Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

The EX 02 - Chapter 17
Timeline : 2011 Maret

--POV Intan--

Hari ini aku jadwal masuk sore, jadi tak bisa membantu Tono di toko. Dan juga hari ini hari terakhir shift di minggu ini. Besok aku libur karena tukar shift dengan Ratna. Semoga saja Tono lancar mengerjakan skripsi nya. Jam menunjukkan pukul 6 malam waktu shift ku hari ini bersama dengan Ningsih. Entah kenapa dia hari ini seneng banget hawanya.
Intan : “kenapa kamu hari ini ning? Bawaan nya girang banget.”
Ningsih : “hehe, cerita gak ya...”
Intan : “kenapa-kenapa? Abis dapet warisan?”
Ningsih : “yee… pikirannya duit terus kamu Tan Tan.”
Intan : “lah terus apa?”
Ningsih : “hehe. Aku positif Tan. positif hamil. Hihi”
Intan : “wah… selamat Ning. dijaga, jangan di gas terus sama Indra lho.”
Ningsih : “iya lah namanya juga hamil muda masa di gas terus. Bisa keguguran aku.”
Intan : “ya kali aja kan si Indra gak bisa ngerem. Apalagi pengantin baru juga kalian kan.”
Ningsih : “udah dari kemarin-kemarin itu gak aku kasih jatah. Haha”
Intan : (Aduh bakalan gawat ini nanti minta jatah ke aku...) pikirku

Ningsih : “ngiri ya? Hehe. kalau dah nikah enak lho bisa ML tiap hari”
Intan : “haha enggak lah masa aku ngiri.” Ningsih gak tau aja kalau Indra sering minta jatah mantan ke aku.
Ningsih : “mangkanya Tan, cepetan nikah. Nunggu apa lagi sih?” sambil menepuk pundak ku.
Ningsih : “Tono kayaknya orangnya baik lho Tan, udah punya penghasilan juga kan kalian.”
Intan : “iya sih tapi dia belum lulus kuliah. Katanya mau selesaiin kuliahnya dulu baru ngelamar aku.”
Ningsih : “yaelah, kelamaan nanti keburu kamu dimainin lagi lho kayak yg udah udah.”
Intan : “iya di mainin ama mantan, termasuk suami mu. Hahaha”
Ningsih : “yee kalau itu sih emang jodohku aja mampir bentar di kamu Tan.”

Intan : “iya deh iya, semoga lancar sampai hari H ya Ning. kamu mau ngelahirin disini juga kan ya?”
Ningsih : “iya lah kan dapet potongan kalau pegawai sini. Hehe”
Intan : “ih kalau aku gak ya. Ogah nanti vaginaku di obok obok kalian. Haha”
Ningsih : “mau lahiran di Surabaya ya? Ngikut Tono?”
Intan : “iya lah. Ngikut suami. Hehe. eh Ningsih, keliling yuk, nge cek in pasien.”
Ningsih : “ayo Tan. biar cepet kalau berdua.”

Ningsih : “Tan Tan… tau gak gosip baru?”
Intan : “apa nih?”
Ningsih : “itu Tan, kamu besok kan tukar shift sama Ratna, tau gak, dia mau liburan ke Bali sama dr.Danu.”
Intan : “hah? Beneran?”
Ningsih : “iya beneran Tan. 3 hari juga.”
Intan : “itu liburan apa mau bikin anak jangan-jangan. Hahaha”
Ningsih : “suka bener loh kalau ngomong. Haha”
Intan : “ya habisnya aku pernah nge gep langsung sih mereka berbuat di ruang prakteknya dr.Danu”
Ningsih : “iya keliatan banget kan ya. Hahaha ”

Intan : “terus istrinya dr.Danu gimana ya? Gak curiga apa sama mereka?”
Ningsih : “gak tau juga sih kalau ini Tan. lagian dr.Danu kan istrinya udah usia. Dah 60 juga seumuran sama dr.Danu.”
Intan : “hahaha, dah kisut ya. Mangkanya cari yang mudaan. Dasar laki-laki tetep aja mau usia berapapun.”
Ningsih : “aku tuh ya, khawatirnya si Ratna cuma manfaatin dr.Danu doang buat dapet duitnya.”
Intan : “iya lah apalagi coba kalau gak urusan duit. Masa iya Ratna yang masih seumuran kita mau sama yang jauh lebih tua kalau gak urusan duit kan.”
Ningsih : “bener. Itu katanya sih, katanya, dibeliin sawah kaplingan.”
Intan : “waaahh… istrinya dr.Danu masa beneran kagak tau sih ini skandal suaminya.”
Ningsing : “palingan juga tau cuma gak bisa apa-apa kan udah tabiat suaminya gitu Tan.”

Intan : “terus ke Bali alesan apa mereka?”
Ningsih : “seminar. Hahahaha”
Intan : “pantesan… bisa aja ya cari alesannya.”
Ningsih : “iya tuh. Hahaha. Aku sih penasaran juga, emang dr.Danu masih kuat apa ya?”
Intan : “kuat apa nih?”
Ningsih : “itu… begituan… kan udah tua juga.”
Intan : “aduh kalau ini aku gak tau deh ning. Hehe gak bisa komen. Kali aja masih kuat kan.”
Ningsih : “haha. Ah udah yuk ghibah terus kita.”

Aku dan Ningsih melanjutkan jaga shift. Nampaknya semua aman aman saja sampai akhirnya kami tukar shift selanjutnya dan aku kembali pulang kerumah. Besok pagi jam 5 aku berniat ke Toko membantu si Tono. Aku sampai dirumah sekitar jam 12 malam. Rumah sudah gelap seperti biasanya. Aku juga masuk lewat pintu samping langsung ke kamar ku. Untungnya malam ini si Hasan sudah tidur juga.

Sedikit flashback, 2 hari lalu Hasan memperkosaku. Sejak saat itu aku merasa ada keanehan dalam diriku sendiri. Terkadang, aku tak ingin dia berbuat seperti itu. Seperti aku tak bisa mengendalikan adik ku sendiri. Pastinya akan gawat kalau sampai-sampai aku kebobolan. Ditambah lagi kenangan buruk yang pernah kualami dulu. Membayangkan itu saja sudah cukup membuatku merinding. Tapi disisi lain, entah kenapa aku seperti ingin didominasi lagi.

Dulu pernah aku jatuh dalam pelukan mantan yang sangat-sangat mengontrol diriku. Sambil duduk di atas kasur dan scrolling galeri FB, aku mengingat-ingat kembali masa lalu ku dengan mantanku yang bernama Dwi. Mantan ku Dwi ini memang terlalu dominan sampai membuatku jadi pasangan yang submisif. Entah karena rasa sayangku kepadanya, atau rasa terimakasih ku karena dia menolongku saat aku kebingungan. Dwi yang membantu ku dulu saat aku hamil anak hasil pemerkosaan kala itu. Ataukah memang aku yang ingin diperbudak lagi. Apakah jiwa submisif ku kembali muncul.

Dulu Dwi rasanya punya kendali penuh terhadap diriku. Entah kenapa aku bisa menurut saja dengan dia. Bahkan ketika dia menjualku ke teman-temannya, aku pun tak melawan dan menurutinya. Ya, aku pernah dijual oleh Dwi beberapa kali sebelum dia menghilang dan meninggalkanku begitu saja. Beberapa rekaman video juga masih kusimpan di galeri FB ku. Itu juga atas permintaannya. Ku buka lagi galeri ku yang sudah ki hidden ini sambil mengenang masa laluku. Sampai sekarang, aku tak sanggup untuk menghapus ini semua. Aku juga belum cerita tentang ini ke siapapun termasuk Tono.

Sambil ku ingat-ingat lagi kejadian kala itu, ku putar beberapa video pendek yang masih tersimpan di galeri ku secara random. Video yang kuputar sekarang ini kejadian ketika aku harus memuaskan 2 orang di dalam hutan sedangkan Dwi hanya merekam. Di dalam video itu aku sedang berbaring beralaskan rumput sambil digenjot 1 orang dalam posisi misionaris sedangkan tanganku dipegang oleh orang satunya lagi. Anehnya raut muka ku saat itu seperti menikmati. Dwi hanya tertawa saja melihatku demikian sambil terus merekam.

Aku bahkan tak mengenal siapa 2 orang yang sedang kulayani saat itu. Yang ku tahu mereka hanyalah teman dari Dwi. yang kuingat setelah video ini, mereka berdua berkali-kali bergantian menyetubuhiku. Sampai kondom yang mereka bawa habis dan mereka puas lalu membayar Dwi. Setelah itu giliran Dwi yang menikmatiku ketika aku sudah kelelahan. Fetish nya dia memang ingin menikmati pacarnya yang sudah tak berdaya lagi.

Ku buka lagi video lainnya. Kali ini aku ingat, saat itu aku harus melayani 1 orang di hotel daerah pandaan. Entah kenapa mengingat ini semua membuat nafsuku naik. Aku yang sedari tadi belum melepas baju dinas ku, mulai kubuka kancing baju lalu tangan kiriku masuk kedalam bra dan meremas-remas payudaraku sendiri.
Intan : “mmmhhh…. Mmmmhhhh…. Mmmhhh….” aku pun memejamkan mata dan membayangkan kejadian waktu itu. Nafsuku makin naik dan perlahan aku membuka pakaian ku 1 per 1 sampai akhirnya pakaian ku tak karuan.

Hape ku sudah kuletakkan dan sekarang aku terhanyut dalam fantasi ku. Sambil membayangkan masa lalu, aku mulai merangsang tubuhku sendiri. Tangan kananku meremas-remas payudaraku dan tangan kiri ku mulai meraba kemaluanku.
Intan : “mmmhh...mmmhhh...ahs….mmmmmmhhh...” jariku tengahku mulai masuk kedalam dan mengocok kemaluanku sendiri. Membayangkan beberapa penis pria yang tak kukenal bergantian masuk menusuk kedalam.
Intan : “eihs...ahhs...ahhss….nggggh...” tak kusadari kocokan jari ku semakin cepat dan remasan ku dipayudaraku sendiri juga semakin kuat yang akhirnya membuatku meraih orgasme. Aku pun mengejan-ngejan diatas kasur, vagina ku berkedut-kedut sambil memuncratkan cairannya. Sampai akhirnya aku kelelahan dan tertidur begitu saja.

--keesokan paginya--
Aku terbangung karena suara alarm ku seperti biasa nya. Segera aku mandi dan berangkat ke Toko untuk membantu Tono. Hari ini sudah ku niatkan untuk seharian membantu Tono dan aku ingin mengejutkannya juga. Hari ini aku kaos biasa ditutupi luaran jaket jumper dan celana jeans tanpa mengenakan jilbab seperti biasanya. Karena bakalan gerah dan berkeringat kalau panas nanti. Aku juga ingin membantu menata bagian gudang. Bakalan ribet nanti, belum lagi kena debu. Semoga Tono kaget dengan penampilanku hari ini. Setelah pamit ke ibu, aku segera berangkat ke Toko dan sampai disana sekitar setengah 6 pagi.

Sesampaiku di Toko, aku hanya bertemu Eko disana.
Intan : “Eko… mas Tono kemana? Kok gak kelihatan.”
Eko : “mas Tono lagi keluar mbak katanya nganter barang sebentar.”
Intan : “oh ya udah kalau gitu, kok gak ngabarin aku dulu tadi. Yuk Ko, aku bantuin tata barang.” setelah aku menaruh tas di meja, aku membantu Eko merestock barang. Toko Tono dan Ramdan ini lumayan laris dan banyak pelanggannya. Yang sering habis minyak goreng dan beras karena harga yang dijual jauh lebih murah berkat koneksi Ramdan. Jadi harga juga cukup bersaing.

Aku melihat di tempat display depan, bagian sabun cuci juga mulai kosong.
Intan : “ko sabun colek ini tolong bawa ke depan ya, terus di tata di tempat biasa.”
Eko : “iya mbak” sambil melihat-lihat gudang dan memikirkan kira-kira apa yang bisa dibawa untuk dipajang kedepan. Sampai akhirnya aku melihat celana dalam ku yang hilang kemarin di sudut gudang. Aku cukup kaget dan bertanya-tanya ini masa Tono yang ambil. Kalau Tono buat apa. Karena ini celana dalam juga bukan yang sedang aku pakai saat bersetubuh dengannya jadi tidak mungkin juga ini dilempar sampai sini.

Celana dalam ku yang hilang ini juga sudah sangat kotor tapi segera ku masukkan saja ke dalam kantong celanaku. Sambil duduk di kursi depan aku berpikir, jangan-jangan si Eko yang diam-diam ambil kemarin. Karena tasku yang berisi pakaian ganti juga ku tinggalkan di Toko saat itu. Masa iya Eko berani, apa Eko menggunakan celana dalam ku ini buat pelampiasan nafsunya. Tapi cuma Eko saat itu yang ada di toko dan cuma dia yang tinggal disini. Apa dia diam-diam tertarik kepadaku. Ah pikiran ku semakin menduga-duga. Wajar saja, dia juga laki-laki normal yang bisa tertarik ke lawan jenis. Hmmm… apa aku godain aja ya mumpung Tono juga belum datang. Untuk membuktikan apa benar semua dugaan ku ini.

Entah kenapa aku dapat ide kali ini. Aku meminta Eko membantuku mengubah letak barang di gudang. Karena gerah juga sedari tadi aku mondar-mandir angkat barang, akhirnya aku lepas jaket ku dan mengenakan kaos saja sekarang. Aku penasaran apakah Eko akan mencuri-curi pandang ke celah di kerah bajuku nanti karena kaos yang kukenakan sudah sangat longgar. Maklum saja kaos lama.
Intan : “ko sini ko, bantuin angkat beras ini pindahin ke pojok sana.” sambil aku jongkok untuk mengangkat karung berasnya.
Eko : “biar saja saja mbak yang pindahin.”
Intan : “ah gak apa ko biar cepet aku bantuin.” akhirnya berdua aku memindahkan karung beras ke sisi yang lebih kedepan. Seperti dugaanku, Eko mencuri-curi pandang ke arah kerah bajuku dan mengintip belahan payudaraku. Memang mana ada kucing yang menolak kalau di beri ikan.

Dugaan ku sepertinya benar, Eko yang mencuri celana dalamku. Karena terlalu kelihatan kalau sedang memandang ke arah payudaraku, aku coba sedikit menghardiknya.
Intan : “hayo… liat apaan matanya?” sambil kuangkat kerah kaosku untuk menutupi payudaraku.
Eko : “eh… enggak mbak.. Maaf mbak...” Eko nampak malu kepergok sedang curi-curi pandang.
Intan : “haha, ketahuan curi-curi pandang. Mangkanya cari pacar ko.”
Eko : “emang kalau sudah punya pacar bisa gitu mbak bebas ngelihatin?”
Intan : “ya tergantung pacarmu mau apa enggak. Haha. emang udah punya pacar?”
Eko : “hehe gitu ya mbak. Belum sih mbak, gak berani saya pacaran. Saya orang gak punya apa-apa gini mbak.”
Intan : “halah, gak usah minder gitu ko, masih banyak cewek yang gak mandang harta.”
Eko : “oh gitu ya mbak.”

Intan : “eh ko, aku pegel nih, bisa pijitin pundak ku bentar gak?”
Eko : “mbak Intan sih dibilangin biar saya aja yang angkat-angkat tadi.”
Entah kenapa aku ingin godain Eko lagi. Aku menyuruhnya memijat pundak ku agar dia bisa menyentuh tubuhku.
Intan : “sini ko.” aku duduk di kursi yang ada di depan. Tempat biasanya Tono duduk sambil mengerjakan skripsi. Eko langsung memijat pundakku, serasa kontras kulitku yang putih ini dipijat tangan nya yang hitam legam.
Eko : “udah mbak nanti saya aja yang angkat-angkat. Bu bos kok ikutan ngangkatin.”
Intan : “yeee… meremehkan ya.”
Eko : “ya bukan gitu mbak, daripada pegel pegel kan.”
Intan : “kalau pegel kan tinggal minta tolong kamu pijitin ko.”
Eko : “siap deh mbak.”

Intan : “mas Tono lama amat ya gak balik-balik, sudah hampir jam 7 padahal.”
Eko : “kurang tau saya mbak. Mampir rumah mas Ramdan mungkin.”
Intan : “oh ya udah.” sambil tetap dipijat Eko, aku nge chat Tono.
Intan : “ping!”
Intan : “yank, dimana? Aku di toko nih.” tapi Tono tak menjawab, mungkin dia sedang dalam perjalanan. Eko nampaknya kembali melirik ke dalam celah kerah kaos ku yang memang kali ini sengaja aku turunkan. Apalagi saat Eko memijat pundakku membuatnya sedikit terbuka. Tangannya yang kasar menyentuh langsung kulitku yang halus ini.

Eko : “mbak mbak, kalau mbak pacaran sama mas Tono gitu ngapain aja sih mbak?”
Intan : “yeee… mau tau aja nih.”
Eko : “ya kan saya belum pernah pacaran mbak?”
Intan : “emang kamu sekarang usia berapa ko?”
Eko : “19 mbak.”
Intan : “sekalipun belum pernah pacaran?”
Eko : “iya mbak, gak berani saya, apalagi saya kan begini mbak. Gak punya apa-apa, tampang juga pas pas an.”
Intan : “biasanya kan seumuran kamu gini udah disuruh nikah. Hahaha”
Eko : “siapa juga yang mau nyuruh saya nikah mbak, orang tua juga gak ada disini. Saya juga tinggalnya numpang di toko mas Tono. lagian mau di kasih makan apa istri saya nanti mbak.”

Intan : “kasih makan ini… hahaha” aku langsung balik badan dan menggenggam penisnya. Eko nampak kaget karena tiba-tiba aku menggenggam penisnya. Sebenarnya aku juga kaget, penisnya sudah tegang banget dan cukup panjang.
Eko : “eh… mbak...”
Intan : “haha bercanda ko. Kok tegang banget ini. Hayo ngaceng gara-gara mijitin aku ya?”
Eko : “eh, enggak mbak… maaf mbak...” Eko nampaknya kembali kikuk dan aku melepaskan cengkraman ku di penisnya sambil tertawa.
Intan : “belum pernah pegang cewek nih jadinya gampang ngaceng ya kamu?”
Eko : “ya bukan gitu sih mbak. Aku juga memang belum pernah sih.”
Intan : “dasar, perjaka. Mangkanya banyakin teman cewek.”
Eko : “duh, takut gak tahan aku mbak.” kepolosannya membuatku tertawa.

Intan : “ko, ikut aku bentar.” aku mengajak Eko kembali ke area gudang. Eko pun mengikutiku dari belakang. Aku berjalan ke sudut gudang tempatku menemukan celana dalam ku tadi. Lalu kembali aku cengkeram penis Eko yang masih berada di dalam celananya sambil tersenyum nakal.
Eko : “eh mbak...mbak...”
Intan : “hihi… masih tegang aja nih...”
Eko : “mbak… mbak… ngapain mbak...” aku melepaskan cengkraman ku dan mengeluarkan cd yang kutemukan tadi.
Intan : “ini celana dalam ku kemarin sempat hilang, aku temuin disini, kamu kan yang ambil ko?”
Eko : “eh... i… iya mbak...” dia tampak ketakutan sampai akhirnya mengaku.

Intan : “kamu ini, nyuri cd ku buat coli ya?” Eko hanya terdiam malu. Sampai akhirnya aku cengkeram lagi penisnya.
Eko : “ii… iya mbak.. Maaf ya mbak… jangan lapor ke mas Tono… nanti saya di pecat mbak...”
Intan : “haha enggak, aku gak lapor kok.”
Eko : “makasih mbak… makasih…”
Intan : “tapi...”
Eko : “tapi apa mbak?”
Intan : “aku pengen tahu seberapa besar punya mu.” aku mendekat dan mengecup pipinya lalu jongkok di depannya sambil membuka zipper celana Eko. Aku terkejut ketika melihat penisnya yang sudah terbebas dari dalam celana dan terpampang di depan muka ku. Penis yang masih ada di genggaman ku ini mengingatkanku pada ukuran penis warga desa tempatku PKL dulu. Jempol dan jari telunjuk tangan ku tak bisa saling bersentuhan karena diameter penisnya yang cukup besar.
Intan : “gede juga ya punya mu, gak sakit nih kalau tegang? Celana mu pasti sempit tuh.” tanganku mulai mengocoknya pelan.
Eko : “duh mbak.. Mbak...” Eko nampak makin panik sepertinya dia takut ketahuan.
Intan : “udah gak usah takut ko, gak ada siapa-siapa ini. Nikmatin aja.” aku mulai menjilat kepala penisnya lalu ku pejamkan mata ku dan mengulum penisnya.
Intan : “mmmhhh… mmmhhh...mmmmppphhh...” mulutku bahkan tak mampu menampung semua penisnya karena terlalu panjang. Masih tersisa seukuran genggaman tanganku.
Eko : “ohs… mbak… ohs… ohs...”

Aku mengulum penisnya cukup lama, sampai hampir pegal mulutku rasanya. Kocokan tangan ku juga semakin kupercepat. Aku juga semakin tak tahan sebenarnya ingin memasukkan batang besar ini ke kemaluanku. Area bawahku sendiri sudah basah dan berkedut-kedut. Kalau dia bisa bertahan lebih lama lagi, mungkin aku akan lepas kendali dan menginginkannya menyetubuhiku sekarang.
Intan : “tahan lama banget sih kamu... kalau mau keluar... keluarin aja ko...” tangan ku tak berhenti mengocok penisnya.
Eko : “ohs… iya mbak… dikit lagi...” kedua tangan Eko memegang kepalaku dan menarik ke arah penisnya. Kepala penisnya kembali menyentuh bibirku. Nampaknya dia ingin aku melanjutkannya.

Intan : “mmmmppfftt...mmmfffftt...mmmpppfttt….oorrghhhs...” Eko menekan-nekan kuat penisnya didalam mulutku sampai kedalam tenggorokanku membuatku tersedak. Tapi dia tetap menjejalkan penisnya. Kini Eko tak lagi pasif, mulutku seperti sedang diperkosa oleh penis besarnya ini. Eko terus menjejalkan penisnya sampai bibirku sekarang menempel erat di pangkal penisnya. Aku yang kesusahan bernafas berusaha mendorong pahanya.
Eko : “ohs… mbak...” sampai akhirnya Eko ejakulasi, beberapa semprotan spermanya masuk didalam mulutku dan muncrat di wajahku karena aku berhasil mendorong pahanya yang membuat penisnya tercabut dari dalam. Aku diam saja menikmati semburan sperma di muka ku. Eko yang sudah terpuaskan akhirnya terduduk didepanku. Kami berdua sama-sama kehabisan energi.

Intan : “heftt… banyak banget ko keluarnya... hihi enak ya?”
Eko : “mbak juga sih… duh mbak aku takut ketahuan mas Tono nih.”
Intan : “udah, kalau kamu gak bilang, aku juga gak bakal bilang sih.” Eko pun terdiam seperti masih punya perasaan bersalah.
Intan : “dah ya ko, aku mau ambil tisu dulu nih, kamu keluarin banyak banget di muka ku.” aku pun berjalan ke depan mengambil tisu basah di dalam tasku. Tapi ternyata di toko ada pembeli yang membuatku kaget.

Intan : “eh koh Liem… butuh apa koh? Eko… ini bantuin koh Liem belanja.” aku panggil Eko yang masih berada di gudang belakang. Aku langsung mengambil tisu basah dan berlari kebelakang, berharap tadi koh Liem gak melihat ada yang aneh di muka ku. Setelah aku yakin bersih, aku kembali kedepan membantu Eko.
Intan : “beli apa aja nih koh?”
Koh Liem : “ini Tan… mau beli perlengkapan bayi sama beras.”
Intan : “oh ya koh, sini aku bantuin juga.”

Koh Liem ini tetangga toko Tono, dia jual material bangunan di sebelah. Koh Liem ini berumur 50th dan istrinya (Cik Mira 45th) dia baru saja dikaruniai anak. Minggu ini harusnya sudah masuk ke rumah sakit bersalin tempatku kerja. Agak kasihan sebenarnya, sudah usia tapi baru diberi anak.
Intan : “istrinya kapan masuk ke rumah sakit koh? Besok ya?”
Koh Liem : “iya Tan, besok ni mangkanya mau siap-siap dulu kebutuhan dirumah sama besok. Eh ko sekalian minyak goreng sama handuk ya. Minyak telon juga.” Eko pun mengambilkan pesanan yang koh Liem.
Koh Liem : “udah ini aja, berapa ko?”
Eko : “yang ngitung biar mbak Intan aja ya koh.”
Intan : “iya koh saya aja yang ngitungin, nanti biar barang-barangnya di anter Eko ke tokonya koh Liem ya.”

Koh Liem : “Tan, kamu kan bidan ya. Bisa bantuin mandiin bayi gak?”
Intan : “bisa koh, asal biayanya cocok ya. Hehe”
Koh Liem : “ya udah nanti setelah keluar dari RS, bantuin saya ya. Saya bayar buat sebulan gimana? Soalnya saya sama istri masih takut-takut ini, maklum lah anak pertama.”
Intan : “bisa koh bisa, nanti pagi-pagi sebelum saya dinas sama sore setelah pulang dinas saya kesana. Tapi gak pasti jam nya ya koh, soalnya shift-shiftan masih.”
Koh Liem : “iya gak apa apa Tan. ya sudah makasih ya.”
Intan : “makasih juga koh udah belanja disini. Eko bantuin bawa kesana ya.”
Eko : “siap mbak.”

Tak lama kemudian Tono datang.
Intan : “kemana aja yank?” kulihat sudah jam 8:30 pagi.
Tono : “ini nganter barang sama sekalian sarapan tadi.”
Intan : “oh pantes lama. Tau gitu aku bikinin sarapan tadi. Oh ya, tadi baru ada pembeli 1 nih koh Liem.”
Tono : “ok yank, kan kamu semalam baru pulang jam 12 masa iya aku suruh masak.”
Intan : “gak apa biar hemat. Udah sekarang biar aku aja yang jaga toko, kamu duduk sini lanjutin skripsinya ya.”
Tono : “iya deh iya...” aku memaksanya untuk segera mengerjakan skripsi, kalau gak begini dia bakalan malas-malasan seperti biasanya. Aku tahu memang agak berat tapi tetap harus dikerjakan. Kalau tidak, Tono tidak akan lulus-lulus dan akhirnya aku sendiri yang gak nikah-nikah.



----------
credit to : @Manic_attack , @hjaika , @dudewhy
 
Yeesss....
Finally, yg ditunggu akhirnya Chroottss juga...
Makasih update nya suhuu....
Nunggu Intan didominasi Eko...
Nerd become wild....

:mantap: :konak:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd