Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

The GODFATHER - original by Mario Puzo

Rupanya Luca sipenjagal dah the end..:galau:
makin menarik ganRock, akankah trjadi perang? Tpi yg pling bkin pnasaran adalah apa yg akan d katakan oleh siTua Corleone sesudah sadar..

#thankyou apdetannya brada..:jempol:
 
==Intermezzo==


Mungkin biar lebih enak baca sambil bayangin ceritanya,sedikit saya kasih foto2 yang jelas sekali kalo saya nemu dari google.
Biar paling ga,bisa buat ngebayangin gimana tokoh2 dalam The Godfather ini













 
:mantap: ganRock,.
sayang siLuca keburu the end, pdhal mantep gayanya. :jempol:
 
:mantap: ganRock,.
sayang siLuca keburu the end, pdhal mantep gayanya. :jempol:

Wih bro caezar cepet amat nongolnya
Iya.pdhl Luca itu bagian ngelatih anggota yang baru2 juga.sayang mampus duluan
 
Bro updaate bro, sambil nunggu nonton barca vs juve bro,, baca lanjutan cerita ini bro :D
 
BAB 9

Sewaktu pergi ke kota malam itu, Michael Corleone merasa tertekan. Ia merasa dirinya dipaksa terlibat dalam bisnis Keluarga dan ia jengkel dimanfaatkan Sonny biarpun hanya untuk menerima telepon. Ia merasa tidak nyaman mengikuti rapat Keluarga seakan ia bisa dipercaya sepenuhnya dengan segala macam rahasia, seperti pembunuhan. Dan sekarang, saat akan menemui Kay, ia juga merasa bersalah terhadap kekasihnya. Ia sudah memberitahu Kay tentang keluarganya, tapi selalu dengan gaya bergurau, dan menceritakannya dengan anekdot menggelikan yang menyebabkan ceritanya lebih mirip petualangan dalam film daripada kenyataannya. Sekarang ayahnya ditembak di jalan dan kakak tertuanya menyusun rencana melakukan pembunuhan. Itu versi sederhana dan apa adanya, tapi ia tidak pernah bercerita pada Kay seperti itu. Ia memberitahu Kay bahwa penembakan ayahnya lebih merupakan "kecelakaan" dan semua masalah sudah beres.

Sialan, ini tampaknya baru permulaan. Sonny dan Tom belum menduduki posisi yang tepat untuk mengincar Sollozzo, dan mereka masih menyepelekan dirinya, seakan Sonny cukup cerdik untuk melihat bahaya.

Michael mencoba memikirkan apa yang mungkin disembunyikan si Turki. Ia jelas sekali pemberani, cerdik, memiliki kekuatan yang luar biasa. Orang harus memperhitungkan bahwa ia punya kejutan yang sebenarnya. Tapi waktu itu Sonny, Tom, Clemenza, dan Tessio berpendapat segalanya terkendali dan mereka semua lebih berpengalaman daripada dirinya. Ia "orang sipil" dalam perang ini, pikir Michael agak jengkel. Dan mereka harus memberinya medali yang jauh lebih bagus daripada yang diterimanya dalam Perang Dunia II untuk memaksanya ikut dalam perang ini.

Memikirkan hal ini menyebabkan ia merasa bersalah karena tidak lebih bersimpati pada ayahnya. Ayahnya sendiri ditembaki hingga rubuhnya penuh lubang peluru, tapi dengan cara yang aneh, Michael, melebihi yang lain, memahami sewaktu Tom mengatakan kejadian itu hanyalah masalah bisnis, bukan masalah pribadi. Bahwa ayahnya mendapat balasan atas kekuasaan yang dimilikinya selama ini, rasa hormat yang diperasnya dari semua orang di sekitarnya.

Michael hanya ingin keluar, keluar dari semua ini, dan menjalani kehidupannya sendiri. Tapi ia tidak bisa memutuskan hubungan dengan keluarganya sebelum krisis ini berakhir. Ia harus membantu dalam kemampuannya sebagai orang sipil. Tiba-tiba ia menyadari dengan jelas bahwa ia jengkel pada peran yang diberikan untuk dirinya, yaitu sebagai orang yang memiliki hak istimewa untuk tidak ikut bertempur, orang berhati nurani yang boleh berkeberatan. Itu sebabnya kata "orang sipil" selalu melintas dalam benaknya dengan cara yang menjengkelkan.

Sewaktu ia tiba di hotel, Kay menunggunya di lobi. (Dua anak buah Clemenza mengantar dirinya dengan mobil ke kota dan menurunkannya di tikungan tidak jauh dari hotel setelah memastikan mereka tidak diikuti.)

Mereka makan malam bersama dan minum sedikit.

"Jam berapa kau akan mengunjungi ayahmu?" tanya Kay.

Michael memandang arlojinya. "Waktu berkunjung habis pukul setengah sembilan. Kurasa aku akan ke sana sesudah semua orang pergi. Mereka pasti mengizinkan aku naik. Pop memiliki kamar pribadi dan perawat khusus, jadi aku bisa duduk menemaninya sebentar. Kurasa ia belum bisa berbicara dan mungkin bahkan tidak mengetahui kedatanganku. Tapi aku harus menunjukkan penghormatanku."

Kay berkata pelan, "Aku sedih kalau memikirkan ayahmu. Ia tampaknya orang yang baik di pesta pernikahan itu. Aku tidak mempercayai apa yang ditulis koran mengenai dirinya. Aku yakin sebagian besar tidak benar."

Michael berkata sopan, "Menurutku juga begitu."

Ia heran karena bersikap begitu penuh rahasia pada Kay. Ia mencintai gadis ini, mempercayainya, tapi ia tidak akan menceritakan apa pun mengenai ayahnya atau Keluarga pada Kay. Kay orang luar.

"Bagaimana dengan dirimu?" tanya Kay. "Kau akan ikut campur dalam perang antargeng yang disebut koran-koran itu dengan penuh semangat?"

Michael tersenyum, membuka kancing jas, dan membentangkan jasnya lebar-lebar. "Lihat, tidak ada pistol," katanya.

Kay tertawa.

Malam semakin larut dan mereka pergi ke kamarnya. Kay membuat minuman untuk mereka berdua dan duduk di pangkuan Michael sementara mereka minum. Di balik pakaian luarnya Kay mengenakan pakaian dalam dari sutra seluruhnya hingga tangan Michael menyentuh kulit pahanya yang mulus. Mereka menjatuhkan diri bersama-sama ke tempat tidur dan bercinta dengan pakaian lengkap, bibir mereka menyatu. Setelah selesai mereka berbaring diam,merasakan tubuh mereka terbakar di balik pakaian.

Kay berbisik, "Itu yang kalian para prajurit sebut quickie."

"Yeah," jawab Michael.

"Lumayan," kata Kay bijaksana.

Mereka tidur hingga Michael tiba-tiba terbangun dengan gelisah dan memandang arloji. "Sialan," katanya. "Sudah hampir pukul sepuluh. Aku harus ke rumah sakit."

Ia pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menyisir rambut. Kay mengikutinya dan memeluk pinggangnya dari belakang. "Kapan kita menikah?" tanyanya.

"Kapan saja kau mau," jawab Michael. "Segera sesudah urusan keluarga berakhir dan ayahku sembuh kembali. Kurasa kau lebih baik menjelaskan semuanya pada orangtuamu."

"Apa yang harus kujelaskan?" tanya Kay perlahan.

Michael terus menyisir rambut. "Katakan saja kau bertemu pemuda keturunan Italia yang tampan dan gagah berani. Peringkat tertinggi di Dartmouth. Mendapat medali Service Cross dalam perang, ditambah Purple Heart. Jujur. Suka bekerja keras. Tapi ayahnya kepala Mafia yang terpaksa harus membunuh orang jahat, kadang-kadang menyuap pejabat tinggi pemerintah, dan ketika bekerja tertembak hingga tubuhnya penuh lubang peluru. Tapi itu tidak ada sangkut-pautnya dengan anaknya yang jujur dan suka bekerja keras. Menurutmu kau bisa mengingat semua itu?"

Kay melepaskan tubuh Michael dan menyandar ke pintu kamar mandi. "Betulkah?" tanyanya. "Ia benar-benar begitu?" Ia terdiam sejenak. "Membunuh orang?"

Michael selesai menyisir rambut. "Aku tidak tahu pasti," katanya. "Tidak seorang pun benar-benar mengetahuinya. Tapi aku takkan heran."

Sebelum Michael berjalan ke pintu, Kay bertanya, "Kapan aku bisa bertemu lagi denganmu?"

Michael menciumnya. "Kuminta kau pulang dan memikirkan segalanya di kotamu sendiri," katanya. "Aku tidak ingin kau terlibat dalam masalah ini dengan cara apa pun. Sesudah liburan Natal, aku akan kembali kuliah dan kita akan bersama-sama lagi di Hanover. Oke?"

"Oke," kata Kay. Ia mengawasi kepergian Michael, melihatnya melambai sebelum masuk ke lift.

Kay belum pernah merasa sedekat ini dengan Michael, tidak pernah merasa begitu mencintai Michael. Dan seandainya ada yang memberitahu dirinya bahwa ia tidak akan bertemu Michael lagi hingga tiga tahun mendatang, rasanya ia tidak akan sanggup.

***

Sewaktu Michael turun dari taksi di depan Rumah Sakit Prancis, ia heran melihat jalanan yang kosong sama sekali. Sesudah masuk ke lobi, ia lebih heran lagi mendapati lobi juga kosong. Sialan, apa yang dilakukan Clemenza dan Tessio? Mereka memang tidak pernah dididik di West Point, tapi seharusnya mereka cukup memahami taktik untuk memiliki pos terdepan. Setidaknya dua anak buah mereka seharusnya ada di lobi.

Bahkan pengunjung terakhir telah pergi, waktu menunjukkan pukul 22.30. Michael sekarang tegang dan waspada. Ia tidak mau berhenti di depan meja informasi, ia sudah mengetahui nomor kamar ayahnya di lantai empat. Ia menggunakan lift swalayan.

Anehnya, tidak ada yang menghentikan dirinya hingga ia mendekati ruang perawat di lantai empat. Tapi ia terus melewati perawat yang menatapnya dengan pandangan bertanya-tanya dan berjalan ke kamar ayahnya. Tidak ada seorang pun di luar pintu. Di mana dua detektif yang katanya menunggu kesempatan untuk menginterogasi ayahnya? Di mana orang-orang Clemenza dan Tessio?
Apakah ada orang di dalam kamar? Tapi pintu terbuka. Michael masuk. Ada sesosok tubuh berbaring di ranjang dan dalam cahaya bulan yang menerobos jendela Michael bisa melihat wajah ayahnya. Sekarang pun wajah ayahnya masih pasif, dadanya naik-turun dengan napas yang tidak teratur. Slang menjuntai dari tiang besi di sisi ranjang dan masuk ke hidungnya. Di lantai ada mangkuk kaca untuk menampung racun yang dialirkan dari perutnya dengan slang yang lain. Michael berdiri di sana sejenak untuk memastikan ayahnya tidak apa-apa, lalu mundur keluar dari kamar.

Ia berkata pada perawat, "Namaku Michael Corleone, aku hanya ingin duduk menemani ayahku. Ke mana detektif yang seharusnya menjaga ayahku?"

Si perawat adalah wanita muda cantik dengan keyakinan penuh akan kekuasaan jabatannya. "Oh, ayahmu baru saja menerima banyak tamu, jadi mengganggu pelayanan rumah sakit," katanya "Polisi datang dan memerintahkan mereka semua pergi sepuluh menit yang lalu. Dan lima menit yang lalu aku harus memanggil kedua detektif itu ke telepon karena ada peringatan bahaya di kantor mereka, dan mereka pun pergi. Tapi jangan khawatir, aku sering memeriksa ayahmu dan bisa mendengar suara apa saja dari kamarnya. Itu sebabnya pintunya kubiarkan terbuka."

"Terima kasih," kata Michael. "Aku ingin menemani ayahku sebentar. Oke?"

Perawat itu tersenyum padanya. "Sebentar saja, lalu kau juga harus pergi. Peraturannya begitu."

Michael kembali ke kamar ayahnya. Ia mengangkat telepon dan meminta operator rumah sakit menghubungkannya dengan rumah di Long Beach, dengan telepon di kantor sudut. Sonny yang menjawab. Michael berbisik, "Sonny, aku ada di rumah sakit, aku datang terlambat. Sonny, tidak ada seorang pun di sini. Tidak ada satu pun anak buah Tessio. Tidak ada detektif di pintu. Tidak ada yang melindungi Pop sama sekali." Suaranya gemetar.

Lama sekali tidak terdengar suara, kemudian terdengar Sonny berkata, suaranya rendah dan serius, "Kedengarannya seperti ulah Sollozzo."

Michael berkata, "Menurutku juga begitu. Tapi bagaimana ia bisa memerintahkan polisi membersihkan semua orang dari sini dan ke mana mereka semua pergi? Apa yang terjadi dengan anak buah Tessio? Ya Tuhan, apa si keparat Sollozzo itu menguasai seluruh kepolisian New York?"

"Tenang, kid." Suara Sonny terdengar menyejukkan. "Kita beruntung lagi karena kau datang ke rumah sakit selarut ini. Tetaplah di kamar Pop. Kunci pintunya dari dalam. Akan kukirim orang ke sana lima belas menit lagi, begitu aku selesai menelepon. Duduk diam dan jangan panik. Oke, kid."

"Aku tidak akan panik," kata Michael. Untuk pertama kalinya sejak seluruh masalah ini dimulai, ia merasakan kemarahan dalam dirinya, kebencian yang dingin pada musuh-musuh ayahnya.

Ia meletakkan telepon dan membunyikan bel untuk memanggil perawat. Ia memutuskan menggunakan penilaiannya sendiri dan tidak mempedulikan perintah Sonny.

Sesudah perawat datang, ia berkata, "Jangan takut, tapi kita harus memindahkan ayahku sekarang juga. Ke kamar atau lantai yang lain. Kau bisa melepaskan semua slang ini agar kita bisa mendorong ranjangnya keluar?"

Perawat berkata, "Tidak mungkin. Kita harus mendapat izin dari dokter."

Michael berkata sangat cepat, "Kau sudah membaca mengenai ayahku di koran. Kau melihat tidak ada yang menjaganya di sini sekarang. Aku baru saja mendapat kabar bahwa beberapa orang akan datang ke rumah sakit untuk membunuhnya. Percayalah dan tolong bantu aku." Ia pandai membujuk kalau mau.

Perawat berkata, "Kau tidak perlu melepaskan slangnya. Kita bisa mendorong tiang infus bersama ranjangnya."

"Kau punya kamar kosong?" bisik Michael.

"Di ujung lorong," jawab perawat.

Kegiatan itu memakan waktu beberapa menit, sangat cepat dan efisien. Lalu Michael berkata pada si perawat, "Tinggallah di sini bersama ayahku sampai pertolongan datang. Kalau berada di luar, di ruanganmu, kau mungkin akan celaka."

Pada saat itu ia mendengar suara ayahnya dari ranjang, serak tapi penuh kekuatan, "Michael, kaukah itu? Apa yang terjadi, ada apa?"

Michael mencondongkan tubuh ke atas ranjang. Ia menggenggam tangan ayahnya. "Aku Mike," katanya. "Jangan takut. Sekarang dengarkan, jangan bersuara sedikit pun, terutama kalau ada yang memanggil-manggil namamu. Ada yang ingin membunuhmu, mengerti? Tapi aku di sini, jadi jangan takut."

Don Corleone, masih belum sadar sepenuhnya mengenai apa yang terjadi pada dirinya kemarin, dan menderita kesakitan hebat, sambil tersenyum manis pada putra bungsunya, berkata dengan susah payah, "Kenapa aku harus merasa takut sekarang? Orang-orang asing datang untuk membunuhku sejak aku berusia dua belas tahun."

***
 
BAB 10

Rumah sakit itu kecil, dengan hanya satu pintu masuk. Dari balik jendela, Michael memandang ke jalan di bawahnya. Ada jalur masuk melengkung dengan tangga ke jalan dan jalan itu kosong dari lalu lintas. Tapi siapa pun yang datang ke rumah sakit harus masuk melalui pintu itu. Ia mengetahui tidak memiliki banyak waktu, jadi ia berlari ke luar kamar dan menuruni empat anak tangga sekaligus, lalu keluar melalui pintu masuk yang lebar di lantai bawah. Di bagian samping ia melihat tempat parkir ambulans, tapi di sana tidak ada mobil, tidak juga ambulans.

Michael berdiri di trotoar rumah sakit dan menyulut sebatang rokok. Ia membuka kancing jas dan berdiri dalam cahaya lampu jalan agar sosoknya terlihat. Seorang pemuda berjalan dengan cepat menyusuri Ninth Avenue, bungkusan terjepit di ketiaknya. Pemuda itu mengenakan jaket tempur dan rambutnya yang lebat berwarna hitam. Wajahnya terasa tidak asing sewaktu ia melintas di bawah lampu, tapi Michael tidak bisa mengingat di mana ia pernah melihatnya.

Tapi pemuda tersebut berhenti di hadapannya dan mengulurkan tangan, berbicara dengan aksen Italia yang kental, "Don Michael, kau ingat aku? Enzo, pembantu tukang roti Nazorine si Paniterra; aku menantunya. Ayahmu menyelamatkan diriku dengan mengatur agar pemerintah mengizinkan aku tinggal di Amerika."

Michael menjabat tangannya. Sekarang ia ingat anak muda ini.

Enzo melanjutkan, "Aku datang untuk menyampaikan penghormatan pada ayahmu. Apa mereka akan membolehkan aku masuk ke rumah sakit selarut ini?"

Michael tersenyum dan menggeleng. "Tidak, tapi terima kasih. Akan kusampaikan pada Don bahwa kau datang."

Sebuah mobil meluncur di jalan dengan suara menderu dan seketika Michael waspada. Ia berkata pada Enzo, "Cepat tinggalkan aku. Mungkin akan ada masalah. Kau pasti tidak ingin terlibat dengan polisi."

Ia melihat ekspresi ketakutan di wajah pemuda Italia itu. Bermasalah dengan polisi bisa saja berarti harus dideportasi atau ditolak menjadi warga negara. Tapi pemuda itu tidak beranjak Ia berbisik dalam bahasa Italia, "Kalau ada masalah, aku akan tetap di sini untuk membantu. Aku berutang budi pada Godfather."

Michael merasa terharu. Ia berniat memerintahkan pemuda itu pergi sekali lagi, tapi lalu berpikir, kenapa tidak membiarkan ia tetap di sini? Dua pria di rumah sakit mungkin akan menakutkan anak buah Sollozzo yang dikirim untuk membunuh. Satu orang saja hampir bisa dipastikan tidak bakal membuat mereka takut.

Ia memberikan rokoknya pada Enzo dan menyulutnya. Mereka berdua berdiri di bawah tiang lampu pada malam bulan Desember yang dingin. Kaca depan rumah sakit yang kuning, dipenuhi hiasan Natal hijau, berkilau-kilau memantulkan cahaya pada mereka. Mereka nyaris menghabiskan rokok sewaktu sedan hitam panjang berbelok memasuki 30 Street dari Ninth Avenue dan melaju ke arah mereka, dekat sekali dengan trotoar. Mobil hampir berhenti.

Michael berusaha melihat wajah orang-orang di dalamnya, tubuhnya gemetar tanpa tertahan. Mobil itu tampak seperti akan berhenti, lalu melaju pergi. Ada yang mengenali dirinya. Michael memberi Enzo sebatang rokok lagi dan menyadari tangan si tukang roti itu gemetar. Dengan keheranan ia melihat tangannya sendiri tetap mantap.

Mereka berdiri di tepi jalan sambil merokok tidak lebih dari sepuluh menit sewaktu kesunyian malam tiba-tiba dipecahkan lengkingan sirene mobil polisi. Mobil patroli berbelok dengan ban berdecit dari Ninth Avenue dan berhenti di depan rumah sakit. Dua mobil polisi lain mengikuti tepat di belakangnya. Tiba-tiba pintu masuk rumah sakit penuh polisi berseragam dan detektif. Michael menghela napas lega. Sonny yang baik pasti langsung bertindak. Ia mendekat untuk menyambut mereka.

Dua polisi bertubuh tinggi besar menangkap lengannya. Yang lain menggeledah dirinya. Kapten polisi yang bertubuh luar biasa besar, dengan jalinan benang emas di topinya, menaiki tangga, anak buahnya menyibak penuh hormat, memberi jalan. Ia pria yang kuat walaupun perutnya buncit dan uban mengintip dari bawah topinya. Wajahnya merah seperti daging sapi. Ia mendekati Michael dan berkata kasar, "Kukira aku sudah mengurung kalian semua, para bajingan. Kau siapa dan sedang apa kau di sini?"

Salah seorang polisi yang berdiri di samping Michael berkata, "Ia bersih, Kapten."

Michael tidak menjawab. Ia mengamati kapten polisi itu dengan dingin, mengamati wajahnya, mata birunya yang tajam.

Seorang detektif berpakaian preman berkata, "Ini Michael Corleone, putra Don."

Michael berkata pelan, "Ke mana detektif yang seharusnya menjaga ayahku? Siapa yang menariknya dari tugas itu?"

Wajah kapten polisi itu merah padam karena marah. "Dasar keparat sialan, pikirmu siapa kau, berani mencampuri urusanku? Aku yang menarik mereka. Aku tidak peduli berapa banyak gangster yang saling bunuh. Kalau terserah padaku, aku tidak akan mengangkat satu jari pun untuk menghalangi pembunuhan orangtuamu. Sekarang pergi dari sini. Tinggalkan jalanan ini, sialan, dan jangan datang ke rumah sakit kalau tidak pada waktu berkunjung."

Michael masih memperhatikannya dengan cermat. Ia tidak marah terhadap apa pun yang dikatakan kapten polisi itu. Pikirannya berputar cepat. Mungkinkah Sollozzo yang ada di mobil pertama dan melihat dirinya berdiri di depan rumah sakit? Mungkinkah Sollozzo yang kemudian menelepon kapten ini dan berkata, "Bagaimana bisa ada orang-orang Corleone di sekitar rumah sakit padahal aku sudah membayarmu untuk mengurung mereka semua?" Mungkinkah semua ini sudah direncanakan dengan teliti seperti yang dikatakan Sonny? Segalanya cocok.

Masih dengan dingin, ia berkata pada si kapten polisi, "Aku tidak akan meninggalkan rumah sakit sebelum kau menempatkan pengawal di sekitar kamar ayahku."

Kapten tidak mau bersusah payah menjawab. Ia berkata pada detektif yang ada di sampingnya, "Phil, kurung keparat ini."

Detektif itu berkata ragu, "Bocah ini bersih, Kapten. Ia pahlawan perang dan tidak pernah ikut campur dalam kejahatan. Koran bisa salah tulis."

Kapten berbalik menghadapi detektif itu, wajahnya merah karena marah. Ia berkata dengan suara menggelegar, "Persetan dengan semua itu, kurung dia, kataku!"

Michael, masih berpikir dengan otak yang jernih, tidak marah, berkata dengan nada yang sengaja mengancam, "Berapa banyak si Turki membayarmu untuk mencelakakan ayahku, Kapten?"

Kapten polisi itu berpaling memandangnya. Ia berkata pada kedua polisi bertubuh tinggi besar tersebut. "Pegangi dia."

Michael merasakan kedua lengannya diringkus. Ia melihat tinju si kapten yang besar diayunkan ke kepalanya. Ia mencoba mengelak tapi tinju itu menghantam tulang pipinya. Rasanya seperti ada granat yang meledak dalam kepalanya. Mulutnya penuh darah dan serpihan tulang, yang disadarinya pasti giginya. Ia bisa merasakan sisi kepalanya menggembung seakan diisi udara. Kakinya tidak bertenaga dan ia pasti jatuh kalau tidak dipegangi kedua polisi itu. Tapi ia masih sadar.

Detektif yang berpakaian preman melangkah ke hadapannya untuk menghalangi si kapten memukulnya lagi dan berkata, "Ya Tuhan, Kapten, kau benar-benar melukainya."

Kapten berkata dengan suara keras, "Aku tidak menyentuhnya. Ia menyerangku dan jatuh sendiri. Kau mengerti? Ia melawan sewaktu ditangkap."

Dari balik kabut merah, Michael melihat lebih banyak mobil lagi yang berhenti di jalan. Orang-orang keluar dari mobil-mobil itu. Ia mengenali salah satunya, pengacara Clemenza, yang sekarang berbicara pada si kapten polisi dengan halus tapi tegas. "Keluarga Corleone menyewa biro detektif swasta untuk menjaga Mr. Corleone. Orang-orang yang bersamaku ini memiliki surat izin untuk menyandang senjata api, Kapten. Kalau kau menahan mereka, kau harus menemui hakim besok pagi dan menjelaskan alasannya."

Pengacara itu berpaling memandang Michael. "Kau mau menuntut siapa pun yang melakukan ini padamu?" tanyanya.

Michael sulit berbicara. Rahangnya sulit dibuka tapi ia berhasil menggumam. "Aku terpeleset," katanya. "Aku terpeleset dan jatuh." Ia melihat Kapten melontarkan pandangan penuh kemenangan ke arahnya dan ia berusaha membalasnya dengan senyuman.

Dengan sekuat tenaga ia berusaha menyembunyikan perasaan sedingin es yang menguasai otaknya, kebencian hebat yang mendominasi tubuhnya. Ia tidak ingin memberitahu siapa pun di dunia ini mengenai apa yang dirasakannya saat itu. Sebagaimana yang pasti dilakukan Don. Lalu ia merasa dirinya dibawa ke rumah sakit dan ia pun jatuh pingsan.

Sewaktu terjaga keesokan harinya, ia merasakan rahangnya dikawat dan empat gigi di sepanjang sisi kiri mulutnya hilang. Hagen duduk di sisi ranjang.

"Mereka membiusku?" tanya Michael.

"Yeah," kata Hagen. "Mereka harus mengambil pecahan tulang dari gusimu dan menurut mereka undakan itu sangat menyakitkan. Lagi pula, kau memang sama sekali tidak sadarkan diri."

"Ada hal lain yang tidak beres denganku?" tanya Michael.

"Tidak," jawab Hagen. "Sonny ingin kau pulang ke rumah di Long Beach. Kau merasa sudah cukup kuat?"

"Tentu saja," kata Michael. "Don baik-baik saja?"

Wajah Hagen memerah. "Kurasa kita berhasil memecahkan masalah itu sekarang. Kita menyewa biro detektif swasta dan mereka menjaga seluruh tempat ini. Akan kuceritakan lebih banyak di mobil nanti."

***

Clemenza yang mengemudi, Michael dan Hagen duduk di kursi belakang. Kepala Michael terasa berdenyut-denyut.

"Jadi apa yang sebenarnya terjadi semalam, apa kalian sudah menyelidikinya?"

Hagen berbicara pelan. "Sonny memiliki orang dalam, Detektif Phillips, yang semalam berusaha melindungi dirimu. Ia memberitahukan apa yang terjadi pada kita. Si kapten polisi, McCluskey, orang yang sangat korup sejak masih menjadi petugas patroli. Keluarga kita membayar lumayan padanya. Dan ia orang yang serakah, selain tidak bisa dipercaya untuk bekerja sama. Tapi Sollozzo pasti memberinya bayaran yang sangat besar. McCluskey memerintahkan penangkapan seluruh anak buah Tessio di dalam dan sekitar rumah sakit sesudah jam berkunjung berakhir. Fakta bahwa beberapa dari mereka membawa pistol membuat semua jadi lebih merepotkan. Lalu McCluskey menarik detektif yang menjaga pintu kamar Don. Katanya ia membutuhkan mereka dan akan ada petugas lain yang dikirim ke sana untuk menggantikan mereka, tapi penugasannya terselip entah di mana. Omong kosong. Ia dibayar untuk membiarkan Don celaka. Dan Phillips mengatakan orang seperti McCluskey akan mencoba lagi. Sollozzo pasti memberinya uang yang sangat banyak di tahap awal dan menjanjikan lebih banyak lagi di masa depan."

"Apa peristiwa penganiayaan diriku masuk koran?"

"Tidak," jawab Hagen. "Kita menjaga agar berita itu tidak tersiar. Tidak seorang pun menginginkan kejadian itu diketahui. Polisi tidak. Kita juga tidak."

"Bagus," kata Michael. "Si Enzo bisa lolos?"

"Yeah," kata Hagen. "Ia lebih cerdik daripada dirimu. Sewaktu polisi datang ia langsung menghilang. Katanya ia bersama dirimu sewaktu mobil Sollozzo melintas. Benar?"

"Yeah," kata Michael. "Ia anak yang baik."

"Ia akan mendapatkan imbalan," kata Hagen. "Kau baik-baik saja?" Wajahnya tampak penuh perhatian. "Kau tampak tidak sehat."

"Aku tidak apa-apa," kata Michael. "Siapa nama kapten polisi itu?"

"McCluskey," jawab Hagen. "Oh ya, mungkin kau akan merasa lebih baik kalau mengetahui Keluarga Corleone akhirnya bisa mengejar ketertinggalan. Bruno Tattaglia, pukul empat pagi tadi."

Michael menegakkan duduk. "Bagaimana bisa? Kukira kita harus berdiam diri."

Hagen mengangkat bahu. "Sesudah apa yang terjadi di rumah sakit, Sonny menjadi panas. Anak buah disebar ke seluruh New York dan New Jersey. Kami menyusun daftar semalam. Aku sudah berusaha mencegah Sonny, Mike. Mungkin kau bisa bicara dengannya. Seluruh masalah ini bisa diselesaikan tanpa perang habis-habisan."

"Aku akan bicara dengannya," kata Michael. "Ada rapat pagi ini?"

"Yeah," kata Hagen. "Sollozzo akhirnya menghubungi kita dan ingin berunding. Negosiator mengatur rinciannya. Itu berarti kita menang, Sollozzo mengetahui dirinya kalah dan ingin menyelamatkan jiwanya."

Hagen terdiam. "Mungkin ia mengira kita lunak, siap diambil alih, sebab kita tidak balas menyerang. Sekarang dengan kematian salah satu anak Tattaglia, ia mengetahui kita tidak main-main. Ia benar-benar berjudi ketika berusaha membunuh Don. Oh ya, kita sudah mendapat konfirmasi mengenai Luca. Di kelab malam Bruno. Bisa kaubayangkan?"

Michael berkata, "Tidak heran mereka bisa menyergapnya tiba-tiba."

***

Di rumah-rumah di Long Beach, pintu masuk ke kompleks dihalangi mobil hitam panjang yang diparkir melintang. Dua pria bersandar ke kap mesinnya. Michael bisa melihat jendela-jendela lantai atas dua rumah di kiri-kanan pintu masuk terbuka. Ya Tuhan, Sonny pasti tidak main-main.

Clemenza memarkir mobil di luar kompleks dan mereka berjalan masuk. Kedua penjaga itu anak buah Clemenza dan ia mengernyit pada mereka sebagai salam. Kedua pria tersebut mengangguk sebagai jawaban. Tidak ada senyuman, tidak ada kata-kata. Clemenza mendahului Hagen dan Michael Corleone masuk ke rumah.

Pintu dibuka penjaga lain sebelum mereka membunyikan bel. Jelas sekali mereka diawasi dari balik jendela. Mereka masuk ke kantor sudut dan mendapati Sonny menunggu bersama Tessio di sana.

Sonny menyambut Michael, memegang kepala adiknya dan berkata sambil bergurau, "Cantik. Cantik."

Michael menepiskan tangan kakaknya, melangkah ke meja tulis, dan menuangkan sedikit scotch, berharap minuman itu akan meredakan rasa sakit pada rahangnya yang dikawat.

Mereka berlima duduk berkeliling dalam ruangan, tapi suasananya berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Sonny lebih gembira, lebih periang, dan Michael menyadari arti kegembiraannya. Tidak ada lagi keraguan dalam pikiran kakaknya. Kakaknya telah mulai bertindak dan tidak ada yang akan menggoyahkannya. Usaha Sollozzo tadi malam merupakan tindakan orang yang putus asa. Tidak ada lagi gencatan senjata.

"Kita ditelepon negosiator saat kau pergi," kata Sonny pada Hagen. "Sekarang si Turki ingin bertemu."

Sonny tertawa. "Keparat itu benar-benar bernyali," katanya kagum. "Sesudah bertingkah semalam, sekarang ia menginginkan pertemuan hari ini atau besok. Sementara itu kita dianggap akan duduk berpangku tangan dan menerima apa saja yang disajikan. Benar-benar terkutuk."

Tom bertanya hati-hati, "Bagaimana jawabanmu?"

Sonny tersenyum. "Kukatakan, baik, kenapa tidak? Kapan saja ia mau, aku tidak terburu-buru. Ada seratus anak buahku di jalan dua puluh empat jam sehari. Kalau Sollozzo memperlihatkan sedikit saja belangnya, ia mampus. Biar saja mereka mengulur waktu sesukanya."

Hagen bertanya, "Apakah ada usul yang pasti?"

"Yeah," jawab Sonny. "Ia ingin kita mengirim Mike menemuinya dan mendengar usulnya. Si negosiator menjamin keselamatan Mike. Sollozzo tidak meminta kita menjamin keselamatannya, ia mengetahui tidak bisa memintanya. Tak masalah. Jadi pertemuan akan diatur pihaknya. Anak buahnya akan menjemput dan membawa Mike ke tempat pertemuan. Mike akan mendengarkan apa yang harus dikatakan Sollozzo, lalu mereka akan membebaskan dirinya. Tapi tempat pertemuan dirahasiakan. Mereka menjanjikan kesepakatannya akan begitu bagus hingga kita tidak bisa menolak."

Hagen bertanya, "Bagaimana dengan Keluarga Tattaglia? Apa yang mereka lakukan sehubungan dengan Bruno?"

"Itu bagian dari persetujuannya. Negosiator mengatakan Keluarga Tattaglia akan mengikuti keputusan Sollozzo. Mereka akan melupakan masalah Bruno Tattaglia. Ia yang mendapat balasan untuk apa yang mereka lakukan pada ayahku. Yang satu menetralkan yang lain."

Sonny kembali tertawa. "Keparat-keparat ini benar-benar berani."

Hagen berkata hati-hati, "Kita harus mendengar apa yang akan mereka katakan."

Sonny menggeleng. "Tidak, tidak, Consigliori, kali ini tidak." Suaranya mengandung sedikit aksen Italia. Ia sengaja meniru gaya bicara ayahnya untuk bergurau. "Tidak ada pertemuan lagi. Tidak ada pembicaraan lagi. Tidak ada tipuan Sollozzo yang lain. Sesudah negosiator menghubungi kita lagi untuk mendapatkan jawaban, kuminta kau memberinya satu pesan. Aku menginginkan Sollozzo. Kalau tidak, akan ada perang habis-habisan. Kita akan buka kamar dan menyebar semua anakbuah di jalan. Bisnis terpaksa harus merugi."

"Keluarga-Keluarga lain tidak akan menginginkan perang habis-habisan," kata Hagen. "Terlalu berbahaya bagi setiap orang."

Sonny mengangkat bahu. "Mereka memiliki pemecahan sederhana. Berikan Sollozzo padaku. Kalau tidak, bertempur dengan Keluarga Corleone." Sonny terdiam sejenak, lalu berkata kasar, "Tidak ada lagi nasihat tentang bagaimana harus memperbaikinya, Tom. Keputusan sudah diambil. Tugasmu adalah membantuku meraih kemenangan. Mengerti?"

Hagen menunduk. Ia berpikir keras sejenak. Lalu berkata, "Aku sudah berbicara dengan kontakmu di kantor polisi. Ia mengatakan Kapten McCluskey memang masuk dalam daftar suap Sollozzo dan mendapat banyak uang. Bukan hanya itu, McCluskey akan mendapat bagian dari operasi narkotika. McCluskey setuju menjadi pengawal pribadi Sollozzo. Si Turki tidak akan menyembulkan batang hidungnya dari lubang mana pun tanpa McCluskey. Sewaktu ia bertemu Mike untuk berunding, McCluskey akan duduk di sisinya. Dengan pakaian preman, tapi membawa pistol. Sekarang yang perlu kaupahami, Sonny, adalah selama Sollozzo dijaga seperti ini, ia sangat kuat. Tidak ada yang menembak kapten polisi New York dan bisa lolos dari hukuman. Suasana panas di kota ini tidak akan tertahankan, apalagi dengan ikut campurnya koran, seluruh departemen kepolisian, gereja, segalanya. Itu akan menjadi bencana. Keluarga-keluarga akan memburumu. Keluarga Corleone akan dikucilkan. Bahkan koneksi politik Don yang biasa memberikan perlindungan akan berlari menyelamatkan diri. Jadi pertimbangkan semuanya."

Sonny mengangkat bahu. "McCluskey tidak akan bisa mendampingi si Turki selamanya. Kita akan menunggu."

Tessio dan Clemenza mengisap cerutu dengan gelisah, tidak berani bicara, keringat mereka bercucuran. Merekalah yang akan celaka kalau keputusan yang diambil salah.

Michael berbicara untuk pertama kalinya. Ia bertanya pada Hagen, "Bisakah ayahku dipindahkan dari rumah sakit ke kompleks ini?"

Hagen menggeleng. "Itu hal pertama yang kutanyakan. Tidak mungkin. Ia dalam kondisi yang sangat parah. Ia akan bisa sembuh tapi memerlukan segala macam perawatan, mungkin beberapa operasi lagi. Tidak mungkin."

"Kalau begitu kalian harus segera mendapatkan Sollozzo," kata Michael. "Kita tidak bisa menunggu. Orang itu terlalu berbahaya. Ia akan mendapat gagasan baru. Jangan lupa, kuncinya tetap bahwa ia harus menyingkirkan ayahku. Ia mengetahuinya. Oke, ia sekarang tahu itu sulit sekali hingga ia bersedia menerima kekalahan demi keselamatan jiwanya. Tapi kalau jiwanya tetap terancam, ia pasti akan mencoba membunuh Don lagi. Dan dengan bantuan kapten polisi itu, siapa yang tahu apa yang akan terjadi. Kita tidak bisa mengambil risiko itu. Kita harus segera mendapatkan Sollozzo."

Sonny menggaruk-garuk dagu sambil berpikir. "Kau benar, Mike," katanya. "Kau benar dalam hal ini. Kita tidak boleh membiarkan Sollozzo mencoba membunuh Pop lagi."

Hagen berkata pelan, "Bagaimana dengan Kapten McCluskey?"

Sonny berpaling pada Michael sambil tersenyum tipis yang aneh. "Yeah, Mike, bagaimana dengan kapten polisi yang tangguh itu?"

Michael berkata pelan, "Oke, itu masalah yang ekstrem. Tapi ada saatnya tindakan yang sangat ekstrem bisa dibenarkan. Mari kita berpikir sekarang bahwa kita harus membunuh McCluskey. Caranya dengan membuat dirinya sangat terlibat hingga ia bukan lagi kapten polisi jujur yang sedang menjalankan tugas, tapi oknum polisi jahat yang terlibat dalam kegiatan melanggar hukum dan mendapatkan balasan, seperti penjahat lain. Kita memiliki orang-orang koran dalam daftar suap kita yang bisa kita beri cerita itu dengan bukti secukupnya sehingga mereka bisa mendukungnya. Itu akan sedikit meredakan panasnya suasana. Bagaimana?"

Michael memandang sekelilingnya, menatap yang lain satu per satu. Wajah Tessio dan Clemenza tetap muram dan mereka tetap membisu.

Sonny berkata sambil tersenyum aneh seperti tadi, "Lanjutkan, Mike, kau hebat sekali. Keluar dari mulut bayi, seperti yang biasa dikatakan Don. Lanjutkan, Mike, katakan lebih banyak lagi pada kami."

Hagen turut tersenyum sedikit dan berpaling. Wajah Michael memerah. "Baiklah, mereka menginginkan diriku berunding dengan Sollozzo. Yang ada hanyalah aku, Sollozzo, dan McCluskey, tanpa orang lain. Rencanakan pertemuannya dua hari dari sekarang, kemudian perintahkan informan kita menyelidiki di mana pertemuan akan dilangsungkan. Minta pertemuan dilakukan di tempat umum, aku tidak mau mereka membawaku ke apartemen atau rumah. Biar pertemuannya dilangsungkan di restoran atau bar pada jam-jam makan yang ramai, semacam itu, agar aku merasa aman. Mereka juga akan merasa aman. Bahkan Sollozzo tidak bakal mengira kita berani menembak si kapten. Mereka akan menggeledah diriku sewaktu menemui mereka, jadi aku harus bersih saat itu. Tapi pikirkan cara untuk memberiku senjata sementara aku bertemu mereka. Sesudah itu akan kubunuh mereka berdua."

Keempat kepala lain berpaling dan memandang dirinya. Clemenza dan Tessio sangat terkejut. Hagen tampak agak sedih tapi tidak heran. Ia hendak bicara tapi lalu membatalkan niatnya. Tapi Sonny, wajah Cupido-nya yang gemuk bergerak-gerak menahan geli, tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Tawanya tidak dibuat-buat. Ia benar-benar lepas kendali. Ia menunjuk Michael, mencoba bicara di sela-sela tawanya. "Kau, mahasiswa kelas atas, kau tidak pernah mencampuri bisnis Keluarga. Sekarang kau ingin membunuh kapten polisi dan si Turki hanya karena wajahmu dihajar McCluskey. Kau menganggap kejadian itu masalah pribadi, itu hanya masalah bisnis dan kau menganggapnya sebagai masalah pribadi. Kau ingin membunuh dua orang hanya karena wajahmu ditampar. Ini semua omong kosong. Selama bertahun-tahun, semuanya omong kosong belaka."

Clemenza dan Tessio, sama sekali tidak paham, menduga Sonny menertawakan kelancangan adiknya karena mengajukan tawaran seperti itu, juga tersenyum lebar dan agak kasihan pada Michael. Hanya Hagen yang wajahnya tetap pasif.

Michael memandang mereka semua, lalu menatap Sonny, yang masih belum berhenti tertawa.

"Kau akan membunuh keduanya?" kata Sonny. "Hei, kid, mereka tidak akan memberimu medali, mereka akan mendudukkan dirimu di kursi listrik. Kau tahu itu? Ini bukan soal jadi pahlawan, kid, kau tidak akan menembak orang dari jarak satu mil. Kau menembak sesudah bisa melihat putih mata mereka, seperti yang diajarkan di sekolah, ingat? Kau harus berdiri dekat sekali dengan mereka dan meledakkan kepala mereka sampai otak mereka berhamburan mengotori jas Ivy League yang kaukenakan. Bagaimana, kid?. Kau mau melakukannya hanya karena polisi bodoh memukulmu?" Ia masih tertawa.

Michael bangkit. "Sebaiknya kau berhenti tertawa," katanya.

Perubahan pada dirinya begitu luar biasa sehingga senyum menghilang dari wajah Clemenza dan Tessio. Michael tidak jangkung atau tegap, tapi kehadirannya seperti memancarkan bahaya. Pada saat itu ia seperti reinkarnasi Don Corleone sendiri. Matanya jadi cokelat muda dan wajahnya pucat. Tampaknya setiap saat bisa saja ia menerjang kakaknya yang lebih kuat. Tidak diragukan lagi, seandainya ia memegang senjata, Sonny pasti dalam bahaya.

Sonny berhenti tertawa dan Michael berkata padanya dengan suara yang sangat dingin, "Menurutmu aku tidak bisa melakukannya, bangsat?"

Gelombang tawa Sonny sudah berlalu. "Aku tahu kau bisa melakukannya," katanya. "Aku tidak menertawakan apa yang kaukatakan. Aku selalu mengatakan kau yang paling tangguh di Keluarga, lebih tangguh daripada Don sendiri. Kau satu-satunya yang berani menentang Pop. Aku masih ingat sewaktu kau masih kanak-kanak. Betapa pemarahnya dirimu waktu itu. Sialan, kau bahkan biasa berkelahi melawanku padahal aku jauh lebih tua daripada kau. Dan Freddie harus menghajarmu habis-habisan sedikitnya seminggu sekali. Sekarang Sollozzo mengira kau yang paling lembek dalam Keluarga karena kau membiarkan McCluskey memukulmu tanpa melawan dan kau tidak mau ikut campur dalam pertempuran Keluarga. Menurut perhitungannya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan kalau ia berhadapan muka denganmu. McCluskey juga, ia menganggapmu kelinci penakut."

Sonny terdiam sejenak, kemudian berkata dengan suara pelan, "Tapi bagaimanapun, kau Corleone, keparat. Dan aku satu-satunya yang mengetahuinya. Aku duduk di sini menunggu selama tiga hari terakhir, sejak Pop ditembak, menunggu kau keluar dari topeng Ivy League, pahlawan omong kosong, yang kaupakai. Aku menunggumu menjadi tangan kananku hingga kita bisa menghajar keparat-keparat yang berusaha menghabisi Pop dan keluarga kita. Dan yang diperlukan hanyalah hantaman di rahang. Bagaimana rasanya?" Sonny menggerak-gerakkan tangan dengan sikap bergurau, seperti orang memukul, dan bertanya sekali lagi. "Bagaimana rasanya?"

Ketegangan dalam ruangan mereda. Mike menggeleng. "Sonny, aku melakukannya karena hanya itulah yang dapat dilakukan. Aku tidak bisa membiarkan Sollozzo berusaha membunuh ayahku lagi. Hanya aku satu-satunya yang bisa cukup dekat dengannya. Dan aku sudah memperhitungkannya. Kurasa kau tidak akan bisa memerintahkan orang lain menghabisi kapten polisi. Mungkin kau akan melakukannya, Sonny, tapi kau memiliki anak dan istri, dan kau harus menangani bisnis Keluarga hingga Pop benar-benar sehat. Jadi yang tersisa hanya aku dan Freddie. Freddie begitu terguncang hingga tidak mungkin bisa bertindak. Akhirnya yang tersisa hanya aku. Ini semua logis. Pukulan di rahang sama sekali tidak ada kaitannya."

Sonny mendekat dan memeluknya. "Aku tidak peduli apa alasannya, yang penting kau bersama kami sekarang. Dan kukatakan padamu satu hal lagi, kau benar sepenuhnya. Tom, apa pendapatmu?"

Hagen mengangkat bahu. "Pertimbangannya benar. Yang membuatku berpikir begitu, kurasa si Turki tidak akan menepati perjanjiannya sendiri. Kurasa ia akan tetap berusaha membunuh Don. Bagaimana sikapnya sebelumnya, itulah yang mendasari penilaian kita atas dirinya. Jadi kita harus berusaha menghabisi Sollozzo. Kita harus menghabisinya walau untuk itu kita terpaksa harus menghabisi seorang kapten polisi juga. Tapi siapa pun yang melakukannya akan diburu. Apakah harus Mike yang melakukannya?"

Sonny berkata pelan, "Aku bisa melakukannya."

Hagen menggeleng tidak sabar. "Sollozzo tidak akan membiarkan kau mendekatinya dalam jarak satu mil sekalipun ia ditemani sepuluh kapten polisi. Selain itu, kau kepala Keluarga untuk sementara ini. Kau tidak boleh mengambil risiko itu."

Hagen terdiam sejenak, lalu berkata pada Clemenza dan Tessio, "Apa ada salah satu dari kalian yang memiliki orang penting, orang yang benar-benar istimewa, yang bisa menyelesaikan tugas ini? Ia tidak perlu mengkhawatirkan uang untuk sepanjang sisa hidupnya."

Clemenza yang berbicara lebih dulu. "Tak ada yang tidak dikenali Sollozzo, ia akan langsung mengetahuinya. Ia juga akan langsung tahu kalau aku atau Tessio yang pergi."

Hagen bertanya, "Bagaimana kalau seseorang yang benar-benar tangguh tapi belum dikenal, anak bawang yang andal?"

Kedua caporegime itu menggeleng. Tessio tersenyum untuk mengurangi ketajaman kata-katanya. "Itu sama saja seperti memakai pemain bisbol anak-anak untuk bermain di Seri Dunia."

Sonny menyela ketus, "Jadi harus Mike yang melakukannya. Karena sejuta alasan. Yang paling penting, mereka menganggap dirinya cengeng. Dan ia bisa melakukannya, aku berani menjamin. Dan itu yang penting, karena ini satu-satunya kesempatan kita menyingkirkan si Turki keparat yang selicik ular itu. Sekarang kita hanya perlu memikirkan cara terbaik untuk mendukung Mike. Tom, Clemenza, Tessio, selidiki ke mana Sollozzo akan membawanya berunding, aku tidak peduli berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan. Sesudah mengetahuinya, kita bisa memikirkan bagaimana cara memberikan senjata pada Mike. Clemenza, kuminta kaucarikan Mike pistol yang benar-benar 'aman' dari koleksimu, yang paling 'dingin' yang kaumiliki. Yang tidak mungkin dilacak. Usahakan pilih pistol yang berlaras pendek dengan kekuatan ledak besar. Tidak harus akurat. Ia akan sangat dekat dengan mereka sewaktu menggunakannya. Mike, setelah kaugunakan pistol itu, jatuhkan ke lantai. Jangan sampai kau tertangkap basah memegang pistol itu. Clemenza, rekatkan selotip khusus pada gagang dan picunya agar tidak ada sidik jari. Jangan lupa, Mike, kami bisa membereskan segalanya, saksi mata dan sebagainya, tapi kalau kau tertangkap basah membawa pistol, kami tidak bisa membereskannya. Akan kami siapkan transportasi dan perlindungan, lalu kami buat kau menghilang dalam liburan panjang yang menyenangkan sampai suasana panas mereda. Kau akan menghilang lama sekali, Mike, tapi aku tidak ingin kau mengucapkan selamat tinggal pada kekasihmu atau bahkan meneleponnya. Sesudah semua berakhir dan kau berada di luar negeri, akan kukirim berita padanya bahwa kau baik-baik saja. Ini perintah." Sonny tersenyum pada adiknya. "Sekarang, jangan jauh-jauh dari Clemenza dan biasakan diri dengan pistol yang dipilihkannya untukmu. Mungkin bahkan berlatih sedikit. Kami akan membereskan yang lain. Semuanya. Oke, kid?"

Sekali lagi Michael Corleone merasakan gelombang dingin yang nikmat dan menyegarkan melanda seluruh tubuhnya. Ia berkata pada kakaknya, "Kau tidak perlu memberitahukan semua omong kosong mengenai tidak boleh berbicara pada kekasihku tentang hal-hal seperti ini. Menurutmu apa yang akan kulakukan, meneleponnya untuk mengucapkan selamat tinggal?"

Sonny tergesa-gesa berkata, "Oke, tapi kau tetap saja anak baru dan aku harus menjelaskan semuanya. Lupakanlah."

Michael berkata sambil nyengir, "Sialan, apa maksudmu aku anak baru? Aku mendengarkan kata-kata Pop sama cermatnya seperti dirimu. Menurutmu bagaimana aku bisa sepandai ini?"

Mereka berdua tertawa.

Hagen menuangkan minuman bagi setiap orang. Ia tampak agak murung. Negarawan harus maju berperang, dan pengacara harus menangani masalah hukum. "Yah, setidaknya sekarang kita mengetahui apa yang akan kita lakukan," katanya.

***
 
BAB 11a

Kapten Mark McCluskey duduk di kantornya sambil meraba-raba tiga amplop yang menggembung penuh kupon taruhan. Ia mengernyit dan ingin sekali bisa memecahkan sandi pada kupon-kupon itu. Penting sekali baginya untuk bisa memecahkan sandi-sandi tersebut.

Amplop-amplop berisi kupon taruhan itu didapat regu razia sewaktu menggerebek salah satu penjual kupon taruhan Keluarga Corleone malam sebelumnya. Sekarang si penjual kupon harus menebus kembali kupon-kupon itu agar para pembelinya tidak bisa mengklaim kemenangan dan membangkrutkan dirinya.

Penting sekali bagi Kapten McCluskey untuk memecahkan sandi kupon-kupon itu karena ia tidak ingin ditipu sewaktu menjual kembali kupon tersebut pada penjualnya. Kalau operasi itu bernilai lima puluh ribu, mungkin ia bisa menjualnya kembali dengan harga lima ribu. Tapi kalau banyak petaruh besar dan kupon-kupon itu bernilai seratus ribu atau mungkin bahkan dua ratus ribu, harganya pasti lebih tinggi.

McCluskey menimang-nimang amplop, lalu memutuskan membiarkan penjualnya berkeringat dingin sedikit dan
mengajukan tawaran duluan. Itu mungkin bisa memberitahukan nilai yang sesungguhnya. McCluskey memandang jam dinding di kantor. Sudah waktunya menjemput si Turki dekil yang licin, Sollozzo, dan membawanya ke mana pun ia akan menemui Keluarga Corleone.

McCluskey melangkah ke lemari di dinding dan mengganti seragam dengan pakaian preman. Setelah selesai, ia menelepon istrinya dan memberitahukan tidak akan pulang untuk makan malam, ia akan keluar untuk melaksanakan tugas. Ia tidak pernah menceritakan apa pun pada istrinya. Istrinya mengira mereka hidup seperti sekarang dengan gaji polisi. McCluskey mendengus geli. Ibunya juga berpikiran begitu, tapi ia sendiri belajar sejak kecil. Ayahnya telah menunjukkan caranya padanya.
Ayahnya dulu sersan polisi, dan setiap minggu ayah dan anak berjalan-jalan di distriknya. McCluskey Senior memperkenalkan anaknya yang berusia enam tahun pada para pemilik toko dengan berkata, "Dan ini putraku."
Para pemilik toko menjabat tangannya, memberinya pujian yang berlimpah-limpah, dan membuka laci uang untuk memberi bocah itu lima atau sepuluh dolar. Pada sore hari, si kecil Mark McCluskey telah memenuhi seluruh sakunya dengan uang kertas. Ia bangga sekali teman-teman ayahnya begitu menyukai dirinya sehingga memberinya hadiah setiap bulan waktu mereka bertemu. Tentu saja ayahnya memasukkan uang itu ke bank atas namanya, untuk membiayai pendidikannya di perguruan tinggi, dan si kecil Mark paling banyak mendapat lima puluh sen dari setiap dolar. Lalu ketika Mark sampai di rumah, paman-pamannya yang juga polisi bertanya padanya ingin menjadi apa ia dewasa nanti. Dan ia menjawab dengan suara kanak-kanak yang cadel, "Jadi polisi," yang disambut gelak tawa paman-pamannya. Tentu saja kemudian, sekalipun ayahnya ingin ia masuk perguruan tinggi dulu, ia langsung mendaftar ke sekolah kepolisian begitu lulus SMA. Ia menjadi polisi yang baik, polisi yang berani. Anak-anak muda brengsek yang mengganggu keamanan di sudut-sudut jalan melarikan diri kalau ia datang dan akhirnya semuanya menghilang. Ia polisi yang tangguh dan sangat jujur. Ia tidak pernah mengajak putranya berkeliling ke toko-toko untuk memungut hadiah uang karena mengabaikan pelanggaran peraturan membuang sampah dan pelanggaran parkir. Ia menerima uangnya secara langsung, sebab ia merasa pantas menerimanya. Ia tidak pernah masuk gedung bioskop atau rumah makan sewaktu berpatroli jalan kaki seperti yang dilakukan beberapa polisi lain, terutama pada malam-malam musim dingin. Ia selalu berkeliling seperti seharusnya. Ia memberikan perlindungan dan layanan terbaik pada toko-toko di distriknya. Kalau para pemabuk keluar dari Bowery untuk mengganggu ketenteraman pada saat ia bertugas, ia mengusir mereka begitu keras hingga mereka tidak berani kembali. Para pedagang di distriknya sangat berterima kasih padanya. Dan mereka menunjukkan rasa terima kasih mereka.

Ia juga mematuhi sistem yang berlaku. Para penjual kupon taruhan di distriknya mengetahui ia takkan bikin ribut untuk mendapat pembayaran tambahan bagi dirinya sendiri, dan ia sudah puas dengan jatahnya dari upeti untuk kantor. Namanya tercantum dalam daftar seperti yang lain dan ia tidak pernah mencari uang tambahan. Ia polisi jujur yang hanya menerima sogokan yang bersih, dan kenaikan pangkat dalam kepolisian yang teratur, kalau tidak bisa dikatakan spektakuler.

Selama masa itu ia membangun keluarga besar dengan empat putra, dan tidak seorang pun menjadi polisi. Mereka semua masuk Universitas Fordham dan karena waktu itu Mark McCluskey naik pangkat dari sersan menjadi letnan dan akhirnya menjadi kapten, mereka tidak pernah kekurangan apa pun. Pada waktu itulah McCluskey memperoleh reputasi sebagai orang yang keras dalam tawar-menawar. Penjual kupon taruhan di distriknya membayar uang perlindungan yang lebih banyak daripada yang dibayarkan para penjual kupon di distrik lain di kota, tapi mungkin itu karena biaya menyekolahkan empat anak ke perguruan tinggi.
McCluskey sendiri merasa tidak ada yang salah kalau ia menerima sogokan yang bersih. Mengapa anak-anaknya harus bersekolah di CCNY atau perguruan tinggi murah di Selatan hanya karena Departemen Kepolisian tidak menggaji anggotanya cukup besar untuk bisa hidup dan menanggung keluarga selayaknya? Ia melindungi semua orang ini dengan mempertaruhkan nyawa dan catatan prestasinya menunjukkan adanya surat pujian untuk duel bersenjata dengan para penodong, pemeras, dan pelindung pelacuran di wilayah kekuasaannya. Ia membasmi mereka semua. Ia menjaga sudut kecil di kota yang menjadi wilayah kekuasaannya hingga aman bagi orang biasa dan ia berhak mendapat lebih dari seratus dolar seminggu. Tapi ia tidak jengkel karena gajinya yang rendah, ia mengetahui setiap orang harus mengurus diri sendiri.

Bruno Tattaglia teman lamanya. Bruno kuliah di Fordham bersama salah seorang putranya, kemudian Bruno membuka kelab malam. Dan setiap kali keluarga McCluskey bermalam di kota, yang kadang mereka lakukan, mereka bisa menikmati pertunjukan kabaret sambil minum-minum dan makan malam -semuanya gratis. Di malam Tahun Baru mereka menerima undangan mewah untuk menjadi tamu manajemen dan selalu mendapat meja terbaik. Bruno selalu memastikan mereka diperkenalkan pada orang-orang ternama yang mengadakan pertunjukan di kelabnya, beberapa di antaranya penyanyi terkenal dan bintang Hollywood. Tentu saja, terkadang ia meminta sedikit bantuan, seperti "membersihkan" karyawan dengan catatan kriminal agar mendapat izin kerja kabaret, biasanya gadis cantik yang dalam arsip kepolisian dikenal sebagai pelacur atau wanita panggilan. Dan McCluskey dengan senang hati memenuhi permintaan Bruno.

McCluskey membuat kebijakan untuk tidak pernah menunjukkan ia memahami apa yang akan dilakukan orang lain. Sewaktu Sollozzo menemui dirinya dengan tawaran agar membiarkan Pak Tua Corleone tidak dijaga di rumah sakit, McCluskey tidak menanyakan alasannya. Ia menanyakan harganya. Sewaktu Sollozzo mengatakan sepuluh ribu dolar, McCluskey pun mengetahui alasannya. Ia tidak ragu. Corleone salah satu kepala Mafia terbesar di Amerika dengan koneksi politik yang lebih banyak daripada yang pernah dimiliki Capone. Siapa pun yang menghabisinya akan berjasa besar pada negara.

McCluskey menerima pembayaran di depan dan sesudahnya baru melakukan pekerjaan. Sewaktu menerima telepon dari Sollozzo bahwa masih ada dua anak buah Corleone di depan rumah sakit, ia langsung marah. Ia sudah mengurung semua anak buah Tessio, dan menarik detektif yang menjaga pintu kamar Corleone di rumah sakit. Dan sekarang, sebagai orang yang memegang prinsip dengan teguh, ia terpaksa mengembalikan uang sepuluh ribu itu, uang yang diperuntukkannya untuk memastikan pendidikan cucu-cucunya. Dalam kemarahan seperti itulah ia pergi ke rumah sakit dan memukul Michael Corleone.

Tapi semua ternyata berakhir dengan baik. Ia bertemu Sollozzo di kelab malam Tattaglia dan mereka mengadakan transaksi yang bahkan lebih baik lagi. Sekali lagi McCluskey tidak bertanya, karena ia sudah mengetahui semua jawabannya. Ia hanya memastikan harganya. Tidak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa ia bisa terancam bahaya. Kalau ada orang yang berniat membunuh kapten polisi New York City, itu rasanya tindakan yang terlalu fantastis. Bajingan Mafia paling tangguh harus diam saja kalau polisi patroli berpangkat paling rendah memutuskan menghajarnya. Sama sekali tidak ada peluang selamat bagi pembunuh polisi. Sebab tiba-tiba saja akan banyak penjahat yang tewas ketika menolak penangkapan atau melarikan diri dari tempat kejadian perkara, dan siapa yang berani mengganggu gugat hal-hal seperti itu?

McCluskey menghela napas dan bersiap-siap meninggalkan kantor polisi. Masalah, selalu ada masalah. Saudara perempuan istrinya di Irlandia baru saja meninggal setelah bertahun-tahun menderita kanker dan penyakit itu menghabiskan banyak uang McCluskey. Sekarang pemakaman akan menghabiskan uangnya lebih banyak lagi. Para paman dan bibinya sendiri di kampung halaman selalu membutuhkan bantuannya untuk mempertahankan ladang kentang mereka dan ia mengirimkan uang kepada mereka untuk membantu. Ia tidak pernah menyesalinya. Lalu, sewaktu ia dan istrinya mengunjungi kampung halaman, mereka diperlakukan bagai raja dan ratu. Mungkin mereka akan berkunjung ke sana lagi musim panas mendatang setelah perang berakhir, membawa semua uang tambahan yang diterimanya.

McCluskey memberitahu polisi yang bertugas di meja depan di mana dirinya berada kalau diperlukan. Ia tidak merasa perlu berhati-hati. Ia selalu bisa bilang Sollozzo informan yang ditemuinya.

Di luar kantor polisi ia berjalan sejauh beberapa blok kemudian naik taksi ke tempat ia akan bertemu Sollozzo.

***

Tom Hagen-lah yang mengatur segala urusan menyangkut kepergian Michael ke luar negeri, paspor palsunya, kartu pelaut, kamarnya di kapal barang Italia yang akan berlabuh di pelabuhan Sisilia. Utusan dikirim hari itu juga menggunakan pesawat terbang ke Sisilia untuk menyiapkan tempat persembunyian dengan kepala Mafia di daerah pegunungan.

Sonny mengatur agar mobil dengan sopir yang bisa dipercaya sepenuhnya menunggu Michael sewaktu ia keluar dari tempat ia bertemu Sollozzo. Sopirnya Tessio sendiri, yang sukarela mengajukan diri untuk menangani tugas itu. Mobilnya harus tampak bobrok tapi dengan mesin yang bagus. Pelat nomornya palsu dan mobil itu sendiri tidak bisa dilacak. Mobil tersebut sudah lama disiapkan untuk tugas istimewa yang memerlukan hasil paling baik.

Michael melewatkan hari itu bersama Clemenza, berlatih menggunakan pistol kecil yang akan diberikan padanya. Pistol itu kaliber 22 berisi peluru dengan ujung bulat yang akan menembus masuk dengan lubang kecil, tapi keluar dengan meninggalkan lubang menganga pada tubuh manusia. Ia mendapati pistol itu akurat dalam jarak lima langkah dari sasaran. Sesudah itu pelurunya bisa melesat ke mana saja. Picunya keras, tapi Clemenza memodifikasinya hingga tarikannya lebih ringan. Mereka memutuskan membiarkan bunyi letusannya tetap keras. Mereka tidak ingin orang yang tidak memahami situasi ikut campur dengan keberanian yang bodoh. Dentuman pistol akan menjauhkan orang-orang dari Michael.

Clemenza terus memberikan instruksi padanya selama latihan. "Jatuhkan senjata begitu kau selesai menggunakannya.
Biarkan lenganmu menjuntai lemas di sisi tubuhmu dan lepaskan pistolnya. Tidak ada yang akan memperhatikan. Mereka akan mengira kau masih bersenjata. Mereka akan menatap wajahmu. Berjalanlah keluar dari tempat itu secepat mungkin, tapi jangan berlari. Jangan memandang mata siapa pun, tapi juga jangan membuang muka dari mereka. Ingat, mereka akan takut padamu, percayalah, mereka akan takut padamu. Tidak seorang pun akan ikut campur. Begitu kau keluar, Tessio akan menunggumu di mobil. Masuklah dan serahkan urusan selebihnya padanya. Jangan mengkhawatirkan kecelakaan. Kau akan heran melihat betapa lancarnya masalah ini. Sekarang pakai topi ini dan kita lihat seperti apa tampangmu."

Clemenza memakaikan topi fedora abu-abu di kepala Michael. Michael, yang tidak pernah memakai topi, mengernyit. Clemenza menenangkannya. "Topi ini akan membantu mengacaukan identifikasi, sekadar berjaga-jaga. Dengan adanya topi ini, para saksi mata akan memiliki alasan mengubah kesaksian mereka sesudah kita beri petunjuk. Ingat, Mike, jangan memikirkan masalah sidik jari. Gagang dan picunya sudah diberi selotip khusus. Jangan menyentuh bagian pistol yang lain, ingat itu."

Michael bertanya, "Apa Sonny sudah tahu ke mana Sollozzo akan membawaku?"

Clemenza mengangkat bahu. "Belum. Sollozzo sangat berhati-hati. Tapi jangan khawatir ia akan mencelakakan dirimu. Si negosiator tetap berada di tangan kita sampai kau pulang dengan selamat. Kalau ada apa-apa denganmu, si negosiator yang akan menanggung akibatnya."

"Kenapa ia mau mempertaruhkan nyawa?" tanya Michael.

"Ia mendapat upah besar," jawab Clemenza. "Harta yang lumayan banyaknya. Juga ia orang penting dalam Keluarga. Ia tahu Sollozzo tidak boleh membiarkan terjadi apa-apa atas dirinya. Nyawamu tidak sepenting nyawa si negosiator bagi Sollozzo. Sederhana sekali. Kau akan aman. Kitalah pihak yang akan mendapatkan kerepotan sesudahnya."

"Seburuk apa nanti?" tanya Michael.

"Sangat buruk," jawab Clemenza. "Berarti perang habis-habisan antara Keluarga Tattaglia melawan Keluarga Corleone. Kebanyakan keluarga lain akan berpihak pada Keluarga Tattaglia. Dinas Kebersihan akan menyapu banyak sekali mayat musim panas ini." Ia mengangkat bahu. "Hal-hal seperti ini terjadi kira-kira sepuluh tahun sekali. Untuk menyingkirkan darah kotor. Dan kalau kita biarkan mereka memaksa kita dalam hal-hal kecil, mereka bakal ingin menguasai semuanya. Kita harus menghentikan mereka sejak awal. Seperti mereka seharusnya menghentikan Hitler di Munich, mereka seharusnya tidak membiarkan ia lolos, mereka hanya mencari masalah besar ketika membiarkan ia lepas."

Michael pernah mendengar ayahnya mengatakan hal yang sama, tapi pada tahun 1939 sebelum perang benar-benar dimulai. Seandainya keluarga-keluarga menguasai Departemen Luar Negeri, tidak akan terjadi Perang Dunia II, pikirnya sambil tersenyum.

***

Mereka bermobil kembali ke markas besar Sonny, di kompleks perumahan Don. Michael bertanya-tanya dalam hati berapa lama lagi Sonny bisa mengurung diri di dalam lingkungan kompleks yang aman. Akhirnya ia harus keluar juga. Mereka mendapati Sonny tidur siang di sofa. Di meja kopi ada sisa-sisa makan siang yang terlambat, beberapa sayatan bistik dan remah-remah roti serta sebotol wiski yang setengah kosong.

Kantor ayahnya yang biasanya rapi kini tampak berantakan. Michael mengguncang tubuh kakaknya untuk membangunkannya dan berkata, "Bagaimana kalau kau berhenti hidup seperti gelandangan dan membersihkan kamar ini?"

Sonny menguap. "Kau ini apa, komandan yang menginspeksi barak? Mike, kita belum mengetahui ke mana mereka akan membawamu, si keparat Sollozzo dan McCluskey itu. Kalau kita tidak berhasil mengetahuinya, bagaimana kami bisa memberikan pistol padamu?"

"Aku tidak bisa membawanya saja?" tanya Michael. "Siapa tahu mereka tidak menggeledahku, bahkan seandainya menggeledah, mungkin mereka tidak menemukannya kalau kita pintar. Dan kalaupun mereka menemukannya -lalu apa? Mereka hanya bakal merampasnya dan tidak ada yang akan celaka."

Sonny menggeleng. "Tidak," katanya. "Kita harus memastikan segalanya kalau menghadapi Sollozzo keparat ini. Ingat, sedapat mungkin dului dirinya dan habisi dia. McCluskey lebih lamban dan bodoh. Kau memiliki banyak waktu untuk menghabisinya. Clemenza sudah memberitahumu untuk membuang pistolnya?"

"Sejuta kali," kata Michael.

Sonny bangkit dari sofa dan menggeliat. "Bagaimana rahangmu, Mike?"

"Sakit," jawab Michael. Sisi kepalanya terasa nyeri, kecuali bagian-bagian yang dikawat karena diberi obat bius. Ia mengambil botol wiski dari meja dan menenggak isinya langsung. Rasa nyerinya mereda.

Sonny berkata, "Easy, Mike, ini bukan saatnya menjadi lamban karena minuman keras."

Michael berkata, "Ya Tuhan, Sonny, berhentilah bertingkah seperti kakak. Aku pernah bertempur melawan orang-orang yang lebih tangguh daripada Sollozzo dan dalam kondisi yang lebih buruk. Di mana mortir Sollozzo? Apa ia memiliki perlindungan serangan udara? Artileri berat? Ranjau darat? Ia hanya keparat sok tahu dengan polisi yang senang memukul. Begitu ada yang memutuskan membunuh mereka, yang lain tidak menjadi masalah. Itu bagian yang sulit, mengambil keputusan. Mereka tidak akan mengetahui apa yang menyerang mereka."

Tom Hagen masuk ke ruangan. Ia menyapa mereka dengan anggukan dan langsung melangkah ke telepon yang didaftarkan dengan nama palsu. Ia menelepon beberapa kali lalu menggeleng pada Sonny. "Tidak ada jawaban sama sekali," katanya "Sollozzo merahasiakannya selama mungkin."

Telepon berdering. Sonny menerimanya dan mengangkat tangan, memberi isyarat agar semua diam walau tidak ada yang bicara. Ia mencorat-coret buku catatan, lalu berkata, "Oke, ia akan ke sana," dan meletakkan telepon.

Sonny tertawa. "Sollozzo bangsat, ia benar-benar hebat. Begini rencananya. Pukul delapan malam ini ia dan Kapten McCluskey akan menjemput Mike di depan bar Jack Dempsey di Broadway. Mereka pergi ke suatu tempat untuk bicara, dan dengarkan ini. Mike dan Sollozzo akan berbicara dalam bahasa Italia agar si polisi Irlandia itu tidak mengetahui apa yang mereka katakan. Ia bahkan mengatakan padaku, jangan khawatir, ia mengetahui McCluskey tidak mengerti sepatah kata pun bahasa Italia kecuali 'soldi' dan ia sudah menyelidikimu, Mike, dan mengetahui kau memahami dialek Sisilia."

Michael berkata singkat, "Kami tidak akan berbicara lama."

Tom Hagen berkata, "Kita tidak akan membiarkan Mike pergi sebelum kita mendapatkan negosiatornya. Itu sudah dibereskan?"

Clemenza mengangguk. "Si negosiator ada di rumahku,
bermain pinokel dengan tiga anak buahku. Mereka menunggu telepon dariku sebelum melepaskannya."

Sonny menyandar ke kursi kulit berlengan. "Sekarang bagaimana kita mengetahui di mana tempat pertemuannya? Tom, kita memiliki informan dalam Keluarga Tattaglia, kenapa mereka belum mengabari kita?"

Hagen mengangkat bahu. "Sollozzo benar-benar sangat cerdik, sialan. Ia sangat merahasiakan informasi ini, begitu rapat hingga tidak menggunakan siapa pun sebagai pelindung. Ia menganggap si kapten saja sudah mencukupi dan bahwa keamanan lebih penting daripada banyak senjata. Ia benar. Kita terpaksa harus mengikuti Mike dan mengharapkan yang paling baik."

Sonny menggeleng. "Tidak, setiap orang bisa meloloskan diri dari siapa pun yang mengikuti kalau benar-benar menginginkannya. Itu yang pertama kali mereka periksa."

Saat itu waktu telah menunjukkan pukul lima sore. Sonny, dengan ekspresi gelisah, berkata, "Mungkin kita harus membiarkan Mike menembak siapa saja yang ada di dalam mobil sewaktu mereka menjemputnya."

Hagen menggeleng. "Bagaimana kalau Sollozzo tidak ada di dalam mobil? Kita membuka kartu tanpa mendapatkan hasil apa pun. Sialan, kita harus mengetahui ke mana Sollozzo akan membawanya."

Clemenza menyela, "Mungkin kita harus mulai berusaha memikirkan kenapa ia merahasiakan ini mati-matian."

Michael berkata tidak sabar, "Karena ini berkaitan dengan kesempatan. Buat apa ia memberitahu kita apa yang bisa disembunyikannya? Selain itu, ia mencium adanya bahaya. Ia pasti ketakutan setengah mati sekalipun dibayangi kapten polisi itu."

Hagen menjentikkan jari. "Detektif itu, orang yang bernama Phillips. Bagaimana kalau kau meneleponnya, Sonny? Mungkin ia bisa mencari tahu di mana si kapten bisa dihubungi. Itu layak dicoba. McCluskey tidak peduli sedikit pun kalau ada yang mengetahui ke mana ia pergi."

Sonny mengangkat telepon dan memutar sebuah nomor. Ia berbicara pelan ke telepon, lalu meletakkannya. "Ia akan menelepon kita nanti," katanya.

Mereka menunggu selama hampir tiga puluh menit, kemudian telepon berdering. Dari Phillips. Sonny menulis di buku catatan, lalu meletakkan telepon. Wajahnya tegang. "Kurasa kita mendapatkannya," katanya. "Kapten McCluskey selalu meninggalkan pesan di mana ia bisa dihubungi. Dari pukul delapan hingga sepuluh malam ini ia akan berada di Luna Azure di Bronx. Ada yang mengetahui tempat itu?"

Tessio berbicara penuh keyakinan. "Aku tahu. Tempat itu sempurna bagi kita. Tempat kecil milik keluarga dengan bilik-bilik besar di mana orang bisa berbicara secara pribadi. Hidangannya lezat. Setiap orang memikirkan masalahnya sendiri. Sangat sempurna." Ia mencondongkan tubuh di atas meja tulis Sonny dan menata puntung-puntung rokok menjadi denah. "Ini pintu masuk. Mike, sesudah kau melakukannya, berjalanlah keluar dan belok kiri, kemudian belok di tikungan ini Aku akan melihatmu dan menyalakan lampu depan mobil, lalu menjemputmu sewaktu kau melarikan diri. Kalau kau mendapat kesulitan, berteriaklah dan aku akan membantumu keluar. Clemenza, kau harus bekerja cepat. Kirimkan orang ke sana untuk meletakkan pistolnya. Mereka memiliki toilet model kuno dengan celah di antara tempat air dan dinding. Suruh anak buahmu menempelkan pistolnya di sana. Mike, sesudah menggeledahmu di mobil dan mendapati dirimu bersih, mereka tidak akan mengkhawatirkan kau. Di dalam restoran, tunggu sebentar sebelum kau pergi ke kamar kecil. Tidak, lebih baik kau meminta izin ke sana. Berpura-puralah mengalami kesulitan dulu, itu wajar. Mereka tidak akan memperhitungkan apa pun. Tapi begitu kau keluar lagi, jangan membuang-buang waktu. Jangan duduk lagi bersama mereka, tapi langsung saja tembak. Dan jangan mengambil risiko. Di kepala, dua kali setiap orangnya, dan keluar secepat kakimu bisa melangkah."

Sonny mendengarkan dengan tekun. "Kuminta seseorang yang sangat andal, sangat aman, untuk menempatkan pistolnya," katanya pada Clemenza. "Aku tidak ingin adikku keluar dari toilet hanya membawa kemaluannya."

Clemenza berkata tegas, "Pistol itu akan ada di sana."

"Oke," kata Sonny. "Semuanya mulai bergerak."

Tessio dan Clemenza berlalu.

Tom Hagen berkata, "Sonny, perlukah aku mengantar Mike ke New York?"

"Tidak," kata Sonny. "Kuminta kau tetap di sini. Sesudah Mike selesai, pekerjaan kita dimulai dan aku membutuhkan dirimu. Kau sudah mempersiapkan orang-orang koran?"

Hagen mengangguk. "Akan kuberi mereka informasi segera sesudah semuanya terjadi."

Sonny bangkit dan mendekati Michael, berdiri di hadapannya. Ia menjabat tangan adiknya. "Baiklah, Mike," katanya. "Kau mulai. Aku akan menjelaskan pada Ma mengapa kau tidak menemuinya sebelum pergi. Dan aku akan mengirimkan pesan pada kekasihmu setelah kurasa waktunya tepat. Oke?"

"Oke," jawab Mike. "Menurutmu berapa lama baru aku bisa kembali?"

"Paling sedikit setahun," kata Sonny.

Tom Hagen menyela, "Don mungkin bisa bekerja lebih cepat daripada itu, Mike, tapi jangan mengandalkan hal tersebut. Faktor waktu tergantung pada banyak hal. Sebaik apa kita bisa menanamkan cerita pada orang-orang pers. Seberapa banyak Dinas Kepolisian ingin menutupi kenyataan. Akan terjadi banyak sekali kekalutan dan kesulitan. Hanya itulah yang bisa kita pastikan."

Michael menjabat tangan Tom Hagen. "Lakukan sebaik-baiknya," katanya. "Aku tidak ingin meninggalkan rumah selama tiga tahun lagi."

Hagen berkata lembut, "Belum terlambat untuk mundur lagi, Mike. Kita bisa mengirim orang lain, kita bisa memikirkan alternatif. Mungkin juga tidak perlu menyingkirkan Sollozzo."

Michael tertawa. "Kita bisa membujuk diri sendiri menerima sudut pandang apa saja," katanya. "Tapi dari awal kita sudah benar. Aku menikmati hidup yang nyaman selama ini, sekarang tiba waktunya menunaikan kewajiban."

"Kau tidak boleh membiarkan rahang yang patah itu mempengaruhimu," kata Hagen. "McCluskey orang yang tolol dan ini urusan bisnis, bukan masalah pribadi."
Untuk kedua kalinya ia melihat wajah Michael Corleone membeku menjadi topeng yang mirip sekali dengan wajah Don. "Tom, jangan biarkan orang membodohimu. Ini semua urusan pribadi, setiap segi bisnis. Semua tahi kucing yang harus dimakan setiap orang setiap hari dalam hidupnya adalah urusan pribadi. Mereka menyebutnya bisnis. Oke. Tapi itu pribadi sepenuhnya. Kau tahu dari mana aku mempelajari ini? Dari Don. Ayahku. Godfather. Seandainya petir menyambar salah seorang sahabatnya, ayahku menerimanya sebagai urusan pribadi. Ia menganggap kepergianku masuk Marinir sebagai masalah pribadi. Itulah yang membuat ia besar. Don yang Hebat. Ia menganggap semuanya masalah pribadi. Seperti Tuhan. Ia tahu setiap bulu yang jatuh dari ekor burung gereja atau urusan lainnya. Benar, kan? Dan kau tahu ini. Kecelakaan tidak menimpa orang yang menganggap kecelakaan sebagai penghinaan pribadi. Aku memang datang terlambat, oke, tapi aku toh tetap datang. Betul sekali, aku menganggap rahang yang patah sebagai masalah pribadi; dan aku juga menganggap usaha Sollozzo membunuh ayahku sebagai urusan pribadi." Michael tertawa. "Katakan pada ayahku bahwa aku mempelajari itu semua dari dirinya dan aku gembira mendapatkan kesempatan ini untuk membalas budi atas semua yang dilakukannya bagiku. Ia ayah yang baik."

Ia berhenti bicara sebentar lalu berkata serius pada Hagen, "Ketahuilah, aku tidak pernah ingat ia pernah memukulku. Atau Sonny. Atau Freddie. Dan tentu saja Connie, Pop bahkan tidak pernah membentaknya. Dan katakan padaku sejujurnya, Tom, berapa banyak orang yang menurutmu sudah dibunuh Don, sekarang atau dulu?"

Tom Hagen membuang muka. "Aku akan mengatakan padamu satu hal yang tidak kaupelajari dari dirinya: caramu bicara sekarang. Ada hal-hal yang harus dilakukan, orang melakukannya dan tak pernah membicarakannya. Orang tidak berusaha membenarkan tindakannya. Tindakan-tindakan seperti itu tidak bisa diberi pembenaran. Orang hanya melakukannya, lalu melupakannya."

Michael Corleone mengernyit. Ia berkata pelan, "Sebagai consigliori, kau sependapat bahwa membiarkan Sollozzo tetap hidup berbahaya bagi Don dan Keluarga?"

"Ya," jawab Hagen.

"Oke," kata Michael. "Kalau begitu aku harus membunuhnya."

***

Michael Corleone berdiri di depan restoran Jack Dempsey di Broadway dan menunggu jemputan. Ia memandang arloji. Jarumnya menunjukkan pukul delapan kurang lima menit. Sollozzo akan menepati waktu. Michael memastikan dirinya tiba di tempat itu lama sebelum waktunya. Ia telah menunggu lima belas menit di sana.

***
 
BAB 11b

Selama perjalanan dari Long Beach ke kota, ia berusaha tidak melupakan apa yang dikatakannya pada Hagen. Sebab kalau ia yakin pada apa yang dikatakannya, hidupnya telah ditetapkan pada jalan yang tidak bisa diubah lagi. Sekalipun begitu, mungkinkah jalan hidupnya akan berubah 180 derajat setelah malam ini? Mungkin ia akan tewas nanti malam kalau tidak menghentikan semua omong kosong ini, pikir Michael muram. Ia harus memusatkan pikiran pada masalah yang mesti ditangani. Sollozzo bukan orang bodoh dan McCluskey sangat tangguh. Ia merasakan nyeri pada rahang yang dikawat dan menyambut baik rasa sakit itu, yang menyebabkan ia tetap waspada.

Broadway tidak begitu ramai di malam musim dingin, walaupun pertunjukan teater hampir dimulai. Michael mengernyit sewaktu mobil hitam panjang berhenti di tepi jalan dan sopirnya, sambil membungkuk, membuka pintu depan dan berkata, "Masuklah, Mike."

Ia tidak mengenal sopir itu, pemuda berambut hitam licin dan mengenakan kemeja terbuka, tapi ia masuk. Di kursi belakang duduk Kapten McCluskey dan Sollozzo.

Sollozzo mengulurkan tangan melewati sandaran kursi dan Michael menjabatnya. Tangannya kokoh, hangat, dan kering.

Sollozzo berkata, "Aku senang kau datang, Mike. Kuharap kita bisa membereskan masalah ini. Semua ini mengerikan, sama sekali tidak seperti yang kuinginkan. Seharusnya tidak begini kejadiannya."

Michael Corleone berkata pelan, "Kuharap kita bisa membereskan semuanya malam ini, aku tidak ingin ayahku diganggu lagi."

"Ia tidak akan diganggu lagi," kata Sollozzo tulus. "Aku bersumpah padamu demi anak-anakku, ia tidak akan diganggu lagi. Tetap buka pikiran saat kita bicara nanti. Kuharap kau bukan orang yang pemarah seperti kakakmu Sonny. Tidak mungkin berbicara bisnis dengannya."

Kapten McCluskey menggeram. "Ia anak yang baik, anak yang oke." Ia mencondongkan tubuh dan menepuk bahu Michael dengan sayang. "Kusesali kejadian malam itu, Mike. Aku terlalu tua untuk tugasku, terlalu mudah tersinggung. Kurasa aku harus segera pensiun. Tidak tahan dengan segala yang menjengkelkan, setiap hari ada saja yang menjengkelkan. Kau tahu bagaimana keadaannya."

Lalu, sambil menghela napas, ia menggeledah Michael dengan teliti untuk mencari senjata. Michael melihat senyum tipis di bibir sopir.

Mobil melaju ke barat tanpa terlihat berusaha menghindari mobil lain yang mengikuti. Mereka memasuki West Side Highway, melaju keluar-masuk di keramaian lalu lintas. Siapa pun yang mengikuti mereka harus melakukan tindakan yang sama. Lalu dengan perasaan kurang senang Michael melihat mobil mengambil jalan keluar menuju jembatan George Washington, dan mereka menuju New Jersey. Siapa pun yang memberikan informasi pada Sonny mengenai tempat pertemuan telah memberinya petunjuk yang salah.

Mobil mendekati pintu masuk jembatan, lalu melaju di atasnya, meninggalkan kota yang gemerlapan. Michael menjaga ekspresi wajahnya tidak berubah. Apakah mereka akan membuangnya di rawa-rawa atau Sollozzo yang cerdik mengubah tempat pertemuan pada detik terakhir?

Tapi ketika mereka nyaris tiba di ujung jembatan, sopir membanting setir sekuat tenaga. Mobil berat itu melayang di udara setelah menghantam beton pemisah dan mendarat di jalur yang menuju New York City. McCluskey dan Sollozzo berpaling ke belakang untuk melihat apakah ada orang yang mencoba melakukan tindakan yang sama. Sopir ngebut menjalankan mobil kembali ke New York dan setelah melewati jembatan, mereka menuju East Bronx. Mereka melewati jalan-jalan kecil tanpa diikuti mobil lain. Waktu itu sudah hampir pukul sembilan malam. Mereka melihat tidak ada yang membuntuti.

Sollozzo menyulut rokok setelah menawari McCluskey dan Michael, yang sama-sama menolak. Sollozzo berkata pada sopirnya, "Kerja yang bagus, aku akan mengingatnya."

Sepuluh menit kemudian mobil berhenti di depan restoran kecil di daerah orang Italia. Tidak ada seorang pun di jalan dan karena malam telah larut, hanya ada beberapa orang yang makan.

Michael khawatir sopir masuk bersama mereka, tapi ternyata ia tetap berada di luar, di mobilnya. Si negosiator tidak mengatakan apa-apa mengenai sopir, tidak ada yang menyinggung hal itu. Secara teknis Sollozzo telah melanggar perjanjian dengan mengajak sopir.

Tapi Michael memutuskan tidak meributkannya, mengetahui mereka akan menganggap dirinya takut menyinggung hal itu, khawatir tindakan itu akan merusak perundingan.

Mereka bertiga duduk mengelilingi satu-satunya meja bulat yang ada, Sollozzo tidak mau duduk dalam bilik. Hanya ada dua orang lain di restoran. Michael bertanya-tanya sendiri apakah mereka orang-orang yang ditempatkan Sollozzo. Tapi itu tidak penting. Sebelum mereka sempat ikut campur, semua akan sudah berakhir.

McCluskey bertanya serius, "Apa hidangan Italia di sini lezat?"

Sollozzo menenangkannya. "Cobalah hidangan daging anak sapi, itu yang paling lezat di seluruh New York."

Satu-satunya pelayan membawakan sebotol anggur ke meja dan membukanya. Ia menuangkannya ke tiga gelas hingga penuh.

Anehnya McCluskey tidak minum. "Aku pasti satu-satunya orang Irlandia yang tidak suka minuman keras," katanya. "Aku melihat terlalu banyak orang baik-baik yang mendapat masalah karena minuman keras."

Sollozzo berkata sopan pada Kapten, "Aku akan bicara dalam bahasa Italia dengan Mike, bukan karena aku tidak percaya padamu, tapi karena aku tidak bisa menjelaskan dengan benar dalam bahasa Inggris dan aku ingin meyakinkan Michael bahwa aku berniat baik, dan demi kebaikan semua pihak, kami harus mencapai persetujuan malam ini. Jangan tersinggung, ini bukan karena aku tidak mempercayai dirimu."

Kapten McCluskey tersenyum ironis pada mereka berdua. "Tentu saja, silakan," katanya. "Aku akan memusatkan perhatian pada masakan daging sapi dan spaghetti"

Sollozzo mulai berbicara pada Michael dalam bahasa Sisilia yang cepat. Ia berkata, "Kau pasti memahami bahwa apa yang terjadi antara aku dan ayahmu semata-mata masalah bisnis. Aku sangat menghormati Don Corleone dan bersedia memohon untuk dapat kesempatan melayaninya. Tapi kau harus mengerti bahwa ayahmu kuno. Ia menghalangi kemajuan. Bisnis yang kulakukan adalah barang masa depan, gelombang masa datang, dan ada uang berjuta-juta dolar yang bisa diperoleh setiap orang. Tapi ayahmu menghalangi karena hal-hal sepele tertentu yang tidak realistis. Dengan berbuat begitu ia memaksakan kehendaknya pada orang-orang seperti diriku. Ya, ya, aku tahu, ia berkata padaku, 'Teruskan saja, itu bisnismu,' tapi kita berdua tahu itu tidak realistis. Kami terpaksa saling menginjak kaki yang lain. Yang sesungguhnya dikatakannya padaku adalah aku tidak bisa mengoperasikan bisnisku. Aku orang yang menghormati diri sendiri dan tidak bisa membiarkan orang lain memaksakan kehendaknya padaku sehingga apa yang seharusnya terjadi, terjadi. Izinkan aku mengatakan bahwa aku punya dukungan, dukungan diam-diam dari semua Keluarga New York. Dan Keluarga Tattaglia menjadi partnerku. Kalau perselisihan ini berlangsung terus, Keluarga Corleone akan sendirian melawan setiap orang. Mungkin kalau ayahmu sehat, itu bisa dilakukan. Tapi anaknya yang sulung tidaklah seperti Godfather, tanpa bermaksud bersikap tidak hormat. Dan consigliori Irlandia itu, Hagen, tidak seperti Genco Abbandando, semoga ia beristirahat dengan tenang. Jadi ku-usulkan perdamaian, gencatan senjata. Marilah kita menghentikan semua permusuhan hingga ayahmu sehat kembali dan bisa ikut ambil bagian dalam transaksi ini. Keluarga Tattaglia setuju, dengan bujukan dan ganti rugi yang kutawarkan, untuk tidak menuntut balas bagi anak mereka Bruno. Kita akan mendapatkan perdamaian. Sementara itu, aku harus mencari nafkah dan akan melakukan sedikit perdagangan dalam bisnisku. Aku tidak meminta kerja samamu, tapi aku minta padamu, Keluarga Corleone, supaya tidak ikut campur atau menghalangi. Inilah usulku. Aku menduga kau punya wewenang untuk menyepakati, membuat persetujuan."

Michael berbicara dalam bahasa Sisilia, "Ceritakan padaku lebih banyak tentang bagaimana rencanamu memulai bisnis, tepatnya peran apa yang harus dimainkan Keluargaku di dalamnya dan keuntungan apa yang bisa kami peroleh dari bisnis itu."

"Kalau begitu kau menginginkan seluruh usulku secara terinci?" tanya Sollozzo.

Michael berkata murung, "Yang paling penting adalah aku harus mendapat jaminan yang pasti bahwa tidak akan ada lagi percobaan pembunuhan terhadap ayahku."

Sollozzo mengangkat tangan untuk mengekspresikan kata-katanya. "Jaminan apa yang bisa kuberikan padamu? Akulah buronannya. Aku telah kehilangan kesempatan. Kau menganggap diriku terlalu tinggi, Sobat. Aku tidak sepintar itu."

Michael sekarang yakin perundingan ini hanya untuk mengulur waktu selama beberapa hari lagi. Bahwa Sollozzo akan mencoba membunuh Don kembali. Untunglah si Turki meremehkan dirinya sebagai anak yang cengeng.

Michael merasakan gelombang dingin yang aneh dan nikmat memenuhi tubuhnya. Ia membuat wajahnya tampak gundah.

Sollozzo bertanya tajam, "Ada apa?"

Michael berkata malu-malu. "Anggur itu langsung mengalir ke kandung kemihku. Dari tadi aku menahannya. Boleh aku ke kamar mandi?"

Sollozzo mengamati dengan matanya yang hitam. Ia mengulurkan tangan dan dengan kasar meraba-raba sekitar kemaluan Michael, mencari senjata. Michael tampak tersinggung.

McCluskey berkata singkat, "Aku sudah menggeledahnya. Aku pernah menggeledah ribuan bajingan muda. Ia bersih."

Sollozzo tidak suka. Tanpa alasan sama sekali, ia merasa tidak suka. Ia menatap pria yang duduk di meja seberang dan mengangkat alis ke arah kamar mandi. Orang itu mengangguk sedikit untuk menyatakan ia telah memeriksanya, tidak ada orang di dalam.

Sollozzo berkata enggan, "Jangan lama-lama." Ia memiliki indra yang sangat hebat, ia merasa gelisah.

Michael bangkit dan pergi ke kamar mandi. Tempat buang airnya dilengkapi sepotong sabun yang diletakkan di jala kawat. Ia masuk ke WC. Ia benar-benar ingin buang air besar, perutnya terasa mulas. Ia melakukannya dengan cepat, lalu mengulurkan tangan ke belakang tempat air dari email dan menyentuh pistol kecil berlaras pendek yang ditempelkan dengan selotip di sana. Ia mencabut pistol itu, teringat kata-kata Clemenza untuk tidak meninggalkan sidik jari. Ia menyelipkan pistol itu ke sabuk, lalu mengancingkan jas menutupinya. Ia mencuci tangan dan membasahi rambut. Sidik jari di keran air dihapus dengan saputangan. Lalu ia meninggalkan toilet.

Sollozzo duduk menghadap pintu toilet, matanya yang hitam berkilau waspada. Michael tersenyum. "Sekarang aku bisa bicara," katanya sambil menghela napas lega.

Kapten McCluskey tengah menyantap seporsi hidangan daging sapi muda dan spaghetti yang telah diantarkan. Pria di dinding kejauhan tadinya tegang, tapi sekarang tampak jelas santai.

Michael duduk kembali. Ia ingat Clemenza memerintahkannya menembak begitu keluar dari toilet. Tapi entah karena naluri yang memperingatkan dirinya atau karena merasa tertekan, Michael tidak melakukannya. Ia merasa kalau bergerak terlalu cepat, ia akan ditembak. Sekarang ia merasa aman dan rupanya sejak tadi ketakutan, karena ia bersyukur sekarang tidak lagi berdiri di atas kakinya. Kedua kakinya lemas dan gemetar.

Sollozzo mencondongkan tubuh ke arahnya. Michael, dengan perut tertutup meja, membuka jas dan mendengarkan dengan tekun. Ia tidak memahami sepatah kata pun yang diutarakan orang itu. Baginya kata-kata tersebut hanyalah celoteh tanpa arti. Otaknya begitu penuh darah yang berdenyut-denyut sehingga tidak ada kata-kata yang dipahaminya.

Di bawah meja, tangannya bergerak ke arah pistol yang diselipkan di sabuk dan mencabutnya. Saat itu pelayan datang untuk mencatat pesanan mereka dan Sollozzo berpaling untuk berbicara padanya. Michael mendorong meja dengan tangan kiri dan tangan kanannya menodongkan pistol hingga nyaris menempel di kepala Sollozzo.

Koordinasi orang itu begitu cepat hingga ia sudah mulai menjauhkan diri begitu Michael bergerak. Tapi Michael, yang lebih muda, dengan refleks yang lebih tajam, menarik picu. Peluru mengenai Sollozzo tepat di antara mata dan telinganya, dan sewaktu keluar di sisi kepala yang lain, darah bercampur serpihan tulang tengkorak berhamburan mengenai jas pelayan yang terpaku. Secara naluriah Michael mengetahui satu peluru saja sudah cukup. Sollozzo berpaling pada saat terakhir dan Michael melihat cahaya kehidupan padam dari mata orang itu sejelas lilin yang ditiup.

Hanya satu detik berlalu saat Michael berputar untuk mengarahkan pistol pada McCluskey. Si kapten polisi terbelalak keheranan memandang Sollozzo, seakan kejadian ini tidak ada kaitannya dengan dirinya. Tampaknya ia tidak begitu menyadari bahwa ia terancam bahaya. Garpunya yang menancap di daging sapi terangkat dan pandangannya baru saja teralih ke Michael. Dan ekspresi wajahnya, matanya, menunjukkan kemarahan yang begitu penuh keyakinan, seakan ia menduga Michael akan menyerahkan diri atau lari, sehingga Michael tersenyum padanya sambil menarik picu. Tembakan itu hanya menyebabkan luka parah, tidak mematikan. Peluru mengenai leher McCluskey yang besar seperti leher kerbau jantan, dan ia mulai tercekik begitu keras seolah menelan sebongkah besar daging sapi. Lalu udara seperti dipenuhi kabut tipis darah yang tersembur ketika McCluskey terbatuk-batuk dan mengeluarkan darah dari paru-parunya yang hancur. Dengan dingin, tanpa tergesa-gesa, Michael menembak sekali lagi kepala McCluskey yang beruban.

Udara bagai dipenuhi kabut merah muda. Michael memutar tubuh menghadapi pria yang duduk di dekat dinding. Orang itu tidak bergerak. Ia tampak seperti lumpuh. Sekarang, dengan hati-hati, ia meletakkan kedua tangan di meja dan membuang muka. Pelayan terhuyung-huyung mundur ke dapur, wajahnya memancarkan kengerian, memandang Michael dengan tertegun.

Sollozzo masih duduk di kursi, sisi tubuhnya disangga meja. McCluskey, tubuhnya yang berat tersungkur ke depan, jatuh dari kursi ke lantai. Michael membiarkan pistol terlepas dari tangannya dan jatuh tanpa suara. Ia melihat orang di dekat dinding maupun pelayan tidak menyadari ia telah menjatuhkan pistol. Ia berjalan ke pintu dan membukanya.

Mobil Sollozzo masih diparkir di tepi jalan, tapi sopirnya tidak terlihat di mana pun. Michael berbelok ke kiri dan berbelok lagi di tikungan. Lampu depan mobil memancar dan sedan bobrok berhenti di dekatnya, pintunya dibuka. Ia melompat masuk, mobil langsung melesat pergi. Ia melihat Tessio memegang kemudi, wajahnya yang bersih sekaku marmer.

"Kau sudah mengerjai Sollozzo?" tanya Tessio.

Sesaat Michael tersentak dengan ungkapan yang digunakan Tessio. Biasanya ungkapan itu digunakan dalam konteks seksual, mengerjai wanita berarti menggaulinya. Aneh juga Tessio sekarang menggunakan kata-kata itu.

"Keduanya," kata Michael.

"Kau yakin?" tanya Tessio.

"Aku melihat otak mereka," kata Michael.

Ada pakaian ganti untuk Michael di dalam mobil. Dua puluh menit kemudian ia telah berada di kapal barang Italia yang akan berlayar ke Sisilia, Dua jam kemudian kapal barang itu berlayar dan dari kabinnya Michael bisa melihat lampu-lampu New York City terang benderang seperti api neraka. Ia merasa sangat lega. Ia sudah melewatinya sekarang. Perasaan ini tidak asing baginya dan ia teringat saat dibawa dari pantai pulau yang diserbu divisi Marinir-nya. Pertempuran masih berlangsung, tapi ia mendapat luka ringan dan dikirim ke kapal rumah sakit. Ia merasakan kelegaan yang sama kuatnya seperti yang dirasakannya sekarang. Kepanikan akan mulai berkobar, tapi ia tidak akan ada lagi di sana.

Sehari sesudah pembunuhan Sollozzo dan Kapten McCluskey, para kapten dan letnan di setiap kantor polisi New York City memberikan satu perintah: tidak boleh ada lagi perjudian, tidak boleh ada lagi pelacuran, tidak boleh ada lagi transaksi macam apa pun hingga pembunuh Kapten McCluskey tertangkap. Penggerebekan besar-besaran dimulai di seluruh kota. Semua kegiatan yang melanggar hukum berhenti sama sekali.

Pada hari itu juga utusan Keluarga-Keluarga bertanya pada Keluarga Corleone apakah mereka mau menyerahkan si pembunuh. Utusan itu diberitahu bahwa masalah itu bukan urusan mereka.

Malam itu bom meledak di kompleks Keluarga Corleone di Long Beach, dilemparkan dari mobil yang berhenti di dekat rantai penghalang, lalu melaju pergi. Malam itu juga dua prajurit Keluarga Corleone dibunuh sewaktu makan dengan tenang di restoran Italia kecil di Greenwich Village. Perang Lima Keluarga tahun 1946 pun dimulai.

***
 
Wao, PERTAMAX, :haha:

Panjang bener gan, :baca: ntr ya klo agak longgar waktunya,, :)
 
Wao, PERTAMAX, :haha:

Panjang bener gan, :baca: ntr ya klo agak longgar waktunya,, :)

Solar lg banyak diburu bro,apalagi solar aceh *kenapa jd ngmng batu
Hahahha
Ini skalian nyicil.saya agak sibuk soalnya.mumpung belum tdr,sekalian upload
 
Wao, sollozzo akhirnya tewas, tp thanks to sollozzo, dia telah membangkitkan singa yang tertidur di diri mike,

Ane sempet ngira si hagen telah dipengaruhi sama sollozzo, tp dengan kematiannya sollozzo, kayaknya gugur deh pendapt ane ini,,

Sepertinya perang kali ini akan memakan banyak korban di keluarga corleone,

Motongnya pas bener, bikin penasaran,,

:semangat: update ya bro :)
 
Nanggung ganRock, sungguh mantap penggambaran alur perasaannya siMike.. Gk heran nie novel terkenal bnget..:jempol:
 
seru banget gan...tiap hari buka forum ini buat nunggu lanjutannya ada..lanjut gan..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd