Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CInta Bersampul

Ayo up date suhu..
Yang sebelah yang panas-panas kan udah.
 
Part 16





Pagi ini ray bangun lebih awal, ia membeli beberapa buah yang akan di bawa saat kembali menjenguk cia.

"kamu mau pergi sekarang?" tanya mama yang sedang menyapu halaman.

"iah hehe, kalau siang takutnya repot"

"jalan kaki ?' tanya papa yang ikut membersihkan halaman ruko.

"iah, kan motornya di bawa kak rani" memang setiap pagi kak rani selalu membawa motor untuk membeli bumbu-bumbu tambahan seperti biasanya.

"bentar ray, papa mau kasih sesuatu" papa langsung berlari ke dalam, dan tak lama mengeluarkan sepeda yang ray simpan di gudang rumah.

"kapan papa bawa sepedanya kesini?" tanya ray dengan senyum lebar dan sesekali tertawa. rasanya senang bisa melihat sepedanya kembali.

"udah lama kok, lagian sepeda masih bisa jalan ngapain di masukin gudang??" ray tak bisa menjawab pertanyaan papa karena ia merasa papa sudah tau jawabannya.

"mau gak bawa sepedanya? Apa papa masukin lagi ?" tanyanya sambil tertawa meledek karena ray terdiam memandang sepedanya.

"iah, kalau gitu ray pergi ya" ray langsung mengambil sepedanya, dan langsung mengayun dengan penuh semangat.

"hati-hati" teriak mama melihat ray mengayun sepedanya tergesa-gesa.

***

Langkah ray perlahan kembali masuk ke dalam rumah, tetapi kali ini ia hanya sendiri tak ada edo dan shanty.

Ray langsung menelusuri setiap anak tangga, bersamaan ia melihat cia yang baru saja di dorong ke balkon oleh papanya. Lambaian tangan papa cia agar ray mendekatinya. Melupakan apa yang terjadi di masa lalu.

Ia hanya menepuk bahu ray pelan sambil tersenyum, meninggalkan ray dan cia. Rasa canggung timbul karena sangat lama tak berbincang langsung dengannya.

"hm,,, hi" ucap ray membuka pembicaraan, tetapi tidak dengan cia yang hanya melirik kearahnya tanpa ekpresi apapun, ray bisa melihat dengan jelas tubuhnya lebih kurus.

"harusnya aku gak jauhin kamu cia, aku gak sanggup kamu liat kayak gini. Tapi terlambat semuanya," gumam ray karena melihat sikap dingin cia sangat berbeda jauh, ray terus terdiam di sampingnya mencoba mencairkan suasana, tetapi semua sia-sia. Tak ada respon dari cia.

"aku balik dulu ya, " ray tersenyum sebelum melangkah pergi, sesekali ia melihatnya sebelum menuruni tangga. Berharap cia menolehnya sebentar,tetapi tak ada reaksi sedikit pun.

***

Seharian ray terus memikirkannya bagaimana membuat cia tidak terlalu merasa pasrah dengan kondisinya.

" Ya ya edo," gumam ray langsung berbegas menelpon edo untuk membantunya mencari tanda tangan andri, surat berserta perangko australia. Edo pun menyetujuinya.

Tepat jam 10 malam, edo turun dari mobil dengan membawa pesanan ray.

"nih, gue bawa printnya tanda tangan si andri.".

"oke, kerennnnn haha"

"lo mau ngapain, mau pakai nama andri lagi buat cia?" anggukan ray langsung mencoba meniru tanda tangan andri.

"ray ray!" gerutunya menghela nafas.

"kuno banget, kan sekarang bisa pakai message, telepon, line.??" edo seperti tak setuju dengan rencananya ray kali ini

"gue yakin, andri sama cia pasti ada problem. Makanya selama cia sakit gak hubungin andri, dengan nih surat kan bisa romantis gitu hehe" Tak ada cara lain, karena cara ini satu-satunya yang ada di kepala ray,

"kenapa sih lo korbanin diri lo lagi dengan pakai andri lagi?" gumam edo sedikit kesal.

"gak ada cara lain lagi do, ini salah satu jalan agar cia pulih dan mempunyai harapan untuk sembuh, dan lewat nama andri lagi " senyum ray pelan.

"seterah lo dah, "

"gue balik kalau gitu, oh ia jangan lupa, jeda surat dari Australia ke Indonesia paling cepat 3 hari." Edo langsung melangkah pergi

"oke terima kasih banyak do.. muach" ucap ray sambil tertawa, edo tak mengubrisnya hanya menunjukan dari tengahnya sambil terus berjalan keluar.

Pagi ini ray selesai menulis sebuah surat, untuk memotivasi cia, dan benar-benar mirip seperti dikirim dari luar negeri. Dengan cepat ray mengayun sepedanya menuju rumah ciia

"Suraaatttt, ning nongggg" teriak ray sambil memencet bel rumah, terdengar langkah kaki keluar dari rumah, ia segera melemparkan suratnya dan langsung bergegas pergi.

Satu kali,

Dua kali, dan seterusnya

ray terus melakukan hal itu selama 3 hari sekali, dan kini ke sembilan kalinya ia menulis pesan yang sama. Dan terus berharap agar kondisi cia lebih pulih dari sebelumnya.

"ray?" tegur shanty saat secara bersamaan ray melempar surat dan shanty muncul di hadapannya.

Ray pun langsung mengayun sepedanya cepat, karena takut rencananya gagal karena takut shanty curiga kalau selama yang mengitip surat adalah dirinya.

"ahhhhh, bisa makin parah nih, si cia bakal semakin benci sama gue" gerutunya sambil terus mengayun sepedanya.

***

Ray berbaring di tempat tidur sambil terus mencari-cari kata yang pas untuk isi surat selanjutnya, ia tak memperdulikannya berharap shanty mengerti untuk kali ini,

"rayyy, ada temen kamu!!!" teriak kak rani dari luar kamar.

"cewek apa cowok kak?" ucap ray begitu gugup karena mempunyai feeling tak enak tentang kejadian tadi pagi.

"cewok" jawab kak rani,

"serius kak~" ray dengan langkah pelan keluar dari kamar. Kak rani tak menjawabnya membuat ray takut yang datang shanty karena soal surat tadi.

"haaaa" nafas lega ternyata bukan shanty yang cari melainkan edo. Dengan langkah percaya diri ray langsung duduk dimana edo berada.

"tumben lo cari gue?" tanyanya dengan santai,

"gue mau kasih tau kabar baik"

"rencana lo berhasil ray!"

"cia udah lebih baik walau masih tak mau berbicara banyak dan udah mau makan sama minum," ucap edo sambil tersenyum dan tertawa kecil.

"serius?" anggukan edo pelan, membuat ray tersenyum senang melihat kondisi cia menjadi lebih baik.

"sekarang setiap pagi jam 6 sampai jam 7 cia keluar buat hirup udara segar di sekitar taman rumahnya."

"dan kalau lo mau jenguk dia sekitar jam segitu, kata shanty moodnya gak terlalu buruk saat pagi-pagi" lanjutnya.

"percuma gue dateng, paling respon sama pertama kali gue jenguk" helaan nafas ray begitu pasrah.

"seenggaknya cia tau, lo masih peduli!!!"

"Karena secara gak langsung lo masih temen sama dia, lupain masalah cia pacaran sama andri yang buat lo ngejahuin dia".

"tapi kali ini dateng sebagai teman ray!"

"Gak ada salahnya cobakan?. Gue gak mau liat usaha lo sia-sia kalau gak jengguk cia," ray terdiam seribu bahasa,

Ucapan edo memang benar, selama ini dia menjauhi cia adalah cara yang salah. Tetapi alasan ray sendiri hanya ingin cia bahagia dengan orang yang lebih baik darinya.

"gue kesini cuman mau kasih tau itu, inget dateng sebagai temen oke" ucap edo langsung melangkah keluar lagi. Pikirannya pun langsung bingbang antara mau dan tak mau.

***

Pagi ini ray sudah membulatkan niatnya untuk menjenguk cia ke taman, ia segera mengayun sepedanya. Detak jantung semakin mamacu cepat saat melihat cia sedang berada di tengah taman di temani shanty.

shanty mendorong kursi roda cia menuju kursi taman yang mengarah ke arah tengah taman.

Shanty melambaikan tangannya ke dirinya saat tau ia datang, shanty pun sedikit menjauh agar cia dan ray bisa berdua untuk sementara waktu.

Langkahnya pelan menuju kursi taman," hi" ucap ray langsung duduk. Sepertinya respon cia masih sama, ia menoleh kearahnya dengan wajah datar.

"mungkin kamu gak suka aku datang lagi," senyum kecil tak berani menoleh kearah cia.

"tapi aku datang kesini mencoba perbaiki hubungan perteman kita, jujur aku sengaja menjauh karena ada alasnnya, aku gak mau rusak hubungan kamu dan andri"

"aku tau, aku salah jauhin kamu, tapi aku pikir gak salah kan coba perbaikin hubungan itu? Sebagai teman" lanjutnya kini mulai memberanikan menoleh kearahnya. Tetap saja cia masih terus memandang kearah depan.

"Aku gak tau harus bicara apa lagi, aku mau kamu kembali pulih dan mau liat cia yang aku kenal, cia yang penuh keceriaan, cia yang murah senyum, dan saat lambaian tangan kamu saat pamit, lucu tau" tawa ray sendiri mengingat semuanya sambil menatap pohon yang pertama kali ia beli dengannya.

"kamu inget pohon yang kita beli saat itu?" Ray menunjuk pohon di tengah taman.

"dan kamu tau gak?? Kita di bohongin sama abang-abang tukang pohonnya, itu bukan pohon jambu, tapi pohon mangga, hahaa" tawa ray secara reflek karena mengingat saat cia menaruh pohon di atas kepalanya karena tak ada tempat untuk menaruh pohonnya.

"Parah ya, sayang sih udah gak jualan lagi, kalau masih aku protes langsung!" Ray kembali menoleh kearahnya, kali ini cia menundukan kepalanya.

Ray semakin merasa cia benar-benar muak bertemu dirinya sampai ia menundukan kepala seperti itu.

"maaf udah banyak omong disini, pasti kamu muak hehe" senyum ray pelan.

"oh ia satu hal lagi. jangan sampai kamu lemah, aku yakin kamu bisa bangkit dan jangan merasa sendiri hadapi masalah ini, karena mama papa, edo, shanty ada disisi kamu"

"karena masih banyak yang perduli sama kamu" lanjutnya langsung melangkah pergi, walau sesekali ia terus melihat cia menunduk dan terlihat tangannya memegang erat pinggir kursi roda, seolah merasa kesal atau geram mendengar ucapannya

Shanty langsung menoleh kearah ray, sambil melihat kondisi cia yang terus menunduk." Ray ray, ternyata sulit ya" tawanya sambil mengomeli dirinya sendiri.

"thanks udah mau dateng ray, " bisik shanty.

"dan terima kasih udah masih peduli sama cia" lanjutnya, ray sesekali menoleh ke belakang, melihat shanty memeriksa keadaan cia.

"jujur cia senyumanmu masih jelas terkenang, seakan tak mau hilang. Memang benar takkan mudah melupakan segalanya, yang telah terjadi di antara kita berdua." Helaan nafasnya pelan sambil melangkah pergi.



Bersambung....



#Note, Selamat membaca jangan lupa kritik dan sarannya, terima kasih.
 
Kenapa cia malah membenci ray, apa yg membuat cia seperti putus asa...?

Ray....nasib mu jelek mulu, orang yang membuatmu jatuh cinta, justru sekarang sedang sekarat, dan seolah cia putus asa utk terus berjuang hidup.
 
Part 17





Ray menatap langit-langit kamarnya, memikirkan cara lain. karena tak mungkin ia terus-terusan mengirim surat. Pertemuan pada pagi hari itu membuat ray ingin melakukan sesuatu agar cia kembali pulih.

"apa harus gue ke rumah sakit, siapa tau ginjal gue cocok" terbesit ide gilanya, ray sendiri tak yakin hasilnya.

"mungkin itu satu-satu cara kali ini" ray kembali memikirkan matang-matang rencananya. Ia diam-diam mencari tahu informasi dokter yang merawat cia kepada shanty tanpa menceritakan sebenarnya.

Keesokan harinya ray pun pergi, tanpa sepengetahuan mama dan papanya menuju ke rumah sakit dimana cia pernah di rawat.

Langkahnya terhenti saat memasuki halaman parkir rumah sakit, ingatan masa kecilnya kembali terbayang karena rumah sakit ini adalah rumah sakit dimana papa dan mama nya bekerja.

"permisi mbak, dokter jun sudah datang apa belum ya?" tanya ray sedikit gugup karena ia jarang sekali ke rumah sakit.

"sudah membuat janji mas?" ray menggelengkan kepalanya.

"tapi bilang ke dokter jun mbak, kalau ada yang coba periksa untuk donor ginjal untuk fellycia" ucap ray mencoba meyakinkannya, akhirnya ia pun menghubungi dan mengangguk-angguk saat berbicara dengan dokter jun.

"silahkan tunggu di ruangan beliau, ruangannya di ujung lorong sana, nanti ketemu nama beliau " jawabnya ramah,

"terima kasih mbak"

Ray menelusuri lorong mengarah keruangan dokter jun, lumayan menunggu lama seorang paruh baya berpakaian dokter dengan kepala setengah botak di depannya. "kamu yang tadi buat janji dengan saya?" tegurnya saat ray duduk termenung,

"ia dok," jawab ray sambil tersenyum kecil, dokter jun pun membuka ruangnya dan mempersilahkan ray duduk.

"begini dok sayaaa mauuu" ucap ray ragu-ragu saat membuka pembicaraan.

"saya tau, kita langsung ke ruang pemeriksaan oke" dokter jun memotong pembicaraan ray yang belum selesai. Langsung menuju ke ruangan yang tak jauh dari ruangan dokter jun.

***

Cukup lama ray menunggu, dokter jun membawa beberapa berkas hasil pemeriksaannya. Ia pun duduk sambil membuka satu persatu berkasnya.

"kamu udah kenal lama sama fellycia?" tanyanya sesekali melirik.

"hmm gak juga, kenal pas masuk kuliah" jawab ray sedikit gugup di tanya seperti itu.

"ouh, teman apa teman?" tanya nya lagi

"teman aja kok dok hehe" tawanya salah tingkah.

"ouh, tapi kenapa kamu mau donorin ginjal kamu ke fellycia, kalau hanya teman?" dokter jun pun menutup berkasnya dan memberikannya ke ray.

"ituuuuuu" ucapnya terdiam lagi.

"saya tau, gak usah di jawab"

"Kamu tau?? ginjal seperti fellycia sangat sulit mencarinya, hampir tahun-tahun ini tak ada yang cocok dengannya" mendengar ucapan itu membuat ray sedikit pesimis ginjalnya takkan cocok.

"Tetapi kali ini cia masih punya harapan"

"Ginjal kamu cocok dengannya" ucapnya tersenyum pelan, ray pun langsung menatapnya tak percaya.

:"Jangan senang dulu, ada dua masalah buat kamu"

"satu, saya tak bisa melakukan operasi tanpa persetujuan kedua orang tua kamu" jelasnya

"baik dok, terima kasih. Saya akan memberitahukan soal ini." Senyumnya benar-benar yakin keputusanya mendonorkan ginjalnya demi cia

"kedua ini kamar buruk untuk kamu"

"Kamu tidak akan bisa bertahan dengan satu ginjal saja. Mungkin 5 sampai 6 bulan ginjal kamu bertahan, dan saya bakal bekerja keras menemukan ginjal lain buat kamu." Jelasnya lagi membuat ray terdiam seribu bahasa.

"sekarang kamu bisa pilih, dan diskusikan dengan kedua orang tua, soal biaya jangan kwahtir. Karena seberapa besar uang yang kita punya terasa sia-sia melihat orang kita sayang tak berdaya kan?" anggukan ray sambil tersenyum pelan.

***

Ray langsung menuju kearah papa dan mamanya yang sedang duduk santai karena rumah makan baru saja tutup.

"pa ma" ucap ray saat mereka sedang duduk di meja makan, dan langsung memberikan amplop berisi hasilnya.

"itu apa?" tanya mama terlihat bingung.

"itu hasil pemeriksaan buat donor ginjal buat fellycia, ginjal ray sama cia cocok. Kondisi cia belum pulih karena harus transplatasi ginjal, ray minta izin dari kalian berdua" ucap ray. Membuat papa dan mama langsung terkejut saling menatap satu sama lain.

"kamu kenapa lakuin ini?" tanya mama, papa hanya terdiam terus melihat hasilnya.

"anggap aja ray memperpanjang hidup cia, itu jalan satu-satunya agar cia bisa pulih." ucapnya tak berani menatap ke papa dan mamanya.

"memang masih teringat jelas apa yang di lakukan orang tua cia ke ray, papa dan mama"

" Tetapi, ini hal yang bodoh terakhir yang ray lakukan dan kalau papa mama izin, ray berusaha tak berhubungan dengan mereka lagi"

"ray pernah baca tulisan mama, di foto papa saat di rumah nenek"

"Di situ mama tulis lebih baik mencintai walaupun salah mencintai seseorang, daripada tidak mencintai sama sekali."

"mungkin dengan cara ini ray bisa lakuin untuk cia" ucapnya pelan sambil memejamkan matanya.

"lakukann yang menurut kamu terbaik" ucap papa berdiri samping kanan ray, sambil memeluknya pelan.

Bersamaan mama pun memeluk dari arah sebelah kiri, di peluknya erat tubunya. Dari arah belakang tiba-tiba kak rani pun memeluk.

Kehangat keluarga yang begitu membuat nyaman di dalamnya, tak butuh harta dan tahta untuk membuat seseorang nyaman. Kasih sayang hal yang paling berharga dalam hubungan keluarga.

***

Esok harinya di temani mama, ray kembali bertemu dengan dokter jun. langkah mama sempat terhenti saat berdiri di parkiran rumah sakit. Mama merasa rindu dengan lingkungan seperti ini.

"mama kenapa?" tanya ray.

"rumah sakitnya gak jauh berbeda dari yang dulu" jawab mama tersenyum sambil mengelus rambutnya.

"tok tok tok"

"masuk" ucap dokter jun dari ruangan.

"pagi ray,"

"linnnn??" sapa dokter jun, ray sedikit terkejut ternyata dokter jun mengenal mama.

"apa kabar? "tanya tersenyum langsung bangun dari tempat duduknya,

"baik"

"suami kamu hen?"

"sama dia baik juga" jawab mama tersenyum.

"rasanya rindu masakan kamu yah, semenjak kamu keluar dari rumah sakit, makanan di kantin jadi gak enak" lanjutnya.

"mama buka rumah makan dok, di dekat ruko perumahan Oscar" potong ray senang masakan papa dan mama masih di ingat oleh beberapa orang.

"oh ya?" anggukan ray

"namanya rumah makan benteng"

"kapan-kapan saya kesana, dan kamu jangan panggil saya dok. Panggil om jun ya" lanjutnya.

"Oh ia, kamu dan hen sudah memberi izin untuk masalah ini, dan kamu tau orang yang akan akan menerimanya?" ucap dokter jun ingin memberi tahu kalau fellycia adalah anak yang mengeluarkan dirinya.

"saya sudah tau semua, " jawab mama tersenyum.

"ini kemauan ray bukan dari saya atau yang lainnya" lanjut mama langsung memberikan berkas ke dokter jun,

"okeh, kalau begitu. Kita check kondisi kamu yah sebelum di rawat" lanjutnya langsung memeriksa kondisi ray.

"besok kamu sudah bisa rawat inap, dan bila kondisi fellycia lebih baik kita melakukan operasi secepatnya."

Diam-diam mama terus menatap ray dengan raut wajah yang begitu kwahtir, mama merasa rumah sakit ini merupakan masa lalu ray yang menurutnya sangat menakutkan..

***

Sudah hampir 3 hari ray rawat inap, dan mendapat kabar kondisi cia sudah stabil dan bisa melakukan operasi yang di lakukan jam 8 pagi.

"ray belum tidur?" tanya mama saat ray menulis sesuatu, ia pun menyembunyikan di dalam selimut,

"bentar lagi, hehe"

"jangan kwahtir pasti ray baik-baik aja" senyum ray sambil memegang tangan mamanya yang sangat kwahtir, walau ia tak bilang tetapi dari raut wajahnya menunjukan hal itu.

Mama langsung mematikan lampu dan langsung berbaring di kasur samping ranjang.

Pagi hari ray sudah bersiap mengenakan baju operasi,."udah siap ray?" tanya dokter jun, anggukan ray sambil tersenyum.

"iah dok" ray langsung berbaring di tempat tidur, dan di dorong keluar kamarnya menuju ruang operasi. Senyum ray agar membuat papa dan mamanya tak kwahtirkan dirinya sebelum masuk ke dalam ruangan.

"tunggu bentar dok" ucap ray saat seseorang hendak menyuntiknya,

"saya boleh lihat cia sebentar?"

"boleh" dokter jun langsung membuka tirai di sampingnya, dan langsung berdiri di samping cia,

Wajahnya cia benar-benar kurus dan sedikit pucat, ray langsung membuka kalung giok yang ia pakai, dan langsung di pasangkan ke lehernya.

"kalau cia sadar, tolonng dok jangan bilang saya yang kasih, bilang aja ini kalung peninggalan dari pendonor yang paling berharga" ucap ray kembali berbaring, dokter jun mengangguk pelan.

Operasi pun di mulai, di luar mama papa dan kak rani pun menunggu dengan cemas, begitu pun orang tua cia yang menunggu di ruang tunggu, mereka semua berharap tak terjadi apa-apa selama operasi.

Operasi berlangsung hampir 4 jam, lampu operasi pun mati pertanda operasi selesai. Secara bersamaan ray dan cia keluar dari ruang operasi dan kembali ke kamar masing-masing, dokter mengatakan butuh waktu lama untuk cia bangun karena terjadi tekanan darah tinggi saat pasca operasi.

Dan untuk ray hanya menunggu sampai obat biusnya sudah habis, operasi untuk dirinya sudah berjalan lancar.

***

Dengan sayup-sayup ray membuka matanya, terasa kepala sedikit pusing karena efek dari obat bius.

"huuufffttt" nafas leganya karena ia bisa membuka matanya lagi, tak lama kak rani pun muncul.

"eh udah bangun anak curut" ucap kak rani tertawa,

"mama papa mana kak?" tanya ray yang masih sedikit lemas.

"di ruang sebelah, " jawabnya sambil mengarahkan jempolnya ke samping.

" terus kondisi cia?" tanya sambil merasakan sedikit nyeri di pinggang kanannya.

"masih belum sadarkan diri, butuh waktu beberapa jam lagi" ucap kak rani, langsung duduk di sampingnya.

"dah jangan kwahtirin dia sekarang, dan sekarang kwahitirin diri kamu sendiri, di tambah semester besok udah skripsi" gerutu kak rani kesal di campur senang melihat ray membuka matanya.

"hehe ia, siap boss. " jawab ray menyengir. Lebar.

"dan satu lagi, sekarang udah hidup dengan satu ginjal, jadi pola makan harus di ubah"

"iah, kak. Kan ada papa sama mama tenang aja hahaha" senyum pelan kak rani.

Karena hidup dengan satu ginjal tak mudah, karena banyak pantangan terutama dalam pola makan, olahraga dan penting tak boleh terlalu lelah.

"oh ia kak, nanti kasih ke edo yah kalau ketemu di kampus. Suruh kirim" ucapnya memberikan surat terakhir motivasinya terhadap cia dan juga terakhir memakai nama andri.



Bersambung...



#Note, jangan lupa kritik dan saran, terima kasih.
 
Tuh kan beneran.pengorbanan mu terlalu besar ray
 
Part 18




Seharian ray beristirahat untuk memulihkan kondisinya, ia merasa tak ada yang berbeda dengan kondisinya, dan hanya terasa perih bekas jahita.

Karena tak betah berbaring di tempat tidur, ray melangkah keluar kamarnya sambil mendorong selang infuse.

Langkah menelusuri lorong rumah sakit dan berhenti di taman rumah sakit, ray kembali teringat dengan jelas posisi ia berdiri dimana waktu melihat cia kecil duduk termenung di kursi roda.

Tak ada yang berubah dari taman ini, hanya posisi tempat sampah yang berubah. "kamu masih ingat teman ini ya" ucap seseorang dari belakangnya, ray pun langsung menoleh yang ternyata adalah papa cia.

Ray hanya tersenyum pelan, "rasanya kembali teringat om bentak kamu yah di tempat ini?"

"iah, " jawab ray tertawa kecil.

"om gak tau harus bilang apa ke kamu, om benar-benar terima kasih banyak ke kamu ray" ucapnya menghela nafas.

"kondisi cia pasti lebih baik, kalau tau siapa pendonornya"

"lebih baik cia gak usah tau om, " ray kembali tersenyum

"kenapa begitu?"

"dokter jun udah janji gak akan kasih tau pendonornya"

"ray lakukan ini hanya sekedar pasien dan pendonor , gak lebih dari itu"

"ray harap om setuju, demi kebaikan ray dan cia juga" senyum ray dengan yakin keputusannya.

"okeh, kalau itu mau kamu, dan om janji bakal bantu cari pendonor buat kamu, om udah denger kondisi kamu dari dokter jun"

"sekali lagi terima kasih ke kamu ray" papa cia langsung memeluk erat, pelukan yang benar-benar dengan penuh perasaan,

"kamu mau lihat kondisi cia?" anggukan ray sambil mengikuti langkahnya yang ternyata beda satu kamar dari kamarnya.

"ray lihat dari sini om" ucapnya melihat dari luar pintu, dengan jelas dokter jun sedang memeriksa kondisi cia yang masih terlihat lesu. Tetapi kali ini cia terlihat sedikit tersenyum walau sedikit saat berbincang dengan om jun. dan memilih kembali ke kamarnya.

"ray kok kamu keluar?" tegur mama saat ia mau kembali masuk ke kamarnya

"bosen di tiduran terus ma," mama hanya tersenyum sambil mengelus rambutnya menuju kembali ke dalam kamar.

"Mama darimana?"

"dari tadi" jawabnya tertawa.

"serius ma."

"dari antar papa ke parkiran,"

"kalau kak rani?"

"dia lagi interview hari ini,"

"ouh jadi gak buka yah rumah makannya?"

"kamu tuh ya, masih sakit mikirin rumah makan, inget pola makan sekarang di jaga." Omelnya langsung mengupaskan buah.

***

setelah 3 hari kondisi ray semakin membaik, dokter jun memberikan izin pulang, dengan catatan yang berisi pola hidup sehat. Dan artikel orang-orang yang hidup dengan satu ginjal.

Dan kembali berisitirahat satu minggu full untuk memulihkan kondisinya benar-benar fit seperti biasanya.

"ray~ woi!!!" teriak edo dengan cepat berlari ke arahnya saat di lorong kampus menuju kelasnya.

"ada kabar bagusss!!!" ucapnya terengah-engah.

"apa?"

"cia akhirnya dapat pendonor ray, cia bakal kembali kayak dulu, dan lo bisa perbaikin hubungan lo sama dia!"

"haaaa" helaan nafas ray panjang.

"kayaknya udah gak mungkin, do. Gue rasa cia benar-benar muak liat gue, " senyumnya kecil

"tapi ini juga berkat surat-surat yang lo kasih ray, walau pakai nama andri dan gue harap surat kemarin surat terakhir lo pakai nama andri ok?"

"iah, emang surat terakhir kok"

"oh ia lo satu minggu lebih gak keliatan di kampus, lo sakit?" tanyanya penasaran.

"yoi, sakit tipes, kenapa kangen?"

"najis!, gue udah ada shanty, masih normal haha" ucapnya langsung menutup mulutnya.

"eheemm, udah jadian sama doii?" ray menaik-naikan alisnya sambil tertawa meledek, edo langsung mengalihkan pembicaraanya. Tetapi di lihat dari gerak-geriknya edo dan shanty mulai saling dekat. Dan perjuangannya tak sia-sia mendapatkan shanty.

Dua minggu kemudian...

Terdengar suara riuh di loby kampus, ray yang saja datang langsung mendekat penasaran. Karena kemungkinan ada tragedy penembakan di kampus.

Dugaannya salah, dan itu adalah cia, setelah hampir satu bulan akhirnya cia kembali kuliah.

"lo gak jenguk cia selama di rumah sakit?" tanya shanty yang berdiri di sampingnya, ray hanya menggelengkan kepalanya.

"lo payah banget ray!!," gerutunya kesal saat ray menggelengkan kepalanya dengan santai.

"emang payah"

"gue payah soal begituan" lanjutnya menghela nafas,

"tapi gue seneng, liat cia mulai pulih kayak dulu. Itu udah cukup kok" ray langsung melangkah pergi begitu saja meninggalkan shanty.

"rayy~" desis shanty sambil menghela nafasnya.

Dari lantai atas ray bisa melihat yang menyambutnya adalah satu team paduan suara kampusnya, dan wajah tirusnya sambil tersenyum masih mampu membuatnya ikut tersenyum pelan.

Ia sendiri ingin memperbaiki hubungannya dengan cia, tetapi rasanya lebih baik seperti ini dan sterusnya. Mungkin itu yang terbaik antara dirinya dengan cia.

***

Minggu demi minggu pun berlalu, langkah ray tiba-tiba terhenti saat melewati lorong gedung kampus, entah kenapa ia melangkah ke sumber suara yang terdengar jelas. suara mahsiswa yang sedang latihan vocal.

dari jauh ray terus memperhatikan setiap orang, dan matanya tertuju ke suatu orang, yaitu cia. ia kini aktif kembali di paduan suara kampus.

Wajah cia terlihat tidak terlalu tirus seperti kemarin-kemarin, Rasanya seperti melihat cia untuk pertama kali masuk kampus ini.

Di tambah perhatian papanya semakin banyak terhadap dirinya, beberapa kali ray melihat cia di jemput dan di antar oleh papa dan mamanya.

***

Hari ini tepat tanggal 15, ray seperti biasanya bangun lebih awal walaupun sekarang sudah libur semester, dan besoknya ia akan menghadapi namanya skripsi. Tugas akhirnya yang sangat di segani dan di nanti oleh para mahasiswa/I semester akhir.

"ray berangkat yah," ucapnya selesai sarapan.

"jangan malam-malam, kamu naik kereta lagi?" tanya mama,

"iah ma," anggukannya

"Nih duit buat jajan nanti" papa langsung memberikan beberapa lembar uang 100 ribu.

"ambil aja, sok gak mau. lagian kamu kan udah gak berpenghasilan lagi," celetuk kak rani yang baru bangun tidur.

"oke kalau di paksa, ray ambil haha" tawanya langsung mengambilnya dengan cepat. dan langsung memacu sepeda motornya menuju ke stasiun,

Suasana pemakaman pagi ini sepi seperti biasanya, ray membeli bunga mawar putih kesukaan orang tuanya. Dan langsung mencabut satu persatu rumput liar yang sudah cukup banyak.

"haaaaa" lenguh nafasnya langsung duduk bersila setelah menaruh bunga di depan nisan.

"hi ma pa,"

"udah gak terasa ya pa ma, satu semester lagi ray kuliah~"

"abis lulus, ray gak mau kerja pa ma"

"ray mau bantu di rumah makan mama lin sama papa hen aja, soalnya kak rani sekarang udah kerja. dan di tambah usaha rumahnya semakin membaik,"

"oh ia, pa ma. ada sesuatu yang ray mau bilang. Harusnya tahun kemarin ray bilangnya hehe"

"ray gak berani bilang, takut buat kecewa kalian berdua." Ucapnya langsung tertahan.

" Ray donorin ginjal satu orang yang membuat ray ngerasain apa itu jatuh cinta, walau akhirnya tak bisa memiliki" Ucapnya sambil menghela nafas.

"memang hal bodoh yang ray lakuin, tapi gak salah kan berkorban demi orang yang kita sayang?."

"mama juga pernah galau pa, di foto papa waktu itu mama tulis kata-kata bijak dan kata-kata dari mama membuat ray yakin, hal yang lakuin tak sia-sia hehe" ucapannya tertahan sambil menarik ingus yang keluar dari hidungnya.

"maafin ray pa ma, "

"dokter jun bilang ginjal ray cuman bisa bertahan enam bulan, tetapi ray gak bakal menyesal apa yang ray lakuin, jadi doain ray bisa bertahan sampai tahun depan." Senyumnya pelan.

"dan satu lagi yang mau ray bilang ke mama sama papa, ray kasih kalung peninggalan kalian ke dia, " ucapnya langsung menundukan kepalanya.

"maafin ray lagi ya pa ma hehe"

"untuk hari ini sepertinya cukup ya pa ma, ray mau ke rumah nenek, soalnya kakek lagi sakit,

"ray pulang dulu, bye" ray langsung berlutut dan mengelus batu nisannya.

ray langsung bangun dan memandang sebentar, ia langsung melanjutkan membeli buah untuk sang kakek, walau kakek tak terlalu perduli seperti tahun -tahun sebelumnya,



Bersambung...

#Note, jangan lupa ktirik dan sarannya.
 
Bimabet

Part 19​

Prediksi pun meleset...

Prediksi dokter jun kalau ginjal ray bertahan selama enam bulan, dan sekarang sudah sepuluh bulan. Dan sampai saat ini belum mendapat kabar.

Setelah beberapa bulan bergulat dengan buku dan perpus, akhirnya moment yang ia tunggu tiba juga, yaitu siding skripsi

Pagi ini ray sangat rapih memakai baju putih lengan panjang, di padu celana hitam. "pa ma, kak rani berangkat ya" tangannya langsung mengendong tas yang cukup berat, karena terisi tiga rangkap copy skripsinya untung sidang nanti.

"good luck ray, pasti bisa," ucap kak rani mengepalkan kedua tangannya, anggukan pelann ray.

Sidang di adakan di kampusnya di lantai paling atas yaitu lantai enam, "edo, shanty" sapa ray melambaikan tangannya saat mereka berdua baru saja keluar dari lift kampus.

Ray semakin yakin kalau mereka berdua sudah berpacaran, tetapi hanya diam-diam. " wihh gila, lo juga sidang hari ini?"

"ya lah, gue gak bego-bego banget kali haha, semoga wisuda kita bareng okeeee" jawab edo dengan semangat. Shanty hanay melempar senyum, dan tak banyak bicara.

Mungkin karena terasa kepergok oleh ray kalau mereka berdua saling bersama, "lo ruangan berapa?"

"ruang 21,"

"ouh, oke bareng aja, lagian gue ruang 25,"

Ray langsung membuka berkas skripsinya yang terasa sangat tebal, ia kembali mempelajari apa yang harus ia sampaikan di dalam. Dan untungnya dosen pembimbingnya tak terlalu merepotkan dan malah membantu ray mencari bahan skripsnya.

Sidang pun sudah di mulai, ray menunggu giliran masuk ke dalam ruangan karena ia giliran terakhir.

Rasanya semakin gugup, melihat beberapa mahasiwa lainnya keluar dengan wajah yang pasrah dan juga beberapa menangis.

Dengan langkah pelan ia langsung masuk ke dalam ruangan, dan terlihat tiga dosen penguji, salah satunya adalah dosen pembimbingnya, ia memberikan kode dengan menunjukan dua jempolnya.

Ray mengambil nafas panjang sebelum ia memulai presentasi atas judul yang di ambil yaitu "Hubungan Antara Kecanduan Game Online dengan Perilaku Konsumtif Dalam Menggunakan Kartu Kredit Pada Dewasa Awal"

Entah kenapa ia mengambil judul yang menurutnya sulit seperti itu, tetapi hasilnya ia bisa sidang dengan judul skripsi seperti itu.

Keringat dingin mulai mengalir di keningnya, saat pertanyaan demi pertanyaan keluar dari para dosen penguji.

Rasanya ingin pingsan menjawab pertanyaan satu persatu, dan untungnya dosen pembimbingnya membantu menjawab sampai ray bisa mengingat apa yang ia pelajari.

Hampir 30 menit di dalam, ia tak menyangka selama ini karena yang lainnya hanya 10 sampai 15 menit di dalam.

Ray duduk manis saat berkas skripsinya yang ia sudah fotocopy di corat-coret bergantian, dan revisi kali ini cukup banyak,

Dan akhirnya ray keluar dengan perasaan yang campur aduk, karena di dalam ia belum mendapat keputusan apakah lulus apa belum.

***

Ia harus menunggu sampai para mahasiswa yang lain selesai sidang, jam menunjukan jam 1 siang, di tambah semua mahasiswa yang sidang hari ini sudah selesai semua.

"yang namanya saya panggil silahkan memasuki ruangan" suara speaker sambil memanggil satu persatu nama, dengan hati yang berdebar namanya pun di panggil.

Ray menghentikan langkahnya saat ia melihat sosok yang ia kenal dulu, yaitu cia yang hendak masuk ke dalam sambil berbincang dengan temannya.

Ray tidak yakin kalau itu cia, karena ia melihat sekilat\s rambutnya di kuncir kuda, tetapi ray terus menerka apakah itu cia bukan.

Menunggu beberapa menit ia langsung masuk dan berbaris rapih, tak lama nama yang di panggil di bagi menjadi empat kelompok, A, B, C. dan D. ray sendiri masuk ke kelompok B.

Suasana menjadi hening saat kelompok D dan C di nyatakan lulus, begitu pun kelompok C.

"dan sekarang kelompok B, Maaf banget untuk kelompok,, saya nyatakan TIDAK.." ucapannya terhenti emmbuat ray tertunduk lesu.

"TIDAK ada yang tidak lulus," lanjutnya. Membuat ray menegakan kepalanya, dan secara tak langsung empat kelompok di ruangan ini lulus semua.

"sstt jangan ada yang berteriak, nanti saja di luar" pinta panitia, dan keluar satu persatu dengan rapih.

Ray menggengam erat tangannya, karena ia sangat senang perjuangannya tak sia-sia hari ini.

Di saat semua sibuk berfoto ria, ray memilih langsung pulang, setelah member selamat shanty dan edo yang berada di depan gedung.

Ray langsung melempar tasnya yang berat, ia langsung berlari menuju dapur. Di ciumnya satu persatu pipi dan mamanya.

"ray, apa sih baru datang cium-cium" tawa mama melihat tingkah aneh ray.

"ray lulus, ma pa," senyumnya lebar.

"oh ya?? " anggukan ray dengan semangat,

"selamatt, yaa" di elusnya kepala ray bergantian oleh papa dan mama.

"cepetan urusin tuh revisi, biar bisa ikut wisuda 2 bulan lagi" celetuk kak rani yang ternyata tak kerja hari ini. Atau mungkin ia setengah hari.

"iah kak, siap, pasti kelar 2 bulan lagi". Ray sesekali melirik ke arah jam dinding yang menunjukan masih jam 4 sore.

Mama dan papa sengaja tutup lebih awal untuk mengadakan acara makan kecil-kecilan malam ini, menu special buatan papa dan mamanya khusus untuk merayakan kelulusan ray dalam sidang skripsi.

***

Selama satu bulan lebih ray mengurus persiapan wisuda dan revisi berkas sidang skripsi. Dan untungnya ia bisa ikut wisuda yang hanya tinggal 7 hari lagi

"huffttt" tarikan nafasnya agak berat, karena beberapa hari ini ia merasakan rasanya nyeri di pinggangnya. Ray menahan sedikit karena rasanya nyeri tak lama bisa hilang sendirinya.

Ray pulang tak sampai sore, ia memilih langsung beristirahat sebentar karena terasa sangat lelah dan kembali ia merasakan nyeri, tapi kali ini terasa sangat menyiksa sampai ray berguling-guling menahannya.

"apa ini yang cia rasakan??" tanyanya pada diri sendiri sambil terus menahan rasa nyeri dan sekarang nafasnya agak sesak. Cukup beberapa lama menahan seperti itu perlahan rasa nyerinya mulai hilang.

"katanya kamu kecapean, kok malah bangun sih" tanya papa, yang sibuk memasak.

"hehe baru jam 8 kok, capek juga belum ngantuk."

"sini ray bawain" dengan sigap ray membawakan pesanan, selesainya nyeri itu kembali melanda dan justru semakin sakit. Ray langsung berpegangan ke pinggir meja.

"ray, kamu kenapa?" ucap mama yang panic langsung menghampiri.

"ehhmm" ray tak kuat merasakan nyeri di pinggangnya, tak lama ia pun tak sadarkan diri. Perasaan buruk tentang ginjal mulai terjadi.

***

Ray membuka matanya, terasa sangat terang. Ia langsung berusaha duduk dan sadar ia sudah ada di rumah sakit dengan infuse yang sudah terpasang di lengannya.

"haa jam 9 pagi apa malam" gumamnya melihat k earah jam dinding, mendengar suara langkah kaki masuk ray kembali berbaring.

"pagi ray" ucap dokter yang tak asing lagi, yaitu dokter jun, termasuk papa dan mama juga ada di belakanganya.

"gimana masih nyeri?" tanya dokter jun, ray hanya menggelengkan kepala karena masih terasa lelah.

"sepertinya kamu benar-benar jadi pahlawan buat fellycia ya ray, mungkin kalau tak ada donor ginjal dari kamu, saya gak bisa bayangkan apa yang terjadi" ucapnya sambil memeriksa keadaan ray.

"dan hebat ya prediksi saya meleset, kamu bisa bertahan hampir satu tahun" ucapnya tersenyum.

"ada kabar baik tadi malam, kamu udah mendapat pendonor, dan kita jadwalkan minggu depan" lanjutnya selesai memeriksa.

"kenapa gak secepatnya? Minggu depan pas dengan acara wisuda" ucap ray kebingungan.

"kamu tuh ya, bukannya kwahtirin kondisi kamu malah mikirin wisuda. Jadinya mau wisuda apa operasi?" omel mama membuat ray terntunduk,

mau tak mau ia harus melakukan operasi,dan meninggalkan moment yang berharga saat itu. Moment yang yang tunggu selama ini, tetapi apa boleh buat.

"nanti siang, kita lakukan cuci darah, biar ginjal kamu gak terlalu berat bekerja" dokter jun pun langsung keluar,

"cuci darah?" tanyanya pelan sambil melirik ke papa dan mamanya.

"maaf ya pa ma, ray lagi-lagi buat masalah heheee" tawanya sambil merasa bersalah, ia menahan rasa nyerinya yang kini timbul lagi, agar papa mama dan kak rani tak perlu merasa kwahtir.

"siapa bilang masalah, dokter juga bilang kok kondisi kamu gak cocok dengan satu ginjal dan suatu saat pasti akan seperti ini. itu bukan masalah yaa" tangan mama mengelus kepalanya lembut.

Papa dan mama sosok pahlawan sesungguhnya, dengan kuat papa akan menlindungi anak-anaknya dari masalah, dan mama dengan lembutnya menyelesaikan masalah yang di alami anaknya,

Ray beruntung memiliki keluarga seperti ini, walau tau ia bukan anak kandungnya. Tetapi mama dan papa seolah tak perduli hal itu.

Tepat jam 12, ray di pindahkan ke tempat hemodialisa, sebuah alat yang mirip dengan punya cia waktu di rumahnya, ia melihat sekilas saat itu dan yakin benda itu mirip.

"dan akhirnya gue tau apa cia rasain," gumamnya lagi saat dokter jun memasang alat cuci darah, proses cuci darah berlangsung 3 sampai 4 jam. Membuat ray memilih untuk tidur.

Ray kembali terbangun di kamar perawatan, dengan infuse kembali terpasang. kabar buruk kembali terdengar ray akan di rawat sampai operasi, karena kondisinya semakin lemah.

"kak" ucap ray lemah, ray benar-benar dirinya tak berdaya kali ini, membuka mata pun terasa susah.

"papa mama mana?" tanyanya pelan.

"pulang ke rumah, ambil pakaian, soalnya bolak balik makan waktu" kak rani terlihat sangat lesu melihat kondisi ray seperti itu. Sambil meremas tangannya yang terasa dingin.

"terus nanti yang buka rumah makan siapa?"

"ray, ih kamu ah lagi sakit juga mikirin rumah makan, dah istirahat aja dulu, kondisi kamu belum stabil setelah cuci darah" ucap kak rani gengam erat tangannya. Sambil sesekali menyeka matanya.

Raya hanya tersenyum dan tak bisa berkata apa-apa, raut wajah kwahtir kak rani berangsur hilang setelah dokter jun mengecek kondisinya.

Dokter jun bilang ini efek dari cuci darah, dan tidak perlu berpikir macam-macam. Kak rani tersenyum dan mengelus kepala ray yang memejamkan mata.

***

Hari pun demi berlalu, kondisi ray sudah agak membaik karena ginjal sudah kembali normal dan hari inisiap untuk melakukan transplatasi ginjal. Operasi akan di lakukan jam 13,00 hari ini.

"oiii ray kondisi lo gimana? Gue dapat dari bokap lo, lo di rawat?" terbaca.

"yup, tapi gpp kok. Gue gak bisa dateng, jangan bilang ke siapa-siapa ya" terkirim. Terbaca.

"preett, lagian lo dateng siapa yang cariin?, emang lo sakit apa? Gue gak bakal kasih tau siapa-siapa slow.. Hahaa" terkirim, terbaca.

"tanyanya satu satu kenapa, gue bakal operasi jam 13.00 buat transplatasi ginjal, inget gak ada yang boleh tau oke." Terkirim, cukup lama ray menunggu tak kunjung datang balasan dari ray.

"jangan-jangan, lo yang donor ginjal buat cia?" balasan edo, membuat ray tersenyum dan ia tak bisa terus berbohong sampai akhirnya semua akan tahu. Dan mungkin saat ini edo harus tau, karena ia salah satu sahabat sejak ia awal semester.

"inget janji lo, jangan bilang ke shanty apa lagi cia J" balas ray,

"okeh ray, semoga lancar ray, gue doain dari sini, God blees You kawan" terbaca,

"thanks edo," ray pun kembali bersandar dan beristaraht sejenak, membayangkan hari ini ia memakai toga dan berfoto bersama dengan papa dan mama termasuk kak rani. Tapi apa boleh buat.



Bersambung.....

#Note, update seadanya. semoga terhibur...
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd