Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT ANTARA CINTA DAN NAFSU

Bagian 15

"Kemoterapi selanjutnya akan lebih hebat dari ini" ujar dokter Hari serius kepada Ana. Ana memejamkan matanya. Sebetulnya ia cukup sering melihat parahnya efek samping yang ditimbulkan dari Kemoterapi kepada pasien pasiennya, namun melihat hal itu terjadi pada suaminya sendiri menimbulkan reaksi berbeda di hati Ana.
"Atau .. anda memilih alternatif perawatan lain, dokter Ana?" tanya dokter Hari. "Saya mengerti ini tidak mudah .."
Ana terduduk, menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ini sudah dimulai, dan Ana tahu ia harus lebih menguatkan dirinya demi Alex. Alex tidak boleh tahu bahwa Ana juga memiliki rasa pesimis dalam hatinya. Alex memerlukan dukungannya agar selalu yakin akan kesembuhannya.
"Saya tidak apa apa Dok .." ujar Ana pelan. "Saya tau ini satu satunya cara ..."
Dokter Hari mengangguk. Ia berpamitan meninggalkan Ana seorang diri di selasar Rumah Sakit, untuk kembali ke ruang UGD memberikan pertolongan pada Alex.
Ana melirik jam tangannya. Hampir pukul 9 malam. Dokter Hari sudah memutuskan bahwa Alex akan menginap di Rumah Sakit agar dapat dipantau perkembangan keadaannya. Ana harus mengurus kamar ke bagian admisi Rumah Sakit. Ia melangkah menyusuri selasar Rumah Sakit yang mulai sepi.
"Ana ..." sebuah suara berat menyapanya. Ana menghentikan langkahnya dan menoleh, melihat Dewo menghampirinya dengan senyum lebarnya.
"Apa kabar?" tanya Dewo mengulurkan tangannya pada Ana. Ana menjabat tangan Dewo dan tersenyum tipis.
"Baik .." jawab Ana. "Baru selesai praktek?"
Dewo mengangguk, "Dan kamu sendiri .. apa yang kamu lakukan disini?"
"Aku .. Alex ..." Ana kehilangan kata katanya. Bayangan Ratih dan Dewo melintas di benaknya, bergantian dengan perkataan Ratih yang terus terngiang di telinganya. Ana merasa ia harus berhati hati menghadapi Dewo mulai saat ini. "Boleh aku bertanya sesuatu padamu?" tanya Ana mengalihkan pembicaraan.
"Tentu .. ada yang bisa kubantu?" tanya Dewo menatap Ana heran.
"Apakah mas Dewo masih memberikan terapi pada adikku Ratih?" tanya Ana cepat. "Aku melihat kalian berdua di rumah sakit ini beberapa hari lalu. Aku menyusul ke ruang praktekmu namun terkunci padahal perawat bilang kamu ada didalam bersama Ratih."
Dewo mengernyitkan dahinya, "Kamu yakin?" tanya Dewo. "Aku memang memberikan terapi kepada Ratih tapi seperti biasa aku melakukannya di rumahmu."
"Dan aku melihat mas juga menemani Ratih berbelanja ke Supermarket tadi pagi" sambung Ana. "Jangan bohong padaku Mas."
Dewo terdiam. Sejurus kemudian menjawab pertanyaan Ana. "Ya ... Aku dan Ratih .. memang .. kami lebih dari sekedar dokter dan pasien saat ini ..."
"Maksudmu apa Mas?" tanya Ana heran. "Kalian .. ?"
"Aku baru saja melamar Ratih menjadi isteriku beberapa hari yang lalu ..." ujar Dewo santai. "Maaf kami tidak memberitahukannya padamu ...."
"Kenapa?" tanya Ana, matanya berkaca kaca menahan emosi. "Kenapa harus Ratih? Dan kenapa kamu merahasiakannya dariku tadi?"
"Memang kenapa kalau Ratih?" tanya Dewo. "Salah kalau aku mencintainya? Toh dia juga mencintaiku. Kami saling mencintai."
"Secepat itu kamu jatuh cinta padanya mas?" tanya Ana. Ia masih merasakan sesuatu yang aneh. Masih segar dalam ingatannya betapa Dewo kecewa saat ia tidak menerima lamarannya dan cerita Ratih bahwa Dewo hanya tersenyum tanpa menjawab saat Ratih mengatakan perasaannya pada Dewo.
"Kamu berharap aku masih terluka berlarut larut karena sakit atas penolakanmu, An?" tanya Dewo sinis.
"Jangan jadikan Ratih sebagai pelarianmu mas .. kamu tidak mencintainya, aku tau itu .." bantah Ana.
"Siapa bilang? Atau .. kamu menyesal sudah memilih suamimu yang sakit sakitan itu dibandingkan aku?" tanya Dewo. Ia mendekatkan mukanya kepada Ana. "Aku masih mau menerimamu kalau kamu mau berpisah dari suamimu itu An .."
Ana membalikkan badannya untuk meninggalkan Dewo, namun dengan cepat Dewo mencekal tangan Ana dengan keras.
"Jangan coba menghalangi pernikahanku dengan Ratih .. ingat itu!!" desis Dewo. Ana menghentakkan tangannya kuat kuat hingga terlepas dari pegangan Dewo, dan berlari menuju bagian Admisi. Dadanya penuh emosi. Ana berhenti sejenak mengatur nafasnya dan melangkah pelan untuk menyelesaikan administrasi kamar Alex.

Jadwal Kemoterapi Alex terpaksa ditunda karena kondisinya yang sedikit menurun. Setelah semalam menjalani rawat inap, kondisi Alex mulai membaik. Demamnya sudah hilang, dan siang ini ia sudah dapat menyantap makanannya seperti biasa tanpa rasa mual.
"Apa yang kamu pikirkan An?" tanya Alex, memandang Ana yang termenung sambil memegang piring makan siang Alex.
"Tidak ..." ujar Ana menggeleng sambil tersenyum, menyuapkan kembali sesendok nasi kepada Alex.
"Ada apa ...?" tanya Alex menggenggam tangan Ana. "Jangan menyembunyikan sesuatu dariku An ..."
"Tidak ada sayang .. jangan kuatir, aku baik baik saja ..." ujar Ana lembut mencoba meyakinkan Alex.
Alex mengangguk, walau ia tahu pasti Ana memikirkan sesuatu.
"Maafkan aku membuatmu susah An ..." ujar Alex getir. "Disaat kehamilan muda seperti ini, kamu malah lelah mengurusku .. harusnya kamu lebih banyak beristirahat."
"Jangan katakan itu sayang ..." ujar Ana mengelus punggung tangan Alex. "Aku akan selalu ada untukmu .. sampai semua ini selesai."
Mata Alex berkaca kaca. Ia menggenggam tangan Ana erat. Pada saat yang bersamaan pintu kamar Alex diketuk.
"Biar aku buka pintunya .." ujar Ana seraya meletakkan piring makan Alex dan melangkah ke balik lemari yang membatasi tempat tidur dengan set sofa bagi penunggu. Kamar VIP yang ditempati Alex memang ditata sehingga memiliki dua ruang terpisah yang dibatasi oleh satu buah lemari besar.
Ana membuka pintu, dan dihadapannya berdiri Dewo dan Ratih di kursi roda.
"Ratih?" sapa Ana terkejut. "Kalian ..."
"Aku mau menjenguk kakakku ..." ujar Ratih dingin seraya menatap Ana tajam. "Alex Wiwaha. Dokter Dewo yang memberitahuku ia tengah dirawat disini."
Ana menatap Dewo yang tersenyum tanpa rasa bersalah dibelakang Ratih.
"Kondisinya belum memungkinkan untuk dijenguk" ujar Ana pelan, mengontrol suaranya agar tidak didengar oleh Alex. "Apakah calon suamimu ini tidak mengatakan padamu, bahwa kakakmu tidak diizinkan untuk dijenguk?"
Ratih terperanjat. Ana rupanya sudah mengetahui hubungannya dengan Dewo.
"Kenapa?" tanya Ana, "Tidak sulit melihat ada sesuatu yang terjadi antara kalian berdua."
"Kalau begitu, biarkan aku melihat Kakakku. Aku ingin meminta restunya untuk menikah dengan pilihan hatiku" ujar Ratih memaksa.
"Tidak!" ucap Ana cepat.
"Kenapa Kakak menghalangiku?" ujar Ratih lagi, "Kakak takut rahasia ini akan terbongkar?"
Ana merasa sesak dalam dadanya menahan emosi. Ia berusaha sekuat tenaga mengendalikannya dan bersikap tenang didepan Ratih dan Dewo.
"Aku isterinya" ujar Ana, "Aku berhak melarang siapapun bertemu suamiku tanpa memberitahu alasannya."
Ratih menatap Ana tajam.
"Silahkan pergi dari sini" ujar Ana dingin.
"Baiklah .." ujar Ratih. "Tapi aku tidak akan berhenti untuk berusaha menemui kakak kandungku. Lihat saja. Ayo mas Dewo, kita pergi"
Ratih dan Dewo berlalu. Setelah Ana tidak melihat sosok mereka lagi, ia menangis sejadi jadinya, meluapkan semua emosi yang menyesakkan dadanya.
Ratih masih sangat muda. Usianya baru saja menginjak 19 tahun beberapa bulan yang lalu. Usia yang masih remaja, labil dan sangat mudah dipengaruhi oleh berbagai hal disekelilingnya. Ratih juga masih sangat polos, namun kini berubah menjadi pribadi yang sangat keras. Sejenak Ana merasa sangat rindu pada sosok Ratih yang dulu selalu dekat dengannya.
"Ana ..." suara Alex memanggil. Ana segera menghapus air matanya dan berbalik menemui Alex. Alex tidak boleh tau apa yang telah terjadi, demi kesehatannya.


"Aku tidak mengerti ..." ujar Ratih menahan emosi. "Aku adiknya, dan Kak Ana dengan seenaknya melarang aku bertemu kakakku sendiri."
Dewo menghela nafas sambil menuliskan sesuatu diatas kertas resepnya. Ia mengajak Ratih untuk menenangkan diri di ruang praktiknya.
"Begitulah Kakakmu .." ujar Dewo pelan. "Sangat keras kepala, tidak pernah berubah"
"Kak Ana hanya tidak mau suaminya mengetahui siapa aku sebenarnya .. setidaknya itu yang dikatakan Kak eveline kepadaku. Ia tidak ingin harta suaminya jatuh ke tanganku" ujar Ratih menganalisa.
Dewo memperhatikan Ratih yang terus berbicara meluapkan emosinya. Dengan bantuan Eveline yang menceritakan sedikit demi sedikit masa lalu Ratih, ingatan Ratih perlahan kembali. Eveline tidak perlu bersusah payah untuk menghasut Ratih dan ibunya membalaskan dendamnya dengan menebar kebencian mereka atas keluarga Alex.
"Kamu bisa mendapatkan keuntungan, dengan mempatenkan langkah terapimu menjadi journal medis mengembalikan ingatan pasien amnesia menahun, menjadi suatu publikasi yang terkenal di dunia" tawaran Eveline kepadanya datang saat Dewo diminta untuk membantunya melancarkan rencananya. "Belum lagi harta keluarga Wiwaha yang akan jatuh ke tanganmu melalui warisan Ratih. Aku tahu untuk mempublikasikan sebuah jurnal memerlukan penelitian yang memakan banyak biaya."
Dewo mendengarkan kata kata Eveline dengan seksama.
"Pikirkan juga saat kamu merasa sakit hati atas penolakan Ana" bisik Eveline.
"Dari mana kamu tahu hal ini?" tanya Dewo heran. Ana tertawa. Bu Seno dengan gamblang memberikan semua informasi yang ia butuhkan, dengan iming iming membawa Pak Wiwaha ke penjara, membalaskan sakit hatinya pada Pria itu yang telah membunuh suaminya dan membiarkan ia hidup dengan rasa sakit hati bertahun tahun lamanya.
"Tidak perlu tahu dari siapa .." ujar Eveline tajam. "Ikuti saja permainanku dan kamu akan mendapat banyak keuntungan."
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Dewo. Selama ini karir kedokterannya tidaklah cemerlang. Namun Dewo sangat berambisi menjadi kepala Rumah Sakit. Untuk itu ia harus meraih suatu penghargaan yang bisa digunakannya untuk mengangkat namanya dan dipertimbangkan dewan direksi menjadi kepala rumah sakit berikutnya.
"Pergunakan Ratih. Kamu tau Ana sangat menyayanginya" ujar Eveline. "Gunakan ia sebagai bahan penulisan Jurnalmu. Buat ia menyerahkan dirinya padamu agar Ana terluka. Sakit, seperti yang aku dan kamu rasakan."
"Mas Dewo ..." panggilan Ratih menyadarkan Dewo. "Mas dengar kata kataku tidak?"
"Ya .. tentu saja .." jawab Dewo terkejut. "Aku setuju denganmu. Kita harus bersabar untuk bisa menemui Alex dan menceritakan semua padanya."
Ratih tersenyum. Dewo mendekati Ratih membungkuk dan menciumnya. Ratih membalas ciuman Dewo sekilas. Tangan Dewo mulai meraba bagian dada Ratih. "Aku mencintaimu, Ratih .." bisik Dewo terus menciumi Ratih dengan bernafsu. Ratih membalas dengan ragu, namun menarik tangan Dewo menjauh dari dadanya.
"Mmh .. sabar Mas .. tunggu sampai kita resmi menjadi suami isteri" gumam Ratih, sedikit merasa kerepotan dengan serangan Dewo yang bertubi tubi. "Mas ... jangan ... nanti ada yang melihat kita ..."
Sejak kecil Ratih telah diajarkan hal yang sama dengan Ana oleh ibu mereka. Kehormatan wanita adalah satu satunya hal terpenting yang harus mereka jaga dan hanya boleh diberikan kepada suami mereka kelak. Ratih seperti halnya Ana, sangat menjaga hal ini. Doktrin ini berhasil melekat erat pada benak mereka. Dewo bukan sekali ini saja berusaha mengajak Ratih melakukan hal yang sangat diinginkannya, namun penolakan Ratih selalu sama.
"Tidak akan ada yang melihat kita .. aku kunci pintunya" bujuk Dewo. Tangannya mulai meremas payudara Ratih dengan lembut "Kita sebentar lagi akan menikah bukan? Apa yang kamu takutkan sayang?"
"Tidak mas .. jangan .." tolak Ratih "Aku menyimpannya untuk malam pertama kita nanti .."
Dewo menyerah. Ia menghela nafas, sangat berhati hati menjalankan rencananya sesuai instruksi Eveline. Tidak sulit baginya untuk membangkitkan birahi kepada Ratih, walaupun ia sebetulnya tidak mencintai Ratih. Ratih gadis yang cantik. Ia jarang menghabiskan waktu di luar rumah karena kondisinya, membuat kulitnya terjaga dengan baik. Putih tanpa noda. Tubuh Ratih sedikit lebih kurus dari Ana, namun ia memiliki bentuk tubuh yang cukup indah.
"Baiklah ... aku akan bersabar menunggu ..." ujar Dewo. Ratih tersenyum senang.
"Satu bulan lagi dan kita bisa bebas berbuat apa saja " ujar Ratih. Dewo mengangguk menahan kecewanya.

Terima kasih update nya, update kali ini kepastian dari pertanyaan saya kemarin hehehe
 
Bagian 16

Eveline menekan nomor dalam kontak HP nya, seraya membuka pintu kamar hotel yang telah ia sewa untuk dua malam kedepan.
"Hallo ..." sapa suara wanita diujung sana.
"Untuk malam ini ..." ujar Eveline menghempaskan tubuhnya di Sofa Hotel yang empuk. "Aku ingin seseorang yang bisa memuaskanku. Laki laki yang kamu kirim tempo hari terlalu standar. Hanya bisa bertahan dua ronde saja."
"Sayang .. aku rasa tidak ada laki laki didunia ini yang bisa melayani nafsu sex mu yang begitu menggebu, " ujar wanita itu lagi. "Semua koleksi ku yang terbaik sudah kuberikan padamu dan tidak ada satupun yang memuaskanmu."
Eveline tertawa kecil. Ia melangkah membuka pintu balkon dan berdiri disana, menyalakan rokoknya dan menghisapnya perlahan. Pikirannya melayang pada Alex. Seluruh tubuhnya merindukan Alex, haus akan servis sex Alex yang bisa memuaskannya bahkan sampai berkali kali sebanyak yang ia butuhkan.
"Kalau begitu .. apa yang bisa kamu tawarkan untuk memuaskan pelangganmu ini?" tanya Eveline. "Aku pelanggan setiamu .. sudah seharusnya kamu memberikan pelayanan yang memuaskan untukku."
Hening sesaat, kemudian terdengar jawaban di ujung sana
"Bagaimana dengan pembayarannya? Ada satu layanan yang mungkin ingin kamu coba .. tapi tentunya .. biayanya pun berkali kali lipat .."
"Tidak masalah!" sergah Eveline. "Berapapun akan ku bayar .. tapi aku ingin dipuaskan malam ini juga."
"OK ..." jawab wanita itu. "Akan aku kirim 2 pria terbaikku sekaligus untuk melayanimu. Jadi jika satu orang menyerah, satu orang lainnya bisa melanjutkan."
Eveline termenung. Sebuah ide berkelebat di pikirannya.
"Kirimkan aku 6 orang sekaligus" ujar Eveline, suaranya bergetar membayangkan kenikmatan yang akan ia terima malam ini. "Dan mereka harus orang orang terbaikmu."
"Enam??" seru wanita itu. "My Goodness .. Darling .. apa yang akan kamu lakukan dengan enam pria sekaligus? Tidakkah itu terlalu banyak?"
"Tidak sanggup memenuhi permintaanku?" Eveline menyeringai, "Aku akan cari orang lain yang sanggup ..."
"OK .. OK .. " ujar wanita itu menyerah. "Akan aku kirim malam ini juga. Asalkan bayarannya sesuai .."
"Kapan aku pernah mengecewakanmu dengan bayaranku?" ujar Eveline cepat, merasa senang dengan apa yang akan ia miliki malam nanti. " Sebutkan angkanya dan akan aku transfer uang saat ini juga ke rekeningmu. Ingat .. ini rahasia kita. Tidak ada satu orangpun yang terlibat yang boleh membocorkannya pada media."
"Tenang saja ...." ujar wanita itu sambil tertawa senang. "Di tempat biasa? Enam orang Laki laki terbaikku akan meluncur kesana."

Eveline membuka kotak kue tart yang telah ia pesan dari hotel. Kue tart berbentuk persegi dengan taburan coklat dan bertuliskan "Happy Birthday Eveline" diatasnya. Eveline melirik 6 orang pria berpostur atletis yang berdiri mengelilinginya. Masing masing memegang botol bir di tangannya, entah sudah berapa botol yang mereka habiskan dan hampir seluruh pria itu mulai merasa mabuk.
"Ayo bersulang!" Eveline mengangkat botol birnya tinggi tinggi. "Ini hari Ulang Tahunku dan aku ingin menikmatinya bersama kalian."
Seluruh Pria dihadapannya ikut mengangkat botol bir mereka, tertawa dan meneguk isinya sampai habis.
Eveline melempar botol kosongnya keatas Sofa, menghempaskan tubuhnya dan mengangkat satu kakinya bersandar ke atas meja, sementara satu kaki lainnya terbuka lebar. Celana Dalam hitam berenda miliknya tampak jelas terlihat, dibalik rok mininya yang kini terangkat sampai ke pangkal pahanya. Buah Dadanya yang besar dan ranum tanpa disangga Bra tercetak jelas, menonjol indah dibalik kaos tanpa lengan ketat yang menempel di tubuhnya. Rambut hitam sebahunya tergerai di atas Sofa, saat Eveline menyandarkan kepalanya, memperlihatkan leher jenjangnya yang putih dan mulus. Eveline dengan sengaja merentangkan kedua tangannya kesamping, membuat dadanya semakin membusung dan puting payudaranya yang mengeras terlihat jelas di balik kaosnya.
"Come here, Boys ..." desahnya menggoda "Pesta dimulai .."
Eveline dengan sengaja mengerling pada pria pria di hadapannya, meremas2 payudaranya sendiri dan membuka pahanya lebar lebar, menyelipkan satu tangannya ke balik CD nya.
"Hmm .. aku menantang kalian ..." desahnya lagi, mulai terangsang dengan sentuhan tangannya sendiri pada payudara dan klitorisnya. "Ahh .. siapa saja yang bisa memuaskanku malam ini .. akan aku berikan bonus yang sangat besar ..."
Seluruh Pria dihadapan Eveline memandangnya tanpa berkedip. Eveline mulai menggelinjang, menarik CD nya turun dan menggerak gerakan pinggulnya seirama dengan getaran tangannya pada klitorisnya. Ia mendesah, sekilas melirik pria pria dihadapannya yang sudah terlihat mulai memegang penis mereka yang mengeras.
Satu orang pria mendekat, memburu Eveline dengan buas, mengangkat roknya tinggi tinggi dan menjilat Vagina Eveline yang terlihat basah menggoda.
Eveline menjerit tertahan, merasakan lidah Pria pertama menyapu seluruh permukaan Vaginanya, menggelitik klitorisnya berulang ulang.
"Aaahhh ..." Eveline mendesis, menggelinjang, melirik pria lainnya dan memberi isyarat "Here Boys .. Come to me .. mmmhhh ..."
Seperti tertarik medan magnet yang sangat kuat, Para pria dihadapannya mendekat mengelilingi Sofa. Mereka membuka seluruh pakaian mereka, satu orang mendekat dari samping kanan Eveline, mengangkat kaos yang dikenakan Eveline hingga kedua payudaranya menyembul keluar, yang segera dilahap oleh pria di sisi kiri dan kanannya dengan buas. Eveline menjerit keras, merasakan kenikmatan di tiga tempat pada tubuhnya sekaligus : Vagina, Payudara Kiri dan Kanannya.
Tiga Pria melumat habis Vagina dan Payudara Eveline. Tubuh Eveline menggelinjang hebat, mulutnya meracau, sementara dua tangannya menggenggam dan mengocok penis dua pria lain di sisi kiri dan kanan atasnya.
"Ooohhh ... yeaahh ..uuuhh .. so good booyss .. mmhh..." Eveline mendesah penuh kenikmatan, sebagian disalurkan melalui gerakan tangannya yang semakin cepat mengocok dua penis di genggamannya, memancing suara lenguhan nikmat dari pemilik pemilik penis tersebut. Eveline semakin terangsang, saat lidah lidah pria pada putingnya menghisap dan menggelitik bergantian, sementara pria pada vaginanya mulai menyelipkan lidahnya lebih dalam ke lubang vagina Eveline, sementara jarinya digetarkan pada klitoris Eveline dengan cepat.
"Oooooohhhhh Gooooodd !!" erang eveline, "Someone put your dick in my mouth now!!"

Eveline merebahkan tubuhnya, seorang Pria melangkah diatasnya dan segera memasukkan penisnya yang terhunus kedalam mulut Eveline yang terbuka. Eveline menghisapnya kuat kuat, membolak balikkan penis padat itu didalam mulutnya dengan lidahnya, sementara sang pria memompa penisnya keluar masuk seraya menikmati hisapan dan gelitik lidah Eveline yang semakin liar. Pria itu mengerang nikmat, semakin dalam menghunus Penisnya ke dalam mulut eveline hingga beberapa kali Eveline nyaris tersedak.
Rongga dada Eveline diliputi kepuasan. Ia merasakan kenikmatan tidak hanya dari service para pria itu pada vagina dan payudaranya , namun juga kepuasan dari erangan kenikmatan pria pria tersebut saat menikmati tubuh indahnya.
Seorang Pria yang berbadan lebih besar tiba tiba mengangkat tubuh eveline, melepas semua pria yang mengerumuninya, membawa tubuh Eveline ke ranjang besar dan menghempaskannya diatas kasur. Eveline mengerang, tertawa kecil melihat 6 pria disekelilingnya dengan raut wajah penuh birahi memandangnya sambil terus mengocok penis mereka masing masing.
"Uuhh .. ayo boys .. buat aku pingsan menikmati layanan kalian" tantang Eveline sambil mengerling manja.
Satu Pria maju, membuka paha eveline dengan kasar lebar lebar dan menusuk cepat dan dalam penisnya kedalam vagina Eveline
"Aahh!!!" teriak Eveline penuh kenikmatan. "Good Boy .. ayo .. goyang lebih keras lagi Baby ... hmmm .."
Eveline menggelinjang, bergoyang, tangannya meremas Bed Cover tempat tidur alasnya kuat kuat saat menerima serangan kenikmatan di Vaginanya. Ia menjepit, ikut menggerakan pinggulnya saat penis di vaginanya di pompa cepat dan dalam.
"Uuuhh ... enak ooohh .. come on Boy .. faster .. harder !!!" Hardik eveline. "Somebody suck my Boobs now!!"
Dua pria mendekat melahap payudara Eveline yang ranum, menghisapnya dengan buas, menggelitik Putingnya, meremas kuat dengan tangan mereka, membuat Eveline semakin menggila.
"Hisap kuaat!!" Uuhhh ... lagi .. lagiiii!!" teriak Eveline meracau "Aaahhh .. tambah lagi .. lebih cepatt!! Ayoo .. lebih kuaatt!! Aaahhh ... mmmhhh ... uuugggggghhh.. good boy .. good boy!!"
Melihat liarnya tubuh Eveline bergoyang dan desahnya yang menggoda, Pria di Vagina Eveline makin mempercepat Pompanya. Menerima bertubi kenikmatan dan ritme permainan yang cepat dan keras sekaligus pada payudara dan vaginanya, membuat pinggul Eveline menegang dan cengkraman vaginanya pada penis di dalamnya semakin erat. Pria dengan penis pada vagina Eveline tak kuasa menahan kenikmatan yang dirasakannya. Cengkraman kuat dan denyut pijatan Vagina Eveline semakin mendera, membuat ia berteriak
"Aaaarrrggghhhh ... I'm Comiiiingng....!!"
Semburat cairan hangat memenuhi rongga Vagina Eveline. Pria itu melemah, menarik penisnya dan tersungkur di lantai. Seringai tiga pria lain di sampingnya mengiringi jatuhnya korban pertama Eveline. Mereka heran dengan begitu cepatnya sang pria tumbang hanya dalam hitungan menit.
"Man .. kamu harus coba .. luar biasa jepitannya .." bisik sang pria korban pertama kepada pria lain disampingnya dengan nada terengah. Ia mundur, menghempaskan dirinya di sofa untuk mengatur nafas dan melihat partner lainnya menyerang tubuh wanita sexy yang terlentang di kasur dihadapannya.
Eveline mendorong kedua Pria pada payudaranya, bangkit dan memandang lurus ke Sofa, menyeringai mentertawakan Pria korban pertamanya.
"I want More Boys ..." desisnya seraya memandang pria lain yang tersisa dengan nafas terengah engah.
Ia menarik satu Pria yang terdekat dengannya dengan kuat, menghempasnya hingga terlentang di kasur. Eveline melangkah, menggenggam penis yang terhunus dibawahnya dan dengan sekali hentak memasukkannya ke dalam vaginanya yang hangat.
"Owh!!!" seru Pria dibawahnya terkejut menerima serangan tiba tiba Eveline. Sekejap saja ia merasakan pijatan lembut namun kuat menjalar di penisnya. Pria itu meringis, mengatur nafas saat Eveline menggerakkan pinggulnya dengan liar, memberikan sensasi kocokan yang sangat nikmat pada penis didalam vaginanya. "Aahh ... Babe ..."
Eveline tersenyum senang, menikmati ekspresi kenikmatan pria di bawah cengkramannya. Eveline menengadah, memejamkan matanya menikmati gesekan pada klitorisnya dan terus menggerakan pinggulnya maju mundur, memutar dan menekan.
"Hhhhh ..." desahnya "Uuuhh ... nikmatnya ..."
Ia tidak memperdulikan laki laki dibawahnya yang mencengkram pinggulnya, sekuat tenaga menahan nafsunya agar tidak lebih dulu mencapai puncak.
Eveline meraih dua pria di sisi kiri dan kanannya, menggapai kepala mereka dan mendekatkan nya ke payudara kiri dan kanannya. Eveline membusungkan dadanya, memaksa mulut kedua pria tersebut menelan payudaranya bulat bulat. "Suck it!!" perintahnya keras keras, mencengkram rambut bagian belakang kepala mereka kuat kuat. Dua pria tersebut menjilat puting kemerahan dan keras milik Eveline, memainkannya dan menjilat penuh nafsu, sambil sesekali meremas remas dengan kuat. Eveline mendesah hebat. Pinggulnya terus berputar. Tangannya bertumpu pada kepala dua pria yang asyik mengulum payudaranya.
"Aaahhhhh ... mmmhh ... so goood Booyss ..." racau Eveline menikmati sensasi bertubi yang diberikan semua pria pada tubuhnya. "More .. I want more ..."
Eveline bergerak, kini bagaikan menunggang kuda, membuat bunyi tepukan antara vaginanya dengan tubuh pria pemilik penis dibawahnya. Tangannya menekan kuat kepala dua pria di payudaranya, membuat mereka hampir menelan payudara miliknya bulat bulat.
"Come on Boys!! Give me more!!! Aaahhh!!" teriak Eveline, gerakannya semakin cepat dan kuat, tubuhnya menggelinjang nikmat kepalanya menengadah, matanya terpejam. "Ahhh .. uuhh ... lagiii .. lebih kuat lagiii ..."
Pria dengan penis didalam vaginanya mencengkram pinggul Eveline, mencoba menahan gerakan Eveline yang tak terkendali karena merasa cairan spermanya hampir membuncah diujung penisnya. Namun Eveline tidak dapat dibendung. Ia semakin cepat bergerak, teriakannya membahana seruang kamar, sementara Pria tersebut tidak dapat menahan lagi ejakulasinya. Tubuhnya menegang, dan sejurus kemudian teriakannya pecah seiring semprotan cairan mani dari penisnya.
"Aaaarrrggghhhhh!!" jeritnya keras. Ia lunglai, menyeringai terengah berbisik pada Eveline. "Stop it Babe .. I'm done .."
Eveline memperlambat gerakannya. Melirik wajah Pria dibawahnya yang mengerang tanda menyerah. Eveline tertawa, melepaskan vaginanya yang basah dari Penis pria tersebut yang kini terkulai tak berdaya.
Eveline menarik selimut, melap vaginanya seraya melirik korban keduanya yang berjalan menuju Sofa. Tersisa 4 pria lagi yang dengan pandangan tidak sabar menatap tubuh telanjangnya.
"Well ..." desis Eveline "Baru beberapa menit berlalu ... dan dua sudah menyerah ... kita lihat apakah ada yang bisa membuatku menyerah."
Eveline merangkak, menopang tubuhnya dengan kedua tangannya dan lututnya. Ia menoleh kepada 4 orang Pria lainnya dan berkata "Come on boys .. what are you waiting for? Fuck me hard!!"
Seorang pria merayap, memainkan payudara ranum Eveline yang menggantung indah dengan kedua tangannya. Satu pria lain merunduk menghisap klitoris dan vaginanya, satu pria lain menghunuskan penisnya kedalam mulut Eveline dari hadapannya, sementara satu Pria lain masih berdiri mematung.
"Wmmh .. mmhh .. wkwmmm .." gumam Eveline dengan Penis yang memenuhi mulutnya, seraya menikmati klitorisnya yang mulai menegang diserang jilatan dan hisapan lidah sang pria, yang sesekali menjilat lubang vaginanya berulang ulang.
Pria di belakang Eveline menghampiri, membuka Anus Eveline dengan kedua tangannya dan menghunuskan penisnya perlahan memasuki lubang anal mungil milik Eveline.
"Mmmmhhhhhhh ...." lenguh Eveline panjang. Ia sejenak memejamkan matanya, menghentikan hisapannya pada penis dalam mulutnya, terkejut dengan tindakan tak terduga yang dilakukan satu pria kepada anusnya. Namun dalam sekejap kenikmatan luar biasa menyerangnya. Jilatan dan hisapan pada vaginanya, remasan pada payudaranya dan gesekan pada bagian anusnya memberikan sensasi bertubi yang mulai membawanya terbang. Eveline melepas kuluman pada penis dimulutnya, mengulurkan tangannya untuk mengganti mengocok penis yang terhunus dihadapannya. Saat ini ia memerlukan mulutnya untuk melepaskan jerit kenikmatan yang mulai dirasakannya.
"Ooooohhhh booyyss ... uuuhhhh ... that's what I waaanntt ... mmmhhhh ... Ooohh Gooodddd ... This is soo goood...mmmhhh ... more boys ..more ... aahh .. I'm gonna give you all something for this .. mmmhhhhaaaahhhhhoooohhh mmmhhhh ..." Eveline meracau, tubuhnya bergerak menerima hentakan yang semakin kuat dari pria dengan penis di anusnya. Tangannya mencengkram kuat alas kasur dan tanpa disadari mengocok semakin kuat penis dalam genggamannya, memberikan sensasi pijatan yang tidak kalah nikmat dengan vaginanya. Pria dengan penis dalam genggamannya mulai melenguh keras, memegang pahanya sendiri yang mulai terasa menegang "Ooohhh ... Babyyy ..."
Pria itu meraih kepala Eveline, dan menghunuskan penisnya kembali masuk kedalam mulut Eveline yang tengah terpejam menahan kenikmatan. Eveline tersadar, melirik pria dihadapannya yang tengah melayang menuju puncak. Ia menghisap kuat, membimbing pinggul sang pria dengan tangannya, memberikan efek gerakan memompa yang semakin cepat pada pria tersebut.
"Fuck!! Aaahhhhhhh ...." Sang Pria semakin melayang, tubuhnya menegang dan tidak kuasa lagi menahan kenikmatan hisapan dan pijatan mulut Eveline. Sebongkah cairan pecah di mulut Eveline, mengalir keluar melalui sela sela bibirnya. Eveline menyeringai saat Sang Pria menarik keluar penisnya. Cairan sperma mengalir keluar dari mulut Eveline. Pria itu mundur, menghempaskan tubuh besarnya diatas kasur dan berbaring lemah dengan nafas tersengal sengal.
"Teruskan!!" jerit Eveline. Tubuhnya semakin bergoncang karena hempasan tubuh pria dengan penis dalam analnya yang semakin cepat. Eveline meraih pria yang tengah mempermainkan payudaranya, membuatnya berbaring tepat di bawah payudaranya. Eveline merendahkan bahunya sehingga payudaranya tepat menyentuh mulut pria tadi, dan ia berteriak "Hisap!!!"
Pria dibawahnya dengan bernafsu menyambut Payudara Eveline yang bergantung indah. Eveline mendesis panjang menerima sensasi di payudaranya.
"Ah .. Ah .. Ah .. Ah ..." jerit Eveline seirama dengan hentakan tubuhnya yang bergoyang kuat.
Melihat bokong Eveline yang bulat indah, memberikan sensasi birahi tambahan bagi pria pemilik penis dalam anal Eveline. Anus Eveline yang sempit terasa licin, menggelitik penis sang pria yang terdorong keluar masuk berulang ulang. Semakin lama, birahi dan kenikmatan pada penis sang pria membuat dadanya penuh, tak kuat lagi menahan tekanan yang merambat memenuhi ujung penisnya. Pria itu semakin mempercepat gerakannya, tangannya sekuat tenaga mencengkram pinggul Eveline agar tekanannya menghujam semakin dalam. Paha bagian dalamnya mengeras, seiring penis nya yang semakin menegang. Eveline ikut menggoyangkan pinggulnya melemahkan pertahanan sang pria dan akhirnya
"Aaaarrrgggghhhhhh ....!!!" Pria keempat yang tumbang, menumpahkan seluruh isi sperma kedalam anus Eveline. Ia merebahkan tubuhnya kedepan, memeluk pinggul dan bokong Eveline dan merebahkan kepalanya pada punggung bagian bawah Eveline yang putih dan mulus.
Eveline menghela nafas, mengatur nafasnya yang memburu, membalik tubuhnya, menendang tubuh Pria keempat yang terkulai lemas hingga terpuruk di lantai.
Ia melirik dua Pria tersisa dengan penis mereka yang masih terhunus.
Eveline bangkit, meraih pria di hadapannya hingga rebah menindih tubuhnya dan melumat bibir pria itu penuh nafsu. Sang pria membalas tak kalah bernafsu, dan sejenak tubuh telanjang mereka bergulat diatas ranjang. Setelah cukup puas, Eveline membalik posisinya menyandarkan Pria tersebut di tepi belakang tempat tidur dengan punggungnya menyentuh dinding, posisi terduduk. Dengan buas Eveline melangkah ke pangkuannya, menghujamkan vaginanya pada penis sang pria yang tegak berdiri, melumat bibir sang pria sementara pinggulnya bergerak seolah berkuda. Pria tersebut melenguh nikmat, melayani ciuman Eveline yang kuat melumat bibirnya. Payudara kenyal Eveline terasa menekan dadanya, penisnya terasa terjepit, dipijat kuat oleh cengkraman vagina Eveline. Tangan sang pria meremas punggung telanjang eveline penuh kenikmatan. Seraya terus berkuda, Eveline menggesek gesekkan payudaranya ke dada sang pria, putingnya mengeras, ia sangat bergairah dan haus kenikmatan setelah rangsangan terhadap 4 pria yang tumbang sebelumnya.
"Mmmhh .... nikmat bukan sayang?" desis Eveline di sela sela lumatan bibirnya pada bibir sang pria "Ayo .. gerakkan pinggulmu naik turun .. ayo .. lebih cepat .. lebih kuat !!"
Pria yang tak berdaya itu mulai menggerakkkan pinggulnya, terangsang geliat tubuh Eveline di pangkuannya.
"Good booy .. that's it ... good boooyy ... mmmhhh ..." lenguh Eveline melepas kenikmatan. Gerakannya semakin cepat, menggiling penis keras dalam vaginanya, mencari gesekan pada klitorisnya dari tubuh pria di bawahnya "Aaahhh ... Uuuhhhh .... Goood this is soo good ..."
Eveline mencengkram Bahu sang pria. Ia semakin terbawa, karena pada posisi ini Eveline dapat mengatur kenikmatannya sendiri..Bibirnya bergesekan dengan bibir lembut sang pria, payudaranya terangsang kulit hangat dadanya, klitorisnya bergetar hebat karena gerakan pinggul sang pria dan penis keras didalam vaginanya terasa berdenyut mengalirkan sensasi kenikmatan yang tiada tara. Eveline meremas pundak sang pria, menengadahkan kepalanya dan memejamkan matanya, menjerit menyalurkan semua kenikmatan yang dirasakannya
"Aaaaaahhhhh ..... Goood ... Uuuhhh"
Seluruh tubuhnya mengeras. Eveline merasakan tubuh sang pria juga semakin mengeras.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd