Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Devil: RESET (Rayuan Iblis)

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Enakny ada buku reset
Nubi sering kepikiran apa sesuatu yang banyak orang mau tetapi ga bisa dibeli pake duit dan kekuasaan. Dan jawabannya umur dan waktu. Akhirnya kepikiran lah buku reset ini 😂
 
Bentar lagi nubi update ya suhu :ampun:
 
Episode 3​

Masa mudaku dulu penuh dengan hinaan dan rasa sakit. Miskin hitam dan jelek. Aku hampir tidak punya teman. Apalagi dekat dengan wanita. Jika ingat hinaan mereka saja, rasanya sakit bukan main. Kini aku dapat mengulang masa mudaku.

Aku selalu punya fantasi ketika remaja dulu. Aku berangan jika aku lahir dari keluarga yang setidaknya serba berkecukupan. Namun yang paling penting, aku selalu berandai jika aku terlahir sebagai pemuda tampan. Aku selalu iri melihat remaja seumuranku punya pacar yang cantik, pacaran dengan motor sambil berpelukan mesra, sedangkan aku sendiri hampir tidak punya teman

“ Billy? Billy?! Kok bengong?”

Dokter Sari menyadarkanku dari lamunanku. Aku tersenyum. Aku mendapatkan kehidupan itu sekarang. Aku mendekat dan mencium pipinya

“ ihh genit!”

Gerutu dokter Sari kesal. Aku tersenyum. Ia ikut mendekat dan tiba-tiba mencium pipiku.

“ mumpung Mama kamu ga lihat”

Bisiknya genit. Ia meraih remot dan mengganti channel televisi. Dokter Sari lalu menyandarkan kepalanya di pundakku dengan manja. Aku merangkulnya erat.

“ udah Sore, aku masak aja kali ya biar Mama kamu ga capek?”


Dokter Sari lalu berdiri. Ia masih seperti dulu. Mandiri dan gemar memasak. Ia berjalan ke dapurku lalu membuka kulkas. Ia mengambil sayuran dan bahan makanan untuk di masak.

“ kok jadi kamu yang masak sih? Udah biar Mama aja ntar”

Ucapku.

“ ih kamu, Mama kamu pasti capek seharian urus rumah. Kenapa ga aku aja”

Jawabnya. Ia mulai memasak. Aku hanya tersenyum. Handphoneku bergetar sebuah pesan masuk. Aku tak percaya apa yang aku lihat. Suster Dewi.

“ sayang, aku pulang cepet malam ini. Kamu mau ketemu?”

Aku tak percaya Suster Dewi menghubungiku lagi. Terakhir ia menghindariku. Apa artinya ia tidak akan ingat apa yang terjadi? Aku harus menemuinya. Tapi aku tidak bisa keluar malam. Mungkin lebih baik jika aku menemuinya di rumah saja. Aku ingin ia melihat rumahku

“ sayang, ke rumah aku aja yuk. Gimana? Aku pengen tunjukin kamu rumah aku.

Jawabku. Suster Dewi segera menjawab

“ Beneran?! Emang boleh?”

Ia sangat ingin bertemu. Kurasa tidak ada salahnya jika kami bertemu dekat rumah.

“ boleh, aku pesenin taxi ya”

Aku memesankan Suster Dewi taxi online menuju rumahku. Jam menunjukkan jam 5 kurang. Dokter Sari masih disini. Suster Dewi mungkin akan sampai jam 5 lewat atau setengah 6.

“ lho kok jadi nak Sari yang masak?”

Ibuku keluar kamar dan terkejut melihat Dokter Sari hampir selesai masak makan malam. Dokter Sari tersenyum

“ gapapa Tante. Sari bantuin. Sari emang suka masak”

Jawab Dokter Sari. Ibuku segera membantunya

“ Yaudah, nanti ikut makan ya sama Tante, sama Billy”

Ucap Ibuku. Dokter Sari tersenyum.

“ Siap Tante”

Jawabnya. Dokter Sari lalu mengambilkan nasi. Ia mengambil sayur, lalu sop dengan ayam, lalu menghidangkannya ke meja makan

“ Billy, makan sore yuk”

Ucap Dokter Sari. Aku tersenyum. Ia masih seperti dulu. Ia sering memberiku makan sore

“ iya, aku makan ya.”

Aku duduk dan mulai makan karena aku lapar. Dokter Sari menatapku sambil tersenyum lebar

“ makan yang banyak ya”

Ucapnya. Ia lalu berdiri dan membungkuk ke ibuku

“ Tante, Sari ke rumah dulu ya. Mau siap-siap buat makan malam ntar”

Ujarnya. Ibuku mengangguk

“ boleh, boleh. Ati-ati ya nak Sari”

Sahut ibuku. Sari tersenyum dan langsung menyalami ibuku. Ia lalu melambaikan tangan padaku

“ dadah Billy”

Ucapnya. Aku ikut melambaikan tangan. Ia lalu keluar dan pulang ke rumahnya di sebelah rumahku. Aku lanjut makan dengan lahap. Sama seperti dulu ia gemar memasak tapi ia sendiri tidak terlalu banyak makan. Ia hanya memasakkan untukku

“ Billy, nanti piring cuci ya. Mama mau istirahat lagi”

“ Ya Ma”

Ibuku kembali ke kamar. Semua berubah tapi detail kecil ini tetap sama. Ibu masih suka istirahat sore bahkan tidur waktu magrib. Ibu hanya memasak mie untuk makan malam ketika sore lalu istirahat. Kadang ibu hanya bangun sebentar untuk makan malam, lalu cuci piring dan kembali tidur. Aku kembali makan dengan lahap.

Aku mencuci piringku. Handphoneku kembali bergetar. Aku mengeceknya dan ternyata itu Suster Dewi. Ia di pintu samping rumahku. Aku tidak tahu rumah ini punya pintu samping. Aku ke pintu samping dan begitu aku buka, Suster Dewi di sana

“ sayang!”

Ia sangat muda. Hatiku bergetar begitu melihatnya. Akhirnya kami seumuran. Ia tersenyum hangat. Ia sangat senang. Sudah lama aku tidak melihatnya tersenyum seperti itu. Aku langsung memeluknya. Suster Dewi tersenyum




Dewi

“ kenapa?”

Tanya Dewi heran

“ kok ga lewat depan?”

Bisikku. Ia tersenyum malu.

“ takut…… sama Mama kamu”

Ucapnya. Aku segera menyuruhnya masuk. Aku tidak tahu di mana kamarku. Aku mengajaknya naik lewat tangga samping. Aku melihat sebuah kamar dengan tulisan

“ Billy’s room”

Kurasa ini kamarku. Aku membukanya dan aku melihat sebuah kasur, tv 50 inch, sebuah ps5 xbox laptop nintendo, lalu sebuah laptop gaming mewah di meja komputer. Astaga ini kamarku meski terlalu mewah.

“ berantakan banget sayang”

Ucap Suster Dewi. Aku lalu mengajaknya masuk

“ aku rapiin ya”

Suster Dewi segera merapikan kamarku. Aku menutup pintu rapat. Aku menghidupkan tv. Ia lalu duduk di depan tv dan ikut menonton

“ kamu capek sayang?”

Tanyaku. Ia mengangguk.

“ banget, apalagi aku kerja dari sebelum subuh. Capek banget. Tapi aku seneng bisa ketemu kamu.”

Jawabnya. Aku sangat gemas. Aku pegang tangannya dan mencium pipinya. Ia tersenyum malu.

“ kamu mau mandi sayang?”

Tanyaku lagi. Ia tertawa geli

“ kenapa? Mau lihat aku mandi?”

Tanyanya genit. Aku mengangguk. Ia mencubitku gemas

“ aduuuuh”

Teriakku. Ia tertawa lepas

“ rasain. Genit!”

Sahutnya. Aku tertawa. Ia mulai melepas hijabnya

“ Yaudah aku mandi ya”

Ia mengambil handuk. Ia mulai melepas seragamnya. Aku melihat tubuh putih bersih Suster Dewi yang masih mengenakan bra. Ia menurunkan celananya. Ia kini mengenakan bra dan celana dalam. Rambutnya terurai. Ia lilit handuk itu menutupi tubuhnya lalu melepas bra dan celana dalamnya. Aku tidak tahan lagi. Aku berdiri dan langsung memeluknya dari belakang.

Suster Dewi tersenyum genit. Ia tertawa pelan

“ suka?”

Bisiknya genit. Aku mengangguk nafsu

“ pantes. Ada yang nusuk”

Sahutnya mesum. Ia masih seperti dulu. Tenang dan Jaim, namun agak mesum saat berdua saja denganku. Kami pun bercumbu

“ Billy..”

Ia melepas ciumannya dan justru termenung

“ kenapa sayang?”

Aku menurunkan celanaku. Kontolku berdiri tegak. Ia menatap kontolku yang sangat tegang. Pipinya memerah. Ia menepis kontolku lalu membelakangiku

“ aku seneng kita pacaran. Kamu ganteng, dewasa. Tapi inget status kita, aku sedih. Kamu walaupunbaru kuliah tapi kamu punya segalanya. Kaya, ganteng, lah aku cuma honor di rumah sakit.”

Aku kembali memeluknya mesra.

“ sayang, jangan gitulah. Kamu kan cewek spesial. Kamu ga tahu seberapa seneng aku ketika bisa jadian sama kamu. Kamu ga boleh merasa gitu lagi. Kamu harus lihat aku sebagai laki-laki biasa, yang suka kamu apa adanya”

Jawabku. Ia tertawa geli mendengar ucapanku

“ kamu apa aja dianggap gampang.”

Gerutunya sambil tertawa geli

“ tapi kamu bukan gampangan Dewi. Aku bangga, aku seneng bisa punya cewek kayak kamu”

Jawabku. Ia tersenyum genit.

“ Apasih?! makin pinter gombalnya.”

Suster Dewi membalikkan badannya dan langsung mencumbu bibirku mesra. Aku dekap tubuhnya dan melahap bibirnya mesra. Ia lumat bibirku liar dan tanpa ampun. Aku lepas handuknya sehingga ia pun bugil. Aku remas pinggulnya, raba punggungnya nafsu, dan terus melahap bibirnya mesra.

Ia mendorongku ke kasur. Ia remas kontolku dan mulai mengocoknya. Aku meremas kasur dan mulai mendesah. Ia lahap leherku dan menjilatinya liar. Jemarinya terus mengocok kepala kontolku. Cairan pelumas terus keluar membasahi kontolku. Ia julurkan lidahnya dan mulai menjilati putingku. Aku remas rambutnya dan terus mendesah.

Wajah manisnya kini bertemu dengan kontol besarku. Ia julurkan lidahnya dan mulai menjilati kepala kontolku sambil menurunkan kulup yang menutupi kontolku. Aku terus mendesah. Lidahnya turun ke batang kontolku. Jemarinya masih terus menggenggam dan mengocok kontolku ganas. Ia turunkan buka mulutnya lebar dan mulai mengulum palkonku itu.

Kepalanya naik turun memompa kontolku. Aku mendesah panjang. Kulumannya masih sangat kencang dan nikmat, meski sesekali giginya masih menyentuh kontolku. Aku remas kepalanya dan terus mendesah. Aku mulai menggoyang kontolku di mulutnya. Ia ikut bertempat nafsu. Ia tahan rambutnya, lalu mempercepat sepongan dahsyatnya itu. Kontolku mulai berkedut dan semakin memerah. Aku siap ejakulasi.

Ia melepas Kulumannya. Bibirnya kini penuh dengan liarnya sendiri. Aku menarik tangannya. Ia tertawa genit. Aku dekap dia lalu mencumbunya ganas. Ia mencumbuku liar dan tanpa ampun. Aku remas toketnya dan mulai menusuk-nusuk kan kontolku ke memeknya

“ nggghhh masuk belum sayang?”

Tanyanya nafsu. Suster Dewi memegang kontolku lalu membantunya masuk ke dalam lubang sempitnya. Ia berdesis panjang. Lubang itu masih sangat sempit. Ia mendesah panjang. Wajahnya memerah. Suster Dewi lalu sedikit mendesis kesakitan

“ pelan-pelan ya sayang”

Aku mulai menggenjotnya. Ia memelukku erat. Ia menggoyang dari atas dengan pelan. Ia mencumbu bibirku gemas. Aku dekup dia erat, lalu mulai menggenjotnya ganas

“ ohhhhhhhhh”

Ia memekik keras. Untungnya suara tv menutupi suara desahannya. Aku terus menggenjotnya ganas. Aku merasakan jepitan memeknya yang masih sangat menjepit dan sangat basah. Aku mempercepat genjotanku, melampiaskan nafsu di dalam diriku kepadanya. Sudah lama kami tidak bercinta seperti ini dan aku sudah sangat nafsu

Ia melepas cumbuannya. Wajahnya memerah. Suster Dewi memejamkan mata dan terus memekik kencang. Tubuhnya menggelinjang hebat di pelukanku. Aku terus menggenjotnya ganas dari bawah. Ia memekik panjang. Cairan menyembur deras dari memeknya menghantam kontolku yang masuk menyodoknya ganas. Suster Dewi orgasme.

Ia masih menungging di atas kasur. Aku kini meremas pinggulnya dan siap menyodok dari belakang. Aku tusuk kontolku dan terus mengenjotnya nafsu. Selangkanganku menepuk pinggulnya ganas. Aku hampir ejakulasi. Aku sodok memeknya dari belakang dengan posisi doggy style dan meremas pinggulnya gemas

Aku terus menggenjotnya tanpa ampun. Suara tepukan selangkangan kami makin keras. Suster Dewi terus memekik makin kuat. Aku genjot dia keras dan siap ejakulasi. Ia angkat tubuhnya sehingga ia kini duduk dipangkuanku. Aku tanamkan kontolku sedalam mungkin, meremas buah dadanya dari belakang dan tak lama kontolku berkedut-kedut hebat memuntahkan sperma di dalam memeknya

Kami sama-sama lemas. Spermaku membanjiri memeknya. Suster Dewi sangat puas. Ia jatuh kepelukanku dan tersenyum lemas. Ia menatapku manja, membiarkan tanganku masih meremas toketnya.

“ sayang kalo aku hamil gimana?”

Kuharap dengan buku itu aku dapat mencegahnya hamil. Aku tersenyum

“ engga kok”

Jawabku santai. Ia tertawa genit. Kami pun bercumbu mesra

“ kamu ya! Suruh-suruh aku mandi. Rupanya minta jatah! Huft!”

Gerutunya kesal. Aku menahan tawa. Ia sangat imut. Aku cium pipinya dan ia makin kesal

“ kok cium, orang masih kesel! Pipis aku sakit tahu!”

Godanya genit. Kami pun tertawa. Ia memelukku manja. Ia mengambil tasnya di lantai

“ aku tadi beli cilok loh. Banyak banget. Kamu mau?”

Ia masih suka jajan seperti dulu. Ia juga suka masak tapi ia lebih suka jajan. Aku mengangguk. Ia membuka cilok itu dan kami mulai makan bersama. Ia mengganti aplikasi YouTube di tv menjadi aplikasi drama.

Suster Dewi berendam di kamar mandiku. Jam menunjukkan hampir setengah 7. Dokter Sari mungkin datang sebentar lagi. Cilok itu sudah habis. Kami menonton satu episode drama sebelum Suster Dewi berendam di kamar mandiku. Handphoneku bergetar

“ Billy, udah magrib?”

Ternyata itu pesan dari ibuku. Aku segera menjawab sebelum ibu naik

“ iya ma”

Aku ke kamar mandi dan segera ikut mandi bersama Suster Dewi.

“ ihh kok gitu mandinya? Ga bersih dong. Sini aku bantuin. Nanti kalo kecium mama kamu aromanya gimana?”

Suster Dewi membantuku membersihkan tubuhku. Ia mengambil shower dan mengguyur tubuhku dengan air. Ia lalu meratakan sabun di seluruh tubuhku. Ia membersihkan seluruh tubuhku sampai tidak tercium aroma apa pun selain aroma sabun.

Aku keluar lebih dahulu. Aku mengambil kaos, boxer dan celana training lalu mengenakannya. Ini adalah kaos yang sering kugunakan remaja dulu. Semua masih sama. Hanya saja wajahku beda. Kaos ini terkesan mewah. Suster Dewi lalu muncul hanya dengan handuk lalu mencium pipiku.

“ ganteng”

Ucapnya sambil mencium pipiku. Ia mengambil pakaiannya lalu mengenakannya kembali.

“ kami ga ganti baju?”

Tanyaku. Ia tertawa lepas

“ emang aku bawa baju ganti?”

Tanyanya. Aku lalu ikut tertawa. Ia kenakan hijabnya lagi. Ia kembali rapi seperti ia datang.

“ aku pulang ya sayang, dah mau malam”

Ucapnya. Kami lalu berpelukan. Aku segera memesankannya taxi. Aku menekan pintu samping sebagai titik jemput agar orang tuaku tidak tahu. Kami turun bersama-sama. Kami turun lewat tangga samping lalu aku membuka pintu samping. Taxi itu sudah menunggu di sana

“ aku duluan ya sayang”

Ia mencium pipiku lalu naik ke taxi. Aku menutup pintu lalu berjalan ke ruang tengah

Ibuku sudah di dapur. Ibu sepertinya tidak mendengar apa yang terjadi di atas. Aku beruntung rumah ini besar. Jadi apa yang terjadi di kamarku tidak terdengar di bawah. Tidak lama pintu pagar rumah kami terbuka.

“ bukain garasi gih, Papa kamu pulang”

Aku segera turun ke basement dan membuka garasi. Sebuah Mercedes benz x class double cabin berwarna hitam menunggu di luar. Mobil itu segera masuk. Dokter Sari dan Hani lalu muncul dari luar pagar

“ Billy!”

Hani melambaikan tangan. Aku ikut melambaikan tangan menyapanya. Dokter Sari melambaikan tangannya juga. Mereka lalu mendekat. Mesin mobil itu lalu mati. Ayahku lalu turun.

“ eh ada nak Sari sama nak Hani”

Aku menoleh. Aku sedikit terkejut. Orang ini sama sekali bukan ayahku. Aku jarang bertemu tapi masih ingat wajah ayahku.

“ Pah”

Sahutku dingin. Dokter Sari dan Hani segera menyalami ayahku.

“ masuk-masuk”

Ucap ayahku. Tapi mungkin semua harus seperti ini agar wajahku terlihat berbeda. Jika ayahku sama maka aku akan kembali menjadi Santo.

“ eh Hani, Nak Sari udah datang, yuk duduk. Sudah ibu siapin semua. Papa makan dulu yuk.”

Dokter Sari dan Hani menyalami ibuku. Mereka membantu menghidangkan minum untuk makan malam di meja

“ eh udah ibu aja. Tarok tarok. Billy, panggilin kakak kamu Isa buruan”

Isa? Aku punya kakak?

“ Isa di sini Bu”

Seorang gadis lalu turun dari tangga ruang tengah. Aku menengok dan aku terkejut dengan apa yang aku lihat

“ Jessica?!”

Ia di dunia baru ini dan sebagai kakakku?! Ada apa ini?! Tapi aku tidak pernah menulis menulisnya. Rambutnya tidak lagi merah, tapi hitam seperti manusia biasa.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd