Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Enaknya Berbagi Kawan

Bimabet
Maksud Terselubung

Mita: kemarin malam, aman aman aja kan?

Rendy: aman kok Mba. Ada apa?

Mita: bilang apa kemarin sama bini?

Rendy: gue bilang "Maaf telat, tadi ada rapat dadakan di kantor"

Mita: Emmmh, eh iya, pulang kantor nanti bisa nemenin gue dulu kan?

Rendy: kayaknya enggak deh Mba.

Mita: oh gitu...

Rendy: Makanya, bujuk suami lo supaya mau tinggal dan nemenin lo di Jakarta.

Mita: ah lagi-lagi, yang dibahas ini...

Rendy: kalau bukan karena ini, lo enggak akan kesepian.

Mita: sudah, cukup. Enggak apa apa lo gak bisa nemenin. Gue mau makan siang dulu. (Mita kesal dengan sikap Rendy, semakin memperkuat dugaannya bahwa Rendy benar "cuman ada maunya saja" dengan Mita. Menurut benak Mita, Rendy sekadar memanfaatkan kesepian Mita. Lagipula Rendy tahu banyak masalah rumah tangga yang sedang menimpanya).

Rendy: bareng Mba!

Mita: gak usah! Gue lagi pengen sendiri.

Rendy: yah ngambek deh (sahut Rendy lirih)

Rendy tetap duduk fokus di meja kerjanya. Ia menatap Mita yang 'ngambek' pergi meninggalkannya, mencari makan siang. Yang dilakukan Rendy adalah kesengajaan. Dalam waktu dekat ini, ia berusaha menjaga jarak dengan Mita karena dia ingin menjaga kesetiaannya dengan sang istri walau situasi hubungan "teman tapi mesra plus imbalan" dengan Mita berjalan kondusif. Rendy tidak mau keseringannya dia menemani Mita atau menjadi teman esek-esek Mita menimbulkan ketergantungan dia kepada Mita sehingga ketika Mita berpaling darinya, Rendy tidak merasa 'baper' atau cemburu. Apalagi istri Rendy di rumah juara soal cantik dan pelayanan di atas tempat tidur.

Namun, timbul niat lain dalam diri Rendy, apalagi setelah melihat percakapan chat antara Mita dan Momo kemarin. Seingat Rendy, baik Rendy atau Mita tidak pernah tertutup apabila ada salah satu di antara mereka sedang berurusan dengan sesuatu, baik tentang bos mereka, atau ada yang sedang mendekat memberi sinyal cinta dan sebagainya. Entah mengapa terkait Momo ini, Mita tak ada cerita sama sekali. Rendy mulai menyelidik, adakah sesuatu di belakang? juga apakah ada dampak yang ditimbulkan apabila Rendy menjauh dari Mita?

Rendy mengirim chat ke Mita, menanyakan Mita makan siang di mana. Rendy hendak menyusul. Namun, tak ada balasan. Rendy mulai membiasakan diri karena biasanya Mita akan menjawab. Tiba-tiba Rendy justru menelepon Momo, seorang pria yang sedang mendekati Mita.

Rendy: Halo Selamat Siang, Mas Momo, ya?

Momo: iya betul, maaf ini siapa?

Rendy: ini saya Rendy, Mas. Rendy yang kerja di Museum X.

Momo: Ooo Mas Rendy. Ada apa ya Mas?

Rendy: Lagi sibuk gak hari ini?

Momo: Engghh, santai sih.

Rendy: posisi di Jakarta, kan? Saya mau ajak ngopi-ngopi nih.

Momo: Oo mau ngopi-ngopi, boleh Mas. Nanti juga kan saya mau mampir ke Museum. Sekalian aja kali.

Rendy: oh mau ke Museum, wah boleh tuh. Ada keperluan apa?

Momo: wahahaha, mas sendiri ada keperluan apa dengan saya? Kalau saya, multimedia Museum kan masih ada yang perlu disetting lagi, termasuk setelah pengadaan kamera dan laptop kemarin kemarin itu.

Rendy: Oalah, kalau saya cuman ngobrol ringan aja kok. Hehehe. Bukan soal proyek juga. Hahaaha.

Momo: Ah mas Rendy bisa aja.

Rendy: oke deh, sampai ketemu di Museum ya.

Momo: baik, Mas.

Sambil menunggu Momo datang, Rendy keluar kantor. Ia mau makan siang dan istirahat alias tidur siang di Mushola kantor yang adem.

=¥=​

Sambil kelayapan di Mall siang hari saat jam istirahat, Mita menggerutu seraya meninjau ulang hubungannya dengan Rendy, menikmati porsi kecil makan siangnya yang sejujurnya ia tidak begitu bernafsu.

Mita: aduh makin semok aja ini badan (Mita meraba perutnya. Ia risih dengan bentuk badannya karena seminggu ini tidak berolah raga)

Dalam suasana gundah penuh rasa kesal itu, tiba-tiba sekumpulan pria melintas. Salah satu di antara mereka mengira-ngira wajah Mita. Kemudian ia memberanikan diri menyapa. Mita awalnya tidak sadar. Ketika ditegur lebih dekat, barulah ia tahu seseorang sedang menyapanya.

Momo: Mba Mita? Sendirian aja makannya...

Mita: Eh Mas Momo? kok bisa di sini. (

Momo: iya. Aku lagi cari makan siang dulu, nanti kan mau mampir ke museum.

Mita: oohh, ada apa?

Momo: biasa urusan peralatan dan perlengkapan dengan Pak Doni. Kamu sendirian aja nih makannya?

Mita: hehehe iya. Kan kamu tahu sendiri aku ke mana mana sukanya sendiri. (Mita sebetulnya sedikit terganggu, ketika dia sedang ingin sendiri malah datang orang lain)

Momo: Oooo ya, ya, ya, bagaimana kerjaan kamu? Masih belum selesai? Hahaha (Mita pernah cerita ke Momo bahwa ia suka diberi pekerjaan dadakan oleh pimpinannya, sedangkan pekerjaan sebelumnya juga belum tuntas diselesaikan.)

Mita: begitulah, kalau di tempatku tuh mesti siap dikasih pekerjaan apapun. Padahal di rincian tugasku enggak ada yang namanya bantu bikinin edit video film, dokumentasi kegiatan di Museum, bantu beres-beres pencatatan koleksinya.

Momo: hahahaha, tapi gaji kamu lumayan kan? (Dalam benak Momo, postur tubuh Mita yang montok aduhai, mengingatkan kembali harapannya untuk mencari celah kesempatan mendekati Mita. Apalagi dia tahu sosok Mita yang kesepian jauh dari suami)

Mita: iya sih hehehe

Momo: aku baru mau makan loh, kamu sudah selesai aja makannya.

Mita: gak apa apa, aku tungguin kamu makan. Temen-temen kamu bagaimana?

Momo: bisa kok mereka cari makan sendiri. Hahahaha. Kita bawa kendaraan masing-masing ke sini. Jadi nanti aku bisa nyusul sendiri ke museum.

Mita: Emmmh.

Momo: oh iya, kamu tahu kos-kosan sekitar sini gak?

Mita: memang kenapa? Kamu mau ngekos?

Momo: iya, sebab aku dapat kerjaan baru, kantornya daerah Harmoni. Ya kalau menurut temen temen, di sekitar sini banyak tempat kos murah.

Mita: aku ada info soal tempat kos murah, nanti habis dari museum aku temenin, bagaimana?

Momo: oke, tengkiu ya Mba Mita.

Mita: sama-sama. Kerjaan apa kalau boleh tahu?

Momo: masih terkait penyedia perlengkapan dan peralatan kantor juga, cuman gajinya lumayan. Tapi gak segede gaji kamu. Hahaha

Mita: ah Mas Momo yang diungkit itu mulu.

Momo: hahaha. Maaf. Kamu udah balik kampung, belum?

Mita: belum.

Momo: waduh, udah dari kapan?

Mita udah dua bulanan. Hehehe. Kamu tahu sendiri, mau ambil cuti, kerjaan numpuk kan percuma.

Momo: bener juga sih. (Dalam benak mesum Momo, sudah cukup lama pastinya Mita tak disentuh laki-laki. Apakah dia punya kesempatan. Momo berkhayal.

Mita: ya begitulah nasib perantau.
seperti aku.

Momo: kamu betul perempuan sabar dan kuat, beruntung banget suaminkamu. Seandai ada apa apa, jangan segan hubungi, Mba. Aku santai sih orangnya. (Momo menatap bulat-bulat pandangan mata Mita)

Mita: haaaaaah, sabar ya begitulah mesti banyak sabar diriku.

Momo: hayuk nambah lagi makannya Mba Mita, aku yang traktir. Hehehe

Mita: enggak mau ah, jadi tambah gendut nanti.

Momo: hah? Gendut? Enggak, kamu enggak gendut mba. Berisi badannya. Sekel. Hahaha.

Mita: sama aja dong. Ooh ya, kamu udah nikah belum sih?

Momo: sudah, tapi gagal. (Momo menunduk muka)

Mita: aduh, maaf ya.

Momo: santai, gak kenapa kenapa kok.

Mita: yaudah kamu makan dulu. Biar tambah bulet perutnya.

Momo: wah kamu ya, aku gak gendut ini. Kembung aja karena belum makan. Hahaha

Mita: hehehehe

Selagi menunggu Momo menyelesaikan makan siangnya. Mita berusaha menghubungi suaminya di kampung untuk berkeluh kesah, namun sulit sekali diangkat telepon atau dibalas chatnya secara cepat dan tanggap. Suami yang semustinya memberi dia perhatian, justru lelaki lain yang berlomba-lomba memberi Mita perhatian. Karena jam istirahat kantor lekas berakhir, Mita hendak meninggalkan Mall, tempat menghiburnya sejenak. Di samping itu, Momo menanyakan Mita sedang menghubungi siapa. Mita menjawab suaminya. Mita pernah cerita ke Momo perihal suaminya yang sulit dihubungi atau menanyakan kabar Mita sekalipun. Momo tersenyum. Jalannya mengambil hati Mita begitu lapang dan terbuka lebar.

Bagi Momo yang sudah menduda. Sosok Mita adalah sosok istri idaman baginya. Tak mengapa Mita tidak menjadi istrinya. Dia tidak mau jadi PEBINOR. Cukup sebatas Mita sebagai teman tapi mesra atau bisa juga friend with benefit (FWB). Teman bergoyang di atas ranjang. Heuheu.

Momo: kamu bener gak makan lagi nih?

Mita: aduh ya ampun-ampun repot repot banget sih, pakai dibayarin.

Momo: kalau harganya segitu masih bisa aku bayarin hehehe

Mita: kalau ke tempat X (Restoran Mahal)

Momo: oh itu biar aja kamu makan sendirian hahaha

Mita: oh gitu yaaa....

Momo: iya, tapi aku tungguin depan aja. Gak ikut makan. Kamu balik ke kantor naik apa?

Mita: ojek online

Momo: bareng yukkk. Aku naik motor juga mau ke kantor kamu.

Mita: aduh gak usah deh mas, ngerepotin lagi itu namanya. Hihihi

Momo: ah kamu, gak ngerepotin. Yuk bareng aja yuk. Hayuk. (Momo mendesak Mita agar mau berboncengan dengannya menuju satu tempat yang sama. Demi menghemat, Mita akhirnya menurut juga)

Di atas motor yang menuju kantor Mita, Momo bisa merasakan sentuhan bagian depan tubuh Mita dengan punggungnya. Hangat dan kencangnya payudara Mita yang sudah pasti jarang menyusui akhir-akhir ini. Ah kapankah rezekinya datang. Momo berkhayal dan sangat berharap. Beberapa momen sengaja dia mengerem mendadak, agar tubuh Mita terdorong ke depan. Momo dibayang-bayangi birahi yang telah terpendam lama semenjak menduda 2 tahun yang lalu.

Perjalanan motor matic yang dikemudikan Momo sedikit terhambat oleh kemacetan Jakarta. Obrolan ringan yang terlontar mengusir silau panas siang hari, meski agak susah didengar jelas. Bagi Momo, hal itu penting. Ia bisa lebih dekat mengenal Mita yang sulit diajak bicara melalui ponsel.

Momo: kamu pertama kali ke jakarta pas kerja ini?

Mita: enggak, dulu pernah sama suami ke tempat Budeku, jalan-jalan ke Monas.

Momo: hahaha, selain Monas, sudah pernah?

Mita: wah aku enggak tahu. Orang kampung banget ya hahaha. Ke Mall tadi aja pernah kesasar.

Momo: ah masa sih, bohong banget kamu. Lain kali ajak suami dan anak kamu main ke Jakarta. Jangan kamu yang pulang ke kampung mulu.

Mita: ... (Terdiam tak mampu menanggapi)

Momo: masa iya, masa aku yang harus ajak jalan-jalan kamu. Hahaha

Mita: ide bagus tuh. Hehehe

Momo: enggak gratis yah, Mba Mita. Hahaha.

Mita: hah, kirain gratis.

Momo: kamu juga kalau aku chat lewat whatsapp jarang dibalas. Cuman diread aja. Parah banget kan. Padahal niatnya mau ngajak jalan.

Mita: ya begitu, aku senengnya jalan sendiri. Bagaimana dong? (Mita harus mengakui tidak nyaman jalan bersama orang yang tidak begitu dikenalnya, termasuk Momo)

Momo: jangan keseringan, kalau diculik bagaimana? Kasian orang kantor cariin kamu.

Mita: ah mereka cariin aku kalau ada perlu aja.

Momo: Nah! Itu tahu! Hahaha

Mita: akhirnya sampai juga. Tenkiu Mas Momo.

=¥=​

Dari ruang kerjanya di lantai 2, Rendy memandang ke bawah, teras museum yang dikelilingi taman hijau dan pepohonan. Salah satu pekerja kebersihan sedang menyapu dedaunan yang jatuh akibat angin yang barusan saja berhembus kencang, mematahkan ranting-ranting, berserak dedaunan. Selesai makan siang, ia belum melanjutkan pekerjaannya. Malah melamun, mencari kakak angkatnya, Mita, yang belum juga kembali. Kendati Rendy sedang ingin menjauhi Mita. Ia tetap khawatir. Terlebih Mita ngambek karena dirinya.

Rendy: Mas, ada lihat Mba Mita gak? (Ia bertanya kepada seorang office boy yang masuk ke ruangannya untuk mengantarkan seberkas kertas dan perlengkapan alat tulis lainnya)

OB: ada, baru aja dateng saya lihat. Lagi ngobrol di dalam museum kalo gak salah ya.

Rendy: Ngobrol dengan siapa?

OB: Kurang tahu juga mas, sepertinya salah satu mitra kerja sama Pak Doni. Saya pernah lihat dia kemari.

Rendy: Emmm.. siapa yaa (Rendy coba menduga-duga)

OB: Lihat sendiri aja, Mas. Orang juga masih ada di dalam museum, lagi ngobrol dengan Mba Mita.

Rendy: baik, nanti aku turun. Ok, terima kasih infonya, Mas.

OB: sama-sama Mas Rendy.

Bekal informasi dari OB, memicu Rendy segera turun mengecek Mita berbicara dengan siapa. Dia menduga teman mengobrol Mita adalah Momo yang katanya mau berkunjung ke tempat kerja Rendy siang ini. Namun, setibanya Rendy di dalam museum, orang yang dimaksud OB adalah pengunjung biasa. Bukan main kecewanya Rendy. Dia lekas menanyakan keberadaan Momo melalui panggilan telepon lewat hapenya. Momo menjawab bahwa ia sedang bersama Pak Doni di halaman depan museum. Rendy telah salah sangka. Ia meminta Momo menyelesaikan urusannya terlebih dulu dengan Pak Doni, lalu barulah bertemu dengan dia.

Mita: tumben kamu ke bawah.

Rendy: Mba, ada Mas Momo di depan. (Ledek Rendy yang pernah diceritakan oleh Mita bahwa Momo adalah seorang mitra kerja kantor yang sedang berupaya menggoda dan cari perhatian dengannya. Kepada Rendy, Mita mengaku risih dengan sikap Momo demikian)

Mita: duh males banget, enggak ada yang lain gitu, cowok korea atau aktor film apa.

Rendy: belagu banget gaya lo, sialan.
Mita: bener kan? Salahnya di mana?

Rendy: salahnya di elo, tukang ngambekan.

Mita: idih siapa yang ngambek juga.

Rendy: begitu ya? Baiklah.

Mita: lah kan? Lo yang ngambek, Ren.

Rendy: ... (terdiam, membuang muka
Rendy kembali ke ruang kerjanya. Mita membuntuti di belakang. Sikap Rendy berubah drastis merespon ucapan Mita. Ia sengaja memanfaatkan momen dengan bersikap diam seolah-olah memanas-manasi situasi. Selanjutnya Rendy mengambil ransel dan jaketnya. Ia mematikan komputernya lalu kembali turun. Ia duduk di pos satpam seraya menunggu Momo menyelesaikan urusannya.

Momo: iya Mas, bagaimana kabarnya? Salam kenal ya. Ini pertama kalinya saya ketemu dan saling menyapa dengan Mas Rendy. Biasanya kenal muka aja. Mas Rendy lewat, saya sapa.

Rendy: Alhamdulillah baik saya. Iya saya juga kemarin mau ngajak ngobrol bingung ngobrolin apa sama Mas Momo. Sementara Mas Momo juga ke sini sedang ada keperluan tersendiri. Hehehe.

Momo: wah, kenapa gak disapa saja Mas. Saya gak sesibuk perkiraan Mas Rendy. Santai banget. Kelihatannya aja ya dari luar sibuk banget. Hehehe.

Rendy: hahahaah, keliru saya berarti. Ngobrol di depan yuk, Mas Momo. (Rendy mengarahkan Momo ke sebuah warung kopi dekat kantornya)

Momo: saya ikut ajah. Boleh saya sambil merokok, Mas?

Rendy: oh silakan, silakan... Maaf ya saya gak ikutan, karena emang enggak merokok.

Momo: justru saya yang semustinya minta maaf. Hehehe

Membuka obrolan di warung kopi, Rendy menanyakan kesibukan Momo akhir-akhir ini. Tinggal di mana, proyek apa saja yang sedang dijalani, sampai perihal sudah berkeluarga apa belum. Mereka juga sempat bercerita terkait tantangan pekerjaan masing-masing. 1 jam lebih mereka saling bercakap-cakap. Sayangnya, Rendy belum mengutarakan maksud ia ingin mengajak Momo mengobrol. Ia takut salah ucap dan salah reaksi dari Momo. Yang bisa-bisa kalau keliru malah berbalik menjadi bumerang untuk Rendy.

Alhasil, Rendy terpaksa memancing-mancing. Ia mengalihkan pembicaraan seputar kerja Momo selama ini dengan tempat kerja Rendy. Dari obrolan tersebut, Momo bercerita sedikit kerjanya dengan Mita yang sulit diajak bicara panjang lebar. Menurut Momo, Mita tampak berusaha menjaga jarak darinya. Dari obrolan tersebut, Rendy mendapat celah untuk menggiring pembicaraan pada maksud ia mengobrol dengan Momo.

Momo: ohh Mba Mita ngekos sekitar sini juga?

Rendy: iya betul. Nanti saya bantu deh cariin kosan deket sini. Yang murah dan nyaman tentunya. Saya juga ada nomornya. Nanti saya kirimin.

Momo: terima kasih banyak Mas. Saya tunggu kabar baiknya.

Rendy: beres!

Momo: Mas, kalau boleh tahu, Mba Mita itu sudah nikah ya? Hehehe

Rendy: hahaha kenapa tanya demikian? Kelihatannya belum ya?

Momo: sekedar tanya saja, mas. Hahaaha

Rendy: sudah mas. Jangan nyesel ya. Hahaa. Mas Momo sendiri sudah?

Momo: saya belum 2x. Pertama gagal. Hhahahaha

Rendy: haduh haduh jadi salah bertanya nih saya.

Momo: aman mas, jangan khawatir.

Rendy: masih ada celah kok.

Momo: maksudnya?

Rendy: (dengan suara lirih) Mba Mita lagi bermasalah dengan rumah tangganya. Ya kali aja Mas Momo mau nyalip di tikungan. Haahahaha

Momo: haduh, saya gak mau begitu. Kasihan. Hehehe

Rendy: saya sekedar kasih informasi saja. (Rendi tersenyum licik)

Momo: Kata Pak Doni, Mas Rendy dan Mba Mita berteman dekat ya?

Rendy: Kok bisa bilang begitu?

Momo: iya saya kan mitra kerja di sini selain pak doni kan sama Mba Mita. Pak Doni cerita sekilas kalau Mba Mita di sini punya soulmate, yaitu Mas Rendi

Rendy: hahahaha berlebihan banget Pak Doni ceritanya. Saya biasa saja dengan Mba Mita, sudah saya anggap kakak saya sendiri.

Momo: ooo begitu.

Rendy berlaku dan berucap hati-hati. Ketika dia pelan-pelan merangkak masuk ke obrolan inti, Pak Doni menghubunginya kembali. Kali ini Momo terpaksa harus berpamitan karena Pak Doni mengajaknya bertemu dengan salah satu rekan bisnis mereka lainnya. Dengan kelapangan hati Rendi merelakan. Ia dengan langkah kaki malas menuju ruang kerjanya.

=¥=​

Dengan wajah payah dan lelah yang luar biasa, Mita menyelesaikan pekerjaan terakhirnya tepat pukul 6 sore lewat 15 menit. Di ruang kerjanya, sudah tidak ada siapa siapa lagi, kecuali dirinya yang rela betah di kantor depan komputer karena ia memiliki tempat tinggal kos yang cukup dekat jaraknya dengan lokasi bekerja, serta bisa menumpang WIFI gratis. Kegundahan hati Mita coba diadukan kepada suaminya, namun lagi dan lagi suaminya tidak merespon cepat. Begitu juga kepada Rendy yang biasanya mampu menggantikan sosok suami Mita untuk sekedar memberi perhatian. Rendy sepertinya masih ngambek dengan mita. Dia juga ingat bahwa Rendy tidak bisa diajak jalan sepulang kantor.

Mita tak terbayang jenuh pikirannya. Kemudian di luar dugaan justru Momo yang menghubunginya.

Momo: masih di kantor?

Mita: ada apa?

Momo: kamu lupa ya punya janji mau nemenin aku cari tempat kos.

Mita: eh iya bener hehe. Hampir lupa. Kamu sendiri di mana sekarang?

Momo: aku di warung kopi sebelah kantor kamu. Habis jalan ketemu orang bareng Pak Doni

Mita: yaudah deh aku segera ke sana.

Momo: aku tunggu. Pelen-pelen. Jangan buru-buru.

Mita tergesa-gesa menbereskan semua peralatan dan perlengkapan kerja yang akan dibawa pulang, sehingga ia tidak sadar kancing bagian atas kemeja kerjanya terlepas. Wajah Momo lantas mendadak ceria ketika melihat rambut panjang mita yang kusut, serta muka Mita yang kusam dan berminyak karena ia mendapatkan pemandangan gratis, yakni celah bagian dada Mita dan bra yang mita kenakan berwarna cokelat muda.

Setelah Mita menghampiri di warung kopi, tanpa banyak cakap, Mereka berdua meluncur mencari tempat kos. Keberangkatan mereka berdua diiringi candaan, tawa, dan saling berbagi cerita. Sesuatu yang tidak pernah terjadi di ponsel masing-masing ketika sedang berbalas chat. Akibatnya, Momo tidak kecewa sama sekali saat mengetahui beberapa rumah kos yang didatanginya harganya tidak cocok dan kurang pas dengan dompet Momo.

Kemudian Mita dan Momo mengakhiri perjalanan mereka di sebuah warung pecel ayam pinggir jalan, tepat pukul 8 malam.

Momo: makan yang banyak, hayuk...

Mita: kamu ya kelaperan banget kayaknya hihihi (Mita memerhatikan porsi makan Momo marena mereka duduk bersebelahan.

Momo: kamu juga, nih aku tambahin tempe dan tahunya 2.

Mita: ih sudah cukup, Mas. Jadi kebanyakan nih (Mita menggerutu sambil melempar senyum dan mengembali satu tempe dan tahu)

Momo: kalau sudah diberi, seharusnya tidak bisa dikembalikan dong.

Mita: itu dibeli, ini diberi, yeeee.

Momo: oh dibeliii....

Mita: (sambil mengunyah makanan, dia mengecek ponselnya, ternyata baik suami maupun Rendy belum juga memberi tanggapan atas chatnya tadi sore)

Momo: kamu betah aja lama-lama di kosan sendiri?

Mita: ya mau bagaimana lagi, ditemenin kerjaan sama nonton drakor kadang lupa kesendiriannya.

Momo: ya coba ajak temen kantor gitu siapa.

Mita: sudah dicoba, tapi enggak ada yang sefrekuensi.

Momo: kalau sama aku berarti sefrekuensi nih? Hahaha

Mita: idih kamu pede banget Mas Momo. (Mita memerah wajahnya)

Momo: oke baiklah. Kalau stres kamu jalan kemana gitu, biar gak suntuk.

Mita: pengennya sih begitu, tetapi jadi boros. Hahaha

Momo: bener juga sih, apalagi kaum perempuan, gatel pengen belanja kalau sudah di luar. Eh iya, Mba. Kalau ada apa apa, lagi suntuk, aku siap jadi temen cerita kamu. Jangan sungkan-sungkan ya.

Mita: (menatap wajah) makasih ya...

Momo: sama-sama. Nanti malem aku boleh telepon kamu ya?

Mita: ada apa? Kenapa gak diobrolin sekarang aja?

Momo: kadang kalau malam butuh temen ngobrol kalau gak bisa tidur. Ya kesepian gitu deh.

Mita: boleh kok, tapi kalau aku gak ketiduran yaa.

Momo: hahaha iya tenang, tenang...

Warung Pecel Ayam menjadi saksi terakhir malam keakraban dan kedekatan antara Mita dan Momo. Hanya saja, Mita tak berkenan Momo untuk mengantarnya ke kosan karena merasa telah direpotkan hari ini. Momo girang sekali. Kendati gagal mengantarkan Mita ke rumah kosnya. Dia sudah cukup bahagia karena sudah bisa nyambung obrolan dengan Mita. Yang jadi beban pikiran dia adalah apakah malam ini dia bisa tidur?

Sampai jumpa di episode selanjutnya...
Lancrotkan....
Ane ngisi jejak
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd