Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Istri yang Tak Setia (rewrite)

Akhirnya bisa baca Semprot lagi setelah kesibukan real life..
 
Bimabet
Selamat sore para pmbaca setia cetita"istri yang tak setia", mohon maaf lagi-lagi karena kesibukan, membuat waktu menulis jadi agak sedikit terabaikan. Untuk cerita kali ini mungkin agak panjang, jadi silahkan dibaca secara perlahan, dan dinikmati setiap keseruan pada setiap jalan ceritanya.
:beer::beer:

Menginjak usia 3 bulan kehamilan, Devi mulai merasakan perubahan pada dirinya, selain perutnya yang semakin membuncit, kedua payudaranya yang semakin berisi, serta pantatnya yang semakin membesar, membuat siapa saja para kaum lelaki yang memandangnya terasa ingin menjamahnya. Selain itu gairah nafsu sexnya pun semakin tinggi, membuat dirinya semakin mudah terangsang.

Devi termasuk salah satu staf dengan kepandaian di atas rata-rata, selain itu dia juga sangat teliti dalam mengecek setiap pekerjaannya, karena itu bukan tanpa alasan bila atasannya selalu memberikan tugas-tugas berat yang membutuhkan ketelitian dan kecepatan dalam penyelesaian padanya. Seperti halnya tugas yang baru Pak Dimas serahkan padanya. Hanya dalam beberapa jam saja Devi sudah mampu menyelesaikannya.

Setelah menyelesaikan tugasnya, Devi pun segera mengantar hasil kerjanya ke ruangan kepala kantornya. Meskipun agak ragu akhirnya Devi memantabkan langkahnya dan meninggalkan ruangannya dan bergegas menuju ruang kerja atasannya. Dia tahu betul bahwa pria biadab itu pasti merencanakan satu hal untuk dapat menikmati tubuhnya lagi. Tetapi bagi Devi, tugas tetaplah tugas, tentu dia juga harus bersifat professional pada pekerjaan yang telah dibebankan kepadanya, terelebih tugas itu diberikan langsung oleh atasannya.

Sesampainya di ruang kerja Pak Dimas, Devi segera menghampiri meja asistennya. “Ratih… bapak ada di dalam??”, tanya Devi kepada Ratih, asisten kerja atasannya itu.

“oh.. bu Devi, iya bu ad kok, di dalam kayanya, masuk saja bu..”, jawab Ratih sambil mempersilahkan Devi memasuki ruang kerja atasannya.

Tok..tok…, perlahan Devi mengetuk pintuk ruang kerja atasannya itu dan kemudian membuka pintu ruangannya yang tampaknya tidak terkunci.

“maaf pak, ini Devi mau mengantar laporan yang tadi..”, kata Devi sambil berdiri di depan pintu.

“masuk saja cantik, duduk d sofa dulu.. sebentar ya, saya selesaikan ini dulu..”, jawab Pak Dimas yang tampak sibuk menandatangani beberapa lembar kertas di atas meja kerjanya. Devi segera melangkah masuk sambil membawa hasil kerjanya dan duduk di atas sofa. Beberapa menit kemudian Pak Dimas bangkit dari duduknya dan segera menemani Devi duduk di sofa, Pak Dimas duduk tepat di samping Devi dan mulai memeriksa berkas yang dimintanya.

“hmm… cepet juga ngeceknya Dev.. sudah cantik, pinter lagi..”, puji Pak Dimas sambil membaca berkas yang di bawa Devi, “oiya cantik setelah ini kamu ikut bapak ke daerah kal*w*tes ya..”, lanjut Pak Dimas

“kemana pak??, … eh… kok saya pak yang ikut, maaf pak, apa bapak ngga ajak si Ratih saja atau manager sarana prasarananya??..”, jawab Devi.

“Ratih masih ada tugas, sekalian nanti kita mampir liat proses pembangunan kantor cabang yang di daerah sana, mumpung masih pagi ini, yuk…”, ajak Pak Dimas

“ummh tapi pak..”, kata Devi segera..

“sudah ikut saja, itu kan tadi berkasnya kamu yang memeriksa, sekalian nanti kamu cek kapan siapnya dan perlu pengadaan barang-barang apa saja… yuk..”, kata Pak Dimas sambil beranjak dari tempatnya, Pak Dimas segera keluar ruangannya dan menuju meja kerja Ratih. Setelah merapikan berkas Devi segera mengejar atasannya itu.

“Rath, saya keluar dulu sama Bu Devi, saya mau cek kondisi fisik pembangunan kantor cabang yang ada di daerah kal*w*tes, tolong bilang sama driver standby mobil di loby ya..”, kata Pak Dimas kepada Ratih

Setelah mendapat perintah dari atasannya, Ratih segera menghubungi driver yang bertugas hari ini.

“Dev tolong tadi semua berkasnya yang dimeja kamu bawa..”, kata Pak Dimas

“umm… sudah pak”, jawab Devi.

Sebenarnya Devi enggan mengikuti kemauan atasannya, tapi karena ini sudah menjadi tugasnya, dan akan sangat tidak sopan bila dia menolak permintaan atasannya terlebih ada Ratih dan beberapa rekan kerja lain yang berada di sana. Devi segera kembali ke ruang kerjanya dan mengambil tas serta beberapa barangnya dan bergegas mengejar atasannya menuju lobby kantornya.

Sesampainya di lobby, kendaran kantor berjenis sedan beserta driver sudah siap menunggu mereka di sana, Pak Dimas dan Devi pun segera memasuki kendaraan. Setelah mendapat petunjuk dari Pak Dimas, sang driver segera memacu kendaraannya dan bergegas menuju ke tempat tujuan mereka.

Pak Dimas dan Devi duduk agak berjauhan di kursi belakang, disepanjang perjalanan beberapa kali tampak tangan Pak Dimas usil mencoba meraba paha Devi dari balik celana panjangnya, tampak beberapa kali Devi memasang wajah kesal sambil menahan tangan atasannya itu bertindak lebih jauh lagi.

Perjalanan menuju lokasi pembangunan kantor cabang di daerah kal*w*tes terbilang cukup lama, karena memang lokasinya yang berada di pinggiran kota. Kurang lebih hampir selama dua jam mereka berkendara, mendekati tempat tujuan susana hijau mulai memanjakan pemandangan mereka. Jalanan mulai tampak sepi dan deretan pepohonan mulai tampak menghijau disepanjang perjalanan.

“Bapak.. Ibu… sebentar lagi sudah mau sampai…”, kata pengemudi yang mengantar Pak Dimas dan Devi meninjau pembangunan kantor cabang yang berada di daerah kal*w*tes

“Ok.. nanti parkir saja di seberang jalan..”, kata Pak Dimas

“baik bapak..”, jawab sang pengemudi segera

Beberapa menit kemudian mereka pun sampai di lokasi pembangunan, sesuai dengan perintah atasannya sang pengemudi pun memberhentikan kendaraannya di tepi jalan. Tampak dari dalam mobil, pembangunan gedung kantor cabang yang berada di area ini masih dalam proses pengerjaan, terlihat beberapa tukang bangunan masih sibuk menyelesaikan bangunan kantor tersebut.

Pak Dimas akhirnya keluar dari mobil dan berjalan menuju kelokasi pembangunan diikuti dengan Devi dibelakangnya, dari kejauhan tampak seseorang pria yang segera berlari menghampiri mereka.

“Selamat siang Bapak.. Ibu… “, sapa pria tersebut

“Siang juga mas Agus… oiya gimana, sudah berapa persen ini pembangunannya??”, tanya Pak Dimas kepada pria tadi

“Alhamdulillah pak sudah 70%, ini tinggal finishing cat, pasang keramik sama bikin pavingnya pak..”, jawab Agus. Rupanya pria tersebut adalah mandor dan pengawas dari pekerjaan pembangunan gedung kantor cabang yang berada di sini.

“Oiya.. 1 bulan selesai ya kira-kira??”, tanya Pak Dimas

“insyaallah bapak, 2 minggu sudah siap untuk ditata dan diisi perlengkapan kantornya..”, jawab Agus segera

“Sip.. lebih cepat dari perkiraan…”, kata Pak Dimas, “Devi, sudah dengar sendiri kan dari Mas Agus, tolong segera didata, dipesankan dan diusulkan anggaran untuk pengadaan peralatan kantornya”, lanjutnya

“baik pak..”, jawab Devi singkat

“tumben pak bos langsung datang sendiri”, tanya Agus

“iya, aq juga ada perlu sama bapakmu, orangnya apa dirumah sekarang???”, tanya Pak Dimas

“iya bapak ada dirumah, mau mampir ke sana Pak Dimas, saya teleponkan dulu”, jawab Agus

“ok.. , oiya gus tolong kami bilang ke drivernya, biar dia tunggu di sini saja, kamu ajak makan lah dia dimana gitu..”, kata Pak Dimas

“oh siap pak bos, biar sama saya saja”, jawab Agus. Agus pun segera berlari menyeberangi jalan dan menyampaikan perintah atasannya itu, tak berselang lama sang driver pun keluar dari kendaraannya dan menyerahkan kunci kendaraannya ke Pak Dimas.

“oke, saya bawa dulu ya mobilnya.. gus jangan lupa bilang ke bapakmu saya perjalanan ke sana…”, kata Pak Dimas, “yuk Dev… kita maen ke rumah pak kepala Dusun dulu”, lanjutnya

Tanpa pikir panjang Devi segera mengikuti atasannya itu kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanannya.

“kenapa kita ngga ajak supir saja pak??”, tanya Devi

“hahaha, ngga perlu.., Pak Mo ini bapaknya si Agus tadi, dia kepala Dusun di sini, rencana beberapa karyawan juga mau kita rekrut dari daerah sini. Kata warga-warga di sini Pak Mo ini juga orang pintar, yaah sekalian kita minta doa supaya kantor kita yang baru nanti selalu di beri keselamatan.. termasuk yang ini juga.. “, kata Pak Dimas sambil mengelus perut Devi

Kurang lebih sekitar 10 menit perjalanan akhirnya mereka sampai disalah satu rumah yang memiliki halaman yang cukup luas dan dikelilingi area kebun disekitarnya. Rupanya sang penghuni rumah sudah menunggu didepan pintu.

Setelah memarkirkan kendaraannya Pak Dimas dan Devi segera menemui sang pemilik rumah.

“Selamat datang Pak Dimas… wah wah.. langsung Pak Kepala sendiri yang hadir, hahahaha…”, kata sang pemilik rumah yang tak lain adalah Pak Mo sambil mengulurkan tangan menyambut tamunya, meskipun usianya sudah tua, tapi tubuhnya masih terlihat sehat dan bugar. “silahkan-silahkan masuk…”, lanjut Pak Mo sembari mempersilahkan tamunya memasuki rumah

“Gimana Pak Mo.. sehat??”, tanya Pak Dimas

“hahahah.. Alhamdulillah sehat, waah ini pasti Bu Dimas ya… hahaha cantik ya”, tanya Pak Mo. Belum sempat Devi menjawab, Pak Dimas segera menggenggam tangan Devi sehingga membuatnya terkejut

“iya Pak Mo, Alhamdulillah ini sudah isi hampir 3 bulan”, jawab Pak Dimas, melihat ucapan Pak Dimas raut wajah Devi tampak sedikit masam dan memandang Pak Dimas dengan sebal, tapi apalah daya menyangkal atau memperdebatkannya pun taka da guna, toh diapun tidak ada perlu dengan pria tua yang menjadi lawan bicaranya, sehingga meskipun tampak kesal, Devi hanya membalasnya dengan senyumnya.

Keduanya pun tampak mengobrol dengan cukup serius membahas jumlah pegawai yang rencananya akan direkrut untuk ditempatkan dikantor cabang baru tersebut. Devi memandang kesetiap sudut ruangan, baginya rumah ini tampak besar dan terihat kuno, langit-langitnya taka da, sehingga kita bisa langsung melihat tumpukan genteng diatasnya.

Tak berapa lama kemudian seorang wanita datang menyajikan minuman dan cemilan, Pak Mo kembali mempersilahkan tamunya untuk mencoba cemilan khas desa dan teh hangat yang dihidangkannya. Setelah mencoba cemilan, Devi kemudian bangkit dan pamit untuk mengambil HPnya yang tertinggal didalam mobil.

Sebenarnya Devi sangat bosan berada di sana, sementara itu tampaknya bosnya masih asik mengobrol dengan yang punya rumah, Devi pun melangkah keluar rumah dan meninggalkan mereka disana, dia segera menuju mobil dan mengambil HPnya.

Devi mulai berjalan-jalan disekitar rumah tersebut sambil melihat pemandangan, sesekali dia juga mengambil beberapa foto ketika berjalan-jalan disekitar rumah, suasanya sunguh khas pedesaan, ada hamparan sawah dan kebun sejauh mata memandang, rasa bosannya sedikit terobati. Sebernya ingin rasanya Devi melanjutkan penjelajahannya disekitar rumah, tapi kondisi cuaca yang mendung dan sedikit berangin memaksanya untuk kembali ke dalam rumah. Tiba-tiba terdengar suara Pak Dimas memanggilnya dari dalam rumah, Devi pun segera bergegas kembali ke dalam rumah menemui atasannya itu.

“Jadi ini Pak Mo, sekalian saya juga mau minta doa untuk keselamatan dan kesehatan istri dan calon anaknya”, kata Pak Dimas sambil mengarahkan Devi untuk duduk disamping Pak Mo. Meskipun kurang setuju dengan ucapan atasannya yang menyebutnya adalah istrinya, entah mengapa Devi hanya pasrah dan mengikuti kemauan atasannya itu dan duduk di samping Pak Mo.

Pak Mo kemudian menyentuh dan mengusap-usap bagian perut Devi dan mulai membacakan beberapa doa, Devi menundukkan kepala berusaha menghargai dan mengikuti prosesi itu, selesai membaca doa Pak Mo menyerahkan air minum dan meminta Devi meminumnya.

“nah sudah ya…semoga ibu dan bayinya sehat selalu…”, kata Pak Mo sambil mengelus-elus perut Devi

Mendung semakin gelam, dan angin mulau berhembus cukup kencang, tak berapa lama kemudan, Devi dan Pak Dimas pun akhirnya berpamitan dan meninggalkan rumah Pak Mo.

“Terimakasih banyak Pak Mo, untuk doanya, saya pamit dulu, sepertinya juga kondisi mau hujan, kasihan nanti driver menunggu di lokasi proyek kalau kelamaan”, kata Pak Dimas

“hahaha sama-sama, semoga istri dan calon anaknya selalu dalam lindungan dan sehat sampai persalinan”, jawab Pak Mo

Setelah berpamitan, mereka pun bergegas menuju mobil, mendung sudah semakin menggelap dan angin mulai berhembus kencang. Dalam perjalanan Devi tampak sedikit kesal, hingga akhirnya dia pun membuka percakapan dengan atasannya itu.“…. Kok bapak nyebut saya sebagai istri Bapak??”, tanya Devi tiba-tiba.

Pak Dimas tampak tersenyum.. “hahaha, iya maaf.. maaf…, supaya Pak Mo juga mendoakan kesehatan kalian juga,….. sebenernya aq hanya ingin kamu dan anak yang ada didalam kandunganmu sehat selalu..”, jawab Pak Dimas. “tidak peduli anak siapa itu.. bagiku, kesehatanmu dan bayimu itu yang utama..”, lanjutnya.
*gambar ilustrasi


Devi terdiam seribu bahasa mendengar alasan dari atasan cabul yang sangat dibencinya itu. Dibenaknya tersirat pertanyaan mengapa lelaki biadab yang sangat dibencinya itu begitu perhatian padanya, dikala keraguannya kepada suami tercintanya semakin bertambah, lelaki yang sudah sepantasnya dipanggil bapak dan juga atasannya ini malah memberikan perhatian berlebih kepadanya… dan juga calon buah hatinya.

Hujan mulai turun dengan derasnya, memaksa Pak Dimas mengurangi kecepatan mobilnya, beberapa kali tampak dia menoleh kearah Devi yang menyandarkan kepalanya di jendela pintu mobil, wajahnya tampak ayu dibalik pantulan kaca jendela mobil yang kini diguyur hujan.

“Oh iya, bagaimana kabar suamimu??”, tanya Pak Dimas mencoba mencairkan suasana

“baik pak…”, jawab Devi singkat.

Sebenarnya Devi sedikit teringat tentang beberapa keanehan suaminya akhir-akhir ini, meskipun dia belum dapat mendapatkan bukti apapun tentang penghianatan suaminya, tapi entah mengapa naluri dan hati kecilnya selalu mengatakan bahwa suami tercintanya mulai berhianat darinya, Devi pun menyandarkan kepalanya dan memejamkan kedua matanya, tak lama kemudian dia merasa ada sebuah tangan mulai menggenggam tangannya, Devi paham betul bahwa itu adalah tangan dari atasan yang sangat dibencinya, semakin lama tangan itu semakin erat menggenggam tangannya, tak mempedulikan hal itu Devi tetap memejamkan matanya dan berusaha bersandar senyaman mungkin di atas kursinya.

Hujan yang turun disertai angin yang cukup kencang membuat jarak pandang menjadi terbatas, kendaran yang melintas juga tampak mulai berkurang, menghindari hal-hal buruk terjadi, Pak Dimas akhirnya meminggirkan dan memarkirkan kendaraannya didekat sebuah rumah kosong.

Dia pun menatap kearah Devi yang tampaknya masih memejamkan matanya dan tertidur di atas kursinya. Perlahan Pak Dimas mulai mendekatinya dan mencoba mencium bahunya, melihat Devi tak bereaksi, Pak Dimas kembali mendekatkan wajahnya ke mulut Devi dan mulai melumat bibirnya.

“ah… pak..”, kata Devi sedikit protes, tapi masih tetap memejamkan matanya. Melihat tubuh Devi yang tertidur berada disampingnya serta kondisi hujan yang cukup deras diluar, membuat nafsunya semakin naik. Pak Dimas berusaha melonggarkan celana dan melepas sepatunya.

Dengan lembut dia mulai menarik Devi mendekatinya, Devi sadar bahwa atasannya menginginkan hal lain segera membuka matanya dan bertanya.. “pak.. apa sudah sampai??”, kata Devi.

Tanpa memberi jawaban, Pak Dimas langsung melumat bibir Devi, satu tangannya menahan tubuh Devi agar tak menjauh darinya sementara tangan yang lain mengarahkan tangan Devi untuk menggenggam batang kemaluannya yang telah mengeras.

“hah, udah keras aja…”, gumam Devi dalam hati ketika tangannya menyentuh penis atasannya dari balik CDnya. Meskipun malu-malu, perlahan tangan Devi mulai menggenggam batang penis atasannya itu dari balik CDnya sementara bibir mereka terus berciuman.

Devi tampak terbawa suasana, kini Pak Dimas tak perlu menahan tubuhnya, tangannya mulai bergreliya membuka satu persatu kancing bajunya, dan dalam sekejab, tangan besar atasanya itu sudah meremas payudara jumbonya dari balik BHnya.

“’auuuhhh…ummmh…”, lenguh Devi ketika tangan perkasa itu mulai meremas-remas payudaranya dengan kasar, setelah menyibakkan sedikit hijabnya, ciuman Pak Dimas mulai bergeser turun ke bagian lehernya menambah rangsangan yang dia terima. “paak….aahhh, please.. jngn dibuat merah…ahhh”, pinta Devi saat Pak Dimas terus menjilat dan mencium lehernya.
*gambar ilustrasi


Sementara di bagian bawah, Pak Dimas mulai meloloskan penis jumbonya dari sarangnya, Devi yang awalnya hanya merasakan besarnya dari balik kain CDnya kini benar-benar dapat merasakan hangatnya penis jumbo yang mulai berair itu, spontan dia pun mulai mengocoknya secara perlahan.

Puas membuat basah leher Devi dengan liurnya, Pak Dimas mengarahkan kepala Devi untuk menghisap penisnya, berawal dari ciuman kecil disekitar penis, lama-lama Devi pasrah juga dan membiarkan rongga mulutnya menerima penis pria tua yang menjadi atasannya itu.

“ooouuhh enak bgt sayang… perutmu ngga sakit kan???”, tanya Pak Dimas. Devi hanya menggeleng dan terus merelakan mulutnya dijejali penis besar milik atasannya itu. Hampir 5 menit berlalu, kocokan penis jumbo d dalam mulut Devi membuatnya makin berair.
*gambar ilustrasi


Pak Dimas menurunkan sandaran kedua kursi depan dan meminta Devi untuk berpindah ke kursi belakang, ketika Devi merangkak hendak berpindah ke belakang, Pak Dimas segera menahan kedua pinggulnya dan melepas resleting dan celana kainnya, dengan perlahan Pak Dimas menarik turun celana kain Devi sampai dengan pahanya, terpampang jelas CD berwarna pink yang nampak basah di bagian tengahnya. Pak Dimas mencium dalam-dalam aroma CDnya dan sesekali mencium bagian CDnya yang basah.

“uhh.. pak.. sudah…”, Devi melenguh tiap kali bibir atasannya itu menyentuh bagian sensitifnya yang masih terbungkus CD dan membuat CDnya makin basah dan berlendir.

“udah basah aja… enak ya cantik..??”, tanya Pak Dimas sambil terus mencium lubang kewanitaannya yang mulai banjir. Masih dalam posisi sujud, Pak Dimas kemudian menurunkan CD Devi perlahan, tampak cairan kental segar dan berwana putih masih menempel di CDnya, tanpa diminta langsung dilumat dan dihisapnya bagian kemaluan Devi dengan ganas membuatnya semakin mendesah tak karuan. Diciumnya dengan mesra, dan sesekali ditusukkan lidah atasannya ke dalam lubang vagina membuatnya makin mendesah kesetanan.

“aahhh… sudah pak.. ah..”, desah Devi tak kuat menahan gempuran lidah atasannya menari diantara lubang kenikmatannya.

Tiba-tiba sebuah telpon masuk ke HP Devi, dengan sigap Devi segera berpindah ke kursi belakang dan mengambil HPnya berada di dalam tas.. “Mas Toni…”, gumamnya dalam hati. Ketika Pak Dimas akan bergeser menyusul Devi, Devi segera memberi aba-aba untuk diam dan dia pun mengangkat telepon dari suaminya itu.

“assalamualikum, ya mass..”, jawab Devi, untuk beberapa saat Devi tampak terlihat serius mengobrol dengan suaminya via telepon, sementara itu Pak Dimas mulai melepaskan celana panjangnya dan menunjukkan penis jumbonya di hadapan Devi, sementara Devi sibuk mengobrol dengan suaminya, Pak Dimas dengan usilnya berusaha menarik celana dan CD Devi hingga meninggalkan kakinya.

Beberapa kali Devi tampak menggelengkan kepala ketika tangan atasannya yang usil itu mencoba menelanjanginya, tapi apa daya berkali-kali pula tangan kekar atasannya itu meremas-remas payudara Devi dengan kasarnya, membuatnya beberapa kali kehilangan konsentrasi ketika berbicara dengan suaminya, hingga akhirnya dia pun menyerah dan merelakan semua pakaiannya terlepas dan hanya menyisahkan hijab dan BHnya yang masih tergantung diatas dadanya.

Devi tampak terkejut ketika suaminya berniat untuk mengganti teleponnya menjadi video cal, “ha.. vidcal??.. eh jangan mas jangan…. Maaf mas aq msh d jalan d sini juga hujan deres… sinyalnya jelek kalau vidcal…. Ahhh!!!”, tanpa sengaja Devi berteriak, dia pun segera menutup mulutnya rapat-rapat. Rupanya tanpa disadarinya, Pak Dimas juga sudah berpindah ke kursi belakang dan mulai menggesek-gesekkan penis jumbonya di sekitar lubang kewanitaannya yang tertutub bulu lebat.

Terdengar suara Toni memanggil-manggil Devi dari telepon menanyakan kondisinya, rupanya Pak Dimas sudah tak sabar menunggu Devi menyelesaikan teleponnya dan langsung menghujamkan penis jumbonya itu menerobos masuk membuat penuh lubang vagianya.., dengan posisi man on top, Pak Dimas terus menekan penis jumbonya masuk kedalam vagina Devi yang terlentang di atas kursi jok mobil bagian belakang.

“hmmmmpppp…”, Devi makin rapat menahan mulutnya ketika penis jumbo itu akhirnya masu sepenuhnya kedalam vaginanya, sementara itu dari HPnya terdengar suara Toni yang terus memanggil namanya, Pak Dimas tampak tersenyum melihat tingkah konyol dan ekspresi Devi menahan nikmatnya penisnya sembari menutup rapat-rapat mulutnya.

Guyuran hujan diluar mobil tak kunjung reda, menambah kenikmatan suasana bercinta mereka, seakan tak mempedulikan sekitar Pak Dimas malah mempercepat pompaan penis jumbonya di dalam vagina Devi yang semakin banjir dan membuat mobil mereka pun ikut bergoyang. Hingga akhirnya satu hentakan kuat membuat Devi tak kuasa lagi menahan nikmatnya dan membuatnya melepaskan orgasme pertamanya, kakinya bergetar menandakan orgasme yang hebat menjalar disekujur tubuhnya.

“hah…. Ya mas… ah… ma’af mas… hah.. di sini hujan deras… nanti.. aq telepon lagi ya… assalamualaikum…”, kata Devi sambil nafasnya tersengal-sengal dan langsung menutup teleponnya.

“kenapa ngga dilanjut sayang??”, kata Pak Dimas, sambil mulai mencium tubuh Devi yang terkulai lemas, sesekali Pak Dimas juga mencium dan meremas kasar payudara dan putting Devi secara bergantian. Setelah tenaganya kembali, Pak Dimas segera menggendong tubuh Devi keatas tubuhnya dan kembali memasukkan penisnya kedalam vagina Devi yang sudah banjir karena cairan orgasmenya, Pak Dimas memposisikan dirinya duduk sambil memangku Devi diatasnya.

“sudah, sini kamu sandar saja di tubuhku.. lebarin kakinya cantik..”, kata Pak Dimas sambil mengatur posisi Devi agar tidak membebani perutnya. Setelah posisinya pas, Pak Dimas kembali menggoyang pantatnya secara perlahan, membuat penis jumbonya kembali menerobos masuk kedalam vagina Devi.
*gambar ilustrasi


“oohhh…ummh… ahhh…”, desah Devi sambil memeluk tubuh atasannya, meskipun mobil dalam keadaa hidup dan ber-AC, keringat mulai menetes dari leher Devi dan membasahi dadanya, membuat payudaran jumbonya terlihat licin dan semakin menggairahkan, tentu hal itu tak bisa dibiarkan begitu saja, dengan sigap sambil terus memompa penisnya secara perlahan, Pak Dimas juga mencium dan menghisap putting susu Devi secara bergantian.

“oohhh….hmmmmm, enak banget susumu cantik… oooh…kapan ini keluar asinya sayang…”, kata Pak Dimas sambil terus menghisap putting susu Devi secara bergantian. 20 menit berlalu, Devi kembali mendapatkan orgasmenya yang kedua, tubuhnya kembali bergetar menandakan kenikmatan orgasme mulai menjalar disekujur tubuhnya.

Melihat Devi yang sudah mulai lelah karena terus mendapatkan orgasme hebat, Pak Dimas segera mengarahkan Devi untuk posisi doggy dan membantunya melepas hijab yang masih terlilit dilehernya.

“satu lagi ya sayang, sini.. aq juga sudah mau keluar…, biar aku siram rahimmu dengan spermaku..”, kata Pak Dimas sambil kembali memasukkan penis jumbonya kedalam vagina Devi.

Melihat perut Devi yang tampak membuncit membuat Pak Dimas sedikit berhati-hati dalam memompa penisnya, sambil terus menggoyang pantatnya mengarahkan penis jumbonya keluar masuk lubang vagina Devi, sesekali tangannya juga membelai dan menahan perut Devi agar tidak terguncang terlalu keras.

15 menit berlalu, Devi tampak mulai capek menahan tubuhnya di posisi doggy, “pak… umh…aq mau sampai…uhhh.. aq capek…aq ngga kuat..”, rengek Devi kecapek’an mendapat serangan bertubi-tubi dari lawan mainnya.

“ahh.. sabar ya cantik.. aq juga mau sampai…ahh..”, kata Pak Dimas sambil mempercepat goyangannya.. ”tahan ya sayang..., biar makin sehat dedek bayinya habis ini aq tumpahin semua spermanya…”, lanjutnya.

Dan tak lama kemudian, Devi mendapatkan orgasme ketiganya, tubuhnya hampir goyah dan terjatuh, untung Pak Dimas dengan sigap segera menangkapnya, bersamaan dengan itu, muntahan cairan sperma menyemprot keluar dari penis jumbonya dan memenuhi vagina Devi, membuat orgasme Devi kali ini benar-benar lebih dahsyat dari sebelumnya.
*gambar ilustrasi


Beberapa cairan sperma mulai merembes keluar dari liang vaginanya, dengan sigap Pak Dimas segera mengambil CD Devi yang tergeletak tak jauh darinya dan menyumpal vaginanya dengan CDnya..

“maaf ya cantik, terpaksa CDnya aq pakai dulu, sementara nanti pulang, jangan paki CD dulu ya…”, bisik Pak Dimas di telinga Devi sambil sesekali mencium pipi mulusnya.

Selesai mengumpulkan tenaga, mereka pun segera berbenah dan mengenakan pakaian masing-masing, Devi terlihat pasrah ketika atasannya itu sesekali mencium kening, pipi bahkan bibirnya saat mereka sedang mengenakan pakaiannya, kondisi hujan diluar juga mulai mereda, begitu juga kondisi kondisi mobil seolah – olah tidak terjadi apa-apa, hanya CD Devi yang penuh dengan sperma yang menjadi saksi bisu dari perbuatan mereka.

Bersambung……………………

Sekian update kali ini, mohon maaf untuk keterlambatan updatenya.. jangan lupa untuk memberikan komentar maupun like di cerita ini sebagai bentuk apresiasi pada karya ini..
:ampun::ampun:

#sehatselalu
#dirumahaja
 
Terakhir diubah:

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd