BAB 10
Rumah sakit itu kecil, dengan hanya satu pintu masuk. Dari balik jendela, Michael memandang ke jalan di bawahnya. Ada jalur masuk melengkung dengan tangga ke jalan dan jalan itu kosong dari lalu lintas. Tapi siapa pun yang datang ke rumah sakit harus masuk melalui pintu itu. Ia mengetahui tidak memiliki banyak waktu, jadi ia berlari ke luar kamar dan menuruni empat anak tangga sekaligus, lalu keluar melalui pintu masuk yang lebar di lantai bawah. Di bagian samping ia melihat tempat parkir ambulans, tapi di sana tidak ada mobil, tidak juga ambulans.
Michael berdiri di trotoar rumah sakit dan menyulut sebatang rokok. Ia membuka kancing jas dan berdiri dalam cahaya lampu jalan agar sosoknya terlihat. Seorang pemuda berjalan dengan cepat menyusuri Ninth Avenue, bungkusan terjepit di ketiaknya. Pemuda itu mengenakan jaket tempur dan rambutnya yang lebat berwarna hitam. Wajahnya terasa tidak asing sewaktu ia melintas di bawah lampu, tapi Michael tidak bisa mengingat di mana ia pernah melihatnya.
Tapi pemuda tersebut berhenti di hadapannya dan mengulurkan tangan, berbicara dengan aksen Italia yang kental, "Don Michael, kau ingat aku? Enzo, pembantu tukang roti Nazorine si Paniterra; aku menantunya. Ayahmu menyelamatkan diriku dengan mengatur agar pemerintah mengizinkan aku tinggal di Amerika."
Michael menjabat tangannya. Sekarang ia ingat anak muda ini.
Enzo melanjutkan, "Aku datang untuk menyampaikan penghormatan pada ayahmu. Apa mereka akan membolehkan aku masuk ke rumah sakit selarut ini?"
Michael tersenyum dan menggeleng. "Tidak, tapi terima kasih. Akan kusampaikan pada Don bahwa kau datang."
Sebuah mobil meluncur di jalan dengan suara menderu dan seketika Michael waspada. Ia berkata pada Enzo, "Cepat tinggalkan aku. Mungkin akan ada masalah. Kau pasti tidak ingin terlibat dengan polisi."
Ia melihat ekspresi ketakutan di wajah pemuda Italia itu. Bermasalah dengan polisi bisa saja berarti harus dideportasi atau ditolak menjadi warga negara. Tapi pemuda itu tidak beranjak Ia berbisik dalam bahasa Italia, "Kalau ada masalah, aku akan tetap di sini untuk membantu. Aku berutang budi pada Godfather."
Michael merasa terharu. Ia berniat memerintahkan pemuda itu pergi sekali lagi, tapi lalu berpikir, kenapa tidak membiarkan ia tetap di sini? Dua pria di rumah sakit mungkin akan menakutkan anak buah Sollozzo yang dikirim untuk membunuh. Satu orang saja hampir bisa dipastikan tidak bakal membuat mereka takut.
Ia memberikan rokoknya pada Enzo dan menyulutnya. Mereka berdua berdiri di bawah tiang lampu pada malam bulan Desember yang dingin. Kaca depan rumah sakit yang kuning, dipenuhi hiasan Natal hijau, berkilau-kilau memantulkan cahaya pada mereka. Mereka nyaris menghabiskan rokok sewaktu sedan hitam panjang berbelok memasuki 30 Street dari Ninth Avenue dan melaju ke arah mereka, dekat sekali dengan trotoar. Mobil hampir berhenti.
Michael berusaha melihat wajah orang-orang di dalamnya, tubuhnya gemetar tanpa tertahan. Mobil itu tampak seperti akan berhenti, lalu melaju pergi. Ada yang mengenali dirinya. Michael memberi Enzo sebatang rokok lagi dan menyadari tangan si tukang roti itu gemetar. Dengan keheranan ia melihat tangannya sendiri tetap mantap.
Mereka berdiri di tepi jalan sambil merokok tidak lebih dari sepuluh menit sewaktu kesunyian malam tiba-tiba dipecahkan lengkingan sirene mobil polisi. Mobil patroli berbelok dengan ban berdecit dari Ninth Avenue dan berhenti di depan rumah sakit. Dua mobil polisi lain mengikuti tepat di belakangnya. Tiba-tiba pintu masuk rumah sakit penuh polisi berseragam dan detektif. Michael menghela napas lega. Sonny yang baik pasti langsung bertindak. Ia mendekat untuk menyambut mereka.
Dua polisi bertubuh tinggi besar menangkap lengannya. Yang lain menggeledah dirinya. Kapten polisi yang bertubuh luar biasa besar, dengan jalinan benang emas di topinya, menaiki tangga, anak buahnya menyibak penuh hormat, memberi jalan. Ia pria yang kuat walaupun perutnya buncit dan uban mengintip dari bawah topinya. Wajahnya merah seperti daging sapi. Ia mendekati Michael dan berkata kasar, "Kukira aku sudah mengurung kalian semua, para bajingan. Kau siapa dan sedang apa kau di sini?"
Salah seorang polisi yang berdiri di samping Michael berkata, "Ia bersih, Kapten."
Michael tidak menjawab. Ia mengamati kapten polisi itu dengan dingin, mengamati wajahnya, mata birunya yang tajam.
Seorang detektif berpakaian preman berkata, "Ini Michael Corleone, putra Don."
Michael berkata pelan, "Ke mana detektif yang seharusnya menjaga ayahku? Siapa yang menariknya dari tugas itu?"
Wajah kapten polisi itu merah padam karena marah. "Dasar keparat sialan, pikirmu siapa kau, berani mencampuri urusanku? Aku yang menarik mereka. Aku tidak peduli berapa banyak gangster yang saling bunuh. Kalau terserah padaku, aku tidak akan mengangkat satu jari pun untuk menghalangi pembunuhan orangtuamu. Sekarang pergi dari sini. Tinggalkan jalanan ini, sialan, dan jangan datang ke rumah sakit kalau tidak pada waktu berkunjung."
Michael masih memperhatikannya dengan cermat. Ia tidak marah terhadap apa pun yang dikatakan kapten polisi itu. Pikirannya berputar cepat. Mungkinkah Sollozzo yang ada di mobil pertama dan melihat dirinya berdiri di depan rumah sakit? Mungkinkah Sollozzo yang kemudian menelepon kapten ini dan berkata, "Bagaimana bisa ada orang-orang Corleone di sekitar rumah sakit padahal aku sudah membayarmu untuk mengurung mereka semua?" Mungkinkah semua ini sudah direncanakan dengan teliti seperti yang dikatakan Sonny? Segalanya cocok.
Masih dengan dingin, ia berkata pada si kapten polisi, "Aku tidak akan meninggalkan rumah sakit sebelum kau menempatkan pengawal di sekitar kamar ayahku."
Kapten tidak mau bersusah payah menjawab. Ia berkata pada detektif yang ada di sampingnya, "Phil, kurung keparat ini."
Detektif itu berkata ragu, "Bocah ini bersih, Kapten. Ia pahlawan perang dan tidak pernah ikut campur dalam kejahatan. Koran bisa salah tulis."
Kapten berbalik menghadapi detektif itu, wajahnya merah karena marah. Ia berkata dengan suara menggelegar, "Persetan dengan semua itu, kurung dia, kataku!"
Michael, masih berpikir dengan otak yang jernih, tidak marah, berkata dengan nada yang sengaja mengancam, "Berapa banyak si Turki membayarmu untuk mencelakakan ayahku, Kapten?"
Kapten polisi itu berpaling memandangnya. Ia berkata pada kedua polisi bertubuh tinggi besar tersebut. "Pegangi dia."
Michael merasakan kedua lengannya diringkus. Ia melihat tinju si kapten yang besar diayunkan ke kepalanya. Ia mencoba mengelak tapi tinju itu menghantam tulang pipinya. Rasanya seperti ada granat yang meledak dalam kepalanya. Mulutnya penuh darah dan serpihan tulang, yang disadarinya pasti giginya. Ia bisa merasakan sisi kepalanya menggembung seakan diisi udara. Kakinya tidak bertenaga dan ia pasti jatuh kalau tidak dipegangi kedua polisi itu. Tapi ia masih sadar.
Detektif yang berpakaian preman melangkah ke hadapannya untuk menghalangi si kapten memukulnya lagi dan berkata, "Ya Tuhan, Kapten, kau benar-benar melukainya."
Kapten berkata dengan suara keras, "Aku tidak menyentuhnya. Ia menyerangku dan jatuh sendiri. Kau mengerti? Ia melawan sewaktu ditangkap."
Dari balik kabut merah, Michael melihat lebih banyak mobil lagi yang berhenti di jalan. Orang-orang keluar dari mobil-mobil itu. Ia mengenali salah satunya, pengacara Clemenza, yang sekarang berbicara pada si kapten polisi dengan halus tapi tegas. "Keluarga Corleone menyewa biro detektif swasta untuk menjaga Mr. Corleone. Orang-orang yang bersamaku ini memiliki surat izin untuk menyandang senjata api, Kapten. Kalau kau menahan mereka, kau harus menemui hakim besok pagi dan menjelaskan alasannya."
Pengacara itu berpaling memandang Michael. "Kau mau menuntut siapa pun yang melakukan ini padamu?" tanyanya.
Michael sulit berbicara. Rahangnya sulit dibuka tapi ia berhasil menggumam. "Aku terpeleset," katanya. "Aku terpeleset dan jatuh." Ia melihat Kapten melontarkan pandangan penuh kemenangan ke arahnya dan ia berusaha membalasnya dengan senyuman.
Dengan sekuat tenaga ia berusaha menyembunyikan perasaan sedingin es yang menguasai otaknya, kebencian hebat yang mendominasi tubuhnya. Ia tidak ingin memberitahu siapa pun di dunia ini mengenai apa yang dirasakannya saat itu. Sebagaimana yang pasti dilakukan Don. Lalu ia merasa dirinya dibawa ke rumah sakit dan ia pun jatuh pingsan.
Sewaktu terjaga keesokan harinya, ia merasakan rahangnya dikawat dan empat gigi di sepanjang sisi kiri mulutnya hilang. Hagen duduk di sisi ranjang.
"Mereka membiusku?" tanya Michael.
"Yeah," kata Hagen. "Mereka harus mengambil pecahan tulang dari gusimu dan menurut mereka undakan itu sangat menyakitkan. Lagi pula, kau memang sama sekali tidak sadarkan diri."
"Ada hal lain yang tidak beres denganku?" tanya Michael.
"Tidak," jawab Hagen. "Sonny ingin kau pulang ke rumah di Long Beach. Kau merasa sudah cukup kuat?"
"Tentu saja," kata Michael. "Don baik-baik saja?"
Wajah Hagen memerah. "Kurasa kita berhasil memecahkan masalah itu sekarang. Kita menyewa biro detektif swasta dan mereka menjaga seluruh tempat ini. Akan kuceritakan lebih banyak di mobil nanti."
***
Clemenza yang mengemudi, Michael dan Hagen duduk di kursi belakang. Kepala Michael terasa berdenyut-denyut.
"Jadi apa yang sebenarnya terjadi semalam, apa kalian sudah menyelidikinya?"
Hagen berbicara pelan. "Sonny memiliki orang dalam, Detektif Phillips, yang semalam berusaha melindungi dirimu. Ia memberitahukan apa yang terjadi pada kita. Si kapten polisi, McCluskey, orang yang sangat korup sejak masih menjadi petugas patroli. Keluarga kita membayar lumayan padanya. Dan ia orang yang serakah, selain tidak bisa dipercaya untuk bekerja sama. Tapi Sollozzo pasti memberinya bayaran yang sangat besar. McCluskey memerintahkan penangkapan seluruh anak buah Tessio di dalam dan sekitar rumah sakit sesudah jam berkunjung berakhir. Fakta bahwa beberapa dari mereka membawa pistol membuat semua jadi lebih merepotkan. Lalu McCluskey menarik detektif yang menjaga pintu kamar Don. Katanya ia membutuhkan mereka dan akan ada petugas lain yang dikirim ke sana untuk menggantikan mereka, tapi penugasannya terselip entah di mana. Omong kosong. Ia dibayar untuk membiarkan Don celaka. Dan Phillips mengatakan orang seperti McCluskey akan mencoba lagi. Sollozzo pasti memberinya uang yang sangat banyak di tahap awal dan menjanjikan lebih banyak lagi di masa depan."
"Apa peristiwa penganiayaan diriku masuk koran?"
"Tidak," jawab Hagen. "Kita menjaga agar berita itu tidak tersiar. Tidak seorang pun menginginkan kejadian itu diketahui. Polisi tidak. Kita juga tidak."
"Bagus," kata Michael. "Si Enzo bisa lolos?"
"Yeah," kata Hagen. "Ia lebih cerdik daripada dirimu. Sewaktu polisi datang ia langsung menghilang. Katanya ia bersama dirimu sewaktu mobil Sollozzo melintas. Benar?"
"Yeah," kata Michael. "Ia anak yang baik."
"Ia akan mendapatkan imbalan," kata Hagen. "Kau baik-baik saja?" Wajahnya tampak penuh perhatian. "Kau tampak tidak sehat."
"Aku tidak apa-apa," kata Michael. "Siapa nama kapten polisi itu?"
"McCluskey," jawab Hagen. "Oh ya, mungkin kau akan merasa lebih baik kalau mengetahui Keluarga Corleone akhirnya bisa mengejar ketertinggalan. Bruno Tattaglia, pukul empat pagi tadi."
Michael menegakkan duduk. "Bagaimana bisa? Kukira kita harus berdiam diri."
Hagen mengangkat bahu. "Sesudah apa yang terjadi di rumah sakit, Sonny menjadi panas. Anak buah disebar ke seluruh New York dan New Jersey. Kami menyusun daftar semalam. Aku sudah berusaha mencegah Sonny, Mike. Mungkin kau bisa bicara dengannya. Seluruh masalah ini bisa diselesaikan tanpa perang habis-habisan."
"Aku akan bicara dengannya," kata Michael. "Ada rapat pagi ini?"
"Yeah," kata Hagen. "Sollozzo akhirnya menghubungi kita dan ingin berunding. Negosiator mengatur rinciannya. Itu berarti kita menang, Sollozzo mengetahui dirinya kalah dan ingin menyelamatkan jiwanya."
Hagen terdiam. "Mungkin ia mengira kita lunak, siap diambil alih, sebab kita tidak balas menyerang. Sekarang dengan kematian salah satu anak Tattaglia, ia mengetahui kita tidak main-main. Ia benar-benar berjudi ketika berusaha membunuh Don. Oh ya, kita sudah mendapat konfirmasi mengenai Luca. Di kelab malam Bruno. Bisa kaubayangkan?"
Michael berkata, "Tidak heran mereka bisa menyergapnya tiba-tiba."
***
Di rumah-rumah di Long Beach, pintu masuk ke kompleks dihalangi mobil hitam panjang yang diparkir melintang. Dua pria bersandar ke kap mesinnya. Michael bisa melihat jendela-jendela lantai atas dua rumah di kiri-kanan pintu masuk terbuka. Ya Tuhan, Sonny pasti tidak main-main.
Clemenza memarkir mobil di luar kompleks dan mereka berjalan masuk. Kedua penjaga itu anak buah Clemenza dan ia mengernyit pada mereka sebagai salam. Kedua pria tersebut mengangguk sebagai jawaban. Tidak ada senyuman, tidak ada kata-kata. Clemenza mendahului Hagen dan Michael Corleone masuk ke rumah.
Pintu dibuka penjaga lain sebelum mereka membunyikan bel. Jelas sekali mereka diawasi dari balik jendela. Mereka masuk ke kantor sudut dan mendapati Sonny menunggu bersama Tessio di sana.
Sonny menyambut Michael, memegang kepala adiknya dan berkata sambil bergurau, "Cantik. Cantik."
Michael menepiskan tangan kakaknya, melangkah ke meja tulis, dan menuangkan sedikit scotch, berharap minuman itu akan meredakan rasa sakit pada rahangnya yang dikawat.
Mereka berlima duduk berkeliling dalam ruangan, tapi suasananya berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Sonny lebih gembira, lebih periang, dan Michael menyadari arti kegembiraannya. Tidak ada lagi keraguan dalam pikiran kakaknya. Kakaknya telah mulai bertindak dan tidak ada yang akan menggoyahkannya. Usaha Sollozzo tadi malam merupakan tindakan orang yang putus asa. Tidak ada lagi gencatan senjata.
"Kita ditelepon negosiator saat kau pergi," kata Sonny pada Hagen. "Sekarang si Turki ingin bertemu."
Sonny tertawa. "Keparat itu benar-benar bernyali," katanya kagum. "Sesudah bertingkah semalam, sekarang ia menginginkan pertemuan hari ini atau besok. Sementara itu kita dianggap akan duduk berpangku tangan dan menerima apa saja yang disajikan. Benar-benar terkutuk."
Tom bertanya hati-hati, "Bagaimana jawabanmu?"
Sonny tersenyum. "Kukatakan, baik, kenapa tidak? Kapan saja ia mau, aku tidak terburu-buru. Ada seratus anak buahku di jalan dua puluh empat jam sehari. Kalau Sollozzo memperlihatkan sedikit saja belangnya, ia mampus. Biar saja mereka mengulur waktu sesukanya."
Hagen bertanya, "Apakah ada usul yang pasti?"
"Yeah," jawab Sonny. "Ia ingin kita mengirim Mike menemuinya dan mendengar usulnya. Si negosiator menjamin keselamatan Mike. Sollozzo tidak meminta kita menjamin keselamatannya, ia mengetahui tidak bisa memintanya. Tak masalah. Jadi pertemuan akan diatur pihaknya. Anak buahnya akan menjemput dan membawa Mike ke tempat pertemuan. Mike akan mendengarkan apa yang harus dikatakan Sollozzo, lalu mereka akan membebaskan dirinya. Tapi tempat pertemuan dirahasiakan. Mereka menjanjikan kesepakatannya akan begitu bagus hingga kita tidak bisa menolak."
Hagen bertanya, "Bagaimana dengan Keluarga Tattaglia? Apa yang mereka lakukan sehubungan dengan Bruno?"
"Itu bagian dari persetujuannya. Negosiator mengatakan Keluarga Tattaglia akan mengikuti keputusan Sollozzo. Mereka akan melupakan masalah Bruno Tattaglia. Ia yang mendapat balasan untuk apa yang mereka lakukan pada ayahku. Yang satu menetralkan yang lain."
Sonny kembali tertawa. "Keparat-keparat ini benar-benar berani."
Hagen berkata hati-hati, "Kita harus mendengar apa yang akan mereka katakan."
Sonny menggeleng. "Tidak, tidak, Consigliori, kali ini tidak." Suaranya mengandung sedikit aksen Italia. Ia sengaja meniru gaya bicara ayahnya untuk bergurau. "Tidak ada pertemuan lagi. Tidak ada pembicaraan lagi. Tidak ada tipuan Sollozzo yang lain. Sesudah negosiator menghubungi kita lagi untuk mendapatkan jawaban, kuminta kau memberinya satu pesan. Aku menginginkan Sollozzo. Kalau tidak, akan ada perang habis-habisan. Kita akan buka kamar dan menyebar semua anakbuah di jalan. Bisnis terpaksa harus merugi."
"Keluarga-Keluarga lain tidak akan menginginkan perang habis-habisan," kata Hagen. "Terlalu berbahaya bagi setiap orang."
Sonny mengangkat bahu. "Mereka memiliki pemecahan sederhana. Berikan Sollozzo padaku. Kalau tidak, bertempur dengan Keluarga Corleone." Sonny terdiam sejenak, lalu berkata kasar, "Tidak ada lagi nasihat tentang bagaimana harus memperbaikinya, Tom. Keputusan sudah diambil. Tugasmu adalah membantuku meraih kemenangan. Mengerti?"
Hagen menunduk. Ia berpikir keras sejenak. Lalu berkata, "Aku sudah berbicara dengan kontakmu di kantor polisi. Ia mengatakan Kapten McCluskey memang masuk dalam daftar suap Sollozzo dan mendapat banyak uang. Bukan hanya itu, McCluskey akan mendapat bagian dari operasi narkotika. McCluskey setuju menjadi pengawal pribadi Sollozzo. Si Turki tidak akan menyembulkan batang hidungnya dari lubang mana pun tanpa McCluskey. Sewaktu ia bertemu Mike untuk berunding, McCluskey akan duduk di sisinya. Dengan pakaian preman, tapi membawa pistol. Sekarang yang perlu kaupahami, Sonny, adalah selama Sollozzo dijaga seperti ini, ia sangat kuat. Tidak ada yang menembak kapten polisi New York dan bisa lolos dari hukuman. Suasana panas di kota ini tidak akan tertahankan, apalagi dengan ikut campurnya koran, seluruh departemen kepolisian, gereja, segalanya. Itu akan menjadi bencana. Keluarga-keluarga akan memburumu. Keluarga Corleone akan dikucilkan. Bahkan koneksi politik Don yang biasa memberikan perlindungan akan berlari menyelamatkan diri. Jadi pertimbangkan semuanya."
Sonny mengangkat bahu. "McCluskey tidak akan bisa mendampingi si Turki selamanya. Kita akan menunggu."
Tessio dan Clemenza mengisap cerutu dengan gelisah, tidak berani bicara, keringat mereka bercucuran. Merekalah yang akan celaka kalau keputusan yang diambil salah.
Michael berbicara untuk pertama kalinya. Ia bertanya pada Hagen, "Bisakah ayahku dipindahkan dari rumah sakit ke kompleks ini?"
Hagen menggeleng. "Itu hal pertama yang kutanyakan. Tidak mungkin. Ia dalam kondisi yang sangat parah. Ia akan bisa sembuh tapi memerlukan segala macam perawatan, mungkin beberapa operasi lagi. Tidak mungkin."
"Kalau begitu kalian harus segera mendapatkan Sollozzo," kata Michael. "Kita tidak bisa menunggu. Orang itu terlalu berbahaya. Ia akan mendapat gagasan baru. Jangan lupa, kuncinya tetap bahwa ia harus menyingkirkan ayahku. Ia mengetahuinya. Oke, ia sekarang tahu itu sulit sekali hingga ia bersedia menerima kekalahan demi keselamatan jiwanya. Tapi kalau jiwanya tetap terancam, ia pasti akan mencoba membunuh Don lagi. Dan dengan bantuan kapten polisi itu, siapa yang tahu apa yang akan terjadi. Kita tidak bisa mengambil risiko itu. Kita harus segera mendapatkan Sollozzo."
Sonny menggaruk-garuk dagu sambil berpikir. "Kau benar, Mike," katanya. "Kau benar dalam hal ini. Kita tidak boleh membiarkan Sollozzo mencoba membunuh Pop lagi."
Hagen berkata pelan, "Bagaimana dengan Kapten McCluskey?"
Sonny berpaling pada Michael sambil tersenyum tipis yang aneh. "Yeah, Mike, bagaimana dengan kapten polisi yang tangguh itu?"
Michael berkata pelan, "Oke, itu masalah yang ekstrem. Tapi ada saatnya tindakan yang sangat ekstrem bisa dibenarkan. Mari kita berpikir sekarang bahwa kita harus membunuh McCluskey. Caranya dengan membuat dirinya sangat terlibat hingga ia bukan lagi kapten polisi jujur yang sedang menjalankan tugas, tapi oknum polisi jahat yang terlibat dalam kegiatan melanggar hukum dan mendapatkan balasan, seperti penjahat lain. Kita memiliki orang-orang koran dalam daftar suap kita yang bisa kita beri cerita itu dengan bukti secukupnya sehingga mereka bisa mendukungnya. Itu akan sedikit meredakan panasnya suasana. Bagaimana?"
Michael memandang sekelilingnya, menatap yang lain satu per satu. Wajah Tessio dan Clemenza tetap muram dan mereka tetap membisu.
Sonny berkata sambil tersenyum aneh seperti tadi, "Lanjutkan, Mike, kau hebat sekali. Keluar dari mulut bayi, seperti yang biasa dikatakan Don. Lanjutkan, Mike, katakan lebih banyak lagi pada kami."
Hagen turut tersenyum sedikit dan berpaling. Wajah Michael memerah. "Baiklah, mereka menginginkan diriku berunding dengan Sollozzo. Yang ada hanyalah aku, Sollozzo, dan McCluskey, tanpa orang lain. Rencanakan pertemuannya dua hari dari sekarang, kemudian perintahkan informan kita menyelidiki di mana pertemuan akan dilangsungkan. Minta pertemuan dilakukan di tempat umum, aku tidak mau mereka membawaku ke apartemen atau rumah. Biar pertemuannya dilangsungkan di restoran atau bar pada jam-jam makan yang ramai, semacam itu, agar aku merasa aman. Mereka juga akan merasa aman. Bahkan Sollozzo tidak bakal mengira kita berani menembak si kapten. Mereka akan menggeledah diriku sewaktu menemui mereka, jadi aku harus bersih saat itu. Tapi pikirkan cara untuk memberiku senjata sementara aku bertemu mereka. Sesudah itu akan kubunuh mereka berdua."
Keempat kepala lain berpaling dan memandang dirinya. Clemenza dan Tessio sangat terkejut. Hagen tampak agak sedih tapi tidak heran. Ia hendak bicara tapi lalu membatalkan niatnya. Tapi Sonny, wajah Cupido-nya yang gemuk bergerak-gerak menahan geli, tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Tawanya tidak dibuat-buat. Ia benar-benar lepas kendali. Ia menunjuk Michael, mencoba bicara di sela-sela tawanya. "Kau, mahasiswa kelas atas, kau tidak pernah mencampuri bisnis Keluarga. Sekarang kau ingin membunuh kapten polisi dan si Turki hanya karena wajahmu dihajar McCluskey. Kau menganggap kejadian itu masalah pribadi, itu hanya masalah bisnis dan kau menganggapnya sebagai masalah pribadi. Kau ingin membunuh dua orang hanya karena wajahmu ditampar. Ini semua omong kosong. Selama bertahun-tahun, semuanya omong kosong belaka."
Clemenza dan Tessio, sama sekali tidak paham, menduga Sonny menertawakan kelancangan adiknya karena mengajukan tawaran seperti itu, juga tersenyum lebar dan agak kasihan pada Michael. Hanya Hagen yang wajahnya tetap pasif.
Michael memandang mereka semua, lalu menatap Sonny, yang masih belum berhenti tertawa.
"Kau akan membunuh keduanya?" kata Sonny. "Hei, kid, mereka tidak akan memberimu medali, mereka akan mendudukkan dirimu di kursi listrik. Kau tahu itu? Ini bukan soal jadi pahlawan, kid, kau tidak akan menembak orang dari jarak satu mil. Kau menembak sesudah bisa melihat putih mata mereka, seperti yang diajarkan di sekolah, ingat? Kau harus berdiri dekat sekali dengan mereka dan meledakkan kepala mereka sampai otak mereka berhamburan mengotori jas Ivy League yang kaukenakan. Bagaimana, kid?. Kau mau melakukannya hanya karena polisi bodoh memukulmu?" Ia masih tertawa.
Michael bangkit. "Sebaiknya kau berhenti tertawa," katanya.
Perubahan pada dirinya begitu luar biasa sehingga senyum menghilang dari wajah Clemenza dan Tessio. Michael tidak jangkung atau tegap, tapi kehadirannya seperti memancarkan bahaya. Pada saat itu ia seperti reinkarnasi Don Corleone sendiri. Matanya jadi cokelat muda dan wajahnya pucat. Tampaknya setiap saat bisa saja ia menerjang kakaknya yang lebih kuat. Tidak diragukan lagi, seandainya ia memegang senjata, Sonny pasti dalam bahaya.
Sonny berhenti tertawa dan Michael berkata padanya dengan suara yang sangat dingin, "Menurutmu aku tidak bisa melakukannya, bangsat?"
Gelombang tawa Sonny sudah berlalu. "Aku tahu kau bisa melakukannya," katanya. "Aku tidak menertawakan apa yang kaukatakan. Aku selalu mengatakan kau yang paling tangguh di Keluarga, lebih tangguh daripada Don sendiri. Kau satu-satunya yang berani menentang Pop. Aku masih ingat sewaktu kau masih kanak-kanak. Betapa pemarahnya dirimu waktu itu. Sialan, kau bahkan biasa berkelahi melawanku padahal aku jauh lebih tua daripada kau. Dan Freddie harus menghajarmu habis-habisan sedikitnya seminggu sekali. Sekarang Sollozzo mengira kau yang paling lembek dalam Keluarga karena kau membiarkan McCluskey memukulmu tanpa melawan dan kau tidak mau ikut campur dalam pertempuran Keluarga. Menurut perhitungannya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan kalau ia berhadapan muka denganmu. McCluskey juga, ia menganggapmu kelinci penakut."
Sonny terdiam sejenak, kemudian berkata dengan suara pelan, "Tapi bagaimanapun, kau Corleone, keparat. Dan aku satu-satunya yang mengetahuinya. Aku duduk di sini menunggu selama tiga hari terakhir, sejak Pop ditembak, menunggu kau keluar dari topeng Ivy League, pahlawan omong kosong, yang kaupakai. Aku menunggumu menjadi tangan kananku hingga kita bisa menghajar keparat-keparat yang berusaha menghabisi Pop dan keluarga kita. Dan yang diperlukan hanyalah hantaman di rahang. Bagaimana rasanya?" Sonny menggerak-gerakkan tangan dengan sikap bergurau, seperti orang memukul, dan bertanya sekali lagi. "Bagaimana rasanya?"
Ketegangan dalam ruangan mereda. Mike menggeleng. "Sonny, aku melakukannya karena hanya itulah yang dapat dilakukan. Aku tidak bisa membiarkan Sollozzo berusaha membunuh ayahku lagi. Hanya aku satu-satunya yang bisa cukup dekat dengannya. Dan aku sudah memperhitungkannya. Kurasa kau tidak akan bisa memerintahkan orang lain menghabisi kapten polisi. Mungkin kau akan melakukannya, Sonny, tapi kau memiliki anak dan istri, dan kau harus menangani bisnis Keluarga hingga Pop benar-benar sehat. Jadi yang tersisa hanya aku dan Freddie. Freddie begitu terguncang hingga tidak mungkin bisa bertindak. Akhirnya yang tersisa hanya aku. Ini semua logis. Pukulan di rahang sama sekali tidak ada kaitannya."
Sonny mendekat dan memeluknya. "Aku tidak peduli apa alasannya, yang penting kau bersama kami sekarang. Dan kukatakan padamu satu hal lagi, kau benar sepenuhnya. Tom, apa pendapatmu?"
Hagen mengangkat bahu. "Pertimbangannya benar. Yang membuatku berpikir begitu, kurasa si Turki tidak akan menepati perjanjiannya sendiri. Kurasa ia akan tetap berusaha membunuh Don. Bagaimana sikapnya sebelumnya, itulah yang mendasari penilaian kita atas dirinya. Jadi kita harus berusaha menghabisi Sollozzo. Kita harus menghabisinya walau untuk itu kita terpaksa harus menghabisi seorang kapten polisi juga. Tapi siapa pun yang melakukannya akan diburu. Apakah harus Mike yang melakukannya?"
Sonny berkata pelan, "Aku bisa melakukannya."
Hagen menggeleng tidak sabar. "Sollozzo tidak akan membiarkan kau mendekatinya dalam jarak satu mil sekalipun ia ditemani sepuluh kapten polisi. Selain itu, kau kepala Keluarga untuk sementara ini. Kau tidak boleh mengambil risiko itu."
Hagen terdiam sejenak, lalu berkata pada Clemenza dan Tessio, "Apa ada salah satu dari kalian yang memiliki orang penting, orang yang benar-benar istimewa, yang bisa menyelesaikan tugas ini? Ia tidak perlu mengkhawatirkan uang untuk sepanjang sisa hidupnya."
Clemenza yang berbicara lebih dulu. "Tak ada yang tidak dikenali Sollozzo, ia akan langsung mengetahuinya. Ia juga akan langsung tahu kalau aku atau Tessio yang pergi."
Hagen bertanya, "Bagaimana kalau seseorang yang benar-benar tangguh tapi belum dikenal, anak bawang yang andal?"
Kedua caporegime itu menggeleng. Tessio tersenyum untuk mengurangi ketajaman kata-katanya. "Itu sama saja seperti memakai pemain bisbol anak-anak untuk bermain di Seri Dunia."
Sonny menyela ketus, "Jadi harus Mike yang melakukannya. Karena sejuta alasan. Yang paling penting, mereka menganggap dirinya cengeng. Dan ia bisa melakukannya, aku berani menjamin. Dan itu yang penting, karena ini satu-satunya kesempatan kita menyingkirkan si Turki keparat yang selicik ular itu. Sekarang kita hanya perlu memikirkan cara terbaik untuk mendukung Mike. Tom, Clemenza, Tessio, selidiki ke mana Sollozzo akan membawanya berunding, aku tidak peduli berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan. Sesudah mengetahuinya, kita bisa memikirkan bagaimana cara memberikan senjata pada Mike. Clemenza, kuminta kaucarikan Mike pistol yang benar-benar 'aman' dari koleksimu, yang paling 'dingin' yang kaumiliki. Yang tidak mungkin dilacak. Usahakan pilih pistol yang berlaras pendek dengan kekuatan ledak besar. Tidak harus akurat. Ia akan sangat dekat dengan mereka sewaktu menggunakannya. Mike, setelah kaugunakan pistol itu, jatuhkan ke lantai. Jangan sampai kau tertangkap basah memegang pistol itu. Clemenza, rekatkan selotip khusus pada gagang dan picunya agar tidak ada sidik jari. Jangan lupa, Mike, kami bisa membereskan segalanya, saksi mata dan sebagainya, tapi kalau kau tertangkap basah membawa pistol, kami tidak bisa membereskannya. Akan kami siapkan transportasi dan perlindungan, lalu kami buat kau menghilang dalam liburan panjang yang menyenangkan sampai suasana panas mereda. Kau akan menghilang lama sekali, Mike, tapi aku tidak ingin kau mengucapkan selamat tinggal pada kekasihmu atau bahkan meneleponnya. Sesudah semua berakhir dan kau berada di luar negeri, akan kukirim berita padanya bahwa kau baik-baik saja. Ini perintah." Sonny tersenyum pada adiknya. "Sekarang, jangan jauh-jauh dari Clemenza dan biasakan diri dengan pistol yang dipilihkannya untukmu. Mungkin bahkan berlatih sedikit. Kami akan membereskan yang lain. Semuanya. Oke, kid?"
Sekali lagi Michael Corleone merasakan gelombang dingin yang nikmat dan menyegarkan melanda seluruh tubuhnya. Ia berkata pada kakaknya, "Kau tidak perlu memberitahukan semua omong kosong mengenai tidak boleh berbicara pada kekasihku tentang hal-hal seperti ini. Menurutmu apa yang akan kulakukan, meneleponnya untuk mengucapkan selamat tinggal?"
Sonny tergesa-gesa berkata, "Oke, tapi kau tetap saja anak baru dan aku harus menjelaskan semuanya. Lupakanlah."
Michael berkata sambil nyengir, "Sialan, apa maksudmu aku anak baru? Aku mendengarkan kata-kata Pop sama cermatnya seperti dirimu. Menurutmu bagaimana aku bisa sepandai ini?"
Mereka berdua tertawa.
Hagen menuangkan minuman bagi setiap orang. Ia tampak agak murung. Negarawan harus maju berperang, dan pengacara harus menangani masalah hukum. "Yah, setidaknya sekarang kita mengetahui apa yang akan kita lakukan," katanya.
***