kepegang sih. Ada satu cowok bebas menginjesikan serum sepermanya kepada semua wanita tanpa dimintai pertanggung jawaban :D

Adegan yang jauh lebih menantang masih banyak. tapi gak bisa saya keluarin karena gak masuk sama alur ceritanya.

Intinya saya berusaha ngembangin karakter yg akan terlibat SS terlebih dahulu. Soalnya gk akan mungkin nulis SS tanpa ada ada dasarnya.

Ibarat kata, seberapa liarpun kita bersenggama sama WP gak akan seindah ketika kita bersetubuh dengan pasangan. Karena ada feel didalamnya. ada cinta. Begitu juga nulis ss. kita dalami dulu karakter yg udah dibuat, ketika itu membuat SS seliar apapun pasti lancar jaya.
 
duh, sampe lupa ini aq ceritanya, K' Ucil sih ngilang lama. Thread yg blue heaven malah sampe digembok :|

btw, coz Bastian gak ada mulustrasinya, jadi aja di kepalaku yg kebayang Bastian CJR :bata: duh, yhaLord :bata:
 
Chapter VIII
Act 41

THE LATE SHOWER
By : Marucil


preview.jpg


Harusnya senin ini kita berempat berencana ke Bandung. Reditya mengundang kami liburan di villa milik keluarganya. Namun mendadak rencana itu batal–lebih tepatnya ditunda karena mendadak Willy ada urusan dengan Eva, dan Momo mendadak ada urusan, padahal dia yang paling semangat dengan rencana ini–sehingga aku gak tahu harus kemana hari ini.

Tadi pagi mba Bibie meminta izin untuk tidak kerja hari ini, ada yang ingin dia urus. Dari raut wajahnya yang terlihat tegang, aku yakin itu urusan penting makanya aku izinkan saja, lagian mama dan papa masih di Surabaya. Selama ngekos aku terbiasa cari makan sendiri, jadi aku gak begitu khawatir hari ini makan siang pakai apa. Lagi pula tadi mba Melanie menawariku makan siang dirumahnya. Tentu dengan senang hati aku terima.

Usai makan siang bertiga, aku menemani Brian bermain di kamarnya. Barusan aku memberikan hampir semua koleksi mainanku, hitung-hitung dari pada berdebu dilemari, mending aku berikan pada Brian. Cukup lama bermain akhirnya anak itu tertidur pulas di pangkuanku. Aku menggotongnya ke atas kasur serta membenahi kamarnya yang berantakan.

“Seneng deh mbak lihat Brian kalau lagi main sama kamu.” Seru mba Melanie yang berdiri dipintu kamar Brian.”kayaknya asyiik banget, seperti punya dunia sendiri.”:

“Ya, aku waktu seumuran Brian kan juga begitu mba, nganggep mainan itu seperti hidup.” Jawabku apa adanya.

“Hmm... Bas, habis beresin itu, bisa bantuin mba gak?” Pintanya sembari mengelus perut buncitnya itu.

Aku hanya mengangguk, mengerti betul apa yang baru saja ia maksud. Meskipun aku masih merasa gak enak sama mas Hendrik karena telah menyetubuhi istrinya yang tengah hamil. Bahkan aku menekankan pada mba Melani, agar ‘kejadian’ itu hanya untuk pertama dan terakhir, tidak ada selanjutnya. Namun sepertinya libidonya terlalu besar menguasai, sehingga akupun susah untuk menolaknya. Apalagi dia menggunakan alasan pamungkas, “Kamu tega nanti anak mba ngileran? Enggak kan?”

Didalam kamar mba Melanie terbaring dengan pakaian yang sudah ia lepas sepenuhnya. Ia hanya ingin melanjutkan permainan singkat kami sebelumnya. Tadi saat aku membantu mba Melanie memasak, ia memintaku untuk mencumbu dirinya. Namun sayang hal itu terhenti karena Brian keburu pulang.

Memastikan pintu kamarnya telah terkunci, aku hampiri wanita berdarah Tionghoa yang tergolek indah dengan perutnya yang membuncit. Kulepas segera celanaku, naik keatas ranjang lalu dengan hati-hati kubentangkan kakiku diatas dadanya. Mba Melanie sempat tersenyum sebelum mengulum batang penisku. Dirasa batangku cukup keras, aku beralih menghujam perlahan liang peranakan yang menganga itu.

Kugerakkan perlahan pinggulku dengan lembut, aku tak mau melukai jabang bayi yang sedang tertidur di dalam sana. Mba Melanie merintih dan terkadang tubuhnya bergoyang mengikuti gerak tubuhku. Sesekali wanita bermata ‘belo’ itu meremas kedua payudara yang berputing besar itu, bermaksud membuat aku terhibur dengan posisi yang monoton ini.

Saat aku tengah menggenjot jalan peranakannya, mba Melanie mengangkat panggilan telepon. Ia meminta aku diam sejenak, padahal sejak tadi dia sendiri yang merintih begitu keras. Dari suara yang keluar dari sepiker handphonenya aku tahu itu adalah Melly, anak pertama mba Melani yang saat ini masih duduk di bangku 3 SMA.

Rupanya Melly ingin dijemput dari sekolahnya. Mba Melanie pun bilang ia akan di jemput olehku. Namun sebelum kesana, mba Melanie meminta aku menyelesaikan ini terlebih dahulu. Ia memintaku untuk menggoyang ‘memeknya’ sedikit lebih keras. Walau ragu aku coba menggoyang pinggulku sedikit keras meski tetap dengan perasaan.

PLOOOP PLOOOP PLOOOOP


Tak lama mba Melanie meminta aku rebahan. dengan lembut ia menduduki batangku yang mengacung itu. posisi ini membuat aku lebih merasakan himputan dinding vaginanya, yang begitu menjepit. Cukup lama wanita berambut pendek itu menggoyang tubuhnya yang melar selama masa kehamilan ini. Justu keindahan wanita akan benar-benar terpancar pada masa-masa ini. Entahlah, aku saja baru sekali ini melihaat wanita hamil telanjang seumur hidupku.


ACD.jpg


AKu mencoba mengimbangi gerak pantat mbak melani dengan menggerak pinggulku kesamping. sembari kuremas buah dadanya yang begitu menggiurkan dengan aerola coklat gelap yang menggiurkan. Tak lama, mba Melanie meremasi sendiri gundukan didepan dadanya itu, kemudian terpejam merasakan muncratan air maninya.

ACHHHHHHH

"Mbaaa dapet baaas.....achhhhhh"

Tak lama setelah itu, kembali kurebahkan tubuh mba Melanie. Kemudian kucabut batangku dan kukucok sejenak hingga aku menumpahkan lahar kental diatas perutnya. Kubasahi perut mba Melani dengan air mani yang membuat ia begitu senang mendapatkannya.

ACHHHH.....



~~~ The Bastian’s Holiday ~~~


Didepan gerbang sebuah SMA aku menunggu dengan Jazz merah milik mba Melanie. Kulihat sekolah Melly begitu mengasyikan, kadang aku menyesal kenapa dulu aku tidak masuk ke SMA ini. Kudengar SMA ini begitu bebas namun dalam artian yang positif. Seperti salah satu murid cowok berambut gondrong yang baru keluar dari dalam. Tidak ada lagi rasanya sekolah Negeri yang memperbolehkan muridnya berpenampilan seperti itu selain di SMA Nusantara. Beberapa waktu yang lalu aku pernah bertemu dengan kepala sekolahnya di festival musik rock di Jogja. Saat itu aku bahkan gak percaya, pria tambun berambut putih yang jingkrak-jingkrak di tengah kerumunan adalah seorang kepala sekolah.

Cukup lama aku menunggu hingga akhirnya seorang gadis berpipi tembem masuk kedalam mobil. Mukanya begitu cemberut, tidak seceria biasanya. Aku yakin bukan masalah sekolah. Aku yakin betul wajah penuh emosi itu bersal dari...

“Dasar brengsek... Bobby brengsek !!!”

Benar dugaanku.

“Apa sih, dateng-dateng sudah ngomong kasar?” Aku coba bertanya.

“Si Bobby kak” Mata indah itu mulai sembab dan mengeluarkan air mata “ masa dia tadi nyium Melly, tiba-tiba.”

Kulajukan mobil ini agar suara jerit dan tangisnya tidak terdengar keluar. Kubiarkan Melly meluap semua emosinya dan kuminta ia menceritakan apa yang terjadi. Setelah gadis itu cukup tenang, kutraktir dia makan disebuah kedai es cream. Well, aku tahu betul, makanan manis salah satu obat untuk menenangkan emosi wanita.

“Waduh, ternyata itu anak gak sepolos penampilannya, kak Bastian jadi ngerasa gak enak deh waktu itu sudah nyomblangin kalian.”

“Iya kak, Melly juga gak nyangka, tiba-tiba dia nyium bibir aku. Malahan dia bilang sebagai pacar dia berhak dong dapetin apa saja.”

“Ya sudah putusin saja, lagian bentar lagi kamu ujian nasional. Kamu harus fokus dong.!”

“huuuh.... iya kak, bener kata mama, mending Melly gak usah pacaran dulu.”

Rupanya ice cream tidak cukup untuk meredakan emosi Melly, iapun meminta aku menraktirnya makan di sebuah kedai cepat saji. Aku masih cukup kenyang, namun melihat cara makan Melly yang begitu lahab membuat aku jadi ikutan lapar.

Sambil makan aku bertanya tentang rencana Melly setelah lulus nanti. Ia bilang akan melanjutkan kuliah di Jakarta, karena gak mau jauh dari mamanya.

Perut sudah cukup kenyang dan emosi Melly pun mulai stabil. Kami memutuskan untuk pulang. Namun naas, jalan yang aku pilih membuat aku terjebak kemacetan. Cukup lama kami terjebak hingga magrib kita baru sampai di rumah.



~~~ The Bastian’s Holiday ~~~


Setelah kuparkirkan mobil milik mba Melanie, aku kembali kerumah. Menyalakan tv sekedar membuat suara didalam rumah yang sepi. Kulihat keadaan rumah memang cukup rapi, mba Habibah tidak pernah lupa dengan semua tugasnya. Namun membersihkan rumah yang bersih nampaknya bisa sedikit mengisi kebosanan di malam sepi ini. Hmmm.

Bersih-bersih perabot seperti ini ternyata banyak manfaatnya. Aku bisa melihat lagi beragam foto lama yang dipajang diatas meja, menikmati semua kenangan yang pernah tergambar. Mama termasuk seseorang yang senitimentil ia selalu memajang semua perjalanan hidupku. Termasuk fotoku ketika TK yang terkadang aku merasa malu ketika melihatnya.

Mah mamah. Foto kayak gini kok pakai di pajang sih...

Aku menertawai foto diriku pada sebuah pentas seni di SD yang memperlihatkan celanaku robek diatas panggung. Melalui foto itu aku mengakui papa memang berbakat dalam photography, mampu menangkap momen yang secepat itu. Mungkin kalau saat itu papa gak ambil momen itu, aku tidak akan tertawa sendiri dimalam sepi ini. Hahaha.

Tak lama mba Habibah datang dengan muka yang sedikit tertekuk. Tanpa bertanya aku tahu ia sedang dalam masalah, mata bengkak itu menjelaskan segalanya. Kubuatkan secangkir teh susu untuknya sekedar memberikan sedikit ketenangan. Sengaja aku biarkan ia terdiam cukup lama, sampai ia mau untuk menceritakan apa yang sedang ia alami.

“esok saya mau pulang kampung mas, mungkin dua atau tiga minggu Habibah baru balik lagi.”

“Memang ada apa?”

“Saya mau ngurus perceraian.!!” Jawabnya singkat namun menjelaskan segalanya.

Habibah lanjut bercerita, mengapa ia memantapkan hatinya untuk bercerai dengan suaminya. Selama ini Habibah selalu ikhlas menerima suaminya apa adanya. Suami yang tidak pernah memenuhi janji untuk membeli rumah. Suami yang selalu mabuk-mabukan. Suami yang memilih menghabiskan uang dimeja judi ketimbang mengirim uang itu untuk kedua anaknya dikampung. Ia memaafkan semua kesalahan suaminya itu dan selalu membelanya dihadapan kedua orang tuanya. Namun kali ini Habibah sudah habis kesabaran. Hatinya sudah mantap untuk berpisah dari lelaki itu, lelaki yang telah membuat Habibah terpaksa terjun pada lembah prostitusi.

Secara teori aku bisa saja memberikan saran pada mba Habibah untuk membatalkan niatannya menceraikan sang suami. Namun mendengar semua cerita itu, siapapun pasti akan jengkel. Ya mba Habibah, atau sekarang lebih sering kupanggil dengan nama Bibie memanglah penuh dengan dosa. Namun, seberapapun dosa yang dimiliki seorang wanita, lelaki tidak berhak memperlakukan wanita sedemikian jahatnya.

Kupeluk erat tubuhnya ketika mata itu kembali menggenang. Kuusap lembut rambutnya karena kutahu semua wanita akan suka diperlakukan seperti ini ketika mereka sedang jatuh.

“Yang sabar yaah, mba”

iya maas.... makasih perhatiannya...” snifft sniift” Mas Bastian bau kecut ih..” Ujarnya kerika mengendus tubuhku.

“Ya iyalah, seharian ini aku belum mandi . hihihi..”

“Ihhh jorok ih mas Bastian.” Selorohnya memanyunkan bibir tebalnya itu. hikss....”Mandi sana!! Apa mau Bibie mandiin?”

Aku tidak menjawab tawaran itu. Karena mba Bibie dengan sendirinya mengandeng aku masuk kedalam kamar mandi lantai bawah. Seluruh pakaian yang kukenakan dilucuti tanpa terkecuali. Aku dimintanya berdiri sementara ia menuangkan sabun keatas sponge dan menciptakan busa yang banyak. Dengan sangan telaten mba Bibie menggosok setiap jengkal tubuhku. Dada, pungguh kaki dan lengan termasuk lubang pantat. Semuanya digosok tanpa terkecuali.

Ketika tubuhku sudah dipenuhi busa, mba Bibie ikut menelanjangi dirinya. Ia kembali menuangkan kembali sabun keatas sponge dan memberikannya kepadaku. Kuraih sponge itu dan gantian aku menggosok tubuh indahnya itu. Kulakukan apa yang sebelumnya ia lakukan padaku. Namun mba Bibie memintaku lebih lama ketika aku menggosok area selangkangannya.

“Bilang aja suka, gak perlu pakai alasan biar bersih” Ledekku ketika mendengar ia mendesah setiap kubusai bibir memeknya.

Kulempar sponge kesembarang arah lalu kugunakan jemariku untuk membelai tubuhnya yang begitu berbusa. Meski begitu licin, aku tetap bersusaha untuk meremas payudaranya yang begitu montok.

“Mas Bastian ternyata orangnya sangean ih. Aku pikir waktu pertama ketemu, mas Bastian itu orangnya culun dan polos. Eh ternyata liar banget kalau main. Bahkan tega-teganya ngencingin muka Bibie.”

“Terus, apalagi yang kamu pikirkan sebelumnya tentang aku?”

“Mas Bastian itu pendek, kuntet, pasti kontolnya pendek... dan achhhh”

Kubiarkan mba Bibie mendeskripsikan semua kondisi fisik dari tubuhku. Tidak ada satupun yang meleset dari semua yang mba Bibie utarakan. Meski itu sebenarnya terdengar seperti ejekan, tapi justru membuat aku kian terpancing.

Kudorong tubuhnya hingga ia bersimpuh diatas lantai kamar mandi. Kuarahkan batang kemaluanku yang sudah begitu keras kearah pantatnya yang menungging. Rasanya tidak ada lelaki didunia ini yang tidak akan nafsu melihat tubuh pembantu binal ini.

PLOOK PLOOOK

Kuhentakan pinggulku segera sesaaat batang penisku menembus bibir kemaluannya. Kusentakan batang itu sembari kedua tanganku bertumpu pada bongkahan pantat yang montok dihadapanku ini

PLOOP PLOOOP

Begitu nyaring suara yang ditimbulkan setiap kali tubuhku bertemu dengan pantatnya yang mengkilau. Sesekali kutarik tubuh itu mendekat kearahku, agar aku juga bisa mencumbu bibir tebal itu. Mba Bibie sangat terangsang setiap kali kusinggung bibir seksinya itu.

SLuuurrrpppp

Kubalikan tubuh mba Bibie dan kubaringkan diatas lantai yang kini begitu licin oleh cairan sabun. Kembali kumasukan batang penisku, dan kudorong masuk dan keluar.

ACHHHH...

“Kalau dibanding kontol mas Andre dan Willy, kontol mas Batian kecill.. achhhhh Tapi kalau dibandingin sama lelaki pemakuk itu...... achhhhhh dia gak ada apa-apanyaaa.... terus mass sodok Bibie yang kenceng...... mfffff..” Racauan wanita beranak dua itu makin membuat aku tak mau menghentikan gerak pinggulku.

Semakin keras penisku menyodok sampai akhirnya kurasakan kedutan seluruh permukaan dinding vagianya. Gak mungkin mba Bibie orgasme secepat ini....

PSSTTTTTTT. CRRTTTTT

Kurasakan batangku disembur dari dalam oleh cairan yang deras dan panas. Rupanya mba Bibie mengencingi batang kemalunku.

“hehehe... gara-gara mas Bastian ini, Bibie jadi suka yang gini-gini....” serunya asyik mengejan, mengencingi batangku air seninya.

Achhhhhh

Panas deras dan juga... bukan sesuatu yang mudah mendeskripsikan sensasi semacam ini.

Tak lama Bibie meminta aku bersandar ditembok dekan keran shower. Ia menduduki batang penisku kemudian menumpahkan semua sabun cair di payudara brutalnya. Lalu dua gumpalan itu ia hujamkan pada wajahku. Sejenak aku tidak bisa bernafas bahkan mataku sedikit perih oleh busa di payudara mba Bibie yang semakin gemas ia gesekkan.

Tanpa sadar mba Bibie melakukan itu sambil memaki-maki nama suaminya itu. nama yang telah menimbulkan luka didalam hatinya. Aku biarkan mba Bibie menumpahkan semua amarahanya meski aku yang sedikit sengsara karena wajahku benar-benar terbenam diantara dua pegunungan.

Belum lagi batang penisku yang ia ulek begitu kasar. Padahal sesaat yang lalu ia mengejek batang kemaluanku yang tidak begitu besar. Tapi kini seolah ia tidak mau lepas dari kemaluanku dengan mengencang kan setiap otot liang kewanitaanya.

CROOOT CROOOT.....

Cengkeraman itu membuat aku orgasme. Namun mba Bibie tidak mempedulikan itu bahkan terus menggenjot tubuhnya lebih kencang lagi. Ia menyalakan keran shower, hingga air mulai menghujani kami dari atas melenyapkan setiap busa ditubuh kami. Sehingga kami benar-benar bisa merasakan sentuhan dikulit kami.

Memberikan waktu untuk membangkitkan kembali Bastian kecil didalam vaginanya,mba Bibie mencumbu wajahku dengan jilatan liarnya. Ia menjilati semua lekuk wajahku, merasakan setiap lubang di wajahku, hingga batang lidahku ditarik keluar. Ia menghulum lidahku begitu dalam sampai aku merasa itu akan copot.

Tubuh mba Bibie terlalu berat hingga aku tidak bisa memindahkannya dari posisi ini. Akhirnya aku kencingi saja lubang vaginanya, salah sendiri ia tidak mau bangkit, malah terus menjumbu wajah dan bibirku.

“Dasar jorok !!!” Mba Bibie meremas rambutku, kemudia ia arahkan mulutku ke puting kanannya. “ Memangnya memek Bibie, itu. mirip wc apa, dikencingin sembarangan.... achhhhh”

Aku dipaksa mengulum puting besar berwarna coklat gelap itu. Tanpa ragu kukulum saja bahkan aku mulai mengigitinya perlahan hingga mba Bibie meringis sendiri.. Cumbuan demi cumbuan akhirnya membuat batang penisku kembali maksimal. Namun ketika aku hendak melanjutkan permainan. Mba Bibie terdiam dengan wajah tiba-tiba berubah. Wajahnya kembali menampakan kesedihan.

“Kamu kenapa mba?” tanyaku...

“AChh....” ia menekuk wajahnya “ B-bibie..... bibie... kebelet eeek.... hehehehe”

Hmmmm “ Kirain apaan hihihi... ya sudah sanah EEK!!”

Bibie segera lari menuju toilet kemudian ia duduk diatasnya. Aku bangkit dari dudukku dan kulihat wajah mba Bibie begitu malu-malu saat sedang mengejan. Tetapi hal itu membuat keisenganku kembali timbul. Penisku sudah kembali tegang sejak orgasme beberapa menit yang lalu, rasanya aku gak mau menunggu sampai ia menuntaskan hajatnya itu.

Kudekatkan batang kemaluanku kearah mulutnya. Lalu kusodokan begitu saja hingga batangku masuk sepenuhnya. Kuambil karet gelang diatas meja wastafel dan kuikatkan rambut basah Bibie. Gelungan rambut itu kujadikan pegangan saat penisku mencumbu rongga mulut mba Habibah, segera melenyapkan suara ngeden yang keluar dari bibir tebal seksi itu.

PLOOOOPPSS PLOOOSS POOOOOOSSSS

Meski aku cukup keras menggerakan pinggul, namun kuyakin hal ini tidak akan menyiksa mba Bibie. Berbeda seperti kemarin, saat Andre atau Willy mendeeptroath mulut mba Habibah sampai ia memohon ampun karena merasa ingin muntah. Penis mereka memang diatas rata-rata, bahkan boleh dibilang penis monster. Wajar bila mba Habibah dan mba Tania sangat tak berdaya dibuatnya.

PLOOOP PLOOOP

Cukup lama aku menggenjot mulut seksi mba Habibah, tanpa mempedulikan bau tidak sedap dari kotoran yang keluar dari anus pembantuku ini. Kutekan tombol flush dan kutarik tubuh itu kearah shower yang masih menyala. Kutuangkan sabun di atas tanganku dan kuceboki pantat mba Habibah sampai bersih. Lalu kuhujam lubang yang sudah terlanjur menganga itu dengan batang penisku.

BLEESSSSSS....

CHHHH AACHHHHHH



ACD1.jpg



Mba Bibie segera melancarkan rintihannya setiap kali kusodok pantatnya dengan kasar. Kulakukan itu sembari meremas bibir vaginanya dengan gemas. Sesekali kukorek juga lubang itu dengan beberapa jari sampai mba Bibie mendapatkan orgasmenya.

Puas merasakan himpitan erat lubang dubur. Aku mencabut batang penisku , kubersihkan dengan air yang yang masih terus menyirami kami, lalu kembali kuarahkan batangku ini kedalam lubang memeknya.

PLOOOP PLOOOOOP

Sodokanku di dalam lubang itu cukup kencang hingga membuat kedua payudara itu menjuntai berirama, semakin terlihat indah dengan guyuran air hangat. Achhhhh

Kurasakan buah zakarku semakin mengencang, menandakan aku akan mendapat orgasme yang kedua malam ini. Kucabut seera batangku dari dalam bibir vagina merekah itu, lalu kuarahkan mba Bibie untuk berjongkok. Secepat kilat kuarahkan batangku ini masuk kedalam rongga mulutnya dan kutumbahkan air mani kentalku didalam sana

CROOOOT CROOOOOT.....
ACHHHHH

Kulihat wajah mba Habibah tidak berdaya dengan batangku memenuhi bibirnya itu. Mau tak mau, air kenikmatanku akan ia minum seutuhnya, tanpa ada setetes pun merembas dari bibirnya.

Puas saling mencumbu dan memberikan kenikmatan. Kami sudahi acara mandi ini. Kulit kami sama-sama keriput karena tanpa sadar kami lakukan ini hampir satu jam lamanya. Setelah mengeringkan badan kami keluar dengan melilitkan handuk putih di tubuh masing-masing.

Sadar permaian barusan menguras energi kami, mba Bibiepun menyiapkan aku makan malam. Usai menyantap makanan yang begitu lezat, mba Bibie menunjukkan gesture bahwa ia masih menginginkan hidangan penutup. Entah apa yang membuat ia begitu bernafsu malam ini. Mungkin karena sebentar lagi ia akan menjanda, secara ngawur aku mencoba menebak.

“Kamu loh mba, belum cerai saja sudah senakal ini, apalagi kalau nanti sudah janda” candaku mendekati tubuhnya yang masih berlilit handuk putih.

Aku bisa saja memberikan calon janda ini makanan penutup yang ia inginkan. Namun aku tidak terbiasa berhubungan badan usai makan. Apalagi masakan mba Habibah ini cukup lezat sehingga aku makan cukup banyak.

Kubuka pintu kulkas dan kuambil sebuah terong ungu berukuran cukup besar. Kucuci bersih menggunakan sabun dan air.

“Pakai ini saja yaah??”

“Terserah den Bastian deh.... hihihi” ujarnya menunggingkan pantatnya.

Kunaikan kaki kanannya keatas meja dapur. Dan segera kutusuk terong ungu itu ke lubang vagina dengan bulu pubis yang tipis itu. Aku sudah terbiasa melakukan hal semacam ini dengan tante Ocha setiap kali ia meminta lebih.

PLOOOCKKKK PLOOOCCCKKK

SLUUUPPPP

AWWWWWWHHHH

Hujan diluar nampaknya menjadi peredam alami dari jeritan mba Bibie, yang tidak kuasa menerima penetrasi vegan yang kulakukan. Melihat mba Bibie yang nampak keenakan, aku beranikan menambah jumlah terong didalam vaginanya, bahkan kugunakan terong yang berukuran kecil didalam lubang anusnya juga.

ACHHH

“maas,,, AMMMPUUUN MAAAaass...”

Kupangku tubuh mba Bibie sembari kuberikan ciuman ganas dibibirnya. Wanita itu segera menyambut lilitan lidahku sebagai pereda rasa nyilu karena masih saja mulut vaginanya kukocok dengan terong.

Rasanya kita tidak perlu jauh-jauh pergi ke Prancis hanya untuk memperlajari resep ratatouille. Cukup memasukan dan mengocok buah terong kedalam ‘memek’ dan menunggu cream kental memberikan bumbu secara alami. Chef sekelas Gordon Ramsey saja nampaknya tidak bisa membuat hidangan ratatouille selezat ini.

Setelah nafsu makannya terpenuhi, mba Habibah meminta aku menemainya tidur, dengan alasan malam ini hujan dan ia takut tidur seorang diri. Tadinya aku mengajak mba Bibie tidur dikamarku saja, namun ia menolak. Ia memilih tidur dikamarnya. Memang kamarnya cukup luas, namun tempat tidurnya hanya cukup untuk satu orang. Namun itulah tujuan mba Habibah sebenarnya, ia ingin tidur dengan penisku menancap didalam memeknya.

Hmmm apakah semua wanita yang hendak bercerai akan seperti ini? Entah lah... aku hanya mencoba memejamkan mata dan mulai membiasakan diri tubuhku ditindis oleh tubuh montok mba Habibah...

“Bismika Allahumma ahyaa wa bismika amuut”.




STILL CONTINUDES

kira kira kisahbdengan mbak Melanie masih berlanjut gak suhu ??
 
duh, sampe lupa ini aq ceritanya, K' Ucil sih ngilang lama. Thread yg blue heaven malah sampe digembok :|

btw, coz Bastian gak ada mulustrasinya, jadi aja di kepalaku yg kebayang Bastian CJR :bata: duh, yhaLord :bata:
Bastian Setil
kemana2 pake pakaian rapih, kemeja dan celana bahan.
:pandaketawa:

OTW, kenapa si Cheska ada dirumah ente.. suruh pulang cepetan bilangin @AndreDiaz nihhhh!!!
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd