Chapter 3. Jemuran
Sebulan lebih sudah berlalu. Hari ini Rita akan kembali berkunjung. Rita sadar dia telah jatuh cinta kepada Udin. Sejak kepulangannya dia terus merasa gelisah. Yang dia rasakan kerinduan yang begitu dalam. Hatinya terus berbunga-bunga. Seolah dia terlahir kembali. Seolah dia adalah Rita yang belasan tahun lalu jatuh cinta kepada sosok yang tidur disampingnya. Sosok yang memunggunginya setiap malam. Sosok yang tidak lagi perduli padanya 1 tahun terakhir ini.
Di pesawat,Rita sudah membayangkan persetubuhan yang panas selama beberapa hari kedepan. Bahkan dia berencana untuk menyewa rumah di Jakarta ini. Toh,menginap di hotel juga bukan solusi jika dia akan sering datang mengunjungi Udin. Ya,Udin-nya yang tercinta.
Dan harapan tinggal harapan. Mobil Udin ngadat alias mogok. Dipinggir tol. Persetubuhan panas? Rita jelas sudah kepanasan duluan dijemur di pinggir tol. Belum 1/2 jam berangkat dari bandara, Kedua insan yang sedang dimabuk asmara,sorry, maksudnya dimabuk birahi tau-tau harus menghadapi tewasnya mobil antik si Udin. Udin dengan smartphone pemberian Rita berusaha menghubungi teman,kerabat,keluarga,sanak saudara,sahabat dan sampai musuhnya. 1 kalimat dipenghujung telepon,"Sorry Din,gue masih kerja. Lu kan tau ini hari apa? Hari gajian,Bro!"
Dan aku akhirnya yang harus pontang-panting kesana kemari nyari mobil pinjaman untuk jemput si Udin. Sialnya sesampainya disana malah disuruh nungguin mobil derek yang bakal buang mobil si Udin ke laut buat jadi rumpon.
Empunya mobil malah melenggang ngelanjutin perjalanan bareng the HotAunt.
"Din,ganti aja tuh mobil. Udah bentuk gak jelas lagi,asal dihidupin bikin jantung mo copot," protesku suatu ketika.
"Gak bisa,Bro. Ini mobil warisan dari bokap gue. Katanya dia pacarin nyokap gue pake mobil ini."
"Tau sendiri,dari jaman batu sampe jaman susah begini,namanya cewek tetep aja matre."
Aku garuk kepala. Kok nih anak malah jadi curhat?
Kembali ke Udin dan Rita. Akhirnya dengan pikap pinjaman dari Koh Ahong berhasil juga Udin mengantarkan Rita ke hotel. Walau setibanya di hotel 'harum semerbak' keringat memancar dari tubuh mereka berdua.
Saking kezelnya Rita,setiba di kamar langsung mencecar Udin.
"Udah Din,ganti aja tuh mobil. Ini yang pertama dan terakhir saya ngalamin dijemur di tol. Memangnya saya ikan asin apa?"keluh Rita dengan muka merah padam.
Udin hanya terdiam. Sekalipun dia ingin mengganti mobil tuanya tapi masalahnya duit dari mana dia bisa membeli yang baru?
Rita benar benar lelah. Dia membaringkan tubuh seksinya di ranjang. Membayangkan hidupnya dengan si Udin memang benar2 berbeda. Apa yang diinginkannya selalu tercapai. Udin? Tiba-tiba Rita dapat ide dan bangkit dari tidurnya.
"Din..."
"Ya,Mbak?"jawab Udin yang masih duduk dengan wajah tertunduk.
"Begini,Din. Saya akan membantu kamu. Kamu bisa mengganti mobilmu sekarang dengan yang lebih baik. Saya akan sediakan uangnya."
"Tapi,Mbak. Darimana saya bisa menggantinya?"
"Gampang. Kamu lebih aktif cari penyewa dong. Nanti kamu bisa membayar hutangmu dengan cara mencicil."
Rita akhirnya bisa tersenyum. Walau hanya tersenyum tipis. Bukan masalah bagi dia mengeluarkan uang. Toh yang jadi masalah adalah mobil si Udin dan dia sudah kadung jatuh cinta dengan laki laki di depannya.
Rita kemudian mendekati Udin. Ditariknya si Udin kekamar mandi. Rita sudah tak sabar. Mekinya sudah gatal. Gatal karena jembie yang mulai tumbuh lagi. Mekinya pengen digaruk oleh konti Udin yang perkasa.
Dikamar mandi,Rita membuka semua pakaian yang melekat di tubuhnya. Tubuhnya kini telanjang. Telanjang di hadapan laki laki muda. Laki-laki kedua setelah suaminya. Didekatinya si Udin yang masih salting. Kepolosan Udin membuat dia semakin mencintainya. Bahkan setelah berulangkali mereka bercinta,Udin masih tetap saja 'menghormatinya'.
Dibukanya pakaian Udin. Udin memang bukan orang berada. Tapi tubuhnya yang bersih walau dengan sedikit lemak di perut membuatnya kagum. Rita kurang begitu suka dengan tubuh sixpack ala cowok metropolis yang ngetren sekarang. Baginya tubuh seperti Udin inilah yang benar benar alami.
Kedua tubuh mereka yang telanjang kini sedang di bawah siraman shower. Rasanya begitu segar. Rita mengambil sabun dan menggosok tubuh Udin. Tangannya beranjak dari leher Udin ke seluruh tubuh Udin dengan gerakan slow motion. Lengan,dada,punggung disabuninya dengan penuh perasaan.
Ketika tiba di selangkangan Udin,Rita memperhatikan konti Udin yang mulai siaga dua. Digenggamnya konti Udin dan ditariknya kulitnya ke belakang. Udin mendesah. Ditarik dan dilepaskannya lagi. Jari tangan Rita usil menggelitik lubang pipis Udin. Udin menjawab dengan jambakan di rambut Rita yang basah.
Dengan tangan yang masih berbusa,Rita menggamit kedua kantong menyan Udin. Diremasnya dan dibelainya. Sesekali jarinya menggelitik permukaan kantong menyan Udin. Udin yang keenakan mundur selangkah. Disandarkan tubuhnya ke dinding kamar mandi.
Rita terus membelai dan mengocok konti Udin. Sesekali dikecup palkon Udin dan dimasukkan ke dalam mulutnya. Lidahnya menyapu palkon Udin yang bak helem tentara jerman di PD II. Rita tak perduli dengan rambutnya yang terus-terusan dijambak Udin. Dia rindu menjilat dan mengemut konti.
Jari tangannya terus menggelitik menuju sunhole Udin. Di area saluran limbah padat-nya Udin,jari tangannya membelai melingkar berulang ulang. Terus ditarik segaris menuju buah zakar.
Kuluman Rita di penis Udin masih berlangsung ketika Udin meraih tubuh Rita dan membaringkannya di lantai kamar mandi.
Udin berbalik dan dia kini berada diatas Rita. Wajahnya menghadap ke meki Rita dan penisnya sendiri kembali dalam pelukan hangat mulut Rita.
Mulut Udin turun mengecup meki Rita. Gelambir tipis mencuat menampilkan belahan mekinya yang begitu indah. Permukaan lidahnya yang kasar mulai menjilati belahan meki Rita. Klentit Rita yang mulai menegang tak lupa diemutnya. Sesekali jari tangannya nakal menyentil klentit meki dihadapannya.
Cumbuan Udin dibantu dengan jari tangannya di meki Rita membuat Rita merem melek keenakan. Berulang kali Rita sampai lupa akan kewajibannya. Kulumannya di konti Udin berhenti sejenak. Dia begitu menghayati kenikmatan di mekinya. Udin tidak marah. Bukankah tugasnya sebagai laki-laki untuk menyenangkan wanita?
"Din..."panggil Rita dengan lemah. Lemah karena terangsang.
Udin menoleh.
"Sekarang ya Din..."pinta Rita.
Udin paham. Dia membalikkan tubuhnya. Diangkatnya kedua kaki mulus Rita dan ditumpangkan ke pahanya. Kakinya menekuk dengan lutut bertumpu pada lantai kamar mandi.
Digesek gesekkan palkonnya di permukaan meki Rita sebelum didorongnya masuk kedalam rongga vagina.
Blesss...
Perlahan konti Udin menyeruak memaksa masuk kedalam meki Rita. Rita sesaat menahan nafas menerima kehadiran konti Udin di mekinya.
Udin sendiri kegelian ketika jembie Rita yang baru tumbuh menusuk nusuk kulit selangkangannya. Wow,nikmat Bro!
"Nikmat pale lu peyang!" Aku mengumpat. Mobil derek yang sedianya menarik mobil antik si Udin baru berjalan beberapa ratus meter bannya meleduk. Trus sopirnya kelupaan bawa ban serep.. Alhasil aku terduduk lagi di pinggir tol menatap mobil antik si Udin yang tergantung dibelakang mobil derek. Nasib,nasib...
Udin mulai menarik pinggangnya. Kontinya ikut tertarik. Rasanya begitu luar biasa. Palkon Udin ikutan menarik bibir meki Rita. Membuat Rita mendesah dan mendesis.
Meki yang sempit semakin membuat Udin semangat mengocok2kan konti kedalamnya. Tidak perduli lagi tete Rita ikut berguncang akibat tabrakan selangkangan Udin dengan selangkangan Rita. Bunyi kecipak air ikut meramaikan suasana panas.
Gocekan Udin di meki Rita tak berhenti. Seolah sedang bertarung,keduanya mati-matian menahan serangan orgasme.
Tak ada yang mau mengalah. Udin kemudian membopong tubuh Rita. Dibalikkannya tubuh Rita kemudian ditumpukan pada wastafel kamar mandi. Disodokkan kembali kontinya ke meki Rita dari belakang. Sodokan yang tanpa aba aba membuat Rita menjerit kecil. Menjerit nikmat.
"Lanjuuuttt,Bro"batin Udin kesenangan.
"Argghhhh....,"mendadak Rita mengejang. Tubuh bergetar menikmati pejunya yang menyemprot penis Udin. Mekinya empot empotan meremas konti Udin yang terbenam didalam lubang surgawinya.
Udin mendiamkan kontinya disiksa meki Rita. Kontinya serasa diperas-peras hingga Udin merasa tidak tahan. Kontinya membalas meki Rika dengan denyutan sepanjang batang kontinya. Pejunya yang bagai susu kental manis cap nyonya mengalir dan meludahi rongga meki Rita.
Keduanya sekarang bagaikan ikan diangkat dari air. Hidung dan mulut keduanya berpacu berusaha menarik oksigen sebanyak banyaknya.
Rita berbalik dan dirangkulnya tubuh Udin. Dilumatnya bibir Udin yang sedikit tebal. Tetenya diremas remas Udin.
Keesokan harinya,aku dikejutkan dengan kehadiran mobil Innova hitam di halaman padepokanku. Si Udin turun dengan bangganya.
"Wah,ada yang mendadak kaya nih. Lu ngerampok dimana,Din?"tanyaku antusias.
"Gak,gue jual diri!",jawab Udin enteng sambil merebahkan dirinya kursi bambu.
Belakangan aku baru tahu, mobil itu dibelikan Rita dengan syarat harus dicicil pembayaran. Antara rasa iri dan kagum dengan keberuntungan si Udin. Mungkin sudah saatnya kami berdua bertukar posisi debitur dan kreditur.
Quote Sesat-
Wanita. Sentuh emosinya. Raba vaginanya. Maka dunia akan menjadi milikmu.
Pria. Sentuh perutnya. Jepit penisnya. Maka dunia akan menjadi milikmu.