Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT ANTARA CINTA DAN NAFSU

Bagian 15

"Kemoterapi selanjutnya akan lebih hebat dari ini" ujar dokter Hari serius kepada Ana. Ana memejamkan matanya. Sebetulnya ia cukup sering melihat parahnya efek samping yang ditimbulkan dari Kemoterapi kepada pasien pasiennya, namun melihat hal itu terjadi pada suaminya sendiri menimbulkan reaksi berbeda di hati Ana.
"Atau .. anda memilih alternatif perawatan lain, dokter Ana?" tanya dokter Hari. "Saya mengerti ini tidak mudah .."
Ana terduduk, menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ini sudah dimulai, dan Ana tahu ia harus lebih menguatkan dirinya demi Alex. Alex tidak boleh tahu bahwa Ana juga memiliki rasa pesimis dalam hatinya. Alex memerlukan dukungannya agar selalu yakin akan kesembuhannya.
"Saya tidak apa apa Dok .." ujar Ana pelan. "Saya tau ini satu satunya cara ..."
Dokter Hari mengangguk. Ia berpamitan meninggalkan Ana seorang diri di selasar Rumah Sakit, untuk kembali ke ruang UGD memberikan pertolongan pada Alex.
Ana melirik jam tangannya. Hampir pukul 9 malam. Dokter Hari sudah memutuskan bahwa Alex akan menginap di Rumah Sakit agar dapat dipantau perkembangan keadaannya. Ana harus mengurus kamar ke bagian admisi Rumah Sakit. Ia melangkah menyusuri selasar Rumah Sakit yang mulai sepi.
"Ana ..." sebuah suara berat menyapanya. Ana menghentikan langkahnya dan menoleh, melihat Dewo menghampirinya dengan senyum lebarnya.
"Apa kabar?" tanya Dewo mengulurkan tangannya pada Ana. Ana menjabat tangan Dewo dan tersenyum tipis.
"Baik .." jawab Ana. "Baru selesai praktek?"
Dewo mengangguk, "Dan kamu sendiri .. apa yang kamu lakukan disini?"
"Aku .. Alex ..." Ana kehilangan kata katanya. Bayangan Ratih dan Dewo melintas di benaknya, bergantian dengan perkataan Ratih yang terus terngiang di telinganya. Ana merasa ia harus berhati hati menghadapi Dewo mulai saat ini. "Boleh aku bertanya sesuatu padamu?" tanya Ana mengalihkan pembicaraan.
"Tentu .. ada yang bisa kubantu?" tanya Dewo menatap Ana heran.
"Apakah mas Dewo masih memberikan terapi pada adikku Ratih?" tanya Ana cepat. "Aku melihat kalian berdua di rumah sakit ini beberapa hari lalu. Aku menyusul ke ruang praktekmu namun terkunci padahal perawat bilang kamu ada didalam bersama Ratih."
Dewo mengernyitkan dahinya, "Kamu yakin?" tanya Dewo. "Aku memang memberikan terapi kepada Ratih tapi seperti biasa aku melakukannya di rumahmu."
"Dan aku melihat mas juga menemani Ratih berbelanja ke Supermarket tadi pagi" sambung Ana. "Jangan bohong padaku Mas."
Dewo terdiam. Sejurus kemudian menjawab pertanyaan Ana. "Ya ... Aku dan Ratih .. memang .. kami lebih dari sekedar dokter dan pasien saat ini ..."
"Maksudmu apa Mas?" tanya Ana heran. "Kalian .. ?"
"Aku baru saja melamar Ratih menjadi isteriku beberapa hari yang lalu ..." ujar Dewo santai. "Maaf kami tidak memberitahukannya padamu ...."
"Kenapa?" tanya Ana, matanya berkaca kaca menahan emosi. "Kenapa harus Ratih? Dan kenapa kamu merahasiakannya dariku tadi?"
"Memang kenapa kalau Ratih?" tanya Dewo. "Salah kalau aku mencintainya? Toh dia juga mencintaiku. Kami saling mencintai."
"Secepat itu kamu jatuh cinta padanya mas?" tanya Ana. Ia masih merasakan sesuatu yang aneh. Masih segar dalam ingatannya betapa Dewo kecewa saat ia tidak menerima lamarannya dan cerita Ratih bahwa Dewo hanya tersenyum tanpa menjawab saat Ratih mengatakan perasaannya pada Dewo.
"Kamu berharap aku masih terluka berlarut larut karena sakit atas penolakanmu, An?" tanya Dewo sinis.
"Jangan jadikan Ratih sebagai pelarianmu mas .. kamu tidak mencintainya, aku tau itu .." bantah Ana.
"Siapa bilang? Atau .. kamu menyesal sudah memilih suamimu yang sakit sakitan itu dibandingkan aku?" tanya Dewo. Ia mendekatkan mukanya kepada Ana. "Aku masih mau menerimamu kalau kamu mau berpisah dari suamimu itu An .."
Ana membalikkan badannya untuk meninggalkan Dewo, namun dengan cepat Dewo mencekal tangan Ana dengan keras.
"Jangan coba menghalangi pernikahanku dengan Ratih .. ingat itu!!" desis Dewo. Ana menghentakkan tangannya kuat kuat hingga terlepas dari pegangan Dewo, dan berlari menuju bagian Admisi. Dadanya penuh emosi. Ana berhenti sejenak mengatur nafasnya dan melangkah pelan untuk menyelesaikan administrasi kamar Alex.

Jadwal Kemoterapi Alex terpaksa ditunda karena kondisinya yang sedikit menurun. Setelah semalam menjalani rawat inap, kondisi Alex mulai membaik. Demamnya sudah hilang, dan siang ini ia sudah dapat menyantap makanannya seperti biasa tanpa rasa mual.
"Apa yang kamu pikirkan An?" tanya Alex, memandang Ana yang termenung sambil memegang piring makan siang Alex.
"Tidak ..." ujar Ana menggeleng sambil tersenyum, menyuapkan kembali sesendok nasi kepada Alex.
"Ada apa ...?" tanya Alex menggenggam tangan Ana. "Jangan menyembunyikan sesuatu dariku An ..."
"Tidak ada sayang .. jangan kuatir, aku baik baik saja ..." ujar Ana lembut mencoba meyakinkan Alex.
Alex mengangguk, walau ia tahu pasti Ana memikirkan sesuatu.
"Maafkan aku membuatmu susah An ..." ujar Alex getir. "Disaat kehamilan muda seperti ini, kamu malah lelah mengurusku .. harusnya kamu lebih banyak beristirahat."
"Jangan katakan itu sayang ..." ujar Ana mengelus punggung tangan Alex. "Aku akan selalu ada untukmu .. sampai semua ini selesai."
Mata Alex berkaca kaca. Ia menggenggam tangan Ana erat. Pada saat yang bersamaan pintu kamar Alex diketuk.
"Biar aku buka pintunya .." ujar Ana seraya meletakkan piring makan Alex dan melangkah ke balik lemari yang membatasi tempat tidur dengan set sofa bagi penunggu. Kamar VIP yang ditempati Alex memang ditata sehingga memiliki dua ruang terpisah yang dibatasi oleh satu buah lemari besar.
Ana membuka pintu, dan dihadapannya berdiri Dewo dan Ratih di kursi roda.
"Ratih?" sapa Ana terkejut. "Kalian ..."
"Aku mau menjenguk kakakku ..." ujar Ratih dingin seraya menatap Ana tajam. "Alex Wiwaha. Dokter Dewo yang memberitahuku ia tengah dirawat disini."
Ana menatap Dewo yang tersenyum tanpa rasa bersalah dibelakang Ratih.
"Kondisinya belum memungkinkan untuk dijenguk" ujar Ana pelan, mengontrol suaranya agar tidak didengar oleh Alex. "Apakah calon suamimu ini tidak mengatakan padamu, bahwa kakakmu tidak diizinkan untuk dijenguk?"
Ratih terperanjat. Ana rupanya sudah mengetahui hubungannya dengan Dewo.
"Kenapa?" tanya Ana, "Tidak sulit melihat ada sesuatu yang terjadi antara kalian berdua."
"Kalau begitu, biarkan aku melihat Kakakku. Aku ingin meminta restunya untuk menikah dengan pilihan hatiku" ujar Ratih memaksa.
"Tidak!" ucap Ana cepat.
"Kenapa Kakak menghalangiku?" ujar Ratih lagi, "Kakak takut rahasia ini akan terbongkar?"
Ana merasa sesak dalam dadanya menahan emosi. Ia berusaha sekuat tenaga mengendalikannya dan bersikap tenang didepan Ratih dan Dewo.
"Aku isterinya" ujar Ana, "Aku berhak melarang siapapun bertemu suamiku tanpa memberitahu alasannya."
Ratih menatap Ana tajam.
"Silahkan pergi dari sini" ujar Ana dingin.
"Baiklah .." ujar Ratih. "Tapi aku tidak akan berhenti untuk berusaha menemui kakak kandungku. Lihat saja. Ayo mas Dewo, kita pergi"
Ratih dan Dewo berlalu. Setelah Ana tidak melihat sosok mereka lagi, ia menangis sejadi jadinya, meluapkan semua emosi yang menyesakkan dadanya.
Ratih masih sangat muda. Usianya baru saja menginjak 19 tahun beberapa bulan yang lalu. Usia yang masih remaja, labil dan sangat mudah dipengaruhi oleh berbagai hal disekelilingnya. Ratih juga masih sangat polos, namun kini berubah menjadi pribadi yang sangat keras. Sejenak Ana merasa sangat rindu pada sosok Ratih yang dulu selalu dekat dengannya.
"Ana ..." suara Alex memanggil. Ana segera menghapus air matanya dan berbalik menemui Alex. Alex tidak boleh tau apa yang telah terjadi, demi kesehatannya.


"Aku tidak mengerti ..." ujar Ratih menahan emosi. "Aku adiknya, dan Kak Ana dengan seenaknya melarang aku bertemu kakakku sendiri."
Dewo menghela nafas sambil menuliskan sesuatu diatas kertas resepnya. Ia mengajak Ratih untuk menenangkan diri di ruang praktiknya.
"Begitulah Kakakmu .." ujar Dewo pelan. "Sangat keras kepala, tidak pernah berubah"
"Kak Ana hanya tidak mau suaminya mengetahui siapa aku sebenarnya .. setidaknya itu yang dikatakan Kak eveline kepadaku. Ia tidak ingin harta suaminya jatuh ke tanganku" ujar Ratih menganalisa.
Dewo memperhatikan Ratih yang terus berbicara meluapkan emosinya. Dengan bantuan Eveline yang menceritakan sedikit demi sedikit masa lalu Ratih, ingatan Ratih perlahan kembali. Eveline tidak perlu bersusah payah untuk menghasut Ratih dan ibunya membalaskan dendamnya dengan menebar kebencian mereka atas keluarga Alex.
"Kamu bisa mendapatkan keuntungan, dengan mempatenkan langkah terapimu menjadi journal medis mengembalikan ingatan pasien amnesia menahun, menjadi suatu publikasi yang terkenal di dunia" tawaran Eveline kepadanya datang saat Dewo diminta untuk membantunya melancarkan rencananya. "Belum lagi harta keluarga Wiwaha yang akan jatuh ke tanganmu melalui warisan Ratih. Aku tahu untuk mempublikasikan sebuah jurnal memerlukan penelitian yang memakan banyak biaya."
Dewo mendengarkan kata kata Eveline dengan seksama.
"Pikirkan juga saat kamu merasa sakit hati atas penolakan Ana" bisik Eveline.
"Dari mana kamu tahu hal ini?" tanya Dewo heran. Ana tertawa. Bu Seno dengan gamblang memberikan semua informasi yang ia butuhkan, dengan iming iming membawa Pak Wiwaha ke penjara, membalaskan sakit hatinya pada Pria itu yang telah membunuh suaminya dan membiarkan ia hidup dengan rasa sakit hati bertahun tahun lamanya.
"Tidak perlu tahu dari siapa .." ujar Eveline tajam. "Ikuti saja permainanku dan kamu akan mendapat banyak keuntungan."
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Dewo. Selama ini karir kedokterannya tidaklah cemerlang. Namun Dewo sangat berambisi menjadi kepala Rumah Sakit. Untuk itu ia harus meraih suatu penghargaan yang bisa digunakannya untuk mengangkat namanya dan dipertimbangkan dewan direksi menjadi kepala rumah sakit berikutnya.
"Pergunakan Ratih. Kamu tau Ana sangat menyayanginya" ujar Eveline. "Gunakan ia sebagai bahan penulisan Jurnalmu. Buat ia menyerahkan dirinya padamu agar Ana terluka. Sakit, seperti yang aku dan kamu rasakan."
"Mas Dewo ..." panggilan Ratih menyadarkan Dewo. "Mas dengar kata kataku tidak?"
"Ya .. tentu saja .." jawab Dewo terkejut. "Aku setuju denganmu. Kita harus bersabar untuk bisa menemui Alex dan menceritakan semua padanya."
Ratih tersenyum. Dewo mendekati Ratih membungkuk dan menciumnya. Ratih membalas ciuman Dewo sekilas. Tangan Dewo mulai meraba bagian dada Ratih. "Aku mencintaimu, Ratih .." bisik Dewo terus menciumi Ratih dengan bernafsu. Ratih membalas dengan ragu, namun menarik tangan Dewo menjauh dari dadanya.
"Mmh .. sabar Mas .. tunggu sampai kita resmi menjadi suami isteri" gumam Ratih, sedikit merasa kerepotan dengan serangan Dewo yang bertubi tubi. "Mas ... jangan ... nanti ada yang melihat kita ..."
Sejak kecil Ratih telah diajarkan hal yang sama dengan Ana oleh ibu mereka. Kehormatan wanita adalah satu satunya hal terpenting yang harus mereka jaga dan hanya boleh diberikan kepada suami mereka kelak. Ratih seperti halnya Ana, sangat menjaga hal ini. Doktrin ini berhasil melekat erat pada benak mereka. Dewo bukan sekali ini saja berusaha mengajak Ratih melakukan hal yang sangat diinginkannya, namun penolakan Ratih selalu sama.
"Tidak akan ada yang melihat kita .. aku kunci pintunya" bujuk Dewo. Tangannya mulai meremas payudara Ratih dengan lembut "Kita sebentar lagi akan menikah bukan? Apa yang kamu takutkan sayang?"
"Tidak mas .. jangan .." tolak Ratih "Aku menyimpannya untuk malam pertama kita nanti .."
Dewo menyerah. Ia menghela nafas, sangat berhati hati menjalankan rencananya sesuai instruksi Eveline. Tidak sulit baginya untuk membangkitkan birahi kepada Ratih, walaupun ia sebetulnya tidak mencintai Ratih. Ratih gadis yang cantik. Ia jarang menghabiskan waktu di luar rumah karena kondisinya, membuat kulitnya terjaga dengan baik. Putih tanpa noda. Tubuh Ratih sedikit lebih kurus dari Ana, namun ia memiliki bentuk tubuh yang cukup indah.
"Baiklah ... aku akan bersabar menunggu ..." ujar Dewo. Ratih tersenyum senang.
"Satu bulan lagi dan kita bisa bebas berbuat apa saja " ujar Ratih. Dewo mengangguk menahan kecewanya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd