Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY - TAMAT True Love and True Lust. Loyalty and Betrayal (by : meguriaufutari)

Bimabet
buat yang nunggu update, sebentar dulu ya
ane lagi deploy aplikasi. kelewat urgent

tapi jangan khawatir, ane pasti update hari ini
 
SIDESTORY 1-4 : Pewarisan

Kami bertiga semakin tertekan ke lantai. Benda berat yang seolah-olah menekanku ini semakin berat. Lama-kelamaan, aku menyadari bahwa sebetulnya yang kurasakan bukanlah ditekan oleh benda yang berat. Tetapi, seolah-olah ada kekuatan yang menarikku kebawah. Ini seolah-olah seperti... ya, seolah-olah gravitasi di area ini sungguh sangat tinggi.

"Ugghh.. Apakah dia mampu mengendalikan gravitasi?" Tanyaku.

"Tidak mungkin. Bagaimana caranya dia melakukan itu?" Tanya laki-laki yang juga ikut tertekan kebawah.

"Tenang, dia tidak sehebat itu. Yang dia lakukan hanyalah... UAARRGGG!" Belum sempat Yuna selesai bicara, gravitasi yang menariknya menjadi lebih kuat lagi.

"Kamu memang berbahaya. Hanya dengan sekali kontak saja, kamu langsung tahu rahasia dari kekuatanku. Sudah kuduga, jika suatu saat kau kubiarkan, kau akan berbalik menentangku. Karena itulah aku mencoba membunuh emosimu, dengan menempatkan kau dan Max di misi saling membunuh. Begitu juga dengan anak-anak itu." Kata Cockatrice.

"Ja... jangaann berdaliih! Kau me.. memaang sudah ber.. berruu.. beruubaahh!" Teriak Yuna dengan kesulitan karena masih harus melawan gravitasi yang menariknya.

Makin lama, gravitasi yang menarik Yuna pun semakin kuat. Gawat, kalau begini terus dia bisa mati. Aku tidak boleh membiarkannya mati! Aku berusaha sekuat tenaga mengumpulkan tenaga ki dari seluruh tubuhku, dan mengalirkannya ke pikiranku. Entah aku juga bingung mengapa aku melakukan itu, tapi aku merasa bahwa itu adalah jalan yang tepat. Setelah seluruh tenaga ki itu berkumpul dipikiranku, aku berusaha sekuat tenaga untuk membuatnya seolah-olah seperti meledak. TRINGG.. Entah kenapa akhirnya aku lepas dari gravitasi yang menarikku kebawah. Aku langsung berdiri.

"Hooo..." Kata Cockatrice.

Aku langsung berusaha menolong Yuna dengan mengangkat tubuhnya dari gravitasi yang menariknya kebawah.

"Tiidaakk... Yaa... yaangg harus kamu lakukaan... a.. adalaahh..." Kata Yuna.

BUSSHH... Kali ini, gravitasi yang jauh lebih kuat daripada yang tadi menarik tubuhku kebawah. Saking beratnya, aku tidak bisa mengatur jalur tenaga ki milikku. Gila, rasanya sakit sekali, seolah-olah seluruh tulangku hendak ditarik keluar tubuhku. Inikah yang dirasakan Yuna sekarang? Aku melihat Yuna sudah tidak mampu berteriak saking sakitnya. Tubuhnya pun mulai melemah. Gawat, ini gawat, gawat sekali!

Tiba-tiba saja, gravitasi yang menekan tubuh kami ini berhenti. Rasanya langsung plong sekali, walaupun kami masih shock karena kesakitan luar biasa yang kami terima tadi.

"Ini bukan perjanjian kita, Cockatrice." Kata suara wanita di belakangku. Suara ini... ya, si wanita tanpa aura keberadaan itu.

Aku segera mengangkat tubuhku untuk mengamati situasi keadaan dan juga mengantisipasi serangan berikutnya. Aku melihat Cockatrice mencabut pisau yang tertancap di pundaknya.

"Apa kamu juga menentangku?" Tanya Cockatrice kepada wanita tanpa aura itu.

"Perjanjiannya adalah, aku akan menjadi penerusmu di organisasi itu, tapi kau biarkan Yuna hidup." Kata wanita itu.

Hah? Penerus? Organisasi itu? Apa yang mereka katakan?

"Rupanya betul ya. Aku mendengar desas-desus akan adanya organisasi rahasia dunia bawah. Bahkan di dunia bawah pun, mereka tetap menjadi organisasi yang misterius. Orang berbaju serba hitam yang mendatangi kau waktu itu, adalah anggota mereka ya?" Tanya Yuna, masih sambil tengkurap di tanah. Sepertinya sekarang ia sangat lemah, sampai-sampai tidak bisa berdiri.

Cockatrice tidak menjawab apa-apa.

"Sepertinya, membunuh kalian semua adalah satu-satunya jalan ya?" Tanya Cockatrice.

Keadaan Yuna masih sangat lemah. Aku, si wanita tanpa aura, dan si anak laki-laki itu segera bersiap memasang kuda-kuda kami.

"Kemampuannya adalah hipnotis." Kata Yuna.

"Hipnotis? Mengapa hipnotis bisa sekuat itu?" Tanya anak laki-laki itu.

"Para penjahat kelas teri biasanya menggunakan hipnotis dengan cara menguasai alam bawah sadar kita. Biasanya dilakukan dengan kontak mata, tepukan, atau suara. Beda halnya dengan Cockatrice. Hipnotisnya betul-betul tingkat tinggi. Hipnotisnya mempengaruhi tenaga ki dan seluruh sistem saraf di tubuh kita. Yang baru saja ia lakukan tadi adalah membuat, atau lebih tepatnya memaksa, pikiran kita berpikir bahwa gravitasi di tempat ini sangat berat. Saraf pusat kita yang sudah diberi pernyataan seperti itu, otomatis akan mengalirkan tenaga ki ke seluruh tubuh kita untuk membuat seluruh tubuh kita bersiap menghadapi gravitasi yang berat itu." Kata Yuna.

"Kalau hanya itu saja, masa bisa membuat gravitasi berat itu terasa sangat nyata?" Tanya anak laki-laki itu.

"Ingatkah penjelasanku bahwa saat kamu dipukul, rangsangan pukulan itu akan diteruskan ke saraf yang mengidentifikasi rasa sakit, kemudian saraf itu akan memberitahu seluruh tubuh bahwa kamu merasa sakit di tempat yang dipukul itu?" Tanya Yuna.

"Iya." Kata anak laki-laki itu.

Wah hebat dia bisa ingat. Aku sih tentu tidak ingat apa-apa karena selalu tidur saat pelajaran teori anatomi tubuh makhluk hidup.

"Nah, apa yang terjadi jika seluruh tubuhmu diberi rangsangan bahwa gravitasi di tempat ini sangat kuat?" Tanya Yuna.

"Saraf akan mengidentifikasi hal itu, dan memberi respon ke seluruh tubuh. Seluruh tubuh akan menanggapinya secara otomatis sebagai sesuatu yang nyata." Kata anak laki-laki itu.

"Itulah yang dilakukan olehnya. Ia mengalirkan tenaga ki miliknya ke seluruh tubuh kita untuk memberi "rangsangan palsu"." Kata Yuna.

"Betulkah tenaga ki bisa digunakan untuk hal yang sangat rumit seperti itu?" Tanya anak laki-laki itu.

"Bagi kita mustahil. Tapi untuk orang sekaliber dia, hal itu mungkin saja." Kata Yuna.

Cih, aku tidak begitu mengerti akan apa yang mereka berdua bicarakan. Andai sewaktu pelajaran teori aku menyimak dengan lebih serius, mungkin aku akan sedikit mengerti akan penjelasannya. Yang aku tahu adalah, jangan sampai ia mengaktifkan ilmu hipnotisnya itu. Aku langsung maju kearahnya untuk melancarkan serangan kepadanya. Aku merasakan anak laki-laki pun juga maju untuk mem-backup diriku. Aku tidak tahu apa yang dilakukan wanita itu, karena ia tanpa aura jadinya aku tidak tahu gerak-geriknya tanpa melihatnya. Cih, tapi lagi-lagi kami diserang dengan gravitasi. Kali ini, gravitasinya lebih berat lagi daripada yang tadi.

"AARRGGHHH!" Teriak anak laki-laki itu.

"GRRGGGHHH!" Teriak wanita tanpa aura itu.

Sakitnya sungguh luar biasa tidak tertahankan. Tapi tunggu. Menurut penjelasan Yuna tadi, dapat kusimpulkan bahwa Cockatrice mengalirkan tenaga ki miliknya untuk menguasai pikiran kita. Jika kita menutup jalur tubuh kita dari tenaga ki, kita tidak akan bisa mengeluarkan tenaga ki. Tapi, begitu juga dengan tenaga ki miliknya tidak bisa memasuki tubuh kita, bukan? Aku mencoba menutup jalur tenaga ki di tubuhku. Aha, berhasil. Aku tidak merasakan gravitasi berat itu lagi. Aku langsung berdiri, berlari kearahnya, dan melancarkan tendangan tusukan ke lehernya. Tendangan tusukanku mengenai lehernya dengan telak. Tapi sayang, karena tubuhku baru terbebas dari rasa sakit, dan juga tendanganku tidak dialiri tenaga ki sama sekali, yang tendanganku berhasil lakukan hanyalah membuatnya terpental kebelakang beberapa langkah saja. Si anak laki-laki dan wanita tanpa aura itu langsung terbebas dari "hipnotis" milik Cockatrice. Mereka pun langsung bangun.

"Mematikan jalur tenaga ki di tubuhmu ya? Bagus juga untuk mengatasi ilmuku. Tapi bagaimana kau akan mengalahkanku tanpa tenaga ki?" Tanya Cockatrice.

"Mengalahkanmu tanpa tenaga ki sudah cukup." Kataku sambil melancarkan serangan pukulan dan tendangan kepadanya.

Pukulan dan tendanganku dengan mudah bisa ditepisnya. Saat aku melancarkan tinjuku, ia dengan santainya menangkap kepalan tanganku. Langsung kusambung dengan tendangan serong kaki kanan, yang juga langsung ditangkap oleh tangan kirinya. Heh, sekarang kedua tangannya sibuk memegangi tangan dan kakiku. Langsung saja kulancarkan tendangan tusukan ke kepalanya. Tanpa kedua tangannya, seharusnya kepalanya tidak terlindungi. Tapi, ia mampu membaca arah tendangan tusukanku dan langsung mengelakan kepalanya ke kanan. Ia melemparkan tubuhku ke udara. Cih, di udara aku tidak mampu bergerak dengan bebas. Dibawahku, Cockatrice telah menungguku dengan pukulan yang dipenuhi oleh tenaga ki miliknya. Gawat, kalau aku yang tanpa tenaga ki menerima pukulannya yang penuh dengan tenaga ki itu, bisa dipastikan tulang-tulangku yang terkena pukulannya itu akan langsung remuk semua.

Jarak antar aku dengannya semakin dekat saja. Aku langsung memutar tubuhku, dan melancarkan tendangan sapuan dari atas ke bawah. Tapi, percuma saja, karena ia dengan mudah menahannya dengan tangan kirinya. Kini, pukulannya telah siap dilancarkan kearahku. Gawat, tubuhku yang masih mengudara begini tidak mempunyai banyak pilihan untuk menghindarinya. Apalagi, kakiku baru saja kugunakan untuk melancarkan serangan kepadanya. Aku melihat kepalan tangannya sudah mengarah kearah kepalaku. Cih, lagi-lagi aku akan mati sepertinya. Tapi, tiba-tiba saja pergelangan tangannya langsung putus. Hah? Apa yang terjadi? Aku terjatuh menabrak tubuhnya, sehingga paling tidak aku tidak membentur lantai yang keras.

Aku berusaha bangkit kembali setelah tubuhku menimpa Cockatrice. Tidak lupa untuk mengambil kesempatan, aku berusaha melayangkan pukulan ke arah Cockatrice. DUAAKK... Cukup kena telak ke wajahnya. Sekali lagi aku berusaha melancarkan pukulan lagi ke wajahnya. Tetapi, kaki kanannya langsung dengan cepat mengarahkan tendangan kepadaku. Gawat, tendangannya juga pasti dialiri dengan tenaga ki. Aku melompat kebelakang untuk mengurangi benturan kakinya dengan tubuhku. Meski begitu, tubuhku yang sama sekali tidak dialiri oleh tenaga ki langsung terpental kebelakang. Anak laki-laki itu kemudian menangkapku, dan menurunkan tubuhku ke lantai.

Di depan, aku melihat wanita tanpa aura itu memegang pisau yang ada darahnya di mata pisaunya. Oh, rupanya dia yang memotong tangan kanan Cockatrice. Betul, karena auranya hampir tidak terdeteksi, aku maupun Cockatrice tidak sadar bahwa ia sudah mendekat dan bahkan dengan mudahnya memotong tangan kanan Cockatrice. Wah, orang yang sangat berguna sekali dia. Kalau begini, aku bisa menyerang, anak laki-laki itu menjadi backup-ku, dan wanita tanpa aura itu bisa melancarkan serangan mendadak. Kalau begini, bukan mustahil ketiga anak kecil seperti kami mengalahkan orang selevel Cockatrice.

Aku melihat kearah wanita tanpa aura dan anak laki-laki itu. Kemudian, kami saling menganggukkan kepala. Aku mulai menyerang Cockatrice. Kami beradu pukulan dengan cukup intens. Tangan bertemu tangan, tangan bertemu kaki, tendangan bertemu pukulan. Betul-betul tangguh si Cockatrice ini. Ia sama sekali tidak terpengaruh dengan rasa sakit yang begitu tinggi akibat tangannya putus dan mengeluarkan banyak darah.

Di tengah pertarungan kami yang intens, aku melihat si wanita tanpa aura itu sudah ada di belakang Cockatrice, dan hendak melancarkan serangan mendadak yang fatal. Bagus, sepertinya di samping Cockatrice tidak menyadari, ia juga terlalu sibuk denganku. Wanita tanpa aura itu sudah siap dengan pisaunya, dan ia langsung menusukkannya ke arah jantung Cockatrice dari belakang. Aku langsung melompat dua langkah ke belakang. Tapi, oh tidak. Ternyata Cockatrice menyadari kehadiran wanita tanpa aura itu di belakang. Ia langsung menghindar ke kiri sehingga badan si wanita tanpa aura itu menyelosor begitu saja. Cockatrice langsung menginjak tubuh wanita tanpa aura itu, sehingga ia kini tertahan di lantai akibat injakan kaki Cockatrice.

"Rencanamu sudah bagus. Sayang, kalian terlalu tidak berpengalaman dalam pertarungan. Dari gerak-gerik mata, tubuh, dan gestur tubuh kalian, aku bisa membaca strategi kalian. Meskipun aku tidak bisa merasakan aura keberadaan wanita ini, aku tahu kapan ia akan menyerang, yaitu pada saat kamu mengambil jarak denganku dengan melompat kebelakang." Kata Cockatrice sambil menunjuk diriku.

Sambil tetap menginjak tubuh wanita tanpa aura itu, Cockatrice mengambil pisau wanita itu yang terlepas dari genggamannya.

"Perempuan merepotkan ini akan menjadi yang pertama. Tanpa dia, habislah kalian semua." Kata Cockatrice, sambil mengarahkan pisau itu ke jantung wanita tanpa aura itu.

Melihat itu, aku dan anak laki-laki yang tadinya menjadi backup-ku langsung maju untuk menolong wanita tanpa aura itu. Betul yang dikatakan Cockatrice. Tanpa dia, habislah kita berdua. Tapi sial sekali. Kecepatan lari kami berdua tidak cukup untuk mengejar pisau yang sudah meluncur ke arah jantung wanita tanpa aura itu. Tiba-tiba, aku melihat sebuah bayangan yang melintas dengan cepat melewatiku kearah Cockatrice. Bayangan itu langsung melompat ke tengah-tengah tubuh wanita tanpa aura itu dan pisau yang diluncurkan oleh tangan Cockatrice. CRESSS... pisau itu langsung menancap ke tubuh bayangan itu. Telak sekali. Saat kami semua sadar, ternyata bayangan yang tertusuk pisau itu adalah... Yuna! Wanita tanpa aura itu pun shock melihat apa yang terjadi di depannya. Bagaimana tidak? Yuna adalah sosok yang begitu menyayangi kami. Kami semua menaruh hormat dan sayang terhadapnya. Tubuh Yuna langsung terjerembab di lantai.

"Heh, sampai akhir pun kamu masih saja menghalangiku. Matilah dan susul kekasihmu yang bodoh itu!" Kata Cockatrice.

Cockatrice mencabut pisau yang menancap di perut Yuna, dan meluncurkannya lagi ke arah jantungnya. Yuna sempat menghindar dengan memutar tubuhnya. Tapi, tetap saja pisau itu mengenai dada sebelah kanannya. Cockatrice terlihat sebal karena susah sekali membunuh Yuna. Yuna langsung memegang tangan Cockatrice.

"Heh, kini kau tidak bisa bergerak lagi." Kata Yuna.

Melihat itu, aku langsung mengambil pisau yang ada di kantong belakangku. Kulempar pistolku yang kupegang sejak tadi kepada anak laki-laki yang ada di belakangku. Kemudian aku maju sekencang-kencangnya. Cockatrice berusaha menarik tangannya dari genggaman Yuna, tapi tidak berhasil karena Yuna menggenggamnya dengan sangat erat. Cockatrice berusaha menggunakan kakinya untuk menginjak tubuh Yuna. DOORRR... Anak laki-laki di belakangku itu langsung menembakkan pistolnya ke kaki kanan Cockatrice. Peluru yang ditembakkan itu kena telak, sehingga kakinya langsung kehilangan keseimbangan, dan meleset menginjak tubuh Yuna. Cockatrice berusaha menggunakan kaki kirinya sebagai tumpuan untuk melompat. Tapi, dengan cepat wanita tanpa aura itu langsung menangkap kaki kirinya, dan... KRAAAKK... mematahkannya. Akibatnya, Cockatrice langsung terjatuh ke lantai.

"Heh, selamat tinggal, kawan." Kata Yuna.

Cockatrice langsung melihat kearahku yang sudah semakin dekat ini. Aku langsung melompat, dan mengarahkan pisau itu ke jantungnya. CRESS... Berhasil. Aku tidak melihatnya dengan pasti, tapi aku merasakan bahwa pisau yang kugenggam ini berhasil menusuk jantungnya. Aku tidak melihat, tapi aku bisa mendengar bahwa Cockatrice langsung megap-megap, dan memuntahkan darah.

"Mus.. sstahill..." Kata Cockatrice, sebelum akhirnya ia terbujur kaku tidak bernyawa.

Akhirnya aku berhasil. Tidak, akhirnya kami berhasil. Aku berhasil membalaskan dendam Arman. Wanita tanpa aura itu berhasil menyelamatkan Yuna, walaupun itu juga keinginan kita semua. Anak laki-laki itu pun tampaknya berhasil membalaskan dendam temannya. Aku merasakan ada yang membantuku berdiri. Ketika kubuka mataku, ternyata anak laki-laki itu yang membantuku berdiri. Ia langsung memelukku.

"Terima kasih. Aku udah berhasil membalaskan dendam Laila. Semuanya berkat kamu." Kata anak laki-laki itu.

"Ya, semuanya berkat kamu juga." Kataku kepada anak laki-laki itu.

Aku langsung teringat pada Yuna yang sudah luka parah. Aku langsung menghampirinya. Si wanita tanpa aura sudah ada di hadapan Yuna.

"Ka.. kaliaan se.. semuaa... hebat sekalii..." Kata Yuna dengan suara yang terputus-putus.

"Jangan bicara. Kami akan segera menolongmu. Tahan sebentar ya." Kata si wanita tanpa aura itu sambil mulai mengambil tangan kiri Yuna untuk dipapah.

Yuna langsung menggerakan tangan kirinya menjauh dari tubuh wanita tanpa aura itu.

"Su.. sudaahlaahh... tidak perluu menn.. noolongkuu... Aku tidaak.. akaan selamaatt.." Kata Yuna sambil memuntahkan darah.

"Yuna. Diamlah, kita pasti akan segera menolongmu!" Kata anak laki-laki itu.

Melihat hal itu, aku tidak kuasa untuk menangis. Si anak laki-laki dan si wanita tanpa aura itu melihatku dengan wajah simpati, tapi mereka tidak menangis.

"Hei, apa yang terjadi?" Tanya Yuna yang tiba-tiba menjadi antusias.

"Aku tidak mau kehilangan kamu, Yuna. Hanya kamu lah keluargaku yang tersisa. Walaupun kamu bukan saudara kandungku, tapi aku menganggapmu lebih dari seorang kakak." Kataku sambil menangis.

"Tidak, maksudku, setelah misi saling membunuh itu, harusnya emosimu sudah hancur berkeping-keping. Orang biasa umumnya tidak dapat menangis lagi. Tapi kamu..." Kata Yuna.

"Aku tidak membunuh Arman. Arman lah yang membunuh dirinya sendiri di hadapanku." Kataku sambil tetap menangis. Air mataku semakin deras keluar. Aku jadi teringat akan mimpi buruk dimana Arman menyayat lehernya sendiri.

Mendengar hal itu, Yuna menutup matanya sambil tersenyum.

"Begitu ya? Syukurlah. Paling tidak kamu masih bisa hidup bahagia." Kata Yuna.

"Tanpa dirimu, aku tidak akan bahagia sama sekali!" Kataku.

"Dengar, aku punya satu pesan untukmu..." Kata Yuna.

"Jangan bicara gitu! Jangan bicara seolah-olah ini adalah akhir dari hidup-" Belum selesai aku bicara, si wanita tanpa aura itu langsung mengangkat telapak tangannya. Si anak laki-laki itu menepuk pundakku. Luar biasa, mereka tidak menangis sama sekali walaupun aku tahu mereka pun juga begitu peduli pada Yuna. Inikah yang dimaksud oleh Yuna tentang emosi yang hancur berkeping-keping?

"Sudahlah. Dia tidak akan bertahan. Jangan menangisinya lebih lama lagi. Nanti dia akan berat untuk pergi." Kata anak laki-laki itu.

Yuna tidak akan bertahan?... Ya, hati kecilku sebetulnya sudah mengakui bahwa ia tidak akan bertahan. Tapi diriku masih menolak untuk menerima hal itu. Aku betul-betul tidak ingin dia pergi. Tapi, mendengar kata-kata si anak laki-laki itu, aku mulai menahan diriku. Ya, aku harus kuat. Kalau tidak, ia akan berat untuk pergi. Aku tidak boleh menangis. Aku mengelap kedua mataku dengan tanganku. "Kuatkanlah dirimu", begitulah kataku dalam hati. Aku melepas tanganku dari kedua mataku. Kini, air mataku sudah berhenti mengalir. Sekuat mungkin, aku berusaha untuk tersenyum kepada si anak laki-laki dan si wanita tanpa aura itu. Mereka pun membalas senyumanku.

"Oh iya... ngomong-ngomong... aku belum tahu nama kalian..." Kata Yuna.

Kami bertiga diam saja. Kalau aku memang tidak punya nama, dan aku tidak ingin lagi menggunakan nama "Unnamed". Aku memejamkan mataku.

"Akan kujawab, setelah kami tahu nama panjangmu." Kata si wanita tanpa aura itu.

"Mengapa begitu?" Tanya Yuna.

"Sudah, jawab saja." Kata si anak laki-laki itu.

"Baiklah. Saiyuna Rayna Anma Wijaya." Kata Yuna.

Aku segera mengerti apa yang si anak laki-laki dan si wanita tanpa aura itu maksud. Aku melihat kearah mereka. Si anak laki-laki itu mengacungkan tiga jari tangan kanannya. Aku tersenyum, dan mengacungkan ibu jari tangan kananku. Kemudian, si wanita tanpa aura itu mengacungkan ibu jadi dan jari tengahnya di depan dadanya. Kami bertiga mengangguk secara bersamaan.

"Anma Wijaya." Kata si anak laki-laki itu.

"Rayna Wijaya." Kata si wanita tanpa aura itu.

Yuna memasang ekspresi yang penuh terkejut mendengar hal itu. Kemudian, ia melihat kearahku.

"Saiyuna Wijaya." Kataku dengan yakin.

Yuna masih tampak kebingungan dengan apa yang kami bertiga ucapkan.

"Walaupun kamu sudah tidak ada nanti, kamu akan tetap hidup dalam diri kita bertiga. Kamu tidak akan pernah mati dalam hati kita, Yuna. Buat kami, kamu adalah kakak perempuan yang terbaik di dunia ini." Kataku.

Mendengar hal itu, Yuna langsung tersenyum.

"Ada-ada saja kalian ini." Kata Yuna.

Si anak laki-laki, yang kini bernama Anma itu berlutut di hadapan Yuna. Kemudian, ia mencium tangan kiri Yuna, dan mengucapkan selamat tinggal. Yuna mengangguk sambil tersenyum dan mengacak-acak rambut Anma. Si wanita tanpa aura, yang kini bernama Rayna ikut berlutut di hadapan Yuna, dan mencium tangan kanan Yuna.

"Kamu adalah yang terbaik, kakakku." Kata Rayna.

"Kamu adalah salah satu dari tiga adikku yang terbaik." Kata Yuna sambil mengelus rambut Rayna.

Kemudian, aku berdiri di belakang kepala Yuna. Aku mencium dahinya.

"Selamat tinggal, kakakku. Salam untuk Max." Kataku.

"Baik-baiklah diluar sana. Aku sayang kamu, adikku. Berbaktilah pada orang-orang yang kau cintai, karena mereka adalah hartamu yang paling berharga." Kata Yuna.

Setelah mengucapkan selamat tinggal, Yuna menutup matanya, dan tidak membukanya lagi untuk selama-lamanya. Aku sudah berjanji untuk kuat dan tidak menangis. Kami bertiga memberikan penghormatan terakhir, kemudian meletakkan tubuhnya di kamar tidurnya. Kami keluar dari "persembunyian rahasia" kami selama itu, dan kemudian membakarnya. Selamat jalan, Yuna.

Setelah selesai dengan "ritual pemakaman" kakak perempuan kami, kami berjalan menyusuri pegunungan selama kurang lebih dua jam. Sepanjang perjalanan, kami tidak berbicara apa-apa. Akhirnya, kami sampai di kaki gunung.

"Jadi, apa yang kalian akan lakukan nantinya?" Kata Anma.

"Hmmm, pulang ke rumah dan tidur." Kata Rayna.

"Aku masih belum jelas. Mungkin aku akan bekerja dalam dunia bawah juga." Kataku.

"Oke. Sepertinya kita akan pisah jalan disini." Kata Anma.

"Kamu mau ngapain?" Tanya Rayna.

"Mencari istri, dan menikah." Jawab Anma dengan enteng.

Hah, jawaban yang unik, namun aneh hahaha. Tapi ya memang prinsip orang berbeda-beda.

"Oke, sepertinya kita akan pisah jalan disini ya. Rumahku kearah sana." Kata Rayna sambil menunjuk arah utara.

"Ya, betul. Perasaanku mengatakan bahwa jodohku ada disana." Kata Anma sambil menunjuk arah Timur.

"Kalau begitu, aku akan mengikuti arah matahari terbenam, siapa tahu aku bisa seperti matahari yang terbenam seolah-olah ke dunia bawah." Kataku.

Kami bertiga saling menyatukan tangan kami.

"Di masa depan nanti, mungkin kita akan bertemu lagi. Dan bukan tidak mungkin sebagai musuh." Kata Anma.

"Aku akan menantikan masa-masa dimana aku bisa bertarung dengan salah satu dari kalian, atau bahkan kalian berdua." Kata Rayna.

"Ya. Tapi meskipun begitu..." Kataku.

"Kita tetaplah saudara, dan diri Yuna tetap hidup dalam kita bertiga." Kata kami secara bersamaan sambil mengayunkan tangan kami kebawah. Di tempat itu, kami berjalan menuju arah kami masing-masing.

***

Sudah sembilan tahun berlalu sejak aku berpisah dengan Rayna dan Anma. Aku belum mendapatkan pekerjaan yang tetap. Paling-paling selama sembilan tahun ini aku hanya menjadi operator telpon, customer-service, ataupun operator komputer. Selama sembilan tahun ini, aku tidak mengasah kemampuanku sama sekali, sehingga sense bertarungku juga sudah mulai hilang. Mungkin memang bukan jodoh bagiku untuk bekerja di dunia bawah.

Suatu hari, aku sedang browsing-browsing internet di komputerku di rumah. Kini aku tinggal di kota utama Jakarta daerah dekat Senayan. Biasa, yang kuakses di internet adalah situs-situs pada deep-web, karena situs-situs itu adalah situs yang penuh misteri. Hampir seluruh informasi dunia bawah ada di situs-situs itu. Dan entah bagaimana caranya, aku menemukan sesuatu yang sangat menarik, yaitu lowongan kerja untuk dunia bawah, dan tercatat ada satu lowongan kerja. Aku membuka halaman itu dan membacanya.

PT Ancient Technology sedang membutuhkan Elite Secretary. Tertarik? Submit your Specific CV as an Elite Secretary!

Yah, Sekretaris Elite ya? Pekerjaan yang sebetulnya sangat kuhindari, karena aku tidak mempunyai pengalaman yang menyenangkan di masa-masa pelatihanku sebagai sekretaris elite. Tapi, perasaanku entah kenapa mengatakan bahwa ada sesuatu yang lain di pekerjaan ini. Setelah sekian lama memikirkannya, aku memutuskan untuk mengambilnya. Mari kita lihat apa yang hendak ditunjukkan oleh perasaanku.

Pada hari itu, aku dipanggil oleh PT Ancient Technology itu untuk interview sebagai seorang sekretaris elite. PT Ancient Technology ini terletak dibawah tanah. Jalan masuknya adalah dari dalam salah satu gedung di pusat bisnis Kota Jakarta. Di dalam gedung itu, kita juga harus memberikan banyak kode dan sandi kepada petugas, agar diarahkan dari satu titik ke titik yang lain, hingga akhirnya sampai ke elevator yang membawa ke PT Ancient Technology ini. Rupanya PT Ancient Technology ini berada dalam naungan suatu perusahaan besar di Jakarta ini, dan keberadaan PT Ancient Technology ini pun sangat dirahasiakan.

Dalam beberapa saat, aku sudah sampai di PT Ancient Technology ini. Dan setelah menunggu, tiba saatnya aku di-interview oleh perusahaan ini. Yang meng-interview aku adalah seorang laki-laki yang sepertinya berumur 30 tahunan. Mulanya, kupikir orang ini sama seperti client-client sebelumnya. Lemah, hanya bisa mengandalkan orang lain, dan semua yang jelek-jelek. Aku berusaha mencari celah untuk menyerangnya. Tapi, orang ini tidak pernah lengah sedikitpun. Sekalipun ia sedang membaca dokumen milikku, tenaga ki miliknya tidak pernah luput bersiap siaga jika aku memancarkan aura membunuh. Ia sempat bertanya apa arti namaku. Aku ingat kata-kata terakhir Yuna sebelum ia meninggalkan kami. "Berbaktilah untuk orang-orang yang kau cintai.". Setelah beberapa lama, akhirnya interview itu selesai, dan aku langsung pulang ke rumah.

Sore harinya, aku mendapat telpon untuk mengkonfirmasi kesanggupanku untuk bekerja sebagai sekretaris elite. Hmm, apakah ini jodohku untuk bekerja di dunia bawah? Sebetulnya, aku tidak ingin mengambil pekerjaan sebagai sekretaris elite karena aku sudah muak. Tetapi, suara hatiku mengatakan kepadaku untuk mengambil pekerjaan ini karena dalam pekerjaan ini, aku akan menemukan sesuatu yang tidak terduga. Baiklah, akan kuikuti suara hatiku. Aku menyanggupi tawaran perusahaan PT Ancient Technology, dan menyanggupi untuk mulai bekerja.

***

Sekarang, aku ada di Shanghai, atau tepatnya di pulau terpencil dekat Shanghai. Aku dan yang lainnya bisa berada disini karena kecelakaan pesawat yang disebabkan oleh olah organisasi rahasia dunia bawah. Ya, organisasi yang sama dengan organisasi tempat Cockatrice bergabung. Setelah terdampar, aku berhasil berkumpul dengan Abby dan Fera. Kami tidak bisa menemukan yang lainnya dimana-mana. Aku hanya bisa berdoa supaya mereka semua selamat.

Malam itu, kami saling berganti-gantian jaga. aku yang pertama jaga, kemudian Abby, baru Fera. Sunyi sekali hutan ini. Tidak ada lolongan binatang buas ataupun suara jangkrik di pulau tempat dulu Arman mati. Aku tidak bisa tidur sama sekali.

"Yuna, kamu nggak tidur?" Tanya Fera.

Aku baru sadar, bahwa sekarang sudah giliran Fera berjaga. Aku hanya menggelengkan kepalaku. Fera pun berdiri, dan ia kini duduk disebelahku.

"Yuna, apakah kamu mencintai Pak Jent?" Tanya Fera.

Ya, aku selama ini sudah menjalani berbagai macam kejadian dengannya. Padahal, kalau dihitung, belum ada sebulan kami mengenal satu sama lain. Tetapi, begitu banyak yang terjadi diantara kami. Sejak menjadi sekretaris elite-nya, aku menyadari bahwa profesi ini sebetulnya tidak buruk, bahkan begitu indah. Aku menyadari bahwa tidak semua orang itu jahat. Ada juga yang begitu baik dan peduli terhadap orang-orang yang berada dibawahnya. Aku baru kali ini melihat orang kuat yang begitu menyayangi orang-orang yang berada dibawahnya. Yang membuatku ingin tertawa adalah ketika saat kukatakan bahwa aku akan melindungi dia dengan nyawaku, dia juga mengatakan hal yang sama. Sudah tugasku untuk melindungi dia dengan nyawanya. Tapi, dia menganggap diriku sebagai tanggung jawabnya yang harus ia jaga. Sejak dengan Arman, belum pernah aku dipenuhi cinta yang begitu besar seperti ini. Dengan yakin, aku mengangguk sambil tersenyum menjawab pertanyaan Fera.

"Lalu bagaimana jika dia memilih orang lain?" Tanya Fera.

"Tidak masalah bagiku. Selama nyawa ini masih berada dalam tubuhku, aku akan tetap mencintainya, dan tetap memberikan yang terbaik baginya." Kataku mengikuti kata hatiku.

Ya, sampai selamanya, aku tidak akan berhenti mencintaimu, Pak Jent.

SIDESTORY 1 END
 
Terakhir diubah:
rayna nya sama dgn rayna yg lawan si jent kan.

berarti ini side story nya yuna ya.
 
Jarak antar aku dengannya semakin dekat saja. Aku langsung memutir tubuhku, dan melancarkan tendangan sapuan dari atas ke bawah.

Sdkit typo suhu..

Ajib side storyny kelar jg...
Bener sidestory Yuna yg dcritain :pandaketawa:
Dri sni jg diketahui knp Yuna bsa kenal dan ckup akrab sma Rayna

Masuk k crta utama.. gmana keadaan Jent skrg.. selamat kah ato koit? :pandapeace:
 
rayna nya sama dgn rayna yg lawan si jent kan.

berarti ini side story nya yuna ya.

sama kok gan

Sdkit typo suhu..

Ajib side storyny kelar jg...
Bener sidestory Yuna yg dcritain :pandaketawa:
Dri sni jg diketahui knp Yuna bsa kenal dan ckup akrab sma Rayna

Masuk k crta utama.. gmana keadaan Jent skrg.. selamat kah ato koit? :pandapeace:

wets, terima kasih atas koreksinya gan. ane perbaiki
 
Ijin bookmark dulu ya suhu.. sepertinya menarik nih ceritanya tadi baca baca sekilas

:ngeteh:
 
Side story nya ajib dan pas dengan chap story sebelum nya. Jadi gak terlalu membuat reader jadi bingung

:mantap: suhu..
 
side story Yuna, ternyata punya masa lalu yang kelam.
tadinya ane nyangka kalau si Yuna itu masih perawan waktu pertama kali ML sama si Jent. setelah ane baca ulang ternyata cuma anggapan si jent aja yang mengira kalo si Yuna masih perawan. mungkin karena udah 9 tahun kali ya si Yuna nggak ML jadi sempit :pandaketawa:
semakin menarik ceritanya suhu meguri :beer:
 
Thanks buat semuanya yg udah ngikutin n comment di thread ane. Really appreciate it

Untuk next update main story episode 17, Jumat 12 Februari 2016
 
Terakhir diubah:
side story Yuna, ternyata punya masa lalu yang kelam.
tadinya ane nyangka kalau si Yuna itu masih perawan waktu pertama kali ML sama si Jent. setelah ane baca ulang ternyata cuma anggapan si jent aja yang mengira kalo si Yuna masih perawan. mungkin karena udah 9 tahun kali ya si Yuna nggak ML jadi sempit :pandaketawa:
semakin menarik ceritanya suhu meguri :beer:


Krja sbg sekertaris elit kykx gk bakalan ad yg perawan deh :pandaketawa: :pandajahat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd