Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Petualangan Mesum Akhwat Tuti dan Nia

Status
Please reply by conversation.
Bagus suhu ceritanya :jempol:
Ditunggu kelanjutannya suhu
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Akhwat oh akhwat, selalu bisa menggugah syahwat..

Om dilanjut, kami sebagai pembaca senantiasa mendukung dan menunggu update-an Om..
Ya, saya juga setuju, Om. Sebentar lagi diupdate. Terima kasih atas apresiasinya.
 
Episode 4 : Kamar Mandi yang Asyik

Saat itulah, Tersi dan Prakni memelorotkan celana panjang jeans mereka dan menurunkan kolor mereka. Tampaklah dua kontol yang mengacung tegang. Yang berukuran medium milik Tersi sedangkan yang berukuran besar kepunyaan Prakni. Tuti terkejut melihat kedua benda panjang itu. Namun, ia pun kagum dengan ukurannya yang membesar dan membuatnya penasaran ingin mencobanya. Melihat ekspresi korban mereka, Tersi dan Prakni tersenyum penuh arti.

"Ayo, Mbak Tuti. Rebahan di sini. Nanti kami berdua akan membuat Mbak melayang keenakan.", ajak Tersi yang telah melipat handuk Tuti menjadi agak tebal mirip bantal dan dijatuhkannya pelan ke lantai kamar mandi.

"Hm, tapi buat apa, Bang Ter? Saya takut.", balas Tuti gelisah antara heran dan bingung melihat tindakan Tersi tadi.

"Udah, Mbak Tuti gak perlu banyak nanya. Atau mau kami kerasin lagi kayak sebelumnya?", ancam Prakni sewot yang memukulkan kepalan tangannya ke arah telapak tangannya yang lain mirip gaya preman pasar.

"Eh, ii..iiyaa, Bang Prak. Saya nurut, deh.", turut Tuti pasrah.

"Nah, gitu, dong." seru Prakni mengacungkan dua jempol tangannya ke atas.

Dengan setengah berani dan takut, Tuti lalu membaringkan dirinya di lantai kamar mandi yang agak dingin pagi itu dengan berbantalkan handuk yang dipakainya. Hanya jilbab lebar yang kusut tak karuan dan disampirkan di balik punggungnya. Tubuhnya nyaris bugil itu pun menjadi santapan lezat bagi kedua remaja di hadapannya yang sedang haus sex. Posisi kepalanya sekarang agak lebih tinggi di banding tubuhnya berkat disangga bantal.

Pelan-pelan, Tersi lalu mulai menduduki perut Tuti dan menyelipkan kontolnya di antara dua bukit kembarnya serta memegangnya. Ia mulai meremasnya pelan dan menekannya ke bagian sisi dalam agar kedua toket itu semakin menjepit kontolnya. Sesekali ia pun menyentil pelan kedua putingnya. Ia lakukan itu selama beberapa menit hingga kontolnya makin tegang dan besar.

"Ehm... ehh...enaknya. Ah.. ah... Toketmu muanntaapp, Mbak Tut.", desah Tersi keenakan.

"Oohh.. Uuhh.. Hmm.. Ssuuppeerrnyaa kontolmu, Bang Ter.", racau Tuti menikmati.

Prakni yang dari tadi diam saja melihat hal itu jadi tak tahan juga. Lalu, ia mulai berjongkok dan mulai membuka kedua paha kaki Tuti yang semula lurus selonjor. Tuti yang sedang menikmati perlakuan mesum Tersi kurang waspada dan hampir tidak menyadarinya. Kedua kakinya pun ia bantu buka secara refleks. Tampaklah vaginanya yang sedikit terbuka. Prakni tersenyum mesum melihatnya. Ia pun segera duduk dan membuka pula kedua kakinya hampir sejajar dengan kedua kaki Tuti. Di situlah kontolnya yang menegang mulai menyentuh dinding luar vagina Tuti. Lalu, sambil kedua tangannya memegang erat kedua paha Tuti, Prakni mulai memasukkan kontolnya pelan-pelan penuh perjuangan ke dalam liang vagina Tuti.

"Aakkhhh." teriak Tuti saat sadar ada satu kontol lagi yang mencoba menjebol lubang memeknya.

"Kenapa teriak, Mbak Tut? Enak, ya, ada satu kontol lagi yang mau ikutan juga. Nih, saya tambahin.", sindir Tersi ngeres seraya mencubit kedua puting Tuti dengan agak keras setelah sadar temannya berusaha ngentotin akhwat ini.

"Aauuww.", teriak Tuti merasakan nyeri di kedua putingnya.

Prakni pun tambah semangat menuntaskan tugasnya. Di saat itulah, dia bisa memasukkan hampir semua bagian kontolnya ke dalam liang vagina Tuti.

"Aaoohhh." lenguhan suara Tuti nyaring saat liang memeknya menerima sodokan penuh kontol Prakni.

Prakni kaget bahwa dia merasa Tuti tidak perawan lagi. Buktinya tidak terasa selaput dara Tuti yang dirobeknya dan tidak ada darah perawan.

"Lho, Mbak Tut gak perawan lagi? Main sama siapa sebelumnya. Ciiee, gak bilang-bilang dulu, nich.", celetuk mesum Prakni.

"Ii..iittuu.. Uuuhh... kkaa..rree..nnaa.. Oohhh.. Ddullluuu..ssa..yaaa..Eehh..Nngeewwee... paakkee.. Eehmm... Ttiimmmuunnn.., Baangg Prrakkk..", jawab Tuti sambil memdesah karena dirangsang Tersi dan Prakni bersamaan.

"Oh, gitu, Mbak. Jadi, enakan kontol saya atau timun itu?", tanya Prakni
penasaran.

"Eehmm.. Kkoonn...ttoolll..Aaahhh..Bbanngg Prrakkniii..Oohh.", jawab Tuti makin binal.

Prakni hanya tertawa lebar mendengarnya. Begitu juga Tersi.

Tuti makin malu jadinya. Ia sadar kini telah jadi objek permainan seks kedua remaja ini. Antara tidak terima dan juga menghayati pelecehan dan perkosaan ini. Itulah yang dirasakannya dalam hati dan dipikirkan otaknya. Sekujur tubuhnya menghangat walaupun ia berbaring di lantai kamar mandi yang dingin ini.

Tersi lalu semakin memperkeras pegangan dan remasannya pada kedua toket Tuti dan makin menjepit kontolnya. Sementara itu, Prakni lalu menggoyang-goyangkan kedua paha Tuti hingga makin cepat dan makin membuat gesekan kontolnya dalam saluran vagina Tuti makin intensif. Cairan cinta di dalamnya makin deras menyiram batang kontolnya.

Kedua rangsangan pada payudara dan memeknya membuat Tuti gelagapan dan ia meraih orgasme pertamanya walaupun air cintanya masih tertahan kontol dalam vaginanya. Ia kewalahan meladeni serangan seksual dari Tersi dan Prakni yang keasyikan melakukannya. Hal itu berlangsung selama lima belas menitan.

Kedua kontol Tersi dan Prakni pun makin tegang dan akan segera mengeluarkan isinya. Tidak terasa, orgasme kedua remaja ini semakin dekat.

"Aaaahhhhhh.", teriak Tersi, Prakni, dan Tuti bersamaan.

"Cccroott... Ccrroottt.. Cccrrott... Ccrroott..." bunyi tembakan sperma bersamaan dari kedua kontol mereka. Bedanya, kontol Prakni menyemburkan sperma di dalam vagina Tuti, sedangkan semprotan mani dari kontol Tersi mengenai wajah dan sebagian toket Tuti, bahkan ada yang tertelan masuk ke dalam mulut hingga kerongkannya.

"Uuuhhhh.", teriak ketiganya lega.

Mendadak, Tuti jadi khawatir akan hamil karena untuk pertama kalinya ada seorang lelaki yang berhasil membobol pertahanan paling sensitifnya. Akan tetapi, wajahnya berubah cerah karena sebelum kedua tamu tak diundang ini masuk, ia sempat meminum jus nanas yang dipercaya bisa mencegah kehamilan atau menggugurkan kandungan. Lega rasanya.

Kedua kontol Tersi dan Prakni kembali mengkerut dan kembali ke ukuran semula. Prakni lalu melepaskan kontolnya dari dalam vagina Tuti. Tersi lalu melepaskan kontolnya dari kedua toket Tuti. Namun, dengan isengnya, dia membalurkan secara merata sisa sperma di wajah Tuti.

"Lumayan, buat masker, Mbak." canda Tersi mesum.

"Huh, ada-ada aja, Bang." dengus Tuti kurang suka.

Tersi dan Prakni hanya tertawa geli melihatnya.

"Sekarang, Mbak Tuti bangun dan berdiri lagi." perintah Prakni tegas.

"Ii..iiya, Bang." jawab Tuti menurut.

Dengan segera ia berdiri menghadap kedua remaja begundal ini, namun wajahnya tetap menunduk takut tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

Namun, saat Tersi akan berkata, tiba-tiba terdengar suara dering hand phone.

"Trriitt.. Trrittt...Ttrriiit.", bunyinya.

"Duh, apa lagi ini? Ngeganggu aja. Suara HP lo, Ter?", dengus Prakni agak kesal.

"Bukan, Prak. HP gue bukan gini ringtone nya. HP lo kali?", sangkal Tersi sewot.

"HP gue kan lagi mati, Ter. Habis baterai. Jadi, itu HP siapa, dong?", tanya Prakni bingung.

"Anu, mungkin itu suara HP saya dari meja dapur, Bang. Boleh saya ke sana bentar buat jawab panggilannya?", pinta Tuti memelas.

"Eh, jangan, Mbak. Nanti Mbak kabur atau gak mau ngelayanin kami lagi.", kata Prakni agak keras.

"Maaf, Bang. Takutnya itu telepon dari teman saya tadi. Boleh, ya?", rajuk Tuti tak mau kalah.

Sementara Prakni dan Tuti masih sibuk berdebat diselingi suara dering HP, Tersi melihat seisi kamar mandi masih dari tempatnya berdiri. Ada ide yang melintas di kepalanya.

"Eh, mending izinin aja Mbaknya angkat telepon, Prak.", usul Tersi ceria.

"Lho, kok kamu malah izinin dia jawab telepon, Ter?", hardik Prakni.

Melihat itu membuat Tuti tersenyum dan ada harapan. Mungkin ia bisa minta bantuan pada temannya diam-diam.

"Ya, tapi ini, Prak." bisik Tersi di telinga Prakni.

"Hm..hm..", gumam Prakni seksama mendengarkan setiap bagian perkataan Tersi.

Tuti jadi melongo bingung dan jadi khawatir. Entah apa lagi yang direncanakan kedua remaja ini.

Prakni akhirnya tersenyum setelah mendengar rencana Tersi itu.

"Baiklah. Mbak Tuti boleh angkat telepon di HP nya, dengan syarat...", kata Prakni dengan wajah mesum yang sengaja tidak melanjutkan perkataannya.

"Syaratnya apa, Bang?", tanya Tuti penasaran dan tidak sabaran serta muka geregetan.

"Ya, syaratnya adalah...", sambung Tersi dengan nada ngeres yang sedang mengambil jeda sejenak untuk melanjutkan kata-katanya.

...(Bersambung)...

Segini dulu, Agan-agan dan Suhu-suhu sekalian. :D Maaf, bila kepanjangan dan ada kekurangannya juga. Selamat membaca. Mohon masukannya juga. Terima kasih. :)
 
Mantap Hu..
Nia.nya mana nih? Gak diajak sekalian?
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd