Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Udin,The Transporter

Status
Please reply by conversation.

boobscom

Semprot Lover
Daftar
17 Oct 2012
Post
251
Like diterima
213
Bimabet
Udin The Transporter

Chapter 0 : Intro


Kisah ini murni fiksi. Boongan. Ngibul! Bukan beneran! Kalau gak percaya silakan cari di dunia nyata. Tapi gue gak bakalan nanggung ongkos ente. Kalaupun ada gue yakin itu cuma kebetulan. Kebetulan inspirasi gue emang dari dunia nyata. So,silakan menikmati cerpen (Cerita yang bikin Pengen) dibawah ini. Semoga anda terhibur. Kalaupun tidak ya tidak apa apa. Dan semoga Anda juga bersedia comment. Minimal Like,ya. Kalaupun tidak, juga tidak apa apa.

:pandajahat:


Index
Chapter 00. Intro
Chapter 01. Mrs.Rita
Chapter 02. Mrs.Rita Again
Chapter 03. Jemuran
Chapter 04.AADC
Chapter 05.Memories
Chapter 06.Soul Garden
Chapter 07.Untukmu
Chapter 08.Loker
Chapter 09.Lorong Waktu
Chapter 10.Lost And Found
Chapter 11.Surat(an) Cinta Untuk Udin
Chapter 12.Onigiri
Chapter 13.Stunt Driver
Chapter 14.Jodoh Pasti Bertemu
Chapter 15.Pispot
Chapter 16.Diklik Ya
Chapter 17.Pencet Disini
Chapter 18.Click here
Chapter 19.Monggo dibaca
Chapter 20.Tanpa Judul
Chapter 21.Tanpa Judul Juga
Chapter 22.0
Chapter 23.0
Chapter 24.0


Monggo dicek juga karya tulis ane sebelumnya :

My Sex Logbook (
Based on True Story)



 
Terakhir diubah:
Chapter 1. Mrs.Rita

"Panggil gue Udin,"katanya memperkenalkan diri. Nama yang berkesan udik. Kampungan. Ndeso. Tapi jangan salah. Pekerjaannya keren. The Transporter. Masih ingat film yang dibintangin si botak Jason Statham? Yah,hampir2 mirip lah kerjaan si Udin. Namanya juga supir rental. Bedanya lagi si Udin nggak botak. Juga nggak ganteng. Tapi si Udin suka bikin ngangenin. Terus jangan ngarep si Udin bisa bela diri. Liat ayam disembelih aja udah gemeter.
Tapi jangan salah lagi,kalau udah urusan ngeseks, lawan tandingnya yang bakal gemeter. Gemeter keenakan.
Trus kalau anda berharap bakal dijemput pake mobil sekelas Audi anda bakal kecewa. Berterimakasihlah kepada Ibu Rita. Pelanggan tetap Udin. Setidaknya berkat Ibu Rita, anda masih dijemput minibus sekelas Innova. Kalau tidak,mungkin anda bakal takjub dijemput pakai mobil awal jaman orde baru.

Pagi itu ada sms masuk ke hp butut si Udin. Isinya singkat. "Bro,ntar ada yang nelepon elo mo rental mobil. Lu angkut aja ya. Jangan lupa komisi gue!"

Gak pake lama,hp si Udin berbunyi lagi.

"Halo,selamat pagi"
"Ya,Halo."
"Bisa bicara dengan Pak Udin?"
"Bisa Bu,saya Udin. Ada yang bisa saya bantu?"
"Pak,saya mau nyewa jasa Bapak antar saya keliling Jakarta."
"Oh ya,kapan ya Bu?"jawab si Udin dengan nada sok laku. Padahal sudah 2 minggu nganggur nggak ada job.
"Hari ini,Pak. Rencananya saya mau pakai 3 hari,"sambung si penelepon.
"Oh,bisa Bu,"sambut Udin penuh rasa syukur.

Siangnya Udin sudah standby di bandara menunggu sang penyewa tiba.

Kacamata hitam. Celana jins biru gelap dan kaos putih bertuliskan Not 4 Free di area dada. Ciri2nya cocok. Udin seketika terkesima melihat kecantikan Ibu Rita. Rambutnya mengibas dihembus angin.

Udin tergopoh-gopoh menyambut Ibu Rita.
"Selamat siang. Ibu Rita ya?"salam si Udin. Semakin takjub Udin melihat kaos Ibu Rita yang membusung. Membusung karena dadanya yang lumayan montok.
"Udin? Iya saya Ibu Rita"
"Mobil kamu mana?"

"Disana Bu. Mari Bu saya antar,"jawab Udin sambil tangannya menunjuk ke parkiran dan menarik koper Ibu Rita.
Sesampainya di parkiran,Ibu Rita dengan santainya ingin membuka pintu sedan Camry tapi terkejut ketika Udin menegurnya,"Bu,bukan yang itu mobilnya. Ini Bu mobil saya"

Takjub Ibu Rita melihat mobil Udin. Antara rasa takut terkena tetanus sekaligus iba. Tanpa komentar Ibu Rita naik ke mobil Udin.

Yang patut disyukuri,sekalipun tampak luar benar2 memprihatinkan,daleman mobil Udin ternyata bersih sangat. AC-nya pun masih lumayan untuk melawan panasnya udara Jakarta.

"Semoga mobil ini ndak mogok dijalan,"batin Ibu Rita mendengar suara stater mobil Udin yang butuh bantuan doa.

Tujuan pertama Ibu Rita adalah salah satu hotel berbintang lima di Jakarta. Soal nama hotel Udin pernah berpesan tidak usah disebutin. "Ntar jadi promosi gratis. rugi gue,"katanya. Lagipula sepertinya ada rindu dendam si Udin sama security hotel yang mengusirnya parkir diluar hotel.

Berjam-jam Udin dengan setia menunggu. Tiada kabar berita dari Ibu Rita. Yang Udin khawatirkan cuma satu,jangan2 Ibu Rita sudah kabur. Gimana dengan ongkosnya yang belum dibayar?

Lama kemudian,hp Udin berbunyi.
"Din,saya tunggu di lobby ya,"suara Ibu Rita terdengar merdu.
"Baik,Bu. Saya kesana sekarang,"jawab Udin dengan leganya.

Perhentian pertama di Mall TA. Disini Udin kembali menunggu. Beberapa jam kemudian perjalanan dilanjutkan ke salah satu Karaoke ternama di daerah Grogol. Di mata Udin sudah terbayang lembaran rupiah yang bakal masuk dompetnya. Gimana gak untung,banyakan nunggu daripada jalan. Palingan Udin juga habis dikit buat rokok dan kopi.

Bosen menunggu dan malam yang sudah mulai larut membuat Udin tertidur nyenyak di dalam mobilnya. Tiba-tiba hp Udin berdering.
"Din,masuk kemari ya. Saya tunggu,"perintah Ibu Rita singkat.

Setengah berlari Udin menuju kelobby karaoke dan minta diantar oleh staf ke roomnya Ibu Rita.

Tok..tok..tok...
"Iya,masuk"

"Ada yang bisa saya bantu,Bu?"tanya Udin sambil keheranan melihat Ibu Rita yang sudah setengah mabuk sendirian di room yang lumayan gede ini.

"Mari temanin saya minum,"perintah Ibu Rita disela dia bernyanyi dan sambil menepuk sofa disampingnya.

Sebejat-bejatnya Udin yang pernah mabuk dan berkelahi ini, dia masih berpegang pada kode etiknya. Dia hanya duduk menjaga jarak dari Ibu Rita. Minuman yang diambilnya pun hanya coca cola. "Lah,kan gue supirnya. Trus kalo gue juga ikutan mabuk,ntar siapa yang nyetir tuh mobil?"Jawab Udin tegas sewaktu kami bertanya apakah pernah dia mabuk bareng penyewanya.

Lagu demi lagu sudah dinyanyikan. Gelas demi gelas minuman sudah masuk kedalam tubuh ibu Rita. Hingga Ibu Rita mengayunkan tangannya menyuruh Udin mendekat dan duduk di sampingnya.

Udin menurut dan tak disangka-sangka tiba-tiba Ibu Rita memeluk Udin. Udin kaget. Sekaligus senang. Dada kenyal Rita menempel di dadanya.

Bau alkohol tercium dari mulut Rita yang mendadak mencium bibir Udin. Bibir Rita dengan semangat pemabuk terus melumat bibir Udin. Perlahan Udin pun terbuai. Dibalasnya ciuman Rita sekaligus tangannya memeluk tubuh Rita.

Tangannya terus meraba punggung Rita yang semakin terbakar birahi.
"Ooohhhh...Din,"desah Rita kala ciuman Udin turun menyapa leher jenjangnya.

Sesaat Udin kagum. Dengan usia Ibu Rita yang sudah termasuk golongan tante muda ini tubuhnya masih mulus dan kencang. Beda sama Ina,tetangganya yang sudah menikah. Baru usia 26 aja body udah hampir kek nenek2. Tetenya uda turun.

Bu...,"bisik Udin di telinga Rita. Udin sadar tempat ini bukan tempat yang cocok untuk bersetubuh. Sewaktu-waktu gangguan dari waiter bisa saja datang menghampiri.
"Kita pulang saja ya,Bu,"bujuk Udin kepada Rita.

Udin kemudian memapah Rita yang jalannya sudah sempoyongan.

"Hahahaha...."
"Kau,suami gila! Kurang apa aku,coba?"
"Semua sudah kuberikan padamu. Tapi inikah balasanmu?"
"Huhuuuu....."

Berganti antara tawa,tangis dan umpatan Rita dalam tidurnya di jok belakang mobil Udin. Udin yang sedang menyetir didepan heran melihat kondisi penumpangnya. Birahinya yang tadi membara perlahan meredup berganti menjadi rasa kasihan.

"Kaya tidak selalu menjamin kebahagiaan. Miskin tidak selalu menyedihkan. Hanya bersyukur kepada nikmatNya lah kita baru bisa menikmati hidup ini,"ujar Udin sok bijak didepanku pada suatu hari. Aku yang ****** ini hanya manggut2 tak mengerti apa yang diomongkan si Udin.

Bersama room girl hotel akhirnya Udin berhasil membaringkan tubuh Rita di ranjang. Udin menatap sosok Rita yang sedang terbaring. Pikirannya masih menebak nebak apa gerangan yang terjadi pada wanita secantik ini?

Apakah suaminya selingkuh dan meninggalkannya? Kalau benar, alangkah gobloknya manusia seperti itu. Wanita yang cantik tiada duaratusnya di dunia ini dicampakkan begitu saja? "Mimpi pun aku tak sanggup untuk mendapatkan istri seperti ini,"batin Udin.

Udin terbangun di kursi kamar hotel. Didengarnya Rita mengaduh kesakitan. Kepalanya bak digodam akibat mabuk oplosan semalam. Black Label dioplos bir hitam.

Buru-buru Udin menyambar air mineral dan memberikannya kepada Rita. Diangkatnya tubuh Rita dan bersandar di dipan.

Perlakuan Udin sedikit membuat Rita berbunga bunga hatinya. Apalagi dia baru menyadari Udin semalaman menemaninya. Bahkan pakaiannya masih lengkap. Udin tak memperkosanya. Padahal waktu dan tempat sudah mengizinkan.

Yang membuat Rita salting ketika dia mengingat bagaimana dia "menyerang" Udin di ruangan karaoke semalam.

"Din,kamu sudah sarapan?"tanya Rita memulai pembicaraan.
"Belum,Bu. Ibu sendiri kepengen makan apa? Biar saya belikan untuk ibu."
"Kamu capek gak Din? Gak bagusan pesen room service aja.?"
"Jangan Bu. Makanan hotel jarang yang enak dan lagi mahal. Gak apa apa kok Bu saya keluar beli sebentar."

Dan pagi itu Udin mendadak menelponku. Minta aku mentransfer uang 200 ribu ke rekeningnya. Dia butuh untuk beli sarapan katanya. Sebagai sahabat aku tak bertanya lebih jauh. Bukan karena aku kaya. Tapi performance Udin sebagai debitur tanpa agunan layak mendapat bintang lima.

Satu jam kemudian Udin sudah kembali dengan nasi uduk ditangannya. Plus air mineral 2 botol besar. Disodorkannya nasi uduk ke Rita yang masuk duduk di ranjang.
Dengan lahap mereka berdua menghabiskan nasi uduk yang dibeli Udin didekat pasar.

"Enak loh,Din. Emang kamu beli dimana?"tanya Rita sambil tersenyum. Wajahnya menampilkan kepuasan dan kekenyangan yang tiada tara.

"Beli didekat pasar,Bu."
"Oh ya Din,tadi kamu beli pakai apa? Kan saya belum kasih kamu uang?"
"Gak apa apa,Bu. Kebetulan saya tadi ada sisa uang di kantong."

Rita kemudian bangkit dan menyambar tas tangannya. Diambil 4 lembar uang 100 ribu dan diserahkannya ke Udin.

"Bu,ini kebanyakan" tolak Udin halus.
"Harganya tidak seberapa kok,Bu"sergah Udin kemudian.

"Gak apa apa,Din. Sisanya buat kamu saja. Anggap sebagai ucapan terimakasih karena menjaga saya tadi malam"

"Tapi,Bu..."

"Atau begini saja. Anggap ini sebagian biaya sewa selama 3 hari ini. Nanti sisanya baru saya bayarkan lagi. Gimana?"

"Engg... Baik,Bu"
"Bu...,saya permisi dulu. Saya nunggu di mobil saja. Nanti kalau Ibu mau jalan hubungi saya lagi ya,"ujar Udin ketika melihat Rita melangkah ke kamar mandi.

"Ehhhh,jangan Din. Kamu tunggu disini saja,"cegah Rita.

Udin dengan gugup mau tak mau kembali ke tempat duduknya. Rasa segan menolak keinginan penyewanya membuat Udin tak berkutik. Ditolak, takut membuat Rita tersinggung. Tidak ditolak dia merasa tidak pantas. Walaupun tadi malam dia sudah sempat meraba raba tubuh Rita. Galau,Men!

Dan semakin tinggi level kegelisahan Udin. Kamar mandi yang dibatasi kaca buram membuat Udin semakin salah tingkah. Dinding kaca kamar menampilkan siluet tubuh Rita yang sedang melepaskan pakaiannya. Kemudian berdiri di bawah pancuran.

Otong si Udin seketika dalam posisi siaga satu. Darah di seluruh tubuhnya seakan berkumpul di kemaluannya. Nafasnya tertahan. Udin berusaha membuang muka namun apa daya. Tontonan didepannya lebih menarik daripada lukisan pemandangan sawah di dinding kamar hotel.

Dan semakin gelisah lah si Udin ketika Rita dengan handuk membelit tubuhnya sebatas dada keluar dari kamar mandi. Air masih menetes dari rambut panjangnya.

Udin akan terkejut andai dia tahu Rita memang ingin menggodanya. Rita memang ingin merasakan kembali nikmatnya bercinta setelah 1 tahun ini 'ladangnya' tidak digarap suaminya. Rumput liar pun sudah tumbuh dengan lebatnya.

Din,bisa tolongin saya nggak? Dengan nada memohon Rita memandang Udin.

Bantu apa,Bu? Udin menjawab dengan gugup.

Bisa tolong cukurin rambut saya?

Hah? Ibu mau saya cukurin? Sampai botak Bu? Ibu tidak salah? Udin menjawab keheranan.

Oooo,bukan rambut di kepala saya. Tapi ini jawab Rita sambil menunjuk kearah jembinya. Selangkangannya memang mengintip malu-malu dari handuk yang sebatas paha.

"Enggg...maaf Bu. Saya belum pernah..,"tergagap Udin menjawab.

"Gampang kok,Din. Kayak nyukur kumis,"sambil tersenyum Rita berbaring dan meletakkan pisau cukur di sampingnya. Diangkat kedua kakinya dan direnggangkannya.

"Do I have another choice?"batin Udin sok keren.
Dan sebagaimana dibelahan bumi lainnya,nafsu seringkali mengalahkan logika. Bagai tidak perduli siapa lagi wanita didepannya,Udin perlahan berjalan menuju selangkangan Rita.

Tangan Udin meraih pisau cukur. Adegannya melambat. Ya,memang melambat plus gemetar. Udin bukan pria suci. Beberapa kali dia dapat pelayanan gratis dari tetangganya yang cewek panggilan. Biasa,sebagai ongkos pengganti karena diantar jemput ke hotel. Istilah anak Medan,Anjelo. Kepanjangannya search sendiri di google aja ya.

Dan Udin memang gemetar. Status sosial 'sparring partner'nya kali ini memang beda. Lagipula baru kali ini dia dapat request nyukur jembie. Padahal Udin merasa dari garis keturunan moyangnya gak ada yang berprofesi jadi tukang cukur.

Tapi begitulah Sodara-sodara. Akhirnya Udin berhadapan dengan organ intimnya Rita. Perlahan ditempelkannya pisau cukur ke selangkangan Rita. Tarikan pertama khas pisau cukur seolah terdengar nyaring di telinga Udin. Sebelah tangannya yang nganggur kemudian menyusul menahan kulit selangkangan sekitar area cukuran. Sesekali jari tangannya tak sengaja menyenggol bibir meki Rita yang merekah. Warnanya pink. Sesuai dengan kulitnya yang begitu putih.

Bau harum meki Rita memasuki rongga hidung Udin dan perlahan membangkitkan birahinya. Via syaraf di tubuhnya,otak Udin mengirimkan pesan kepada otongnya yang sudah siaga 1.

Namun Udin bukanlah pria yang buas. Walau dengan tangan bergetar perlahan Udin berusaha menyelesaikan tugasnya. Sekalipun rasa sesak di dada,eh di selangkangannya terasa begitu menyiksa.

Rita sendiri semakin menikmati pelayanan Udin. Akibat getaran tangan Udin, dia merasa bagaikan dicukur dengan pisau elektrik yang merangsang selangkangannya. Tekanan darahnya meningkat seiring birahinya yang terus memuncak.

Hingga tiba tiba,"Bu,sudah siap"jawab Udin dengan nafas yang tidak teratur. Rita jelas kecewa. Kentang!

Ria bangkit. Tanpa menunggu ditariknya tangan si Udin. "Tolong dicuci ya Din,"pintanya kemudian.

Di kamar mandi,Rita menyodorkan shower kepada si Udin. Dia sendiri berdiri sambil merenggangkan pahanya.

Tangan Udin yang mencebok memek Rita kembali melanjutkan sensasi sensual yang tadi sempat terputus. Rita menggigit2 bibirnya menahan rangsangan yang menyerang dirinya.

Udin pun semakin tersiksa. Bagaimana tidak, status Rita membuatnya tidak bisa sembarangan. Rita bukan pelacur yang bisa sesuka hatinya di obrak abrik. Antara kesadaran akan siapa dirinya dan nafsu yang sudah membuncah membuatnya semakin gelisah.

Bagai tersihir Udin terus menyabuni dan menggosok2 meki Rita. Meki Rita yang kini plontos membuatnya lupa diri. Sekaligus lupa meki didepan sebenarnya sudah bersih. Rita yang menikmati gosokan tangan si Udin pun tidak berusaha menghentikan. Malah Rita semakin bernafsu.

Kerinduan akan konti membuat Rita tak sabar. Dia kemudian meraih tangan Udin dan ditariknya. Terburu2 dia melepas gesper dan menurunkan celana si Udin. Dibukanya celana dalam si Udin dan Taaddaaa... Konti dengan panjang 7,37 inci nongol menyambut Rita. Mengenai ukuran konti ini langsung bersumber dari si empunya konti. Konon diukur dengan penggaris kenang2an jaman si Udin masih SD. Akurat atau tidak juga tidak ada yang pernah membuktikan.

Dengan menggenggam erat konti Udin,Rita kemudian menggesek2kannya ke mekinya sendiri. Diangkat kaki kanannya dan ditumpangkan di kloset terus diarahkan ke lubang mekinya yang sudah licin dan basah oleh sabun yang bercampur dengan lendir.

Udin paham. Didorongnya konti yang berjembie lebat. Berhasil! Kini konti Udin sudah bersemayam sepenuhnya di meki Rita. Rasa hangat dan basah bagai bensin yang disiram ke kobaran api. Ya,kobaran nafsu Udin. Saking bernafsunya Udin langsung memacu kontinya mengocok2 meki Rita dengan biadab.

Bagai supir metromini, Udin sudah lupa mengerem sebelum masuk tikungan. Dihajarnya meki Rita sampai tubuh Rita berguncang guncang. Berkali kali palkon Udin sampai mentok. Tete Rita yang lumayan besar ikut berguncang. Seolah sedang melewati jalan yang berlubang. Ya,kedua insan berlainan jenis ini begitu semangat memacu birahi. Bagai metromini vs kopaja versi XXX.

23 menit 34 detik kemudian Rita sudah lelah disodok2 sambil berdiri. Lubang yang sudah mampet selama ini akhirnya akan jebol. Aliran peju mengalir deras membanjiri rongga mekinya. Menyembur membasahi palkon yang kurang kerjaan hanya keluar masuk tanpa singgah. Tanpa henti maksudnya. Rita yang memeluk Udin langsung terkulai lemas. Wajahnya melukiskan kenikmatan dan kepuasan. Nikmat karena ini orgasme pertamanya setelah sekian lama. Puas karena perkiraannya tidak salah. Udin begitu perkasa.

Begitu perkasa si Udin,sampai-sampai Udin tidak sadar kalau Rita sudah 'nyampe'. Dengan buasnya Udin masih terus 'mencangkuli' ladang Rita. Gesekan palkon dengan rongga meki plus 'sup hangat' yang disantap kontinya membuat Udin gelap mata.

Rita yang sudah lemas digrojok Udin bagai kambing yang diangkut dibelakang motor. Terbanting banting menahan nafas. Tak kuasa juga dia menolak walaupun mekinya terasa kebas.

Akhirnya,Udin mengejang. Kontinya menyusul meludahi rongga meki Rita. Wajahnya semakin mesum keenakan menikmati kontinya berkedut kedut.

Keduanya terkulai lemas dan terduduk di lantai kamar mandi. Rita duduk dengan wajah tersenyum puas. Udin duduk dengan wajah tersenyum mesum.
 
Terakhir diubah:
Baru hari kedua, masih pagi lagi.....
 
cerita yg bagus walpn tdk mengesampingkan ss yang jelas, tau nya ya sodok keras udah, tolong d gambarkan lebih jelas lg suhu, sambil liat film biat referensi ya oke, biar ada ciri khas ngentot nya,
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd