Lamunanku buyar dengan gelegar petir. Suara dentum Guntur menggemuruh seperti ada bola besi raksasa berguling di alas langit. Bergelinding bagai mainan kelereng.
' Ada apa , Pah '' Tanya Bunga sambil berjingkat dan duduk di pinggiran ranjang.
Rambut panjang yang sehitam mayang tergerai jatuh di bahunya. Menutup sekal buah dadanya yang bulat mengkal dibalik T shirt putih itu.
'' Sayang , Bunga bobo di kamar bawah saja. Hujan deras di luar bisa bikin longsor " jelasku. Sambil menatapnya dengan mata kuatir.
" Hmm..Khan ada Papah ' Senyumnya dengan manis.
Ohh
Senyum itu adalah senyum Azizah. Ku peluk Bunga seakan dia adalah bundanya.
" Zah. Papah rindu " pelukku erat. Harum rambut itu adalah harum rambut perempuanku, kekasih terindah.
" Zah " bisikku pelan.
" pah "
" Iya. Zah ".
" Ini Bunga. Pah ".
Asta
ga !
" Maafkan Papah. Sayang. Kamu mirip sekali dengan bunda " kutatap bola mata Bunga. Berharap dia bisa mengerti.
Lesung Pipit itu melesung kecil. Bunga tersenyum.
" Iya Pah. Bunga paham " bisiknya pelan. Sungguh !. Itu suara Azizah atau Bunga. Sulit membedakan.
" Yuk. Pah. Bunga tidur dikamar Papah saja ".