Part 19
Prediksi pun meleset...
Prediksi dokter jun kalau ginjal ray bertahan selama enam bulan, dan sekarang sudah sepuluh bulan. Dan sampai saat ini belum mendapat kabar.
Setelah beberapa bulan bergulat dengan buku dan perpus, akhirnya moment yang ia tunggu tiba juga, yaitu siding skripsi
Pagi ini ray sangat rapih memakai baju putih lengan panjang, di padu celana hitam. "pa ma, kak rani berangkat ya" tangannya langsung mengendong tas yang cukup berat, karena terisi tiga rangkap copy skripsinya untung sidang nanti.
"good luck ray, pasti bisa," ucap kak rani mengepalkan kedua tangannya, anggukan pelann ray.
Sidang di adakan di kampusnya di lantai paling atas yaitu lantai enam, "edo, shanty" sapa ray melambaikan tangannya saat mereka berdua baru saja keluar dari lift kampus.
Ray semakin yakin kalau mereka berdua sudah berpacaran, tetapi hanya diam-diam. " wihh gila, lo juga sidang hari ini?"
"ya lah, gue gak bego-bego banget kali haha, semoga wisuda kita bareng okeeee" jawab edo dengan semangat. Shanty hanay melempar senyum, dan tak banyak bicara.
Mungkin karena terasa kepergok oleh ray kalau mereka berdua saling bersama, "lo ruangan berapa?"
"ruang 21,"
"ouh, oke bareng aja, lagian gue ruang 25,"
Ray langsung membuka berkas skripsinya yang terasa sangat tebal, ia kembali mempelajari apa yang harus ia sampaikan di dalam. Dan untungnya dosen pembimbingnya tak terlalu merepotkan dan malah membantu ray mencari bahan skripsnya.
Sidang pun sudah di mulai, ray menunggu giliran masuk ke dalam ruangan karena ia giliran terakhir.
Rasanya semakin gugup, melihat beberapa mahasiwa lainnya keluar dengan wajah yang pasrah dan juga beberapa menangis.
Dengan langkah pelan ia langsung masuk ke dalam ruangan, dan terlihat tiga dosen penguji, salah satunya adalah dosen pembimbingnya, ia memberikan kode dengan menunjukan dua jempolnya.
Ray mengambil nafas panjang sebelum ia memulai presentasi atas judul yang di ambil yaitu "Hubungan Antara Kecanduan Game Online dengan Perilaku Konsumtif Dalam Menggunakan Kartu Kredit Pada Dewasa Awal"
Entah kenapa ia mengambil judul yang menurutnya sulit seperti itu, tetapi hasilnya ia bisa sidang dengan judul skripsi seperti itu.
Keringat dingin mulai mengalir di keningnya, saat pertanyaan demi pertanyaan keluar dari para dosen penguji.
Rasanya ingin pingsan menjawab pertanyaan satu persatu, dan untungnya dosen pembimbingnya membantu menjawab sampai ray bisa mengingat apa yang ia pelajari.
Hampir 30 menit di dalam, ia tak menyangka selama ini karena yang lainnya hanya 10 sampai 15 menit di dalam.
Ray duduk manis saat berkas skripsinya yang ia sudah fotocopy di corat-coret bergantian, dan revisi kali ini cukup banyak,
Dan akhirnya ray keluar dengan perasaan yang campur aduk, karena di dalam ia belum mendapat keputusan apakah lulus apa belum.
***
Ia harus menunggu sampai para mahasiswa yang lain selesai sidang, jam menunjukan jam 1 siang, di tambah semua mahasiswa yang sidang hari ini sudah selesai semua.
"yang namanya saya panggil silahkan memasuki ruangan" suara speaker sambil memanggil satu persatu nama, dengan hati yang berdebar namanya pun di panggil.
Ray menghentikan langkahnya saat ia melihat sosok yang ia kenal dulu, yaitu cia yang hendak masuk ke dalam sambil berbincang dengan temannya.
Ray tidak yakin kalau itu cia, karena ia melihat sekilat\s rambutnya di kuncir kuda, tetapi ray terus menerka apakah itu cia bukan.
Menunggu beberapa menit ia langsung masuk dan berbaris rapih, tak lama nama yang di panggil di bagi menjadi empat kelompok, A, B, C. dan D. ray sendiri masuk ke kelompok B.
Suasana menjadi hening saat kelompok D dan C di nyatakan lulus, begitu pun kelompok C.
"dan sekarang kelompok B, Maaf banget untuk kelompok,, saya nyatakan TIDAK.." ucapannya terhenti emmbuat ray tertunduk lesu.
"TIDAK ada yang tidak lulus," lanjutnya. Membuat ray menegakan kepalanya, dan secara tak langsung empat kelompok di ruangan ini lulus semua.
"sstt jangan ada yang berteriak, nanti saja di luar" pinta panitia, dan keluar satu persatu dengan rapih.
Ray menggengam erat tangannya, karena ia sangat senang perjuangannya tak sia-sia hari ini.
Di saat semua sibuk berfoto ria, ray memilih langsung pulang, setelah member selamat shanty dan edo yang berada di depan gedung.
Ray langsung melempar tasnya yang berat, ia langsung berlari menuju dapur. Di ciumnya satu persatu pipi dan mamanya.
"ray, apa sih baru datang cium-cium" tawa mama melihat tingkah aneh ray.
"ray lulus, ma pa," senyumnya lebar.
"oh ya?? " anggukan ray dengan semangat,
"selamatt, yaa" di elusnya kepala ray bergantian oleh papa dan mama.
"cepetan urusin tuh revisi, biar bisa ikut wisuda 2 bulan lagi" celetuk kak rani yang ternyata tak kerja hari ini. Atau mungkin ia setengah hari.
"iah kak, siap, pasti kelar 2 bulan lagi". Ray sesekali melirik ke arah jam dinding yang menunjukan masih jam 4 sore.
Mama dan papa sengaja tutup lebih awal untuk mengadakan acara makan kecil-kecilan malam ini, menu special buatan papa dan mamanya khusus untuk merayakan kelulusan ray dalam sidang skripsi.
***
Selama satu bulan lebih ray mengurus persiapan wisuda dan revisi berkas sidang skripsi. Dan untungnya ia bisa ikut wisuda yang hanya tinggal 7 hari lagi
"huffttt" tarikan nafasnya agak berat, karena beberapa hari ini ia merasakan rasanya nyeri di pinggangnya. Ray menahan sedikit karena rasanya nyeri tak lama bisa hilang sendirinya.
Ray pulang tak sampai sore, ia memilih langsung beristirahat sebentar karena terasa sangat lelah dan kembali ia merasakan nyeri, tapi kali ini terasa sangat menyiksa sampai ray berguling-guling menahannya.
"
apa ini yang cia rasakan??" tanyanya pada diri sendiri sambil terus menahan rasa nyeri dan sekarang nafasnya agak sesak. Cukup beberapa lama menahan seperti itu perlahan rasa nyerinya mulai hilang.
"katanya kamu kecapean, kok malah bangun sih" tanya papa, yang sibuk memasak.
"hehe baru jam 8 kok, capek juga belum ngantuk."
"sini ray bawain" dengan sigap ray membawakan pesanan, selesainya nyeri itu kembali melanda dan justru semakin sakit. Ray langsung berpegangan ke pinggir meja.
"ray, kamu kenapa?" ucap mama yang panic langsung menghampiri.
"ehhmm" ray tak kuat merasakan nyeri di pinggangnya, tak lama ia pun tak sadarkan diri. Perasaan buruk tentang ginjal mulai terjadi.
***
Ray membuka matanya, terasa sangat terang. Ia langsung berusaha duduk dan sadar ia sudah ada di rumah sakit dengan infuse yang sudah terpasang di lengannya.
"
haa jam 9 pagi apa malam" gumamnya melihat k earah jam dinding, mendengar suara langkah kaki masuk ray kembali berbaring.
"pagi ray" ucap dokter yang tak asing lagi, yaitu dokter jun, termasuk papa dan mama juga ada di belakanganya.
"gimana masih nyeri?" tanya dokter jun, ray hanya menggelengkan kepala karena masih terasa lelah.
"sepertinya kamu benar-benar jadi pahlawan buat fellycia ya ray, mungkin kalau tak ada donor ginjal dari kamu, saya gak bisa bayangkan apa yang terjadi" ucapnya sambil memeriksa keadaan ray.
"dan hebat ya prediksi saya meleset, kamu bisa bertahan hampir satu tahun" ucapnya tersenyum.
"ada kabar baik tadi malam, kamu udah mendapat pendonor, dan kita jadwalkan minggu depan" lanjutnya selesai memeriksa.
"kenapa gak secepatnya? Minggu depan pas dengan acara wisuda" ucap ray kebingungan.
"kamu tuh ya, bukannya kwahtirin kondisi kamu malah mikirin wisuda. Jadinya mau wisuda apa operasi?" omel mama membuat ray terntunduk,
mau tak mau ia harus melakukan operasi,dan meninggalkan moment yang berharga saat itu. Moment yang yang tunggu selama ini, tetapi apa boleh buat.
"nanti siang, kita lakukan cuci darah, biar ginjal kamu gak terlalu berat bekerja" dokter jun pun langsung keluar,
"cuci darah?" tanyanya pelan sambil melirik ke papa dan mamanya.
"maaf ya pa ma, ray lagi-lagi buat masalah heheee" tawanya sambil merasa bersalah, ia menahan rasa nyerinya yang kini timbul lagi, agar papa mama dan kak rani tak perlu merasa kwahtir.
"siapa bilang masalah, dokter juga bilang kok kondisi kamu gak cocok dengan satu ginjal dan suatu saat pasti akan seperti ini. itu bukan masalah yaa" tangan mama mengelus kepalanya lembut.
Papa dan mama sosok pahlawan sesungguhnya, dengan kuat papa akan menlindungi anak-anaknya dari masalah, dan mama dengan lembutnya menyelesaikan masalah yang di alami anaknya,
Ray beruntung memiliki keluarga seperti ini, walau tau ia bukan anak kandungnya. Tetapi mama dan papa seolah tak perduli hal itu.
Tepat jam 12, ray di pindahkan ke tempat
hemodialisa, sebuah alat yang mirip dengan punya cia waktu di rumahnya, ia melihat sekilas saat itu dan yakin benda itu mirip.
"
dan akhirnya gue tau apa cia rasain," gumamnya lagi saat dokter jun memasang alat cuci darah, proses cuci darah berlangsung 3 sampai 4 jam. Membuat ray memilih untuk tidur.
Ray kembali terbangun di kamar perawatan, dengan infuse kembali terpasang. kabar buruk kembali terdengar ray akan di rawat sampai operasi, karena kondisinya semakin lemah.
"kak" ucap ray lemah, ray benar-benar dirinya tak berdaya kali ini, membuka mata pun terasa susah.
"papa mama mana?" tanyanya pelan.
"pulang ke rumah, ambil pakaian, soalnya bolak balik makan waktu" kak rani terlihat sangat lesu melihat kondisi ray seperti itu. Sambil meremas tangannya yang terasa dingin.
"terus nanti yang buka rumah makan siapa?"
"ray, ih kamu ah lagi sakit juga mikirin rumah makan, dah istirahat aja dulu, kondisi kamu belum stabil setelah cuci darah" ucap kak rani gengam erat tangannya. Sambil sesekali menyeka matanya.
Raya hanya tersenyum dan tak bisa berkata apa-apa, raut wajah kwahtir kak rani berangsur hilang setelah dokter jun mengecek kondisinya.
Dokter jun bilang ini efek dari cuci darah, dan tidak perlu berpikir macam-macam. Kak rani tersenyum dan mengelus kepala ray yang memejamkan mata.
***
Hari pun demi berlalu, kondisi ray sudah agak membaik karena ginjal sudah kembali normal dan hari inisiap untuk melakukan transplatasi ginjal. Operasi akan di lakukan jam 13,00 hari ini.
"oiii ray kondisi lo gimana? Gue dapat dari bokap lo, lo di rawat?" terbaca.
"yup, tapi gpp kok. Gue gak bisa dateng, jangan bilang ke siapa-siapa ya" terkirim. Terbaca.
"preett, lagian lo dateng siapa yang cariin?, emang lo sakit apa? Gue gak bakal kasih tau siapa-siapa slow.. Hahaa" terkirim, terbaca.
"tanyanya satu satu kenapa, gue bakal operasi jam 13.00 buat transplatasi ginjal, inget gak ada yang boleh tau oke." Terkirim, cukup lama ray menunggu tak kunjung datang balasan dari ray.
"jangan-jangan, lo yang donor ginjal buat cia?" balasan edo, membuat ray tersenyum dan ia tak bisa terus berbohong sampai akhirnya semua akan tahu. Dan mungkin saat ini edo harus tau, karena ia salah satu sahabat sejak ia awal semester.
"inget janji lo, jangan bilang ke shanty apa lagi cia J" balas ray,
"okeh ray, semoga lancar ray, gue doain dari sini, God blees You kawan" terbaca,
"thanks edo," ray pun kembali bersandar dan beristaraht sejenak, membayangkan hari ini ia memakai toga dan berfoto bersama dengan papa dan mama termasuk kak rani. Tapi apa boleh buat.
Bersambung.....
#Note, update seadanya. semoga terhibur...