Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

Suka banget ceritanya, demen bayangin mantan gw kya gtu soalny. Atau temen cewek² yg pernah gw pake aslinya gtu.
Mantep bgt pengalamnnya
 
halo suhu semua. mohon maaf telat update. hehe
ada urusan mendadak kemarin.
sepupu nya bini meninggal jadi ya pulkam dadakan.
sekali lagi mohon maaf telat update.
:ampun:
 
The EX 02 - Chapter 18
Timeline : 2011 Maret
Hari yang sama dengan Chapter 17

--POV Eko--

Namaku Eko, mungkin aku termasuk orang yang tak tahu diri. Bagaimana tidak, aku pernah mencuri celana dalam dari pacar bos ku. Jujur saja, aku juga terpesona dengan mbak Intan. Dia begitu cantik dan supel, mudah akrab dengan semua orang. Bahkan sebelum aku bekerja di toko ini, sering aku curi-curi pandang kepadanya. Jarang sekali di area pasar ini ada cewek yang secantik dia.

Saat aku masih jadi kuli panggul lepas yang tak tentu penghasilan di pasar ini, mas Ramdan dan mas Tono sering menyuruhku untuk bongkar muat barang. Disaat itulah aku mulai kenal akrab dengan mereka dan mereka mempekerjakan ku disini. Gaji yang kudapat juga sangat mending daripada saat jadi buruh lepas. Aku bisa mendapatkan gaji 300 ribu per bulan ditambah aku juga mendapatkan tempat tinggal gratis. Mereka mengizinkan ku tidur di toko ini.

Dengan bekerja disini, semakin sering aku bisa berinteraksi dengan mbak Intan. Orangnya yang ceplas ceplos dan suka bercanda membuatku semakin terpesona. Andai mbak Intan bukan pacar mas Tono, mungkin aku sudah berusaha mendekatinya. Tapi apa daya, aku hanya orang putus sekolah yang kerja serabutan. Ditambah lagi, aku seperti hutang budi dengan mas Tono. kalau bukan karena dia mungkin sekarang aku masih tidur di pelataran toko dan terkadang tidak makan karena tak punya uang.

Sampai suatu ketika, aku memergoki mas Tono dan mbak Intan sedang berhubungan sex di gudang. Saat itu aku mengintip mereka dari sisi tumpukan barang dan gudang yang agak gelap cukup aman untuk ku bersembunyi. Meski demikian, cukup buatku untuk melihat jelas lekuk tubuh mbak Intan. Suatu hal yang membuatku penasaran dari dulu adalah payudaranya yang cukup besar itu dan sekarang aku bisa melihatnya sedang bergoyang-goyang dan diremas-remas mas Tono.

Setelah saat itu aku semakin tak tahan rasanya dengan kemolekan tubuh mbak Intan. Terkadang sering aku mengintipnya diam-diam saat dia mandi di Toko. Bahkan mbak Intan sudah jadi objek onani ku setiap hari dan akhirnya aku nekat mencuri celana dalam yang dia tinggalkan di dalam tasnya. Keberanian ku hanya sebatas itu saja. Celana dalamnya sering ku gunakan untuk mengocok batangku sambil kubayangkan bagaimana kalau aku yang diposisi mas Tono. Ingin rasanya kujejalkan batangku ini ke dalam kemaluannya sambil meremas-remas payudaranya yang besar itu.

Sampai akhirnya tadi pagi mbak Intan menemukan cd nya yang sering aku pakai onani. Padahal sudah aku sembunyikan di tempat yang mungkin tidak dapat dia temukan. Untung saja mbak Intan tidak marah. Tetapi malah memberikan ku kenikmatan di pagi hari. Meski aku juga takut ketahuan orang. Tapi masa iya rejeki aku tolak. Aku tak menyangka pagi ini batangku merasakan kelembutan bibir mbak Intan. Sepertinya, mbak Intan tidak akan menolak bila aku minta lebih dari sekedar blowjob dan sekarang aku rasanya akan lebih berani lagi untuk menggodanya. Tentunya tanpa sepengetahuan mas Tono.

Eko : “sini mbak aku bantuin, aku aja yang ngangkatin barang.” aku yang melihat mbak Intan sedang memindahkan barang segera membantunya.
Intan : “makasih ko.” sambil curi-curi kesempatan aku memegang tangannya saat mengangkat barang berdua. Mbak intan hanya tersenyum genit penuh arti kearahku. Sudah jam 6 sore jadi sudah waktunya untuk menata beberapa barang. Hari ini otak ku membayangkan hal-hal yang ingin kulakukan dengan mbak Intan. Bisa dibilang sepanjang hari rasanya penis ku tegang terus.

Aku melihat mbak Intan menata di rak atas yang membuat kaos nya tersingkap sehingga menampakkan perutnya yang putih mulus itu membuatku gemas. Ku colek saja pinggangnya dan dia pun terkejut.
Intan : “eh… ko… ssstt… jangan usil deh. Gak takut kamu dilihat mas Tono?”
Eko : “hehe maaf mbak… bercanda. Mas Tono lagi ke toilet tuh.”
Intan : “berani ya sekarang, kalau ketahuan nanti dipecat lho kamu. Hahaha”
Eko : “hehe ya mbak sih. Bikin gak tahan aja.”
Intan : “sssttt.. Udah udah… bantuin nih biar cepet selesai.”
Eko : “siap mbak.”

Saat membantunya, aku masih sesekali curi-curi kesempatan. Seperti menggesek penisku yang masih tegang maksimal ini di pantat montok mbak Intan. Mbak Intan juga sedikit tersentak ketika aku melakukan ini.
Intan : “aish… ko… nanti dilihat mas Tono lho… masih tegang aja kamu nih...” aku hanya tersenyum-senyum sendiri. Mbak Intan celingak-celinguk seperti takut ketahuan. Untungnya mas Tono tidak ada.
Intan : “udah ya ko. Nanti malam deh, habis mas Tono pulang, aku kesini lagi.”
Eko : “iya mbak aku tungguin ya. Jam berapa nih?”
Intan : “suka-suka aku. Nanti jam berapa. Kalau kamu ketiduran ya udah aku balik lagi.”
Eko : “iya deh mbak.” sambil kuraba pantatnya.
Intan : “aish… ko...” tangan ku di tepuk.

Tono : “udah selesai belum yank? Sini aku bantuin.” mas Tono datang dan membantu kami disini membuatku jadi tak bisa menyentuh mbak Intan lagi.
Intan : “eh yank, ini dikit lagi. Skripsimu gimana?”
Tono: “udah nih tinggal tunggu balesan dosen.”
Intan : “nah gitu dong. Mmmuuah...” mbak Intan mencium bibir mas Tono didepanku.
Tono : “heh, nyium didepan Eko gak malu? Haha”
Intan : “biarin aja. Cium pacar sendiri ini. Hehe”
Tono : “ya udah yuk abis ini makan malam.”
Intan : “ayo yank. Eko, nitip lanjutin beresin ya.”
Eko : “siap mbak. Mas Tono ini saya yang lanjutin aja.”
Tono : “ya udah kalau gitu nitip beresin ya ko.”
Akhirnya mas Tono dan mbak Intan pergi. Aku lanjut membereskan barang dan membersihkan toko. Sambil menunggu nanti malam, apa benar mbak Intan mau datang lagi ke toko malam-malam. Semoga saja benar dan aku bisa menuntaskan nafsuku yang sudah menumpuk seharian ini. Aku bahkan sampai lupa diri dan seharusnya aku tak boleh seperti ini. Seperti tak menghargai mas Tono yang sudah banyak membantuku. Tapi kalau mbak Intan nya sendiri seperti ini juga siapa yang bisa menolak. Dia sangat cantik untuk orang selevel aku yang tidak jelas ini.

Apakah mbak Intan memang seperti ini? Apakah dia memang cewek yang gampangan? Apakah mas Tono tahu kelakuan mbak Intan? Tiba-tiba pertanyaan ini muncul disaat aku sedang menikmati malam sambil merokok di depan toko. Kalau misal memang benar kelakuan mbak Intan seperti ini, kira-kira siapa saja yang sudah menikmatinya ya. Rasanya bidadari seperti dia banyak yang menginginkannya juga. Tak terasa aku melamun sampai jam 9 malam dan mbak Intan belum kesini juga. Aku putuskan untuk masuk kedalam dan mengunci rolling door. Rasanya ini semua hanya khayalanku saja, tak mungkin wanita secantik mbak Intan mau bermain denganku lagi. Aku anggap saja yang tadi pagi rejeki yang gak akan terulang lagi begitu saja. Kalau memang mbak Intan tidak ke toko seperti janjinya maka besok aku anggap sudah tak ada apa-apa dan kembali seperti biasa.

Kalau ku ingat-ingat lagi kejadian pagi tadi rasanya sungguh-sungguh tak mungkin kulupakan. Bibir lembutnya mencium penisku dan aku bisa melesakkan nya kedalam mulutnya. Sambil merokok kulanjutkan untuk menghayalkan kejadian tadi yang membuat penisku tegang kembali. Tapi tak lama kemudian ada suara motor berhenti di depan toko. Aku kembali membuka rolling door toko.

Eko : “eh mbak beneran kesini lagi.”
Intan : “iya dong kan sudah janji. Kamu sudah makan belum? Ini aku bawain nasi padang.” mbak Intan beneran datang kembali sekitar jam 10 malam. Dia sudah mengenakan pakaian kerjanya. Kulihat di sekitar juga masih agak ramai. Ini membuatku sedikit was-was takut ketahuan.
Eko : “makasih mbak. Shift malam nih?”
Intan : “iya nih.” mbak intan masuk gitu saja kedalam toko.
Eko : “mbak, motornya mau dimasukin?”
Intan : “boleh ko, masukin aja.” aku langsung memasukkan motornya ke dalam dan menutup kembali rolling doornya. Aku melihat mbak Intan berjalan perlahan ke belakang, kearah gudang setelah menaruh tas nya di meja kasir depan. Seakan memancingku untuk membekapnya dari belakang. Ditambah lagi suasana mendukung, pencahayaan dalam toko kalau malam remang-remang karena tak semua lampu aku nyalakan.

Aku berjalan dibelakang mengikutinya, lalu memeluknya.
Intan : “eh ko… main peluk aja belum ijin. Mana bau kamu nih belum mandi ya?”
Eko : “udah gak tahan nih mbak Intan… mana kamu wangi banget mbak malam ini.”
Intan : “kalau lagi berdua gini gak usah panggil mbak biar gak canggung. Panggil Intan aja ya.” tampaknya mbak Intan memang memberiku kesempatan karena dia tak melawan saat tangan ku mulai menggerayangi payudaranya. Aku pun mendorongnya ke arah gudang dan aku memepetnya ke area tumpukan karung beras sampai Intan tertunduk berpegangan. Aku mulai menciumi area punggung dan tanganku mulai meremas-remas payudaranya sambil perlahan kubuka kancing bajunya. Wangi tubuhnya semakin membuatku terhanyut.

Intan balik badan setelah aku buka semua kancing baju seragamnya. Nampak jelas payudaranya yang masih terbungkus bra dan kulitnya yang mulus ini.
Intan : “ish… sudah gak sabar ya? Burungmu tuh dari tadi nekan-nekan pantatku.” memang sedari tadi aku sudah tidak sabar lagi dan menekan-nekan penisku ke belahan pantatnya.
Eko : “hehe… maaf mbak… gak tahan...”
Intan : “ssstt… masih panggil mbak. Emang nya aku mbak mu apa. Haha. panggil Intan ya.”
Eko : “iya deh Intan yang cantik...”
Intan : “nah gitu dong… mmmmmmhhhh….” Intan memejamkan matanya dan mulai menciumku. Dia tidak segan-segan menciumku padahal mulutku masih bau rokok. Lidahnya mulai bermain mencoba masuk ke dalam mulutku. Dan akhirnya kami pun berciuman panas sambil aku kembali meremas-remas payudaranya.

Eko : “tan… aku buka ya...” dia hanya mengangguk sambil menggigit bibirnya. Rasanya Intan juga sudah terhanyut dalam nafsu. Akhirnya aku membuka jilbab, baju luar, dan bra nya yang membuat tubuh bagian atasnya sudah terpampang didepan ku. Hal yang selama ini kubayangkan akhirnya bisa kurasakan malam ini.
Intan : “ahhss… ko… nngghh… aaahs...” Intan mulai melenguh ketika payudaranya jadi bulan-bulananku. Kuhisap dan ku gigit pelan bergantian putingnya yang sudah mencuat sambil terus meremasnya kasar. Intan memejamkan mata dan menikmati rangsangan yang kuberikan. Tangannya pun meremas rambutku. Kedua payudaranya sampai memerah karena remasan ku terlalu kuat.

Semua area payudaranya tak luput dari mulutku yang melahapnya bergantian.
Intan : “auch… ko… sakit ko...” Intan mendorongku karena gigitanku diputingnya terlalu keras.
Intan : “iiih… nafsu banget sih… perih nih kamu gigit nya kekencengan...”
Eko : “hehe maaf maaf… kebawa nafsu tan...”
Intan : “hmm pasti ini sudah tegang banget ya?” Intan lalu jongkok dan membuka celana ku.
Intan : “astaga…. Gede banget ko… kok rasanya lebih gede dari tadi pagi ya?” aku hanya tersenyum menanggapinya. Intan menggenggam penisku dengan tangan kanan nya dan mengurutnya perlahan. Nampak jari tangannya tak bisa melingkari penisku yang sudah tegang maksimal ini.

Intan : “duh… gede banget sih… muat gak ya… kok bisa sih lebih gede dari tadi pagi?”
Eko : “ya gimana gak makin gede tan, liat body mu langsung sekarang bikin aku gak nahan.”
Intan : “iya... sampai pentil ku digigit. Perih nih...”
Eko : “hehehe ya maaf Tan...” kemudian Intan mulai mengulum penisku. Dia nampak kesusahan dan tak bisa memasukkan semua batang penisku kedalam mulutnya. Wanita cantik ini kembali mengulum penisku.
Intan : “mmmhh... mmmhhh… gede banget sih… mmmhhh...” hanya sepertiga bagian saja yang bisa masuk kemulutnya.

Aku yang semakin tak tahan lagi mendorong penisku agar masuk lebih dalam dimulutnya. Tapi ternyata mentok di tenggorokannya dan Intan mendorong pahaku.
Intan : “iseng banget sih didorong masuk?”
Eko : “hehehe sudah gak tahan nih Tan.” mendengar ucapan ku, Intan berdiri dan menyudahi mengulum penisku.
Intan : “hmmm…. Kalau gitu… ngapain lagi ya enaknya...eh...” Intan kaget ketika kuangkat dirinya dan ku gendong ke tempatku biasanya beristirahat. Kemudian ku baringkan dia di atas tikar tempatku tidur biasanya dan dia hanya tersenyum.
Intan : “mau diapain nih aku? Auch… ahs… ahhs...” aku menindihnya dan kembali melahap payudaranya yang montok ini. Ku gesek kan selangkangan ku dengan selangkangannya, meski Intan masih mengenakan celana tapi rasanya nikmat sekali. Lebih nikmat daripada sekedar coli sendiri. Intan juga terlihat sekali menikmatinya. Dia juga mendesah-desah sambil memejamkan mata ketika kuciumi lehernya.

Eko : “tan… aku buka ya...” dia hanya mengangguk memberi persetujuan. Lalu ku lepaskan celana nya.
Intan : “ko… sebentar… pakai kondom dulu ya...” tiba-tiba Intan duduk dan mengambil sebuah bungkusan di saku celananya. Ternyata dia sudah menyiapkan kondom. Aku pun berdiri dan dia kembali mengulum penisku sambil duduk di bawah sebelum memasangnya.
Intan : “sini ko...” Intan kembali terlentang dan menarik tangan ku. Aku pun menindihnya lagi dan mulai memposisikan penisku didepan vaginanya.
Intan : “pelan-pelan ya ko...sshhh…” Intan seperti sedikit meringis ketika ku tempelkan kepala penisku dan mulai menggesek-gesek menekan masuk.
Eko : “iya tan… mmmhhh...mmhhh..” sambil terus mencium bibirnya, aku menusukkan penisku perlahan. Dia pun memelukku erat sambil membalas ciuman ku.

Akhirnya kepala penisku sudah masuk kedalam vaginanya. Kutarik keluar sedikit dan langsung kusentakkan dalam-dalam.
Intan : “ACK…oohs...pelan-pelan ko...” Intan meringis ketika merasakan penisku membentur area dalam kemaluannya. Rasanya memang belum semua penisku masuk kedalam, tapi sudah membentur dinding rahimnya.
Eko : “aku gerakin ya tan...”
Intan : “iya ko… achs… achhs….” Intan memelukku lebih erat ketika aku menggenjotnya. Akhirnya aku bisa merasakan tubuh indah yang selama ini aku impikan. Intan yang cantik ini sekarang kelojotan dibawahku. Wajahnya yang semakin cantik ketika kusetubuhi ini membuatku tak tahan dan kuciumi bibirnya dengan ganas. Tangan kanan ku pun meremas-remas payudara kirinya.

Intan : “mmmhhh...mmmhhh...ngggghhh… ko… aachhsss… aachh… oohss..” tubuhnya terguncang kencang seirama dengan tusukan penisku. Tubuhnya semakin berkeringat dan kedua payudaranya yang besar ini bergoyang bebas membuatku gemas. Ku cengkeram kedua payudaranya dengan tanganku sambil kugunakan untuk tumpuan.
Intan : “aahss.. Ko… ahhs… aahh… oohhss...” Intan mendesah-desah tak karuan dan kedua tangannya meremas-remas tikar yang kami gunakan untuk alas. Aku pun semakin kencang menggenjotnya. Payudaranya seperti tertarik-tarik oleh tanganku. Desahannya juga semakin kencang seiring dengan semakin cepat tusukanku.

Intan : “ughs… AHHS… AH… OOCKSS…. ACHHS...” vaginanya yang sudah basah mempermudah ku untuk masuk lebih dalam. Bertubi-tubi kepala penisku menghajar dinding rahimnya. Rasanya sudah cukup lama aku menggenjotnya dalam posisi ini sampai akhirnya aku sudah tak tahan lagi. Tangan ku berpindah dari payudaranya ke kakinya untuk merentangkannya lebih lebar lagi yang membuat penisku bisa kutusukkan lebih dalam lagi.
Intan : “ACHSS… KO.. ACHHSS… AACCHHSS…” nampaknya Intan kesakitan dan berusaha mendorong tubuhku dengan tangannya karena penisku kupaksakan masuk kedalam. Kurentangkan kakinya dan terus ku hajar dengan tusukan yang semakin kencang.
Eko : “ah… tan.. Ahh… ” ku tekan dalam-dalam penisku saat ejakulasi dan terasa membentur tepat di rahimnya. Intan terbelalak tapi tetap berusaha mendorong tubuhku. Kubiarkan semua sperma ku keluar dulu karena seharusnya aman ketika aku mengenakan kondom.

Ku diamkan dulu sekitar 1 menitan sebelum kucabut penisku dari dalam.
Intan : “ach….” Intan sudah tampak ngos-ngosan dan terkapar kelelahan. Kulihat kondom yang kukenakan juga menggembung karena cairan sperma ku yang terlalu banyak. Kulepas dan kutunjukkan ke Intan.
Intan : “heff… banyak banget ko… ” Intan duduk dan mengambil kondom bekas dari tangan ku.
Intan : “kamu baru pertama kali ya ko ngesex sama cewek?”
Eko : “iya tan, baru pertama nih sama kamu.”

Intan : “haha dapet perjaka nih aku…. Glek glek...” tak kuduga Intan akan meminum sperma ku yang masih tertampung di dalam kondom.
Eko : “gak jijik tan kamu minum itu?”
Intan : “enggak, kenapa jijik. Protein tauk...” Intan tersenyum menggodaku lagi sambil menghisap kondom dimulutnya.
Intan : “masih bisa berdiri gak nih?”
Eko : “bisa dong, nih masih tegang aku.” aku merasa tertantang meski sudah tak sekeras tadi tapi penisku masih berdiri tegak.

Intan lalu berdiri dan membelakangiku dan bertumpu pada tembok didepannya.
Intan : “ya udah sini lagi ko...”
Eko : “boleh nih tan gak pakai kondom?”
Intan : “boleh aja tapi jangan keluar didalam ya. Aku tadi cuma bawa 1 soalnya. Aku gak ngira kamu masih bisa berdiri.”
Eko : “iya deh siap bu bos. Hehe” aku memeluk pinggangnya dan mulai memposisikan diriku dibelakangnya. Intan juga sedikit menungging agar penisku tepat di lubang vaginanya.

Eko : “aku masukin ya tan...”
Intan : “iya ko… achs… ohs.. aahhs...yes.. Terus ko.. Aahhs...” aku mulai menggenjotnya lagi. Langsung saja ku hajar dengan kecepatan penuh. Ditambah lagi tanganku yang memegang pinggulnya mempermudah untuk menarik nya maju mundur.
Intan : “achh..yes ko...aachhs...aahhss...terus...aachhs...aachhss...”

plak pak plak plak…. Erangannya beriringan dengan suara tepukan dari pahaku dan dia.
Eko : (apa aku keluarin didalam saja ya. Kalau Intan hamil, kan aku bisa memilikinya nanti.) sekilas terbersit didalam pikiranku.
Intan : “ach...aaahhs...oohhss...enak ko...oohhss… ooohhss...nggghhh…. Aachs...” tak henti ku hajar dengan kecepatan penuh dan berulang kali Intan squirting. Smapai akhirnya Intan tak kuat lagi berdiri. Kurasakan beban tubuhnya semakin lama semakin berat. Meski begitu tak kukurangi kecepatan ku menggenjotnya.

Intan : “ko… aahhs.. Ko… gak kuat lagi aku...aaahhss...” sebelum dia terjatuh, aku menangkap tangannya dan kutarik kebelakang untuk menjaga nya tetap dalam posisi menungging sambil ku genjot sekuat tenaga. Nafas kami berdua pun semakin memburu dan akhirnya Intan tak kuat lagi berdiri. Rasanya memang cukup lama sekitar setengah jam aku menyetubuhinya. Intan pun ambruk dibawah dengan posisi masih menungging dan nafasnya sudah sangat ngos-ngosan. Penisku pun tercabut karena ini.

Eko : ”tan aku lanjutin ya...”
Intan : “iya..ko...nggghh...ngghhh...aahhhss..” kini lanjut aku menyetubuhinya dalam posisi doggystyle. Tanganku kembali bertumpu di pinggulnya sambil terus menghajarnya tanpa ampun.
Intan : “nnggghh...nggghhh...nggghhh...ngggghhh….” Intan sampai tak bisa lagi mendesah dan hanya melenguh saja. Nampaknya dia sudah kehabisan energi. Kutarik tangannya agar dia sedikit tegak kemudian tanganku berpindah bertumpu di payudaranya sambil meremas-remasnya kasar dan sesekali ku pilin putingnya yang sudah mencuat tegang. Kulihat dari samping mukanya nampak benar-benar kelelahan.
Eko : “tan… aku mau keluar… tan... ” kujilati leher dan telinga kirinya sambil kubisikkan. Namun Intan tak ada respon karena sudah sangat kelelahan.

Seperti tak mendapatkan penolakan akhirnya aku nekat. Tanganku kupindahkan ke pinggulnya lagi yang membuat tubuhnya tak seimbang dan ambruk kedepan. Dengan posisi masih menungging, ku genjot dengan sekuat tenaga sampai akhirnya….
Eko : “AH… TAN… TAN… OOOH...” croott croott croooott croott...
Akhirnya ku semprotkan semua spermaku didalam kemaluannya saat kutusukkan penisku tepat membentur dinding rahimnya. Begitu puas rasanya aku malam ini. Bahkan saat ku cabut, penisku masih menyemburkan sperma yang membasahi pantat dan punggungnya. Aku dan Intan akhirnya ambruk berhadap-hadapan. Nampak muka mengernyit dan masih memejamkan mata seperti kelelahan setelah berlari maraton. Aku takut Intan pingsan rasanya. Tapi mukanya yang kelelahan seperti ini memancingku untuk ingin menciumnya. Aku dekati dia dan kupeluk sambil mencium bibirnya. Intan masih diam saja sampai akhirnya dia punya cukup tenaga untuk berbicara.

Intan : “huff… huff… nakal ini… hufff… huff...” dia masih ngos-ngosan.
Eko : “maaf tan, habisnya enak sih… hehe” Intan mencoba berdiri dan berjalan tertatih ke arah kamar mandi. Spermaku nampak mengalir di kakinya saat dai berjalan. Intan nampak sangat kesusahan berjalan, sampai-sampai pegangan ke dinding saat menuju ke kamar mandi. Aku pun kembali mengenakan pakaianku dan kulihat jam ternyata sudah jam 12 malam. Kurapikan pakaian Intan yang berserakan dan kuberikan kepadanya.
Eko : “tan.. Tan...” ku ketok pintu kamar mandi.
Intan : “iya bentar...”
Intan : “kenapa ko?” Intan membuka pintu kamar mandi sedikit.
Eko : “ini bajumu tan. Sama ini aku bawain handuk ku.”
Intan : “makasih ko...” kemudian dia kembali menutup pintu kamar mandi. Saat tadi melihatnya basah, serasa nafsuku bangkit lagi. Ingin rasanya aku masuk ke kamar mandi bersamanya. Tapi tak lama kemudian dia sudah keluar dari kamar mandi dengan berpakaian rapi lagi.

Intan : “jam berapa sekarang ko?”
Eko : “jam 12 tan.”
Intan : “ASTAGA!!! Telat absen aku. Duh… keluarin motor ku ko.”
Eko : “siap bu bos.” aku mengeluarkan motornya dan Intan berdandan sebelum pergi.
Eko : “makasih ya bu bos. Sering-sering dong kayak gini, ngunjungin pegawainya malam2. Hehe”
Intan : “iya… tapi inget, kalau ada mas Tono jangan aneh-aneh ya. Kalau gak gara-gara ini mu paling aku juga gak mau. Haha” kata Intan sambil mencengkeram penisku.
Eko : “jangan dipegang Tan, nanti tegang lagi aku. Hehe”
Intan : “halah, ya udah aku pergi dulu ya.”
Eko : “hati-hati bu bos.” Intan langsung meng-gas motornya pergi. Mimpi apa aku kemarin, seharian dapat rejeki seperti ini. Kulanjutkan malam ku dengan kopi dan rokok sambil jaga karena tak bisa tidur.


--------------------------------
credit :

rankambera

 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd