Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG The Journey Of Leo

Bimabet
SMA ini kyknya waktu yg pas buat Leo lepas perjaka nih.. :p
 
SMA ini kyknya waktu yg pas buat Leo lepas perjaka nih.. :p
 
Part IX

Sisa Cerita Putih Biru




Trisa Kathelijn Hoek, Made


Tak ada yang pernah paham jalan pikiran anak remaja, masih labil dan meraba-raba maunya apa. Proses pencarian jati diri dan pembentukan karakter kata orang tua.

Hari ini A besok bisa lain lagi, urusan yang remeh temehpun bisa jadi konflik tersendiri. Cuman gara-gara pindah sekolah diputusin, gara-gara masuk tim bola di sekolah baru dimusuhin temen. Ah tapi itu salah satu warna masa-masa SMP.

"Tadi ada telp Yo, dari temen kamu namanya Trisa, Ibu bilang aja kamu belum pulang dari acara perpisahan"

"Iya Bu."

Kata - kata Ibu sesampainya aku di rumah membuat aku mengernyitkan dahi. Ada apa ya ? Kok tumben - tumbennya Trisa menghubungi Aku. Saking penasarannya, Aku sampai ijin Ibu untuk meminjam telp untuk menghubungi Trisa. Seandainya saja waktu itu sudah ada smartphone.


"Halo..."

"Halo Trisa, apa kabar kamu?"

"Baik Yo, gimana nilai kamu? Cukup buat diterima di SMA inceran?"

"Eh, lumayan, walaupun emang ngepas banget, untung aja masih di atas nilai minimum" jawabku.

"Baguslah, uhmmm Yo, kamu ada waktu ngga sore ini?"

"Uhhmm ada kok ada, aku sih selalu free palingan biasanya nangkring di rental PS doang."

"Hehehe kamu ini, baguslah, jemput aku di rumah jam 5 sore ya Yo."

"Eeehhh ssiaaaappp."

Suara itu entah kenapa hadir kembali, dia seperti masa lalu indah yang kembali menyapaku. Aku sedikit bingung, ada apa ya ? Kenapa dia mau mengajakku pergi ? Setelah sebelumnya dia bersikap sinis padaku saat Porsenijar yang lalu.

Setelah mandi dan gosok gigi aku mengguyur badanku dengan wewangian biar ngga malu-maluin. Kupakai kemeja floralku hasil setrikaan Ibu, memang jaman itu sedang booming genre musik SKA yang identik dengan kemeja floral/pantai. Celana pendek hitam dan sepatu Vans Rowley warisan dari abang sepupuku yang Skater jalanan. Tak lupa zip hoodie hitam dan topi hitam bertuliskan logo LA, biar mirip Fred Durst vokalis Limp Bizkit. Setelah ngaca dikit, sukseslah aku tampak seperti beach boy yang akan main voli.

Disepanjang perjalanan Aku siul-siul dan cengar-cengir sendiri kegirangan, sampai-sampai waktu di traffic light pas lampu udah nyala ijo aku biarin pengendara yang lebih tua lewat duluan, sopan ceritanya, mumpung lagi baik hati.

Trisa sudah menunggu di depan rumahnya saat aku tiba. Cantik sekali, mataku sampai-sampai lama melototin dia. Dengan gaya casual dan berdandan sesuai umurnya bikin aku malah jadi grogi ngeliat kecantikannya. Berangkatlah kita menuju semacam waralaba yang menjual kue bulet-bulet bolong tengahe, Dunkin Donuts.

"Thanks ya Yo udah mau aku culik." Jawabnya memulai obrolan.

"Ngga papa kok, sering-sering aja." Aku berusaha bercanda sembari nyeruput orange juice. Anak kecil pedenya keluar padahal cuman minum orange juice. Ngga butuh alkohol.

"Maafin Aku ya Yo.."

"Eh, maaf kenapa?"

"Aku udah jutekin kamu waktu itu"

"Ooohh itu, Aku ngga kenapa-napa kok, oh iya gimana sama Kevin?"

"Iihh apan sih, Aku ngga ada apa-apa sama Kevin? Beneran !!!"

"Ah masak sih? Padahal kalian cocok banget lagi, yang satu atlit bola yang reputasinya keren banget, yang satunya lagi model Brand Surfer Girl Bali."

"Ihhh ngga Yo, beneran. Memang setelahnya Kevin terus deketin Aku, tapi aku ngejauh. Aku waktu itu cuman niat bikin kamu panas aja !!!!"

"Lho kok? Kenapa?" Aku keheranan.

"Iya aku kesel kamu tiba-tiba pindah sekolah dan ngga pernah cerita sama aku !!"

"Eh, itu keputusan ortuku Sa, Maafin aku. Aku padahal ngga pengen pindah, udah nyaman, apalagi ada kamu." Aku membela diri dan sekaligus keceplosan.

"Aku bangga sama kamu Yo, kamu bisa masuk tim bola dan main di Final. Aku sengaja bikin kamu panas gitu biar tambah pengen ngalahin kami. Aku juga sinis sama kamu sebelum masuk lorong karena kecewa lihat permainan kamu yang hancur banget di babak I"

"Eehh....."

"Waktu kamu nyetak goal itu aku seneng banget, tapi waktu lihat kamu nangis aku juga nangis Yo."

"Udah ya Sa, udah lewat juga, yang penting sekarang kamu udah mau maafin aku. Setelah ini siapa tahu kita masih bisa nongkrong bareng. Khan masih banyak waktu.

"Tapi Aku yang ngga bisa Yo.... hiks" Trisa mulai nangis.

"Lho? Kenapa Sa?" Aku menyodorkan tisu padanya.

"Aku bakal lanjutin SMA di Aussie Yo, Papa pengen aku sekolah di sana."

"Semangat ya Sa, aku selalu dukung kamu, kamu jangan lupa ya, liburan sekolah nanti kabarin aku, siapa tahu ada waktu buat kita nongkrong bareng." Aku tak tahu mesti ngomong apa, jawaban itu yang malah keluar dari mulutku, aku masih terlalu kecil untuk dihadapkan dengan situasi seperti itu.

"Aku pengennya di sini aja Yo, khan bisa tuh cari di International School, aku udah bujuk papa mati-matian tapi aaahhh...hikkksss... aku pengennya masih sama kamu Yo"

"ehh iya udah dong ah jangan nangis gitu, Papa kamu pasti punya pandangan yang lain tentang masa depan kamu"

"Iya Aku Tahu Yo, Tapi....."

"Udah Sa, jangan sedih gitu, aku di sini sih selalu doain kamu yang terbaik"

Aku beranikan diri menghapus air matanya, dia tidak menolak sama sekali. Sampai - sampai Mbak pelayan Dunkin yang lagi ngobrol sama security jadi senyum-senyum merhatiin kami berdua. Waktu mau keluar dari Dunkin security yang tadi nyeletuk "Cieeeee marahan yaaaa?".

Aku jalan sambil nunduk karena malu, jddddaaaaaaggg kepalaku nyudul pintu kaca, lupa dibuka.


Akhirnya kami pulang diperjalanan aku ajakin Trisa nyanyi-nyanyi ngga jelas, macem-macem lagu kita nyanyiin keras-keras, tapi yang paling kenceng lagunya Backstreet Boys lagi booming soalnya. Si Trisa jadi bisa senyum setelah aku ajak gila-gilaan di jalan, paling ngga bebannya agak berkurang. Aku sengaja nyari jalan agak muter biar bisa lebih lama bareng dia di jalan.

Malem itu agak dingin, Trisa kedinginan karena memang cuman pake semacem kaos long sleeve tipis doang dan lupa bawa sweater. Aku menepi dijalanan sepi, muka Trisa jadi curiga, tapi setelah tahu aku cuman bermaksud ngambilin zip hoodieku di bawah jok motor dan makein dia. Dia jadi nyengir ke Aku, cantik banget. Setelahnya disepanjang perjalanan dia meluk aku, hangat banget, aku sesekali beraniin diri megang tangannya. aaahhhh segitu doang udah sedap banget.....

Akhirnya kita sampai di rumahnya, aku segera pamit ke Trisa karena ngga enak kemaleman. Sebelum aku beranjak dari sana, lagi - lagi ciuman manis mendarat dipipiku. Singkat, cepat, tapi cukup buat perasaan deg deg ser, aku beranjak pergi setelah dia sudah masuk ke dalam rumah. Kita janjian bakal ketemu lagi sebelum dia berangkat ke Aussie. Entah kenapa malam ini aku merasa galau lagi.

Kira-kira seminggu kemudian Trisa berangkat juga ke Aussie, sehari sebelumnya Aku datang lagi menemuinya. Kuberanikan diri mengungkapkan bahwa Aku ngga pernah bisa berhenti menyukainya. Mungkin kalau di kondisi saat ini ada orang tua yang lihat bocah ingusan masih bau kencur udah sok-sok ngungkapin perasaan begitu bakal ada niat buat naburin micin ala-ala Salt Bae juga ke muka tu anak saking gedegnya. Tapi waktu itu ya begitulah adanya, Leo kecil sudah mulai bisa mengaum.

Walau memang tak bisa merubah apa-apa tapi paling tidak aku sudah mengungkapkan apa yang aku rasa begitu pikirku. Aku juga memberikan dia sweater yang dulu aku gunakan untuk melindunginya dari hujan, buat kenang-kenangan. Aku perbaiki hiasan hati itu, dan kini sudah ada dua nama lagi di dalamnya. Namaku dan tentu saja namanya.


Sweater

Kami berjanji akan berkirim kabar, dia juga berjanji akan mengajariku cara membuat dan menggunakan e-mail. Aku benar-benar tak paham mesti buka e-mail di mana, jangankan akses internet, pc saja ngga punya. Tapi di jalan aku menemukan jawabannya, setelah melihat salah satu neon box bertuliskan Warnet dipinggir jalan dekat sekolahku.

Trisa beberapa kali mengirimkan e-mail padaku, menanyakan kabar dan mengirimkan fotonya. Yang tentu saja cuman bisa aku cetak hitam putih diprinter warnet, karena aku tak paham cara save foto dan memasukkannya ke floppy disk. Namun setelah sekolah SMA kami dimulai Trisa tak pernah lagi menghubungiku, dia menghilang. Sampai beberapa tahun lalu aku menemukan Page Facebooknya, kukirim pesan tapi sepertinya dia memang sudah benar-benar lupa. Terakhir di social media Instagramnya bbeberapa waktu kulihat dia sudah tumbuh menjadi wanita dewasa yang luar biasa cantik, sudah menikah dengan pria asing dan memiliki 3 orang anak. Dengan ini story of Trisa telah Aku tutup.


Beberapa hari menjelang kegiatan OSPEK SMA Aku rutin menginap di rumah sepupuku Adi. Karena kami akan sekolah di sekolah yang sama dan kami akan mencari barang-barang untuk OSPEK bersama-sama. Saat aku ngobrol-ngobrol dengan Adi ternyata dia naksir temanku sekelasku di SMP kemarin namanya Vira.

Ada kejadian yang bikin Adi naksir Vira selain memang itu cewek jadi salah satu OSIS terfavorit waktu SMP, memang lumayan cantik. Ceritanya waktu itu di hari minggu yang cukup mendung di Denpasar, Ibunya si Adi Tante Tut ini mesti pergi ke pasar untuk beli perlengkapan upacara agama, seperti buah dan lain-lain. Adi waktu itu cuman drop aja Ibunya di pasar nanti dijemput lagi, karena memang jarak rumah Adi dengan pasar ngga begitu jauh. Pas lagi belanja hujan deres banget, Tante Tut yang lagi asyik milih buah lari buat neduh. Karena udah umur jadi ngga seimbang terus kepleset, jatuhnyabkeras banget sampai tulang ekor beliau retak.

Waktu itu, Vira yang pas lagi belanja keperluan upacara di pasar itu juga yang nolongin. Vira segera orderin taxi dan nganterin Tante Tut ke Rumah Sakit terus menghubungi keluarganya. Sampe di rumah sakit setelah segala urusannya selesai, Adi ditugasin buat anterin Vira pulang. Semenjak itulah Adi tergila-gila sama Vira. Karena menurut Adi sosok cewek kayak Vira itu istri idaman banget. Udah cantik baik pula.

Selanjutnya Adi membujukku untuk menelp Vira dengan nyuri-nyuri kesempatan menggunakan telp rumah saat Ibu dan Bapaknya tidak ada, katanya biar aku saja yang bicara, dia cukup denger suaranya aja tipis-tipis udah seneng. Ah logika yang aneh. Sebenernya males banget, Aku selalu dapet tugas model begini, tapi namanya sama saudara ya Aku iyakan saja karena memang selain si Vira itu temanku sejak SD juga, jadi aku memang sudah akrab.

"Haloooooo.." teriak suara gadis cempreng diseberang telp.

"Halooo Viranya ada?"

"Ngapain nyari Mbak Vira? Aku bilangin papa lho nanti !!! " Dengan nada ketus.

"Ehhhh jangan ampun deh, ini siapa?"

"Aku Hani adiknya Mbak Vira, awas berani ganggu !!!! " gagang telp ditutup kasar.

Aku coba hubungi lagi....

"Haloooo" suara itu lagi.

"Uhmm Hani bisa minta tolong dikasiin ke Vira ngga, penting ni nanya PR"

"Ngga bisa !!!"

"Plis deh, buat nanya PR ni, ntar kalau Aku jadi ngga bikin PR gimana? Jadi kena hukum guru galak itu dijemur di tiang bendera, terus aku dehidrasi kepanasan mati lemes kamu mau tanggung jawab?" Aku geregetan.

"Uhhhmmm okee deh, abis itu jangan ganggu Mbak Vira lagi ya"

Kemudian kedengeran seperti langkah menjauh dari telp, dan kedengeran suara langkah kaki lagi mendekati telpon.

"Halooooo" suara pria dewasa.

Jegleeeggg telpon secepat kilat Aku tutup. Ternyata si Hani sialan itu manggil Bapaknya buat angkat telp bukan Vira.

Aku bingung dan saling pandang dengan Adi yang sedari tadi ngupingin gagang telp disebelahku. Itulah awal perkenalanku dengan Hani yang suatu saat nanti akan jadi cerita yang sangat rumit buat kami berdua.


Hani Rusmayani, Made (remaja)
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd