Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG The Journey Of Leo

Part VII
Usaha Melampaui Batas


Trisa

January

Dina

Setelah pertandingan, suasana ruang ganti kami riuh, kami bernyanyi "campeone" bersama - sama. Jersey kami kumpulkan untuk segera dikirim ke laundry oleh manajer kesayangan kami yang kini dibantu asisten manajer Jan. Dia seenaknya berubah fungsi di tim.

Kami hanya punya waktu terbatas karena setelah ini pertandingan semifinal lain antara SMPN 2 dan SMPN 80 akan berlangsung. Setelah briefing singkat dari Pak Subandrio kami kemudian naik ke tribun penonton bergabung dengan suporter sekolah kami untuk menyaksikan pertandingan calon musuh kami di final nanti. Baru sebentar aku duduk tiba - tiba aku ingin pipis dan segera berlari ke toilet dekat ruang ganti pemain.

Disana aku berpapasan dengan kawan lamaku Arta. Aku sangat antusias bertrmu dengannya bagai bertemu saudara lama yang jauh terpisah. Namun aku terkejut akan sikap dinginnya, dingin dan sinis seperti bukan sahabat lamaku.

"Arrrr oeeeyyy"

"Udah merasa jadi pemain hebat kamu sekarang?" Jawabnya sinis dengan logat Bali kental.

"Ehhh anu, ngga Ar, kebetulan aja, kerja keras semua orang." Jawabku sembari menyodorkan tangan untuk menjabat tangannya.

"Ooo jadi dulu kowe anggep anak SMP 80 ngga hebat gitu? Sampe kowe ngga mau ikut ekstra bola?"

"Bukan gitu Ar, aku minder sama kalian karena semua orang tahu SMP 80 jago semua." Jawabku membela diri, aku memang merasa minder dulu, akunmerasa kemampuanku sangat jauh dibandingkan pemain - pemain di SMPN 80 yang notabene memang sekolah atlit.

"Nah !! Ape dadi orang ci !! Inget gen nyanan yen raga ketemu lungin cang batis ci !!!" (Iya !!! Kamu boleh bilang apa saja !!! Ingat saja nanti kalau kita ketemu, kupatahin kakimu !!!) Dia mengancamku sembari mengepalkan tangan kehadapanku.

Aku hanya mampu terdiam membisu, tak menyangka sahabat lamaku bersikap seolah - olah aku musuh besarnya. Aku yang berharap final nanti jadi ajang nostalgia malah harus menerima perlakuan seperti itu.
Pikiran anak muda memang tidak bisa dimengerti, labil dan bergejolak.

Pertandingan sudah dimulai, SMPN 80 berseragam merah celana hitam dan lawannya berseragam corak Juventus hitam-putih. Dari awal SMPN 80 menguasi betul jalannya pertandingan, Arta yang mengemban ban kapten bermain sangat lugas dan tak kenal kompromi, tebas. Badannya yang besar juga memang sulit ditandingi pemain lawan yang masih ukuran anak SMP pada umumnya, ditambah jiwa berandalnya yang membuat kawan segan padanya dan menjadi sangat disiplin menjaga pos nya.

Selain Arta ada satu lagi pemain yang memang sangat menonjol, Kevin Putra. Nomer 10 SMPN 80 ini memang sangat luar biasa, pergerakannya sudah seperti pemain setara SMA, tak perlu diragukan lagi ia memang Striker utama tim Perseden Junior U15 untuk Piala Soeratin. Pertandingan berakhir dengan skor telak 5-0 untuk kemenangan SMPN 80, dengan hattrick Kevin dan satu goal Arta dari tendangan bebas keras. Fix lawanku di final adalah mantan sekolahku.

Sembari menanti pertandingan antar SMA kuputuskan untuk membeli air mineral karena tenggorokanku kering sedari tadi berteriak - teriak. Sampai di depan tangga naik tribun tak sengaja aku bertemu Kevin, tak lupa kuucapkan selamat padanya karena kami memang saling mengenal sebelumnya, dia memang salah satu idolaku untuk pemain SMP. Dia juga memuji goalku tadi, yang kujawab merendah itu cuman naluri aja ngga sengaja.

Di tengah obrolan kami, tiba - tiba Kevin dirangkul oleh seorang wanita yang sangat cantik dan sangat kukenal. Iya, Trisa. Dari gestur mereka tampaknya mereka berpacaran, aku jadi agak kagok namun berusaha menguasai diri dengan menyapanya. Namun yang kudapat cuman padangan acuh, ia seolah tak menalku dan segera menggandeng Kevin naik ke tribun. Aku tak habis pikir sebegitukah logika Cinta Kera ?

Selanjutnya kami menyaksikan semifinal antar SMA, memang sangat beda kelas. Tak henti - hentinya kami berdecak kagum menyaksikan talenta muda itu bertanding, atmosfirpun makin meriah karena suporter masing - masing tim saling berbalas sorakan. Wajah - wajah cantik dengan seragam putih - abu pun banyak berseliweran. Keren.

Akhirnya final akan mempertemukan dua raksasa langganan juara sepakbola SMA Melati dan SMA Soedirman, kedua tim sering mengirimkan pemain - pemain terbaiknya ke tim PON Bali dan U18. SMA Melati melumat habis SMA Pendidikan dengan skor 4-0 lewat brace gelandang kanan sekaligus kapten mereka nomer 7 Firman. Keduanya melalui free kick, dan jaraknya jauh, melengkung indah dan mulus. Sedangkan SMA Soedirman menang 2-0, dua goal diborong striker haus goal mereka, Wiraguna, keduanya lewat senjata pamungkas, sundulan kepala.

Final akan berlangsung dua hari lagi sekaligus penutupan Porsenijar tahun ini yang dijuarai oleh SMA Melati di kategori SMA dan SMPN 80 untuk kategori SMP. Partai akan digelar di Stadion kebanggaan warga Bali, Stadion Ngurah Rai Denpasar.

Hari ini kami melakukan uji coba lapangan dan memang sejauh ini memang rumput di Stadion ini paling luar biasa buat kami. Bagaimana stadion di luar negeri ya? Pantas saja talenta mereka berkembang pesat. Kami cukup enak memainkan skema kami dan sudah sangat siap untuk pertandingan besok.

Kami memutuskan untuk tidak mengintip latihan lawan setelah kami, biar kami hadapi dengan cara kami besok. Saat aku pulang, aku sempat berpapasan dengan beberapa kawan sekolah lamaku yang akan kuhadapi besok. Kevin yang pertama menyapaku, ada Rijayana, Karma dan Ableh juga, ah aku merindukan mereka. Sekilas aku melihat Arta di parkiran, tapi dia seolah menjauhiku dan segera masuk Stadion.

Malam ini aku belum juga bisa tidur, entah grogi atau ada adrenalin yang terpacu hingga sekujur tubuhku gemetar. Timbul dipikiran ingin menelp Dina, tapi gila saja jam segini Bapaknya pasti ngamuk anak gadisnya ditelponin malem - malem. Aku juga ada niat menghubungi Jan tapi aku ngga tahu nomer telpon rumahnya. Kupejamkan mata, entah kenapa bayangan seseorang mulai muncul. Aku mengingat momen - momen kebersamaan kami. Momen awal aku bisa jadi akrab terus cinta cintaan kera dengannya. Ah, aku merindukannya.

~o~

Stadion masih sepi, Aku sudah tiba lebih awal. Tak ada siapa di sini, suporterpun belum hadir. Aku berjalan menuju ruang ganti yang disediakan untuk timku, kuamati sekitar sepi sekali, aneh menurutku, bukannya harusnya sudah ramai. Sayup - sayup kudengar suara desahan seorang wanita dari bilik ruang ganti satunya.

Segera aku berbalik berniat memeriksanya. Suara itu makin keras saat aku berada di depan pintu yang setengah terbuka, ada tempelan kertas dipintu dengan tulisan SMPN 80. Suara itu makin keras.

"Ooouuugghhhh aaaaahhhh ouuggghh..." Cleeeppp cllleeepp cleeeepp.

"Aaayyooo yaaaangg keeeraaasss sayaaaangggg, eeeennnaaakk baaaaanngget.."

"Ouuucchhh memek kamu rapet banget sayang" racau suara seorang pria.

Kuberanikan diri membuka pintu itu perlahan tak bersuara, kulangkahkan kaki ke dalam, alagkah terkejutnya aku menyaksikan pemandangan yang belum pernah aku alami. Sepasang remaja asyik memadu hasrat berdua, pria dan wanita di atas bangku panjang. Hanya punggung pria itu yang tampak olehku, Jersey merah nomer 10 tanpa celana, dan kaki mulus wanita mengapit tubuh pria tersebut. Mereka asyik meracau, sesaat kemudian lututku serasa lemas.

Wajah yang tak asing itu perlahan muncul menoleh padaku. Trisa. Matanya terlihat sayu dan wajah cantiknya terlihat menahan nikmat yang luar biasa, sebelum akhirnya mengembangkan senyuman sinis padaku.

Aku mendadak terbangun, bajuku sudah basah dan buliran keringat menetes di jidatku. Mimpi yang benar - benar buruk, kenapa aku bisa memimpikan hal sekotor itu? Lalu kenapa juga aku harus khawatir, bukannya itu bukan urusanku? Apa hatiku masih nyangkut di sana ya? Pertanyaan itu menghantuiku, kuteguk air putih yang selalu ada disebelah tempat tidurku, sejenak kuterdiam dan selanjutnya bersyukur itu hanya mimpi saja.

Persiapan sudah sangat sempurna, manset daleman kaos putih yang kugunting lengannya dan aku tulisi dengan spidol itupun sudah masuk ke ranselku, sekalipun sudah mulai lusuh beberapa kali dicuci. Jimat satu lagi wristband hitam dengan bordiran namaku juga sudah masuk tas. Tak lupa senjata pamungkasku Adidas Predator Precision putih juga sudah cling setelah kulap basah kemarinnya. Aku sarapan sederhana hari ini, hanya roti tawar dan mentega saja, tanpa yang lainnya. Untuk menjaga gangguan perut untuk pertandingan nanti.

Final SMP dimulai pukul 10 pagi, dilanjutkan final SMA pukul 2 siang, cuaca hari ini cukup panas. Kini aku sudah berkumpul di sekolah dan menerima briefing singkat dari Pak Subandrio yang sekaligus membawa berita buruk bahwa Axel dicoret dari tim karena terlibat perkelahian saat nongkrong kemarin malam sehingga harus ditahan di Polsek Kota. Pukulan berat buat kami, karena mengurangi opsi kekuatan kami terutama di sektor kecepatan.

Pak Kepsek juga memberikan beberapa wejangan terutama beliau mengaku bangga dengan perjuangan tim sepak bola, sekalipun agak sedih karena gagal menjadi juara umum dan hanya berada diperingkat ketiga untuk kategori SMP.

Rombongan kami berangkat dengan elf sewaan, tak bisa dipungkiri bahwa raut wajah tegang menyelimuti seluruh tim, terutama setelah kami menerima kabar buruk tentang Axel.

Namun perasaan kami sedikit terobati setelah mendengar yel yel sekolah kami, ternyata konvoi suporter dengan mengendarai pickup berada dibelakang kami. Tak ada yang naik motor pribadi karena rata - rata dari kami belum memiliki SIM. Kami harus tetap taat hukum.

Stadion sudah dipenuhi ratusan suporter dari berbagai sekolah, rata - rata dari siswa - siswi yang timnya berlaga di final hari ini. Perwakilan dari sekolah lainpun juga banyak, karena setelah Final SMA akan diadakan upacara penutupan Porsenijar oleh Bapak Walikota Denpasar.

Aku pikir awalnya hanya para murid SMP saja yang hadir di awal mengingat final SMA baru dimulai pukul 2 nanti, tapi mereka antusias datang lebih awal, karena memang final sepak bola tahun ini menjadi buah bibir dikalangan kami para pelajar. Tim kami melakukan pemanasan dan di sisi satunya tim lawan juga melakukan pemanasan.

Selanjutnya kami masuk ke ruang ganti, untuk berganti kostum. Susunan pemain sudah ditentukan, ada namaku disana, aku jadi starter. Luhur bergerser ke kanan menggantikan Lubdaka. Aku kembali bermain di ruang spesialku, satu ruang dibelakang dua striker itu, penyerang lubang.

Di lorong menuju ke lapangan kami berbaris, banyak kawan lamaku menyapa, kami sejenak bercanda kecil. Aku ingin menyapa Arta tapi sebagai kapten dia jauh di depan dan aku berada di barisan terakhir. Kami masuk ke lapangan, perasaan aneh menyelimutiku, badanku terasa ringan dan aku seperti di dalam mimpi. Aku arahkan pandanganku ke sekeliling Stadion, penuh ramai, perpaduan putih - biru dan putih - abu mendominasi. Beberapa bentangan spanduk dan bendera sekolah berkibar.

Kami diwajibkan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dilanjutkan dengan Bagimu Negeri. Sejenak hening, khidmat sekali., kemudian riuh ramai saat lagu selesai dinyanyikan. Koin sudah dilempar dan tim lawan mendapat bola pertama.

Seluruh tim bersalaman, Arta menolak menjabat tanganku. Kick off sebentar lagi dimulai, aku gemetaran, ini pengalaman yang sunnguh berbeda buatku, pencapaian tertinggiku dalam bidang olahraga di usia SMP. Aku seperti tak bisa melihat kawan dan lawanku saking tegangnya, kupandangi sekeliling untuk menguasai, ada tiga orang yang terlihat, dua di bench timku dan satu lagi dikerumunan supoter di sisi kiri tribun. Mereka orang - orang spesial.

Babak pertama dimulai, tim lawan langsung menekan, Karma gelandang bertahan mendelay bola sebelum akhirnya melepas umpan direct terukur, bola menuju Rijayana dan menang duel udara melawan Satya. Bola bergerak liar ke depan dan Kevin Putra menyongsong sangat cepat, tak terkejar. Tinggal sedikit lagi berhadapan dengan Bayu Aji yang mulai maju sontekan terukur dilepaskan, mendatar dan..... Hanya mengenai tiang gawang.

Seisi stadion berteriak "oooohhhhhh" kemudian meneriakkan nama Kevin. Tendangan gawang sudah dilakukan Anggoro yang mendapat bola langsung dijegal bersih oleh Karma, bola dikirim ke Pandit di sisi kanan, cepat sekali pemain satu ini, Suta mampu dilewati dengan step over kemudian melepaskan crossing. Bola mengarah ke Kevin Putra yang kemudian melakukan tendangan salto, overhead kick. Nyaris saja, beruntung bola melenceng tipis saja dari gawang.

Penonton makin meneriakkan nama Kevin, kami tertekan.

Anggoro melakukan kombinasi One Two dengan Luhur, kemudian mengirim umpan ke Sabda. Ia meliak liuk dipertahanan lawan, beberapa lawan berhasil dilewati, ada celah ia melakukan tendangan ke arah gawang, namun Arta lebih cepat memotong bola dengan lugas.

Arta seperti bukan Arta yang kukenal, dia terlihat berbeda. Garang dan sangat disiplin menjaga pertahanannya. Di bawah komandonya segala lini SMPN 80 sangat terorganisir, nyaris tanpa celah. Sepak pojok diambil Saleh, Indra menyongsong bola dan menang duel udara melawan bek lawan, bola menuju gawang, kiper tak mampu menjangkau karena terlampau keluar dari posnya, namun sedikit lagi bola melewati garis Arta muncul dan menghalau bola sambil menjatuhkan diri, Ia berteriak memarahi rekan - rekannya. Kami frustrasi.

Aku benar - benar seperti anak ayam kehilangan induknya dipertandingan itu, sering kali passingku gagal, dan yang terburuk beberapa kali bola terlepas dari kakiku. Entah kenapa pada pertandingan itu bola terasa sangat keras sekali, sehingga sulit aku kontrol. Aku sempat protes pada wasit untuk mengganti bola namun diacuhkan.

Akhirnya ada satu momen aku mendapat bola lepas dan berusaha mendrible ke dalam kotak penalti, namun dengan satu dorongan saja dari Arta aku sudah terguling - guling namun tidak dihitung pelanggaram karena aku kalah bodi.

Arta menunjukkan wajah mengejekku, penontonpun mentertawakanku yang seperti kebingungan. Beberapa menit kemudian decoy run dari Indra dan Sabda berhasil memancing pertahanan mereka keluar, aku berdiri bebas dan berhadapan dengan Arta, kakiku terasa membangkan dari pikiranku, mereka seolah tidak mau mengikuti keinginanku, kulihat sisi kosong dan melepas tendangan ke gawang, namun benar - benar tak bertenaga, seperti tendangan anak TK. Arta semakin mencibirku, matanya menyiratkan "Segitu saja kemampuanmu?"

Tim lawan semakin menguasai pertandingan, tinggal menunggu waktu saja sampai goal mereka hadir. Duet pertahanan kami Satya dan Ngurah berantakan oleh pergerakan Kevin. Lini tengah kami mati kutu di tangan Karma sang jangkar.

Sampai saat Siswanto playmaker berpengalaman mereka, salah satu pemain inti Perseden Denpasar U15 melepas umpan terobosan ke Kevin Putra yang kemudian dengan mudah menceploskan bola ke gawang Bayu Aji. Goal kami tertinggal 1-0. Entah kenapa waktu berjalan sangat lambat sekali. Menit ke 44 melalui sayap kiri mereka Kurniawan tim lawan menekan, Guntur bek kanan kami kewalahan, Kurniawan berhasil melepas Crossing bola disundul Rijayana dan mengarahkannya ke Kevin yang beridiri bebas, dengan tendangan voli yang spektakuler dia berhasil mencetak goal keduanya, 2-0.

Stadion semakin bergemuruh, semua meneriakkan nama Kevin dan yel yel SMPN 80 semakin membahana.
Babak pertama usai, kami masuk ke ruang ganti, sebelum masuk lorong sebuah tatapan sinis kuterima dari arah tribun suporter, Trisa menatapku sangat marah.

Beberapa wajah penonton terlihat menertawakanku, Aku berjalan menunduk. Suasana ruang ganti kami suram sekali, Pak Subandrio berusaha memotivasi kami, bahwa kami harus berjuang seperti tak akan pernah ada hari esok. Manajer kami Dina juga tak henti - hentinya menyemangati kami. Jan menutupi kepalaku dengan handuk basah untuk mendinginkan kepalaku, adem rasanya.

"Ayo Kak, masih ada babak kedua jangan loyolah !!!!"

"Awas ngga sampai nyetak goal, aku robohin tu pohon tempat kita nongkrong biar kerjaanmu ngga bengong aja disana, tapi lebih rajin latihan."

"Ayo Kak kita mesti juara nih, aku pengen tampangku dan kalian muncul di koran Bali Post, juara gitu kita, khan lumayan jadi famous."

Paling bisa itu anak, Aku yang tadinya sudah nyaris nyerah paling tidak kembali menemukan semangat.

Kutoyor pelan kepalanya dan kuacak acak rambutnya, dia memprotes namun kemudian nyengir, manis sekali. Dina datang padaku setelahnya tak banyak yang dia katakan padaku.

"Kak Yo, jangan pernah nunduk ya, kepalamu harus tetap tegak apapun hasilnya. Sekalipun kita ngga juara, tapi kamu tetep Sang juara buat Aku. Apa yang sudah kamu lakuin itu bener - bener spesial, aku selalu percaya sama kamu."

Semangatku mulai kembali ke tempat dimana seharusnya dia berada, beruntungnya aku ada dua malaikat cantik selalu mendukungku. Babak kedua dimulai, tim lawan masih menguasai jalannya pertandingan, namun kami juga ingin menang.

Perlahan skema kami sudah mulai membaik, pergerakan pemain juga mulai cair. Banyak peluang tim lawan melalui Kevin Putra, namun berhasil diselamatkan Bayu Aji. Sabda mulai menggila seakan ingin menciptakan panggungnya juga bahwa Ia tak kalah dengan Kevin Putra, beberapa kali dia berhasil membuat lawan kocar kacir, namun Ia selalu mati kutu di tangan Arta, dia memang monster.

Saling serang mewarnai jalannya pertandingan, riuh penonton membakar adrenalin kami.

Akhirnya kesalahan pertama Karma berhasil dimanfaatkan Anggoro untuk melepaskan bola padaku, Indra dan Sabda bergerak membelah, aku berlari lurus dan menghadapi tembok kuat bernama Arta.

Kufokuskan diri, Aku tak mau mengecewakan banyak orang, dengan step over Aku berusaha melewati Arta. Hampir saja dia membaca pergerakanku namun ada satu momen cepat aku melakukan gerakan ke kanan yang membuat aku berhasil melewatinya, sedikit lagi aku mampu melepaskan tembakan.

Namun dengan cepat Arta bisa kembali mengejarku, memang sungguh monster, Arta sedikit tertinggal dariku yang membuatku dapat melepaskan tendangan menyilang tepat ke sela kakinya, Kiper tak bergerak karena pandangannya tertutup badan Arta.

Bola meluncur ke gawang dan Goal, 2-1. Aku berlari memungut bola dalam gawang dan didorong oleh Arta yang tak ingin bola kuambil. Bola dilemparnya ke depan. Aku kembali ke garis tengah, tanganku mengayun ayun ke atas isyarat agar suporter kami lebih keras lagi meneriakkan dukungan, selanjutnya menunjuk ke arah suporter dan bench sebagai tanda "Ini buat kalian, kita masih bisa juara."

Arta tampak marah dan mengisyaratkan rekannya untuk menggempur kami habis - habisan. Dia juga berteriak pada pelatihnya untuk mengganti beberapa pemain.

Kami juga tak tinggal diam, beberapa pergantian pemain dilakukan Kristian menggantikan Saleh dan Bejo menggantikan Indra, Aku diplot lebih maju. Waktu tinggal sedikit lagi mereka diambang juara, dan kamipun tak ingin kalah begitu saja. Kevin Putra sangat berambisi mencetak hattrick sampai - sampai dia banyak membuang peluang karena tidak mau mengoper bola.

Sabda pun tak mau kalah, dia ingin membuktikan batas kemampuannya, memang rising star anak ini. Beberapa kali pemain bertahan lawan dihancurkannya. Pergerakannya meliak liuk di pertahanan lawan membuat dua pemain lawan bertabrakan, selanjutnya ia melepas umpan terobosan padaku. Aku terlepas hanya tampak kiper di depan sana, aku harus bergerak dengan cepat dan menyelesaikan ini, dengan begitu nafas kami bisa makin panjang.

Sebuah tarikan kuat terasa dipundak kiriku, kupercepat dribleku, dia terus mendesakku, dan memepetku dengan bodinya yang keras dan kuat bagai batu. Aku benar - benar kalah bodi dari monster yang bernama Arta ini, sejak kapan dia ada dibelakangku? Aku tak mau kalah, aku berusaha mendekati gawang secepat mungkin dan menemukan timing untuk melepas tendangan ke gawang.

Saat tubuhku tak kuat lagi menahan desakan dari Arta yang semakin kuat, aku melepaskan sebuah tendangan ke arah gawang, semua perasaan dan kepercayaan pelatih, rekan setim, suporter dan dua malaikat cantik kucurahkan pada tendangan itu, bola menggelinding pelan melewati kiper lawan, terus menggelinding dan melewati garis.
 
Terakhir diubah:
melewati garis di halau oleh penjaga gawang dan ternyata tidak goal ...
hehehe
 
ahhhhhh,,
melewati garis apa nih om...

motongnya pas banget, pas lg seru" nya.
kayak nonton bola iala dunia pas di ahir" pertandingan yang menentukan siap yang menang mlh mati lampu....


:semangat::semangat::semangat:
 
Maraton bacanya,keren sekali hu,sepertinya ceritanya bakal panjang gak hanya sampai smp sma,semoga tamat,dan updatenya gak nunggu lama
 
Tapi bola disapu bek lawan setelah melewati gari dan wasit tidak meniup peluit....
Tidak gol dan play on....
 
Maraton bacanya,keren sekali hu,sepertinya ceritanya bakal panjang gak hanya sampai smp sma,semoga tamat,dan updatenya gak nunggu lama
Niatnya sampai kerja dan dewasa hu, bakal panjang, makanya tiao chapter aye usahakan panjang dan sedetail mungkin, biar ngga ada yang tertinggal
Tapi bola disapu bek lawan setelah melewati gari dan wasit tidak meniup peluit....
Tidak gol dan play on....

:semangat::semangat::semangat::semangat:
yach.... jangan2...ini masih mimpi lagi....wkwkwkwkwk
Hahaha mimpi terus sampe tamat ya hu...
 
Bimabet
Part I -> Part II->VII gimana ceritanya hu, maaf interupt
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd