Ketika pagi tiba andika terbangun karena sinar matahari sangat terang. Dan segera bangkit dan memperhatikan sekitar. Ada sekumpulan burung terbang di langit, suara deburan ombak, dan udara pagi yang menyegarkan. Sejenak ia merasa de javu. Seperti hari kemarin. Hanya saja kali ini tidak ada wanita yang ia seret tubuhnya ketika pingsan. Sambil tersenyum sendiri ketika memikirkan perbedaan hari ini dan hari kemarin.
Sementara itu desi tampak tidak peduli dengan andika yang baru saja bangun. Dia melihat jauh ke arah lelautan, berharap tim SAR akan segera menolong dirinya. Sesekali ia juga memakan buah pisang yang didapat kemarin. Entah mengapa ia tetap mengunyah, sedangkan lidahnya sudah bosan dengan pisang karena sejak kemarin ia hanya memakan pisang saja. Tidak ada pilihan menu lainnya.
“Hai des, pagi yang indah, bukan?” andika membuka percakapan dengannya. Walaupun tadi malam dia dan desi telah mengobrol sampai lelah, tapi tetap saja ada kecangungan ketika mulai berbicara pagi itu.
“Tidak lebih baik dari kemarin.” dia menjawab singkat. Dan tetap tidak mau mengalihkan pandangannya dari lautan seolah pria yang berada tidak kurang dari satu meter di sebelahnya benar-benar tidak ada.
“enaknya ngapain ya hari ini, des?, Apa kita perlu mencari makanan lagi di hutan seperti kemarin?”
Desi bangkit dari duduknya. Ia tidak suka dengan gurauan andika. Bagaimana pun juga mereka baru kenal. Hanya karena nasib yang sama. Seandainya mereka tidak sama-sama terdampar, mungkin desi tidak akan pernah bercakap-cakap dengan nya.
“Terserah kamu. Yang jelas aku akan jalan-jalan sebentar.” desi pun perlahan meninggalkan andika.
“Oh ya…. kalau bisa kamu tetap disini saja dulu. Siapa tahu ada tim SAR. Tidak lucu jika mereka lewat dan tidak menyadari bahwa ada korban kecelakaan yang selamat. Nanti siang giliranku yang jaga. Sekarang aku mau jalan dulu.” desi pun melanjutkan kata-katanya, kemudian pergi begitu saja.
Andika pun tampak kesal. Ia tidak habis pikir mengapa gadis itu selalu menyuruhnya. Dan anehnya, ia selalu saja menurut tanpa bisa membantah. Andika melihat desi semakin menjauh. Dan ia sendiri tidak tahu apa yang harus ia lakukan hari ini.
“Tentu saja menunggu tim SAR itu. Jika mereka lewat, maka aku akan berteriak sekuat tenaga agar mereka menyadari keberadaanku” Pikir andika dan tersenyum geli dengan pikirannya sendiri.
Ia kemudian mengambil beberapa buah pisang. Setelah itu ia bersandar di sebuah pohon kelapa, tempat dimana desi duduk tadi. Mengupas pisang, kemudian memakannya. Ia tampak santai. Pandangannya menuju laut lepas, dan harapannya sama dengan harapan desi, melihat kapal-kapal penyelamat yang mencari korban kecelakaan kapal dua hari lalu.