8
Dodi dilahirkan di keluarga biasa-biasa. Bapaknya kerja di perusahaan BUMN dan ibunya PNS guru di SMA Negeri. Dodi anak satu-satunya tapi berbeda dengan anak lainnya, dia tidak dimanja secara berlebih. Bahkan diperlakukan biasa saja karena orang tuanya sibuk bekerja. Dodi lebih sering diasuh sama pembantu mereka yang sebut saja namanya Merry.
Merry usianya 20 tahunan. Berasal dari tanah Pasundan berambut panjang dan kulit kuning langsat. Anaknya baik dan sopan. Dodi senang diasuh sama Merry.
Waktu beranjak SD, suatu malam Dodi bangun dari tidurnya karena pengin pipis. Dia keluar kamar dan pipis di WC. Setelah pipis, dia berjalan melewati kamar Merry yang ada dekat dapur. Dari dalam kamar terdengar suara-suara orang ngobrol. Penasaran, Dodi memanjat lemari dekat pintu dan mengintip lewat lubang di atas kusen pintu kamar Merry.
Yang dilihat sama Dodi adalah bapaknya dan Merry sedang telanjang, bapaknya di atas Merry dan Merry terlentang di bawah bapaknya. Dulu Dodi tidak tahu apa yang mereka lakukan, sudah besar dia baru sadar kalau bapaknya dan Merry itu sedang ngewe.
Ternyata Bapaknya itu rutin ngewe sama Merry, Dodi tahu itu tapi karena dia masih polos, dia cuek saja.
Kelas 6 SD, terjadi keributan besar di rumah Dodi. Rupanya bapak Dodi memergoki ibu Dodi berselingkuh sama guru di SMA tempat dia mengajar. Bapak Dodi murka dan membentak-bentak ibu Dodi sampai menghancurkan barang-barang di rumah.
Enam bulan kemudian orang tua Dodi resmi cerai. Dodi ikut dengan bapaknya karena di mata keluarga besar yang salah pada perceraian mereka ada ibu Dodi yang selingkuh. Padahal bapaknya juga main sama Merry. Cuma rapi.
Dodi dan bapaknya keluar dari rumah karena rumah mereka itu pemberian orang tua ibunya. Mereka pindah ke rumah sederhana yang dibeli bapaknya. Merry resign karena keributan keluarga itu dan Dodi diasuh penuh sama bapaknya.
Masalahnya si bapaknya ini tidak bisa urus anak. Dia pulang malam setiap hari. Bahkan Sabtu dan Minggu pun jarang di rumah. Dodi lebih sering sendiri. Di sana dia belajar masak, mencuci, membereskan rumah, de el el. Sudah dewasa Dodi baru tahu kalau si bapaknya itu selalu main perempuan jadi tidak pernah pulang cepat.
Skip ke usia SMP, Dodi jadi anak yang pintar bergaul. Di usia ini Dodi sudah tahu apa itu seks, onani dan sebagainya. Dia pun sudah bisa onani dan dilakukan dengan rutin. Anak sama bapak tidak jauh kelakuannya.
Suatu hari Dodi tidak sengaja menemukan tumpukan VCD porno punya bapaknya. Deng. Dodi langsung binge watch bokep dari pagi sampai petang.
Apes, bapaknya pulang dan Dodi kepergok lagi coli depan TV. Bapaknya murka lagi. Dodi ditampar, dilempar ke kamar mandi, disiram air dingin, ditendang ke kamar, terus dikunci. Seminggu kemudian, Dodi dipindahkan dari SMP ke pesantren di kota S.
Dodi mulai memiliki kekesalan dan kebencian pada bapaknya. Tapi sampai SMP, dia belum bisa meluapkan kemarahannya.
Di pesantren ini Dodi belajar agama, pengetahuan umum, dan pencak silat. Pencak silat ini satu-satunya pelajaran yang Dodi paling kuasai. Dia sampai dikirim kejuaraan dan menang untuk divisi regional.
Dodi senang di pesantren tapi kesenangannya dinodai oleh bapaknya yang tidak pernah menjemputnya kalau pesantren lagi libur. Jadi selama 3 tahun penuh, Dodi tinggal di pesantren.
Satu waktu ketika pesantren libur dan semua santri pulang kampung, Dodi tinggal sendiri di sana kayak Harry Potter. Di pesantren itu kalau liburan cuma ada penjaga pesantren 2 orang (aki-aki semua), terus kepala pesantren (aki-aki juga), dan guru yang tinggal tidak jauh dari pesantren. Salah satu guru yang suka bolak balik ke pesantren adalah Bu Diana. Bu Diana masih muda, mungkin awal 30an. Badannya langsing dan kulit putih. Dia lumayan tinggi dan selalu pakai jilbab yang menjuntai sampai ke pinggang terus disambung rok.
Bu Diana ini adalah satu-satunya guru yang Dodi suka bahkan Dodi suka berfantasi soal dia. Tapi berhubung Dodi menghormati Bu Diana dan kesibukan pesantren, dia jadi tidak pernah onani.
Tapi semua itu berubah ketika suatu sore Bu Diana datang ke pesantren. Dodi lihat Bu Diana datang dari kamarnya. Bu Diana mengobrol sama kepala pesantren lama sampai malam. Kalau malam, biasanya Dodi menemui kepala pesantren untuk pamit tidur. Waktu Dodi datang ke kantor kepala pesantren, ternyata pintunya dikunci. Dodi mencari jendela dan mengintip ke dalam. Kantor itu kosong. Tapi di pintu dalam yang terbuka sedikit, Dodi melihat ada orang bergerak-gerak. Dodi berputar ke belakang kantor terus mengintip dari jendela yang menuju ke kamar kepala pesantren.
Jreng.
Kepala pesantren lagi merokok di atas ranjang sambil telanjang. Terus Bu Diana sedang duduk di depan meja dengan cermin. Bu Diana tidak pakai jilbab karena dia sedang menyisir rambutnya yang hitam panjang. Kulitnya bersih mulus dan montok. Dodi tahu karena dia juga telanjang.
Anjir, anjir.
Dodi diam mematung di jendela itu. Bu Diana dan kepala pesantren ngobrol sebentar terus Bu Diana berjalan mendekati kepala pesantren. Terus dia berjongkok di depan kepala pesantren yang sudah aki-aki itu dan melumat penisnya.
GUOBLOK!!
Sepong, cok! Sepong!
Dodi langsung buka celana dan mengocok penis kecilnya. Matanya melihat Bu Diana yang mengulum penis aki-aki tanpa berkedip. Tidak lama dia crot sambil merem melek. Walaupun sudah selesai onani, Dodi masih mengintip karena adegan sepang sepong terus berlanjut. Sekitar 10 menit kemudian, Dodi mendengar bunyi-bunyi yang membuatnya takut. Sepertinya penjaga pesantren lagi cek kunci. Dodi lari ke kamar dan tidur.
Tengah malam dia bangun terus dia mengendap-endap ke kamar kepala pesantren. Tapi Bu Diana tidak ada. Cuma ada aki-aki ngorok.
Jijik.
Dodi ke kamar lagi dan membayangkan kalau yang sedang disepong Bu Diana adalah dia. Onani lagi, deh. Crot. Tidur.
Setiap kali Bu Diana datang ke pesantren pas libur dan malam-malam, Dodi suka mengintip ke kamar kepala pesantren. Sayangnya jendelanya sekarang ditutupi tirai jadi sudah tidak ada kesempatan buat lihat Bu Diana nude lagi.
Rupa-rupanya Bu Diana dan kepala pesantren itu suami istri. Jadi si kepala pesantren ini istrinya empat. Yang satu ada di kota, yang satu itu Bu Diana, satunya janda di desa dekat pesantren, yang terakhir adalah anak pesantren yang dakwah di desa lain. Tapi itu semua rahasia karena kalau ketahuan publik dia beristri empat, bisa memengaruhi ke reputasi pesantren.
Dodi tahu ini dari obrolan sama warga ketika dia lulus dari pesantren 3 tahun kemudian.
Waktu lulus, Dodi tidak dijemput bapaknya. Dodi cuek karena dia sudah tidak mau ketemu bapaknya lagi. Dia jalan ke desa dekat pesantren terus cari kerja di sana. Dia dapat kerja di bengkel otomotif. Yang punya bengkelnya orang keturunan Tiongkok dan, walaupun galak, dia mengajarkan banyak hal pada Dodi. Sekitar setahun di sana, Dodi menumpang mobil angkutan umum ke kota kelahiran tapi tidak pulang. Sampai di terminal, dia cari kerja lagi.
Dodi bertemu sama saudagar angkot yang punya belasan angkot. Dodi disuruh jadi pencuci angkot dengan imbalan tempat tinggal berupa lapak kecil dan makan 2 kali sehari. Beberapa minggu cuci mobil, si saudagar dari Arab yang punya belasan angkot itu mengijinkan Dodi untuk belajar menyetir.
Seminggu kemudian, Dodi jadi sopir tembak angkot sebagai sambilan. Sekitar 1 setengah tahun dia jadi sopir tembak dan pencuci mobil. Trayek angkotnya melewati daerah rumah bapaknya dan ajaibnya, bapaknya itu belum pernah mencarinya sejak kelulusan dari pesantren.
Selain dapat pekerjaan menyetir, ada pengalaman hebat juga yang didapat Dodi. Salah satunya dari seorang laki-laki bernama Anwar. Anwar ini orang terminal yang disegani warga. Badannya besar dan berotot. Kerjanya menarik jatah preman dari pedagang dan sopir. Tapi orangnya baik. Anwar ini yang menjaga ketertiban di terminal.
Dodi kenal dengannya melalui saudagar angkot. Anwar senang dengan Dodi karena tahu kalau dia bisa bela diri. Mereka berdua sering sparring santai kalau sedang tidak ada kegiatan. Dodi dikenal orang terminal sebagai anak yang bisa menandingi Anwar. Dodi pun dapat beberapa tips dan trik untuk berkelahi dari Anwar.
Anwar juga mengenalkan Dodi dengan penjaga toko yang bernama Nina. Buuuh. Nina ini cewek aduhai banget. Rambut panjang, langsing, pokoknya perfect. Paling tidak buat standar Dodi waktu itu. Nina ini adalah pasangannya Anwar. Pasangan dalam hal mesum.
Setiap malam setelah terminal sepi, mereka biasa tidur di belakang musala terus ngewe. Suatu hari, Anwar mengajak Dodi untuk menonton dia dan Nina ngewe.
Dodi duduk dengan inosen melihat Anwar berciuman dengan Nina, lalu melucuti bajunya satu per satu. Itu kali pertama Dodi melihat perempuan telanjang secara langsung tanpa ngintip.
Indaaah, gaaan. Payudara perempuan itu indaaah.
Tapi Anwar melarang Dodi untuk pegang-pegang Nina.
"Nonton aja. Masih kecil."
"Nanti kalau udah gede baru aku kasih," kata Nina.
Dodi menurut. Dia menonton Anwar melumat bibir Nina terus turun ke payudara. Lidah Anwar habis menjilati puting Nina yang kecokelatan. Lalu tangannya masuk ke selangkangan. Nina melebarkan kakinya dan vaginanya terpapar jelas oleh mata Dodi.
Nina mendesah lalu berbaring di tikar. Anwar mencopot celana dan Dodi tercengang melihat ukuran penis Anwar.
Giant.
Penetrasi dimulai. Desahan Nina makin kencang seiring gerakan Anwar. Penis Dodi berdiri maksimal. Dia pegang-pegang penisnya lalu Nina tertawa.
"Udah bisa coli?"
"Udah.."
"Sok, coli."
Dodi mengeluarkan penisnya dan mulai mengocok. Anwar menggenjot Nina makin kencang. Anwar mencabur penisnya dan crot di perut. Dodi hampir crot. Nina menarik badan Dodi dan menyuruhnya untuk crot di payudara.
Sensasi menumpahkan sperma di payudara membuat Dodi bergetar seluruh badan. Lalu mereka bertiga tertawa.
Kegiatan itu kemudian menjadi rutinitas setiap tiga kali seminggu.
Setelah puas jadi sopir angkot, Dodi memutuskan untuk pindah lagi lebih mendekati rumah bapaknya. Dia ingin tahu apa bapaknya memang sengaja tidak mencari Dodi atau pernah mencarinya ke pesantren tapi tidak ketemu karena Dodi kabur ke desa.
Dodi mencari kerja di dekat sana dan dapat kerja sebagai pembantu di sebuah kedai chinese food yang dipunyai orang Tiongkok paruh baya.
Sebutlah orang ini Koh Ang. Koh Ang mewarisi bisnis masakan Tiongkok dari orang tuanya. Kedai Koh Ang ini memang sudah punya nama sejak lama dan ramai banget setiap hari. Jadi Koh Ang tinggal meneruskan. Tapi banyak etika bisnis yang Dodi pelajari dari Koh Ang.
Begini cara bisnis Koh Ang:
- Delegasi pekerjaan. Koh Ang punya sebelas karyawan yang pembagian kerjanya jelas. Lupa detailnya apa saja, yang saya ingat adalah: penerima pesanan/waiter, orang yang siapkan bahan untuk dimasak, koki, plating, dan kasir. Kesebelas karyawan itu tiap hari ganti profesi supaya bisa semua kerjaan. Koh Ang cuma berdiri di tengah kedai mengawasi semuanya.
- Model pembayaran karyawannya bukan gaji tapi bagi hasil. Lupa pembagiannya gimana, tapi lumayan. Tentunya Koh Ang paling besar. Kata Koh Ang, sistem bagi hasil begini membuat karyawan punya rasa kepemilikan sama kedai. Ketika kedai sepi, para karyawan nongkrong di luar kedai nawar-nawarin buat makan di kedai. Pastinya Koh Ang juga ikut koar-koar di depan kedai.
- Transparensi proft kedai. Jadi semua karyawan tahu berapa uang yang bakal diterima di akhir bulan kalau mereka rajin.
- Koh Ang tidak pelit ilmu. Semua resep dia bagikan. Kalau ada karyawan mau resign buat bikin lapak sendiri, diijinkan, bahkan dibantu.
- Kelemahan model bisnis begini adalah kita butuh modal besar atau sudah ada sustainable financial status.
Kelemahan terbesar Koh Ang adalah dia suka judi. Tapi itu, mah, kelemahan orang, bukan kelemahan bisnis.
Dodi pun diterima sebagai pembantu yang tugasnya ngepel kedai, ngelap meja, dan membuang sampah. Bayarannya lebih kecil ketimbang kerja di saudagar angkot, tapi Dodi diajarkan cara memasak dan menjalankan bisnis. Jadi buat Dodi itu adalah pembayaran yang lebih berarti.
Di ulang tahunnya yang ke-17, Dodi iseng mendekati rumah bapaknya. Tampang Dodi sudah jauh berbeda dari waktu dia pergi ke pesantren dan sudah banyak warga perumahan yang berganti sehingga dia tidak dikenal.
Dodi nongkrong di warkop dekat rumah bapaknya lalu mengobrol. Kata yang punya warkop, bapak Dodi masih kerja dan pulang malam. Dia dikenal sebagai duda keren dan dermawan. Banyak yang suka tapi tidak ada yang nyantol. Anaknya katanya tinggal di pesantren.
Hmm.
Berarti memang bapaknya tidak pernah mencari Dodi. Dodi kecewa, kesal, dan campur aduk.
Dodi meluncur ke kantor bapaknya tapi tidak masuk. Lagi-lagi dia nongkrong di warung dekat kantor bapaknya. Sekitar jam 4, bapaknya keluar dari kantor dan pulang pakai mobil. Dodi ikuti pakai motor sampai ke sebuah rumah tapi bukan rumah bapaknya. Bapaknya masuk ke rumah itu dan tidak keluar lagi sampai magrib. Berhubung Dodi harus kerja di Koh Ang, dia pergi dari sana tapi berjanji nanti pagi akan ke rumah itu lagi untuk tahu siapa penghuninya.
Sesuai rencana, pagi sekali Dodi sudah nangkring di depan rumah itu. Sekitar jam setengah 7 pagi, seorang wanita cuantik nan jelita keluar dengan pakaian necis. Setelan jas dan rok mini. Rambut panjang dicat cokelat. Dia pergi pakai mobil dan langsung Dodi ikuti. Rupanya dia kerja di bank swasta.
Dodi kemudian kembali ke kedai Koh Ang dan berpikir. Kemungkinan besar perempuan itu adalah pacar bapaknya. Atau bisa saja selingkuhannya. Dodi berjanji akan mencari tahu hubungan mereka.
Oh, iya, satu lagi. Dodi mau ke terminal lagi buat tagih janji Nina. Dia sudah besar sekarang.