Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Petualangan Mesum Akhwat Tuti dan Nia

Status
Please reply by conversation.
Di entot sambil nelpon.


Saran saja suhu, meskipun diancam dengan kekerasan dan video, sosok seorang akhwat harus terkesan menjaga harga dirinya. Timbulkan kesan perlawanan dalam hati si akhwat yang mana hal ini membuat cerita akhwat menjadi terasa makin panas. Lebih tonjolkan sisi perlawanan hati si akhwat dibalik tubuh nya yang menikmati. Apalagi ini pertama kali nya si akhwat ngentot dengan laki laki. Dan satu lagi yang saya merasa kehilangan dari sisi akhwat nya adalah dengan mudah si akhwat mengajak masuk dua laki laki itu bahkan sampai menutup pintu (kalo gak salah).


Selain itu, cerita nya cukup bagus. Jarang sekali cerita akhwat yang menyebutkan kata 'kaos kaki'. Biasanya cerita akhwat akan langsung menceritakan si akhwat telanjang kecuali sehelai jilbab menutupi kepalanya. Tapi mana kaos kaki nya? Padahal akhwat identik dengan kaos kaki dan manset namun karena ini setting nya di kosan bisa jadi si akhwat memang tidak memakai manset dan lengan baju nya aman untuk menutupi aurat (lengan) nya.
Maaf, kalau banyak kekurangan ceritanya, Suhu. Nanti saya perbaiki. Oke, masukan ditampung. Terima kasih. :)
 
Episode 5 : Olahraga Ngeres

"Intinya Mbak Tuti harus mau melakukan yang kami suruh sebelum, selama, dan setelah menelepon sepanjang perjalanan dari kamar mandi ke dapur lalu balik lagi ke sini. Bagaimana?", lanjut Tersi menawarkan.

"Lalu, saya harus ngapain aja, Bang?", tanya Tuti yang hanya berjilbab itu penasaran. Kaus kakinya sudah dilepaskan sedari tadi agar tidak basah saat menginjak lantai kamar mandi yang lembab.

Tersi lalu menjelaskan panjang lebar. Prakni hanya tersenyum mesum sambil sesekali mengangguk membenarkan perkataan temannya. Tuti terkejut saat dan setelah mendengarnya.

"Hm, apa gak ada cara alternatif lain selain itu, Bang?", rajuk Tuti ketakutan karena sangat terbayang tersiksanya.

"Kalau gak mau, kami paksa aja dengan kekerasan, Mbak. Gimana?", ancam Prakni pedas.

"Oh, ehm, baiklah, Bang." turut Tuti terpaksa.

"Nah, gitu dong, Mbak." kata Tersi lega.

Tuti hanya bisa sebentar memejamkan kedua matanya agar bisa rileks sejenak menunggu perlakuan dari kedua remaja mesum itu. Tersi lalu membuka pintu kamar mandi. Prakni lalu mengambil benang untuk membersihkan gigi di wadah tempat sikat dan pasta gigi. Dipotongnya jadi sekitar masing-masing 10 cm. Diikatkannya masing-masing ujung yang satu ke kedua puting Tuti. Ujung yang lain diikatkan ke masing-masing sisi ujung wadah kemasan pasta gigi ukuran sedang. Masih ada sisa potongan benang yang diikatkan Prakni ke bagian ujung-ujung rambut jembut yang diikat menjadi satu di vagina Tuti. Di ujung satu lagi diikat dengan bagian tengah wadah botol sampo ukuran besar.

"Aauwwhhh.", jerit Tuti kesakitan saat kedua benda itu via benang gigi menarik kedua puting dan ujung rambut jembutnya.

"Sekarang coba Mbak ambil posisi merangkak agar tidak terlalu sakit.", perintah Tersi yang sudah mendekat ke Tuti dan Prakni.

Tanpa bicara, Tuti segera menuruti perintah Tersi. Ia agak lega karena bebannya jadi terasa berkurang saat ia ambil posisi merangkak. Namun, itu tidak berlangsung lama. Tersi lalu membungkuk di belakang pantat Tuti dan langsung mencobloskan penisnya di vagina Tuti. Saat bersamaan, Prakni lalu membungkuk di depannya dan memaksa memasukkan penisnya ke dalam mulut Tuti yang melongo.

"Mmpphh.. Emmpphh..", gumam Tuti kaget dan kesakitan saat kedua benda panjang itu menembus kedua lubang di depan dan belakangnya.

"Sekarang, ayo mulai merangkak, Mbak." perintah Prakni yang juga menggenggam erat kedua pangkal payudara Tuti dari depan.

Tersi juga ikut memegang kedua pantat Tuti agar terus menempelnya. Tuti hanya bisa pasrah dan menahan beban berat kedua penis dan dua benda di hampir semua titik sensitifnya. Ia mulai berjalan perlahan menyusuri lantai dingin kamar mandi. Terasa berat namun nikmat olahraga yang ngeres dan menguras tenaga ini. Didengarnya handphone miliknya sudah tak berbunyi dan hanya beberapa nada notifikasi pesan. Mungkin si penelepon malas menunggu jawaban Tuti.

Tuti harus menyepong penis Prakni yang makin menegang di mulutnya dan penis Tersi yang makin membesar di dalam vaginanya. Semakin jauh perjalanannya dari kamar mandi melewati lorong hingga akhirnya hampir menuju dapur terasa lama bagi Tuti walau sebenarnya jaraknya dekat. Rambut-rambut jembutnya terasa hampir lepas karena ditarik oleh beban wadah sampo yang besar. Kedua putingnya terasa mau copot ditarik oleh beban wadah pasta gigi ukuran medium. Ditambah lagi kedua penis Tersi dan Prakni yang mendekati ukuran maksimum di dalam vagina dan mulutnya. Pelecehan itu berlangsung hampir sepuluh menit saking lamanya perjalan merangkat itu. Namun, kedua pemerkosanya malah merasa keenakan karenanya.

"Oh, legit banget memeknya, Mbak." racau Tersi menikmati.

"Wow, mulutmu mantap abis, Mbak." desah Prakni menghayati.

Mendengar itu membuat Tuti makin sedih dan tambah marah dalam hati. Butiran air mata dan aura kemarah dari kedua matanya seolah menggambarkan itu. Tapi ia hanya bisa pasrah karena tenaganya hampir habis karena perlakuan bejat kedua remaja binal ini.

Karena banyak terjadi goyangan dan gesekan selama Tuti merangkak membuat dia dan kedua remaja itu makin hampir orgasme. Saat mencapai kaki meja dapur, tiba-tiba...

"Ssrttt... sssrtt.. ssrtttt.", bunyi cairan cinta dari vagina Tuti.

"Ccroottt...ccrrott... ccrrottt..", suara tembakan sperma Tersi di dalam vagina Tuti dan sperma Prakni dalam mulut Tuti.

"Aahh, leganya." desah Tersi dan Prakni bersamaan.

"Mmphh.. mmpphhh." gumam Tuti yang masih tersumbat penis Prakni.

Saat kedua penis itu menciut, Tersi dan Prakni segera mencabut alat vital mereka dari kedua lubang Tuti. Dari vagina dan mulut Tuti masih mengalir sisa-sisa sperma dua pemerkosanya. Bahkan Tuti sempat terbatuk-batuk memuntahkan sisa sperma Prakni walau kebanyakan ia menelannya. Tersi dan Prakni hanya tertawa melihatnya. Kepala Tuti makin pening karenanya. Sementara itu, Prakni telah berdiri dan mengambil handphone Tuti dari meja dapur lalu dilihat riwayat panggilan telepon dan beberapa sms nya. Ia tersenyum penuh arti melihatnya. Tersi sedang melepas ikatan benang gigi dari rambut jembut dan kedua puting Tuti dari beban wadah sampo dan pasta gigi. Sesekali dicoleknya nakal vagina dan payudara Tuti yang hanya meringis dan kegelian.

Prakni lalu memperlihatkan riwayat panggilan dan beberapa pesan sms tadi kepada Tersi yang sudah berdiri dan juga tersenyum geli. Lalu diperlihatkannya hal itu pada Tuti yang juga sudah berdiri susah payah. Melihat itu membuat Tuti lega karena beberapa pesan tadi berasal dari Wuluh, muslimah teman aktivis dakwahnya. Inti pesannya adalah bahwa rapat dibatalkan karena beberapa anggota dan pengurus tidak hadir dan akan diundur besoknya saat jam istirahat kuliah di tempat yang sama. Beberapa riwayat panggilan tak terjawab (missed call) juga dari orang yang sama. Namun, tak lama kemudian Tuti pingsan karena saking lelahnya ia dieksploitasi seks berlebihan oleh kedua remaja bandel ini.

Untung tubuh Tuti berhasil ditangkap Tersi di belakangnya yang menahan dengan susah payah. Prakni lalu refleks meletakkan HP Tuti di meja dapur dan membantu menarik kedua tangan Tuti untuk membantu Tersi tadi. Akhirnya kedua remaja itu lalu berbagi tugas dan menggotong badan Tuti (Tersi di bagian punggung atas Tuti dan Prakni di bagian pantat Tuti) hingga ke dalam kamar Tuti yang terbuka. Dibaringkannya dengan pelan di atas kasur Tuti. Namun, untuk berjaga-jaga, maka mulut Tuti disumpal dan diikat kuat dengan celana dalam Tuti dan tali sepatu Tuti oleh Tersi. Prakni lalu mengikat kedua tangan dan kaki Tuti dengan masing-masing dua bra, dua celana dalam, dan empat tali sepatu Tuti dan Nia yang masih kotor ke ujung sisi teralis kayu tempat tidur dengan kuat. Tak menyangka ide itu didapat keduanya saat melihat ember berisi pakaian kotor dekat kamar mandi. Mereka berdua lega karena Tuti tidak akan bisa berteriak minta tolong atau bergerak kabur.

Tersi dan Prakni lalu bergegas ke kamar Nia. Saat sudah berada di depan kamar itu, mereka berdua mengintip terlebih dahulu lewat lubang kunci pintunya. Secara bergantian mereka berdua melihatnya. Nia masih tertidur pulas dengan jilbab lebar kaosnya serta baju piyama dan celana panjangnya. Kedua payudara montoknya naik turun seiring tarikan dan hembusan napasnya selama tidur. Bahkan kedua kakinya malah terbuka dan memperlihatkan sedikit getaran di vaginanya. Pemandangan erotis itu membuat kedua remaja itu hanya bisa membelalakkan matanya dan menelan ludah di kerongkongannya.

"Apakah siap untuk mangsa berikutnya ini, Ter?", ajak Prakni mesum.

"Kapanpun aku siap, Prak.", sambut Tersi binal.

Tersi lalu memegang gagang pintu dan Prakni mendorong bagian bawah pintu kamar Nia. Pintu pun mulai terbuka dan akan segera dimulai rencana serta aksi bejat mereka berdua.

...(Bersambung)...

Segini dulu, Agan-agan dan Suhu-suhu sekalian. :D Maaf, bila kepanjangan dan ada kekurangannya juga. Selamat membaca. Mohon masukannya juga. Terima kasih. :)
 
Bimabet
Pertamax dulu
Baru
:baca:
No kripik lah
:mantap:

Nunggu jatah nia
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd