Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT A.K.A.R.

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Hehehe.. makasih kepada suhu suhu udah mampir n mau baca cerita yg gak jelas n gak berkelas ini. Update diusahakan secepat mungkin ya, karena cerita ini gak pake direncanain alias ngetik dadakan ala tahu bulat :D
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
A.K.A.R.
bagian dua.



Tol luar lingkar Jakarta..


Aku memandang kosong ke arah gedung gedung tinggi Jakarta bagian timur melalui jendela bus AKAP yang kutumpangi saat ini. Jakarta, akhirnya aku kembali, akhirnya aku kembali ke tanah kelahiranku setelah 3 tahun lamanya aku memagari diriku di kota Nanas, akhirnya aku kembali ke tempat dimana berjuta kenangan tercipta disini sebelum akhirnya aku bertemu dan memilih untuk menikahi gadis ayu bernama lengkap Sari Triningtyas, ibu dari anak laki laki bernama Raka Putra Baskara, putra dari pria bernama Bayu Baskara, aku.

Malam setelah 'pemberitahuan' istriku soal Mpok Mumu yang menagih cicilan hutangku untuk biaya persalinan Raka, aku terlibat pembicaraan yang serius dengan Sari. "Yah, Bunda udah buat keputusan, semua resiko sama kemungkinan kemungkinannya udah bunda fikirin semuanya."
Awalnya aku terkejut mendengar Sari bicara seperti itu. Bagaimana tidak, bahasa seperti ini seperti bahasa ingin berpisah denganku. Aku tak sepenuhnya menyalahkan Sari seandainya dia minta berpisah denganku nantinya, mengingat kondisi sulit yang kami alami saat ini membuatku wajar jika Sari menginginkan perpisahan.
"Coba kamu cari info sama temen temen sekolah kamu dulu Yah, mereka kan udah pada sukses tuh, siapa tau ada yang bisa bantuin kamu nyari kerja. Kerjaan yang tetep, kerjaan yang gajinya pasti sebulan sekali, bukan kerjaan yang serabutan kaya sekarang yang gajinya bikin deg degan terus."
Aku menarik nafas lega, ternyata aku masih saja salah menilai pemikiran istri tercintaku ini. Aku terdiam sejenak sebelum akhirnya aku berkata, "Bunda yakin? Bunda kan gak. . ." Belum sempat kuselesaikan ucapanku Sari langsung memotong, "Emang sih, bunda gak suka sama temen temen kamu, tapi bunda lebih gak suka ngeliat keadaan kita sekarang Yah." Ucap Sari tanpa melihatku.
"Tapi," potongku dan langsung dipotong balik oleh Sari.
"Kamu mau apa ngga? Sebelum bunda berubah fikiran nih!" Aku terdiam sejenak, Sari memang punya cerita sendiri dengan teman teman sekolahku dulu yang menyebabkan dia amat sangat gak suka dengan mereka. Terlebih dengan temanku yang satu itu. . .
Aku menarik nafas, "Yaudah, besok ayah coba telpon Rian deh, nanyain nomer telponnya Tyo".
Rian adalah adik kandungku, sementara Tyo adalah sahabat dekatku semasa sekolah sampai akhirnya aku pindah ke kota kelahiran istriku ini. Rian dan Tyo dulunya tergabung dalam organisasi Paskib di sekolahku. Ya, Rian adalah adikku dan adik kelas beda dua tingkat dengan ku.

Dan disinilah aku sekarang, menuju kota kelahiranku.
"Cikampek kampeek kampek.." sayup kudengar teriakan kenek bus meneriakkan trayek bus guna menarik penumpang. Aku masih dengan tatapan kosongku mencoba mencerna teriakan kenek tadi di otakku. Arah Cikampek, tujuanku sekarang Kp. Rambutan.. "Eh..!!" Aku berdiri dengan panik dan bergegas ke arah pintu belakang bus, "Ini udah arah Cikampek lagi kang?" Si kenek yang sedang santai bersandar di pintu bus malah cengengesan, "Masih di Rambutan kang, daritadi saya perhatiin situ, cuma kayanya situ lagi serius banget ngelamunnya. Makanya saya gak enak buat ngasih tau situ kalo kita udah sampe terminal Rambutan, yaaaa barangkali situ lagi banyak fikiran, ya kan?" Aku melihat kearah luar jalan. Iya, ini masih di dekat terminal Kp. Rambutan.
"Yaudah kang, saya turun sini aj" kataku sambil siap siap turun.
"Gak pengen balik lagi ke Cikampek kang? Ongkosnya saya potong 5rb lah" kata kang kenek.
Bengeut sia!! (muka lu), gerutu ku dalam hati. "Hehe.. bisa aj si akang, saya turun aja kang" ucapku bergegas turun, untung saja laju bus tidaklah terlalu kencang saat itu.

Tak ingin terlalu siang, aku segera mencari bus arah terminal Blok M..

____________________________________________¤¤____________________________________


Setengah jam sudah aku berdiri di depan resto cafe ini, celingak celinguk mengharap orang yang ku tunggu ada diantara para pengunjung pengunjung Mall kelas dua ini. Kampret, lama bener ni orang. Gak tau apa ya kalo perut laper tenggorokan aus? Bener bener dah. Aku dengan ikhlas menggerutu sejadi jadinya. Bukannya aku gak ingin menelpon Tyo, tapi kadar pulsaku yang tersimpan di dompet HP bututku saat ini sudah gak memungkinkan bahkan untuk sekedar SMS. Pulsa yang dibelikan oleh istriku tempo hari hanya cukup untuk menelpon Tyo selama beberapa menit dan itupun hanya untuk memastikan tempat dan waktu kami ketemuan saat ini. Ditambah, uang dalam kantongku hanya cukup umtuk ongkos pulang kembali ke rumah kontrakanku. Itupun kalo aku gak menginap, seandainya aku harus terpaksa menginap, maka uangku hanya cukup untuk ongkos ke Depok sana tempat Trisna kakak sepupuku tinggal. Ya, aku gak mau merepotkan ibuku nanti kalau aku balik ke rumah ibuku di Tangerang. Dengan alasan itu pula aku menekankan Rian adikku agar jangan memberitahu ibu kalo aku sedang ada di Jakarta saat ini. Namanya adik, dia ngotot ingin memberitahu ibu nahwa aku balik ke Jakarta. Karena menurut dia, buat apa balik ke Jakarta kalo nginepnya malah di Depok rumah Trisna sepupuku bukan dirumah ibuku. Dan namanya juga adik, dia kalah debat argumen dengan aku kakaknya, haha..

Aku tersentak setelah ada yang menowel bahu kananku, dengan cepat aku menoleh ke arah kanan. Gak ada orang.. sedikit bergidik aku balik menoleh ke kiri, dan tampak wajah mirip kunyuk mengagetkanku sambil mengucap "BAAAA...!!!" Aku yang kaget lagsung menoyor jidat Tyo dan mengomel sejadi jadinya dengan sahabatku ini, "Kampret lu.. lama bener jadi orang. Kagada berubahnya lu".
Tyo yang senang karena berhasil membuatku kaget malah tertawa puas, "Hahahaha... lagian elunya juga, ngapain juga lu diri disini celingak celinguk ga jelas. Bukannya masuk ke dalem resto, pesen tempat, pesen minum. Daripada diri diluar, udah kaya mo minta sumbangan aj lu"
Raut wajahku berubah mendengar itu. Entah kenapa aku tersinggung.
Tyo yang menyadari perubahan raut wajahku langsung meralat ucapannya, "Maksud gw, daripada lu berdiri disini, kan mending nunggu di dalem. Sambil nunggu gw kan lu bisa pesen minum dulu kek, pesen apa kek." Aku tersenyum saja mendengar ucapan Tyo.
"Gapapa Yo, lagian gw baru sebentar kok nunggunya".
Tyo langsung mengajakku masuk ke dalam resto dan mencari meja kosong sambil memanggil pelayan resto yang dari NAME TAG nya bernama Ratna. "Pesen apa Bey?" Tanya Tyo kepadaku.
Aku tersenyum mendengar Tyo memanggil ku Bey. Dulu, mereka biasa memanggiku Ibey, plesetan dari e-Bay, plesetan dari Bayu. "Samain aja kaya pesenan lu"
Setelah mbak Ratna mencatat dan membawa pesanan kami ke belakang, Tyo tiba tiba menatapku seolah sedang menilaiku dan bertanya, "Ada apa Bey?"
Entah kenapa, ada rasa gengsi dalam diriku yang menolak untuk memberitahu Tyo bahwa saat ini aku berstatus pengangguran dan butuh pekerjaan tetap.
"Temen temen gimana kabarnya Yo?" Aku balik bertanya alih alih menutupi gengsiku kepada Tyo.
"Baik, dan berjalan seperti biasa" Ucapnya singkat, dan aku kembali diam.
Tyo menarik nafas sejenak dan mulai menghakimi ku, "Beey Bey.... lu kira temen temen lu disini gak tau keadaan lu disana? Meskipun gak seratus persen kita tau gimana kondisi lu disana, tapi secara garis besar kita kita tau Bey. Gimana elu disana, kerja apa lu disana, keadaan lu disana, kita tau Bey, cuma kita gak bisa apa apa. Karena kita gak ada hak buat ngatur keputusan lu sama hidup lu. Sekarang gini deh, lu jangan tersinggung ya. Coba lu liat dirilu sekarang, lu sadar gak kalo sekarang lu tambah item?? Yaaa meskipun badan lu juga nambah sterek siii... dikit"

"Kenapa lo? Naksir ama body gw?" Aku berusaha menanggapi kicauan Tyo dengan candaan. Meskipun sebenarnya aku tersinggung, tersinggung dengan ucapannya yang gak bisa aku bantah sedikitpun. Dan Rian, kesal kali aku dengan adikku ini. Bagaimana mungkin Tyo tau kondisiku saat ini kalo bukan dari Rian? Brengsek gumamku untuk Rian.

Tyo mendengus, "Najis.." Tyo menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi dan melanjutkan ucapannya, "Bey, jujur aja ama gw, gw ini sohib lu. Ada apa lu jauh jauh balik ke Jakarta ampe rela ninggalin anak lu? Siapa namanya? Raka ya kalo gak salah?"
Bajingan, Tyo bahkan tau nama anakku.
Sekilas aku teringat Raka putraku lalu mengambil nafas berat, "Hhhhh... gw nganggur Yo, dan gw butuh info soal loker. Lu tau sendirilah, jaman sekarang susah nyari kerja kalo modalnya cuma ijazah SMK, apalagi umur gw udah kelewat bates buat persyaratan "Fresh Graduate". Sekalinya ada yang gak masalahin umur, ujung ujungnya pasti minta uang. Uang daftar lah, uang ini lah, uang itu lah. Cari uang jaman sekarang harus pake uang Yo. Cape.." jelasku panjang lebar.

Tyo membuang muka sejenak, "Udah gw duga. Udah gw duga sebelumnya Bey."
Lalu, dengan menatap tajam ke arahku Tyo berkata, "Tapi, gw jadi sohib lu udah lama Bey, jadi gw hapal gimana bentuk dari harga dirilu kalo seandainya ada yang tau kalo lu kerja di tempat gw dengan posisi yang seharusnya diisi oleh para Diploma. Buat lu, mending jadi tukang kebon tapi hasil usaha sendiri ketimbang kerja jadi Staff HRD tapi hasil pertolongan temen lu. Ya kan?"
Ya, itulah aku dengan segala ke'egoisan'ku dan harga diriku.

Aku terdiam tanpa mengalihkan tatapan ku dari mata Tyo. Tyo adalah sahabat lamaku, dan aku yakin dia tau seperti apa jawabanku saat ini.

Melihat tatapanku, Tyo menggeleng sambil merubah posisi duduknya berbarengan dengan mbak Ratna yang datang membawakan pesanan kami. Sambil mulai menyantap makanannya, Tyo mulai memberikan pernyataan 'kalah'nya kepadaku, "Terserah elu dah Bey, yang penting gw udah coba nawarin kerjaan, malah kalo lu mau, sini lamaran kerja lu gw bawa, kasih gw waktu seminggu, gw jamin lu dapet panggilan dari kantor gw minggu depan, FREE!!"
Kami bertatapan sebentar, aku tetap diam. Dan Tyo akhirnya benar benar menyerah."Ternyata, tawaran gw masih kalah jauh tinggi sama harga diri lu" Aku tersenyum mendengarnya.
"Makasih ya Yo, lu emang best fren gw..ngomong ngomong, enak juga nih nasgor.. haha.." Aku bercanda berusaha mencairkan suasana.
"Dasar lu nya aj yang kelaperan" balas Tyo yang sepertinya belum sadar kalo piring nasgornya sudah kosong setengahnya.
"Lu kapan balik Bey? Tanya Tyo sambil meneguk Orange Juice.
"Belom tau nih, kalo ada info lain yang menjanjikan, mungkin gw nginep. Tapi kalo ga ada lagi info loker, kayanya gw balik aj deh" Aku mengambil gelas dan bersiap siap minum Orange Juice yang keliatannya segar.
"Besok besok aja lu baliknya, ada satu info loker lagi sih, tapi detailnya gw gak terlalu paham." Katanya memberi info. Aku yang antusias langsung balik bertanya,
"Kerjaan apaan Yo? Dimana?" Tanyaku bersemangat.
"Kan ud gw bilang, detailnya gw kurang paham. Mendingan lu datengin aj orangnya sambil nanya nanya."
"Orangnya siapa? Gw kenal gak?" Orange Juice tegukan pertama selamat sampai tujuan di perutku.

"Kenal kok, kenal banget malah. Fitri" kata Tyo sambil pura pura sibuk memutar sedotan dalam gelas.
"UHUKK..." aku tersedak, "HAHHH..??!"
"Gw ngasih tau Fitri kalo lu mau ketemu sama gw sekarang, malahan kayanya dia lebih paham tuh apa maksud lu balik ke Jakarta, soalnya dia titip pesen ke gw buat lu, 'Kasih tau Ibey, di kantor gw ada lowongan kerja' n nyuruh gw buru buru nganter lu ke apartemennya segera setelah lu selesai sama gw."

Aku yang masih terkejut cuma bisa memandang kesal ke arah Tyo sahabatku.




"Yassallaaam...."
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Mantap om, cerita yg begitu mendetail tak terburu buru
Lanjutkan hu tanpa embel embel macet update nya
 
Bimabet
Penasaran kira2 nii cerita mengarah kmn, smangat melanjutkan suhu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd