Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT VALKYRIE Management

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
CH.14: Kelas Malam – Viviyona Apriyani

Pagi itu seperti pagi yang biasanya. Hiruk pikuk di kantor dengan segala aktivitasnya menjadi pemandangan rutin Valkyrie Manegement. Walaupun dengan kesibukan rutin seperti itu, masih ada tawa yang terdengar di salah satu meja pegawai terpilih. Veranda dan Riskha terlihat akrab bersenda gurau dan mengobrol santai. Veranda mulai menikmati pertemanannya dengan Riskha.

“Hahaha beneran kak Ve. Aku ditantangin sama temen aku untuk bikin si Lila itu jadi binal. Lumayan, sejuta kalo berhasil. Yaudah aku terima tantangannya. Tapi emang Lila itu kan anak paling alim di kampus. Ga pernah absen berhijab. Aurat selalu tertutup. Aktif di kegiatan rohani kampus. Tapi ya itu, kalo cantik gitu kan sayang kalo ga dibinalin hahaha. Yaudah pas aku pura-pura ajak ke kosanku untuk diskusi mata kuliah, langsung aku seret aja ke tempat tidur. Aku jilatin tuh sampe gelinjang. Eh anaknya cepet becek ternyata hahaha. Eh sekarang malah kadang nelpon aku minta datang ke kosannya” Veranda pun tertawa mendengar cerita Riskha semasa di kampusnya.

Tapi tawa mereka terhenti ketika setumpuk kertas berjatuhan dan erangan marah dari seorang wanita di dekat mereka. Viviyona Apriyani.

“Arrgh kamu gimana sih?! Bisa pake mata ga?! Kalo jalan liat-liat dong!”

Tak terima dengan bentakan Yona, pegawai pria yang baru saja menabrak Yona ikut emosi.

“Kamu tuh yang ga liat jalan! Udah jelas aku bilang permisi!”

Riskha langsung beranjak untuk menengahi sambil membereskan berkas yang tadinya ada diapit Yona.

“ Kak Yon, udah kak. Masih pagi lho ini. Udah aku bantu beres-beres. Mas Indra, yaudah mas gapapa mas lanjut kerja aja. Maaf ya Mas In..” Veranda ikut membantu membereskan kertas-kertas yang berhamburan di lantai.

“Ngapain kamu minta maaf ke dia. Udah jelas dia jalan ga pake mata!” Yona mendelik sebelum akhirnya menerima tumpukan kertas dari Riskha dan berlalu menuju mejanya.

Beberapa orang yang melihat kejadian itu kembali bekerja dan menanggapi dengan biasa, memaklumi kejadian yang baru saja berlalu, karena seorang Viviyona Apriyani.

***
Nu8wEmr7_o.jpg
P76PtYQ5_o.jpg
7tHZ14Kl_o.jpg

Dari semua pegawai terpilih, Yona mungkin menjadi pegawai yang paling tidak mencolok dan tidak akrab dengan sesama pegawai biasa. Yona dengan gayanya yang cuek, kebiasaannya mengunyah permen karet dan bicara seperlunya, membuatnya kadang terlupakan di antara pegawai terpilih dan biasa. Juga dari sifatnya, Yona memilih untuk tetap terlihat biasa tanpa harus menonjol seperti Melody, Ayana atau pegawai terpilih lain.

Namun Veranda sendiri melihat, saat sudah berkumpul dengan pegawai terpilih lainnya, Yona berubah menjadi orang yang mudah tertawa, senang ngobrol dan suka melempar lelucon.

“Kak Yona itu emang ga mudah dekat dengan orang, Kak Ve. Tapi kalo udah cocok, pasti langsung akrab” Veranda ingat perkataan Riskha saat mereka ngobrol setelah kejadian pagi itu. Karena sifat Yona dan perkataan Riskha saat itulah Veranda menjadi segan untuk mencoba mengajak ngobrol dengan Yona. Tapi apadaya, malam ini Veranda akan melanjutkan Kelas Malam dengan Yona. Veranda takut akan ditolak dan tidak disukai Yona karena Veranda sendiripun tidak begitu sering untuk memulai pertemanan dengan orang lain.

“Tenang aja Kak Ve. Kak Yona ngga secuek itu kok. Baik kok orangnya. Ntar pas Kelas Malam ngobrol santai aja dulu.”

“Ntar dengan Yona belajar apa ya Kha?”

“Liat aja nanti kak hehehe. Pastinya seru kok hihi”

***​

Akhirnya malam tiba juga. Veranda yang sudah siap, keluar dari kamarnya berjalan perlahan menuju kamar Yona di ujung koridor. Sedikit rasa enggan menahan tangan Veranda untuk mengetuk pintu kamar Yona, sebelum akhirnya…

Tok tok tok.

“Iya masuk” suara pelan menjawab dari balik pintu. Veranda masuk dan berpikir apakah Yona berpakaian seperti Riskha kemarin, apakah Veranda akan disuruh memakai bikini lagi, pelajaran apa yang akan dipelajari malam ini. Berbagai pikiran berkecamuk di batin Veranda hingga akhirnya dia mendapati Yona sedang duduk santai di sofa sambil mengetik di laptop. Yona memakai kaos coklat dan celana pendek. Fiuh setidaknya ga seperti Riskha kemaren, pikir Veranda.

“Oh halo Ve. Sini duduk” sapa Yona ramah sambil matanya tetap menuju layar laptop.

“Hai Yon. Kamu lagi ngapain?”

“Ini tadi ada yang belum selesai dari kantor. Nanggung nih, jadi aku bawa aja ke kamar” Sedikitpun pandangan matanya tidak beranjak ke Veranda.

“Oh gitu. Kalo gitu aku ganggu ga? Aku balik aja dulu ke kamar ya. Ntar kalo kamu udah kelar ntar aku balik ke sini lagi” Veranda langsung tahu diri untuk tidak mengganggu.

“Lho gapapa sini aja ini udah dikit lagi kok”

Untuk beberapa saat suasana menjadi hening sebelum akhirnya Yona dengan tersenyum menoleh ke Veranda,”Ahhh akhirnya selesai!”

Sambil melipat laptop Yona menoleh, ”Gimana Kelas Malam Riskha, seru?”

“Hehehe iya Yon seru”

“Udah diajarin macem-macem dong?”

“Hehe u-udah sih Yon” Muka Veranda memerah menjawab pertanyaan Yona.

“Yaudah sekarang kamu yang ajarin aku ya” Setelah meletakkan laptop di meja, Yona beranjak mendekat ke Veranda dan mulai melucuti pakaiannya. Veranda sebenarnya kaget dengan serangan mendadak ini namun dia mulai membiasakan diri dengan pegawai terpilih lain.

Veranda tanpa ragu juga mulai melucuti pakaiannya. Tak lama kemudian dua wanita bugil ini mulai berpelukan dan memagut bibir satu sama lain, mencoba menaikkan tensi panas mereka. Veranda yang sudah diajarkan bermacam hal oleh Riskha, kini mencoba menerapkannya pada Yona. Desahan, ciuman, tak lupa jilatan mendarat di tubuh Yona. Yona yang melihat kemampuan Veranda sekarang ini tersenyum. Memang benar Veranda bisa seliar dan sebinal ini, pikir Yona.

QOGgke0c_o.jpg
MlwGz7QP_o.jpg

Saatnya membuktikan omongan Riskha. Yona langsung membalik badan. Di depan matanya kini terpampang vagina putih kebanggaan Veranda. Vagina favorit Bos Titan. Kapan lagi Yona bisa menikmati vagina yang kata Bos Titan paling enak se-Valkyrie. Segera Yona memijit memutar G-Spot vagina Veranda, yang membuat Veranda menggelinjang nikmat.

Ingin semakin mengerjai Veranda, Yona mulai menggigit-gigit kecil klitoris vagina Veranda. Veranda yang tidak menerima dirinya dipermainkan, mulai membalas Yona. Veranda memasukkan jempolnya ke lubang anus Yona. Yona tertawa mendapat perlakuan Veranda di duburnya. Ternyata Riskha membocorkan rahasia kelemahan Yona pada Veranda. Sambil jemarinya bermain di lubang dubur Yona, lidahnya mulai meliuk-liuk di klitoris Yona. Tak sampai dua menit kemudian,

“Hahahaha fuucckk kamu ini ya! Anak baru udah bisa bikin aku kesel ahaha anjinngg enak banget!” Yona berteriak tidak keruan sambil pahanya bergetar hebat. Lelehan cairan putih meluncur pelan dari lubang vagina Yona. Semakin bersemangatlah Veranda untuk memberikan kenikmatan di lubang anus dan vagina Yona, sambil pikirannya terus mengingat pesan Riskha saat makan siang.

“Kak Yona itu suka banget kalo di-anal Bos Titan atau Om Minmon, Kak Ve. Semakin besar penis yang masuk semakin Kak Yona terangsang. Kalo yang lain masih kesakitan kalo ngelayani Bos Titan, Kak Yona justru pengen terus jadi budak sex Bos Titan, asal di-anal terus. Kak Yona sendiri yang bilang ke aku. Baru kali itu aku liat ada pegawai terpilih dengan orientasi begitu hahaha. Jadi Kak Ve tau dong apa yang mesti dilakukan nanti.” Riskha mengerling memberikan kode ke Veranda.

Veranda tentu tidak mau melewatkan hal tersebut. Kenikmatan yang diberinya makin membuat Yona menjadi-jadi. Lidahnya memagut labia majora vagina Veranda, menggigit, mengisap tidak keruan yang kini gantian membuat Veranda mendesah keenakan.

“Brenggseekk terusin Ve, terusin! Awas kalo kamu ga bisa puasin aku! Bangsat ergghhh!” Yona mulai memaki-maki dan meracau sendiri dengan kata-kata kasar. Soal hal ini pun tidak luput diberitahu Riskha. Soal kebiasaan Yona saat bersenggama. Soal masa lalu Yona yang kelam.

***​

Viviyona Apriyani dibesarkan dalam kehidupan yang keras. Mengamen dengan pakaian hitam dan ketat ala anak punk sudah menjadi rutinitas. Berkelahi dengan cowok sudah menjadi makanan sehari-harinya, walau terkadang hanya demi nasi bungkus. Beruntunglah Yona masih memikirkan pentingnya keperawanannya, hingga akhirnya Yona bertemu Om Minmon saat mengamen di macetnya deretan mobil di lampu merah. Om Minmon yang memang miliki insting terhadap potensi wanita untuk menjadi pekerja di Valkyrie, membuka kaca jendela mobil mewah miliknya, menatap Yona sambil tersenyum,

“Kamu buang ukulele yang kamu pegang itu dan kerja sama saya, atau kamu saya kasi satu juta dan lanjut hidup di jalanan kotor itu” Tak butuh semenit, Yona tak ragu membuang ukulele yang dipegangnya dan masuk ke mobil mewah Om Minmon.

Yona tentu masih mengingat, di dalam mobil Om Minmon menatap tubuh Yona dari atas hingga bawah kemudian memerintah,

“Lepas semua pakaian kamu. Kalo ngga mau, kamu masih bisa keluar dari mobil ini. Satu juta dari saya juga belum hangus”

Yona sesaat bimbang dengan keputusannya tadi. Namun kemudian Yona ingat untuk tidak mau kembali ke kehidupan miskin itu, sampai akhirnya Yona melepaskan pakaian dan segala atribut anak punk miliknya. Om Minmon tersenyum melihat calon budak sex dan pegawai terpilih Valkyrie temuannya ini patuh terhadapnya.

“Oke sekarang kamu puaskan saya” perintah Om Minmon sambil membuka gesper dan celananya. Yona yang sudah yakin dengan jalan hidup barunya, mematuhi Om Minmon dan mulai mengisap penisnya. Di mobil mewah yang berjalan menuju Valkyrie itu, Yona melepas keperawanannya dan mempercayakan jalan kehidupannya ke Om Minmon dan Valkyrie.

***​

Terhitung setengah jam, Veranda sudah berhasil memaksa Yona orgasme tiga kali dan kini membuat Yona kelelahan. Yona pun bukan tanpa usaha. Veranda sudah dibuatnya menggelinjang sampai akhirnya juga tiga kali mengeluarkan cairan kenikmatan miliknya.

Namun Yona masih penasaran. Penasaran dengan omongan Riskha. Penasaran dengan squirting-nya Veranda. Segera Yona kembali membalikkan tubuhnya, dengan jarinya sudah siap memasuki lubang vagina Veranda. Sambil menempelkan ujung jarinya ke vagina Veranda, Yona berkata,

“Mampus lo!”

Veranda bingung dengan makian kasar yang tiba-tiba keluar dari mulut Yona. Tapi itu tidak lama. Sedetik kemudian Veranda mengejang mendapati jari tengah dan telunjuk Yona menghujam liang vaginanya dan mengocok cepat didalam vagina Veranda. Yona sering melihat Bos Titan menyiksa Gracia yang cepat squirting dan cara-caranya tentu sudah diingat Yona.

Veranda beranjak duduk dan menggegam keras pundak Yona. Matanya memutih dan sambil terengah-engah antara sakit dan nikmat, Veranda meracau,

“Yoo-oonn.. U-uu..dahhh.. Ann—jjinnngggg…!” Veranda kini ikut berkata kasar karena menahan geli tiada tara. Tangannya berpindah dari pundak ke lengan Yona yang mengocok cepat vaginanya, seakan menahan dan menghentikan Yona. Tentu Yona tidak mau menghentikan kocokannya. Yona ingin Veranda squirting di hadapannya.

“Ayo! Ayo! Keluarkan sialan! Gue siksa lo sampe bisa keluar anjing!” Walau sudah lama bekerja di Valkyrie, Yona tetaplah Yona, yang belum bisa melepaskan wataknya yang kasar dan senang memaki dengan kata-kata kotor. Hanya pada pegawai terpilih sehari-hari dan tentunya Om Minmon serta Bos Titan, Yona bersikap sopan.

Sampai pada akhirnya, dengan muka merah Veranda menjerit tertahan. Vaginanya yang sudah becek tidak bisa lagi menahan enaknya kocokan Yona. Yona yang sudah melihat tanda-tanda Veranda akan squirting, dengan cepat mendekatkan mulutnya di depan vagina Veranda. Sedetik kemudian, muncratlah cairan encer bening dari liang vagina Veranda. Yona dengan cepat menutup jalur semburan cairan Veranda dengan mulutnya, meneguk dengan nikmat. Yona kembali menekan vagina Veranda kali ini dengan mulutnya, sambil mengigit-gigit klitorisnya. Yang diharapkan Yona kembali muncul. Semprotan air bening dari vagina Veranda meluncur masuk ke mulutnya. Hal ini sering dilakukannya ke Gracia, dan kini Veranda menjadi target barunya. Walau terlihat aneh, Yona sangat menikmati mereguk air kenikmatan hasil squirting Gracia dan Veranda.

Setelah memastikan semuanya selesai dan menyisakan deru nafas yang memburu, Yona merebahkan dirinya ke atas tubuh Veranda. Veranda juga terengah sambil menutup matanya. Yona yang melihat wajahnya dari dekat, kemudian memagut pelan bibir Veranda. Veranda yang pasrah karena sudah kelelahan, hanya bisa membalas pagutannya, memainkan bibirnya sambil sesekali menjulurkan lidahnya ke dalam bibir Yona.

***​

“Tidak ada Kelas Malam hari ini”

Veranda mengernyitkan dahi. Setelah hampir sejam mereka beristirahat, Yona baru memberitahu Veranda soal Kelas Malam.

“Hah? Kalo ngga ada kenapa kamu nyuruh aku datang kesini? Hanya untuk nikmatin aku?” Veranda sedikit kesal berkata ke Yona.

Yona hanya menatap Veranda dan kemudian meraih HP-nya. Setelah beberapa saat mengetikkan sesuatu di HP-nya, Yona memakai kembali bajunya dan memberikan pakaian ke Veranda.

“Tunggu bentar lagi”

Veranda yang bingung hanya bisa memakai kembali bajunya. Tak lama kemudian, tanpa ketukan permisi pintu terbuka dan terlihatlah Om Minmon dengan senyumnya yang khas.

“Hallooo gimana? Udah selesai enak-enakannya? Hahaha” ujar Om Minmon sambil berjalan menuju sofa tempat Yona dan Veranda duduk.

“Silahkan Om” sambil mempersilahkan, Yona bergeser ke ujung sofa sehingga Om Minmon mengambil duduk di antara mereka berdua.

“Halo Oom.. Udah lama ga liat Om Minmon” Veranda kaget karena mendadak Om Minmon datang dan kini ada di depannya.

“Iya Om baru aja nyampe dari luar kota. Biasalah mesti ngawasin kerjaan talent-talent muda” tetap dengan senyumnya Om Minmon berbincang dengan Veranda. Dan kali ini senyumnya agak memudar dan matanya menatap penuh ke Veranda,

“Kamu bingung ga ada Kelas Malam? Tapi enaknya Kelas Malam udah dapat dong ya?” Veranda hanya bisa tersenyum sambil memandang ke bawah, tidak berani menatap Om Minmon.

“Nah sekarang begini, menurut kamu di antara semua pegawai terpilih, ada ngga yang saya belum pernah ‘coba’?”

Veranda sedikit kaget ditanya begitu, sebelum akhirnya menjawab,”Ngga ada, Bos.”

“Nah betul itu. Tapi perlu kamu tau, Kelas Malam dengan Yona ini harusnya dengan saya juga. Semua pegawai terpilih harus bisa memuaskan Bos Titan dan saya dengan cara apapun, termasuk blowjob. Tapi kamu itu spesial Ve. Kamu tau, dari hari pertama kamu sampe ke sini, Bos Titan udah berpesan ke saya, kamu ga boleh saya cicip. Karena kamu punya Bos Titan pribadi. Pelayan Bos Titan pribadi. Jadi Kelas Malam yang harusnya saya dan Yona latih, jadi Yona aja. Kamu belajar sendiri. Yasudah ya Ve, udah cukup jelas ya. Nah sekarang kalian istirahat, saya juga mau istirahat. Yon, suruh Nabilah ke kamar saya. Saya kangen mau pake dia heheheh” Sambil beranjak berdiri Om Minmon keluar kamar dan kemudian meninggalkan mereka.

“Nah udah jelas kan? Yaudah kamu istirahat aja ya Ve. Oia sori ya tadi aku ngomong kasar ke kamu. Itu cuma karena aku keenakan kok hehe” sambil tersenyum Yona mendekati Veranda dan mengecup bibirnya. Veranda pun tersenyum dan pamit ke Yona.

Tak lama kemudian kamar Yona kembali hening. Yona meraih HP-nya dan mengetik chat ke Nabilah.

[YONA] Heh lesbi! Dipanggil Om Minmon ke kamarnya. Cepetan!
[NABILAH] Iya baik Kak.
[YONA] Eh lo kalo berani lewat depan gue kayak tadi siang gue gampar lo ya njing!
[NABILAH] Maaf kak tadi saya ga sengaja. Iya kak saya janji ngga kayak gitu lagi.
[YONA] ywd cepetan sana sialan lo!
 
Izin bertandang dan menyeduh secangkir kopi.
 
mantap suhu ceritanya, ijin pasang tenda dulu sambil menunggu cerita ini update lagi
 
Mantab suhuuu, bikin threesome Yona, Nabilah sama Veranda spanking-spanking gitu dan Yona yg jadi mistressnya
 
CHAPTER 15: SAKTIA OKTAPYANI

Berkas menumpuk. Komputer yang masih menyala. Segelas kopi sachet. Dan malam hari.

Keempat hal itu jelas-jelas bukan kombinasi yang baik untuk seorang pekerja kantoran. Malam hari yang seharusnya dihabiskan bersama dengan keluarga, menjadi hal yang jauh dari nyata untuk seorang Rio Hidayat, seorang lajang yang memang workaholic, bahkan di umur karirnya yang masih muda. Hampir setahun Rio bekerja di Valkyrie dan berkat sifat workaholicnya Rio berhasil menunjukkan kinerja yang hebat. Bos Titan langsung menaikkan grade-nya dan Om Minmon menjadikannya pegawai kepercayaan untuk hal yang berkaitan dengan manajemen talent. Untuk seorang pegawai biasa dan masih baru, pencapaian ini membuat Rio semakin bersemangat mengabdi di Valkyrie.

Paras Rio sebenarnya tampan namun memilih untuk cuek karena orientasinya lebih kepada pekerjaan dan karir. Memang sesekali Rio berpikir kapan dia bisa menikah dan mempunyai keluarga. Memang sesekali Rio bertanya dalam hati bisakah dia mempunyai istri yang cantik seperti para pegawai terpilih. Sesekali juga nafsu membuncah dalam diri Rio ketika dia menatap lama Riskha atau Melody yang sedang berdiri tak jauh darinya. Namun semua pikiran dan pertanyaan itu buyar ketika berbagai email pekerjaan masuk untuk dibaca dan dikerjakan.

Dan kini, hampir jam setengah 9 malam Rio masih berkutat di komputernya sambil sesekali menyeruput kopinya. Di ruangan besar lantai 4 itu kini hanya tinggal Rio. Bungkus nasi goreng yang baru dihabiskannya tergeletak begitu saja di samping kaki mejanya. Sehabis selesaikan ini aku pulang ah, batinnya.

Rio baru saja menyimpan hasil pekerjaannya untuk dikirim via email ke Melody ketika Rio mendengar langkah perlahan di belakangnya. Seketika Rio menoleh cepat ke belakang dan mendapati Saktia berjalan ke arahnya sambil membawa bungkusan plastik hitam.

QKG3yExw_o.jpg
oip6eNG9_o.jpg
HHMSoF4p_o.jpg

‘Lho Via, kamu ngapain malam-malam kesini?’ Melihat Saktia memakai kaos ketat dan celana pendek di kantor terasa agak aneh bagi Rio, namun mengingat tempat tinggal pegawai terpilih berada di lantai atas kantor, Rio langsung maklum.

‘Hai Yo. Udah aku duga, kamu pasti belum pulang. Dasar workaholic hahaha. Nih aku baru aja buatin kamu telur ayam kampung setangah matang. Untuk orang yang sampe malam kerja kayak kamu, asupan begini perlu banget lho, supaya tetap fit.’ Saktia langsung menyerocos dan mengambil kursi di samping Rio.

‘Nih kamu minum dulu. Abis itu kamu minum nih, Susu Beruang. Supaya ga gampang sakit’

Rio terpana sesaat melihat kepedulian Saktia. Sepanjang hidupnya Rio tak pernah mendapat perhatian dari seorang wanita selain ibunya sebesar ini. Langsung saja dia bersemangat membuka cup plastik dan langsung menghirup cepat cairan kental telur setangah matang. Kemudian dia mengambil susu beruang kalengan dan dengan cepat meneguk habis.

Melihat hal itu Saktia tersenyum dan berkata,’Nah gitu dong, kamu tuh kalo sering kerja begini harus perhatiin kesehatan juga. Coba sini aku pijit, kamu pasti cape banget kan.’

Tanpa aba-aba Saktia memutar kursi Rio sehingga kini Rio membelakanginya. Rio kaget gelagapan kemudian tangannya melepas cepat tangan Saktia yang sudah menggenggam bahunya.

‘Ehh eh ga usah Via makasih. Aku abis ini balik ke kosan kok hehehe’ Rio salah tingkah namun tidak dapat menyembunyikan rasa sungkannya.

‘Halah kamu ini udah berapa lama sih kerja di sini? Kayak baru kenal aja kita. Udah santai aja kalo dengan aku’ Tangan Via mendarat kembali di bahu Rio dan mulai memijit pelan bahunya. Rio yang sebenarnya tidak enak hati akhirnya membiarkan bahu dan punggungnya dipijit Saktia.

Sambil memijit Rio, Saktia mulai mengajak ngobrol,’Eh kita ini kan beda divisi ya. Kamu itu kerjaannya apaan sih? Kita sih kadang ngobrol yak, tapi aku ga tau lho kerjaan kamu apa’

Rio yang mulai santai dipijit Saktia, sambil memejamkan mata menjawab,’Aku tuh sekarang jadi bawahan langsungnya Pak Mino, ngurusin talent. Ya datanya lah, jadwalnya, ngurus kontrak dengan yang lain, banyak deh. Makanya tuh aku kadang kewalahan, tapi seru kok kerja di divisi ini hehe’

‘Oo gitu. Berarti kamu sering dong ketemu langsung dengan artis-artis Valkyrie. Aku kadang pengen lho ketemu ama mereka langsung. Tapi kan jadwal mereka padat kan ya?’

‘Iya sih. Apalagi privasi mereka kan diprioritaskan. Ruangannya khusus di lantai 6, ga sembarangan orang yang bisa ke lantai 6. Yang bisa cuma yang punya kartu akses. Sama kayak lantai kamar kalian juga kan?’

‘Betul. Oo berarti data talent ama kamu lengkap dong? Emang Om.. eh Pak Mino percaya ama kamu?’ sambil tetap memijit Saktia bertanya lebih banyak.

‘Pak Mino percaya lah ama aku. Aku juga pertama ga nyangka, tapi makin ke sini ya makin baik’

‘Ooo gitu’ Saktia menjawab pelan. Sesaat kemudian tangannya mulai bergerilya dari bahu ke dada Rio. Rio yang sadar langsung tersentak. Dia refleks memukul pelan tangan Saktia.

‘Aduh kamu kok mukul tangan aku sih’ Saktia meringis sambil menatap Rio.

‘Y-ya kamu nyentuh.. duh maaf ya Via. Aku ga maksud..’ Rio langsung meraih tangan Via dan mengelus bagian yang dipukulnya.

‘Kamu tuh.. Padahal aku cuma mau ngasi yang enak ke kamu. Kamu kan udah cape kerja..’ Wajah innocent Saktia membuat Rio tidak tega. Dia menelan ludah sambil bertanya,

‘Yang enak maksud kamu apa..’

‘Yaudah kamu duduk dulu biar kamu tau’

Segera Saktia mendorong Rio sehingga Rio duduk kembali ke kursinya. Sambil mendekat ke Rio, Saktia dengan menatap matanya,’Kamu udah pernah cium wanita belom?’

‘B-belom..’

‘Hehehe kamu ini polos banget sih. Yaudah biar kamu pernah..’ Tanpa aba-aba Via memagut bibir Rio dan dengan cepat memainkan lidahnya di permukaan bibir Rio. Rio yang kelagapan tidak bisa melepaskan ciuman mendadak Saktia. Entah karena badannya Saktia yang condong mendorong ke arahnya atau memang Rio tidak ingin melepaskan kesempatan ini. Nafsunya melonjak tiba-tiba seiring jemari Via yang mulai mengelus dadanya. Beberapa menit berlalu sampai akhirnya Via melepas kecupan bibirnya,

‘Gimana enak kan? Mau yang lebih enak lagi ga? Sini.’ Saktia mulai melepas gesper Rio yang tidak tahu harus melakukan apa. Melihat Rio yang mau memberontak, Saktia menatap tajam Rio sambil berkata pelan namun terdengar tegas,

‘Kamu diem aja ga usah gerak-gerak. Biar kamu tau yang enak-enak!’ Rio hanya bisa terdiam jiper melihat Saktia yang tiba-tiba mendiktenya. Nafsunya pun menyuruh Rio untuk tetap diam dan menikmati pelayanan Saktia.

Sampai akhirnya terlihat boxer hitam Rio, Saktia dengan tidak sabar melepas cepat sepatu dan celana Rio. Gundukan hitam menyembul dari boxer Rio. Penisnya daritadi sudah tegang ternyata. Segera saja Saktia melorotkan boxernya dan kini tampaklah penis Rio yang tegak kokoh. Bulu kemaluannya lebat mengelilingi batang penisnya. Saktia yang melihatnya terkekeh,

‘Wahh ini nih yang mau aku puasin. Btw kamu udah pernah ML belom?’

‘B-be-belom Via..’

Tawa Saktia langsung membahana di ruangan besar tersebut.

‘Wahh berarti rezeki aku dong ini yaa hahaha’ Kemudian Saktia mulai mengocok pelan penis Rio. Saktia bisa merasakan penis Rio yang semakin menegang seiring kocokannya sakin cepat. Merasa sudah cukup tegang, Saktia berdiri dan mulai melepas kaos ketat dan celananya. Ternyata di balik kaos dan celananya Saktia tidak mengenakan apa-apa lagi. Seakan sudah siap untuk bersenggama dengan Rio.

Rio hanya bisa bengong melihat pemandangan indah di depannya. Tubuh Saktia yang putih mulus nan ramping, dengan sebongkah payudara yang tidak terlalu besar namun ukurannya pas dengan bentuk badannya. Dan oh, kapan lagi Rio bisa melihat ini: vagina Saktia yang bersih tanpa ada bulu. Rio bisa melihat dengan jelas Labia Majora yang tembem dan putih bersih, dengan klitoris kuncup di tengahnya. Seakan menantang penisnya untuk menembus dan memuaskannya. Tak terasa penisnya menegang maksimal.

Melihat Rio yang sudah ‘siap’, Saktia mengambil sikap duduk di atas Rio dengan penis Rio siap tertancap di vaginanya.

‘Kamu jangan kaget ya. Dibawa enak aja’ Dengan gerakan cepat Saktia menuntun penis Rio masuk perlahan ke dalam liang vaginanya. Rio hanya bisa melenguh pelan. Matanya terpejam merasakan kenikmatan yang mulai menyergap tubuhnya. Ah rezeki gue banget ini, pikirnya.

Saktia mulai menggenjot pelan dan kemudian semakin cepat sambil dia menunduk melihat wajah keenakan Rio. Telur setengah matang udah cukup bikin libidonya naik, pikir Saktia.

‘Ka-kamu enghh kalo udah mau keluar.. bilang ya nghh. Jangan dikeluarin nnghh.. di dalem..’ kata Saktia sambil terengah terus menggenjot penis Rio. Rio yang duduk santai menikmati genjotan Saktia, hanya mengangguk pelan. Setelah 10 menit mengambil sikap WOT, Saktia mengeluarkan penis Rio dari vaginanya kemudian mengambil sikap menungging membelakangi Rio.

‘Heh sini Yo berdiri masukin dari belakang cepet’ Rio yang tadi merasa keenakan, kaget mendapati sebongkah pantat mulus dan vagina yang tembem menantinya. Dengan modal film bokep yang sering ditontonnya kala luang, Rio mengingat posisi ini kemudian berdiri dan memasukkan penisnya ke vagina sempit Saktia. Sambil penisnya menggoyang cepat pinggul Saktia, Rio mulai melepas kemeja kerjanya, seperti satu adegan bokep yang diingatnya. Anjirr ini gue udah kayak di bokep, pikirnya senang. Kenikmatan tiada tara untuk pertama kalinya Rio rasakan di sekujur tubuhnya. Ternyata making love itu memang enak, pikirnya sambil memejam mata menggoyang bokong Saktia.

Sambil nafsunya yang terus menanjak, Rio semakin mempercepat genjotannya sambil mulai menampar-nampar bongkahan pantat Saktia.

‘Nah! Iya! Iya! Begitu! Kamu cepet belajar Yo!’ Saktia yang semakin keenakan berteriak.

Dengan adegan-adegan bokep yang diingatnya, Rio memberanikan diri meminta ke Saktia, ’Via..nghh.. bisa.. ganti posisi ga..’

Saktia terkekeh mendengarnya,’Oh ah udah mulai nakal ya ngghh..yaudah abis gue keluar dulu ngghh’

Tak lama paha Saktia menegang menyerap semua kenikmatan dari penis Rio. Saktia langsung berdiri sehingga penis Rio meluncur keluar dari vaginanya. Segera Saktia menuju meja kosong di sampingnya dan berbaring di atasnya. Sambil kakinya menjuntai di pinggir meja dan vaginanya terpampang indah, Rio langsung mengerti posisi barunya. Rio langsung mengambil sikap berdiri sambil penisnya mulai dimasukkan kembali. Kali ini penisnya meluncur lebih lancar dari yang sebelumnya, karena Saktia sudah orgasme. Namun posisi ini melemahkan Rio. Melihat Saktia dengan tubuhnya yang indah, payudara yang membuncah bergoyang seiring genjotannya, penis Rio merasa semakin enak sampai akhirnya,

‘Via.. aku ohh.. mau keluarrr nggh ahh..’

Mendengar itu Saktia langsung beranjak duduk dari rebahannya, mendorong kasar Rio sampai Rio hampir terjungkang ke belakang, dan dengan capat berjongkok mendekat ke penisnya. Tangan Saktia dengan cepat mengocok penis Rio, yang membuat urat paha Rio menegang menahan kenikmatan kocokan Saktia. Tak lama setelah dikocok,

‘Nggghh Viaa aku keluarrrr..’ Rio berteriak menahan kenikmatan senggama yang baru pertama kali dia rasakan. Keperjakaannya diambil sudah. Namun dia tak peduli. Rasa geli nikmat yang Rio rasakan jauh lebih besar daripada pentingnya keperjakaan. Saktia langsung menyedot cepat penis Rio dan merasakan lahar panas menyembur lidah dan rongga mulutnya. Lumayan gue bisa dapet sperma perjaka, batinnya senang.

KKhetI7p_o.jpg
9H2Hql4d_o.jpg

Setelah pejunya keluar semua, Rio hanya bisa terengah-engah sambil memejamkan matanya, berharap rasa nikmat yang baru dirasakannya tidak menghilang. Saktia yang memastikan semua peju Rio sudah keluar, kemudian menelan tuntas peju di dalam mulutnya.

‘Ahhh enak banget peju kamu Yo fiuhh..’

‘Hahaha ahh enak banget Via..’

Sambil mendongak menatap wajah keenakan Rio, Saktia dengan tersenyum menggoda,’Mau lagi ga..?’

‘Hah? Maksudnya?’

Tanpa menjawab pertanyaan Rio, Saktia mendorong tubuh Rio untuk kembali duduk. Setelah terduduk, Saktia mulai menyedot cepat penis Rio. Lidahnya meliuk-liuk menjilati batas penis Rio yang mulai melemas. Rio menggelinjang geli merasakan penisnya dikulum dan dihisap Saktia. Namun geli kali ini tanpa ada rasa nikmat.

‘Via.. Via ahh udahhhnghh..’ Rio tanpa bisa melawan hanya bisa melenguh merasakan geli tidak enak di penisnya. Saktia kemudian melepas kulumannya,

‘Ah bawel lo diem aja dulu biar gue puasin lagi lo!’ Rio hanya bisa terdiam mendengarnya.

Sambil menahan geli yang menyengat penisnya, Rio merintih tertahan. Menyadari penis Rio harus cepat dibuat tegang lagi, Saktia beranjak berdiri kemudian mencondongkan payudaranya ke wajah Rio,

‘Nih isep dulu cepetan! Biar lo pernah ngerasain nenen!’ Rio yang gelagapan dengan sungkan mulai mengisap payudara Saktia. Putting coklat mudanya mulai basah dibalur liur Rio. Rio kembali memejamkan mata keenakan merasakan manisnya putting payudara Saktia. Setelah puas di kiri, Rio beralih ke payudara kanan Saktia. Saktia pun melenguh menikmati hisapan si pemain baru.

‘Iyahh.. Nahh.. begitu.. enakk..’ Saktia melenguh pelan.

Saat Saktia menoleh ke bawah, yang diharapkannya datang. Penis Rio kembali menegang. Tapi Saktia ingin bermain lebih lama. Saktia ingin mengajari Rio beberapa hal, sebelum Saktia kembali ke tujuannya.

‘Udah udah.. Nah sekarang ikut gue sini.’ Saktia kembali ke meja yang dipakainya tadi. Kembali merebahkan diri.

‘Nih. Sekarang isap pepek gue.’

Rio kembali mengingat adegan-adegan bokep yang ditontonnya. Oh iya kadang prianya mengisap vagina cewenya, ingat Rio. Kemudian dengan mengambil sikap jongkok, Rio mulai mendekatkan wajahnya ke vagina Saktia. Vagina yang putih bersih membuat Rio tidak sungkan bahkan semangat penuh nafsu ingin mengisapnya. Perlahan sampai akhirnya lidah Rio mulai membelai klitoris Saktia.

‘Ngghh yeahh gitu. Lebih cepet! Ayo!’ Saktia kembali berteriak. Rio yang semakin semangat mulai membenamkan bibir dan lidahnya ke liang luar vagina Saktia. Rio menjilat, menggigit pelan dan menyedot Labia Majora vagina Saktia yang membuat Saktia mengelinjang. Sampai akhirnya,

‘Ngghh yaahh gue keluar hahaha’ Saktia tertawa menerima kenikmatan puncak untuk kedua kalinya.

Sambil beranjak duduk kembali, Saktia menatap penis Rio,’Nah udah tegang lagi tuh. Sini enjot gue lagi.’

Saktia berdiri menungging dan menaikkan satu kakinya ke meja, sehingga vaginanya terpajang jelas dari belakang. Rio yang sudah paham berdiri membelakanginya dan memasukkan kembali penisnya. Rasa geli juga nikmat kembali menjalar ke penisnya. Rio tersenyum puas dan menggenjot kembali bokong indah Saktia. Rio mulai mengambil inisiatif menjambak rambut Saktia yang terurai berantakan.

‘Hahaha sialan lo ya udah berani jambak-jambak gue!’ Saktia memaki namun menikmati permainan kasar Rio. Menjambak rambut Saktia memberi sensasi tersendiri bagi Rio. Rio mulai merasa seperti pemain bokep sambil dia mulai meraih lengan Saktia dan mempercepat genjotannya. Kenikmatan semakin membuat dia terlena. Apalagi kata-kata sensual dari Saktia yang mulai mengiringi genjotan doggy stylenya.

‘Ahh. Yeah honey..! Yes..! Entotin aku honey! Yesss..!’

Sampai akhirnya rasa klimaks menyergap pangkal penisnya. Peju keduanya sudah siap untuk meluncur. Segera Rio berteriak,’Sayang aku udah mau keluarrr!’

Namun jawaban Saktia membuatnya kaget,’Kamu nghh.. mau keluarin dimanahh ahh..?’

Rio yang diberi pertanyaan seperti itu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Kapan lagi aku bisa kayak pemain bokep beneran, pikirnya.

‘Sayangghh.. Aku bisa ga.. ahh.. keluarin di wajah kamu..?’

Saktia yang mendengarnya tersenyum,’As you wishh babyyhh..’

Segera Rio mencabut penisnya, menyorongkannya ke wajah Saktia dan mulai mengocok cepat. Tak lama kemudian fantasi seksnya terwujud. Sperma meluncur cepat dari ujung penisnya dan muncrat di wajah Saktia, memenuhi wajah Saktia dengan cairan kental putihnya. Rio semakin senang melihat Saktia membuka mulutnya, membiarkan peju masuk ke dalam mulutnya. Rio refleks tertawa senang.

‘Hahaha aku udah kayak pemain bokep begini sayangg haha..”

Saktia yang mendengarnya, menjawab,’Kamu mau lebih kayak bokep lagi? Nih..’

Disaksikan Rio, jari Saktia mulai menyapu pipi dan keningnya, menguras sperma yang tercurah, kemudian menjilat nikmat sperma di jarinya, seakan-akan itu adalah sisa makanan yang lezat. Rio terbahak senang melihatnya.

‘Hahaha wah makasih ya Via, kamu wujudkan fantasi bokep aku..’

‘Iya dong seneng kan sama aku? Makanya sering-sering main sama aku..’ sambil menoleh manja ke arah Rio, Saktia membersihkan sisa sperma di wajahnya.

‘Udahan yuk..’ Saktia dan Rio mulai membereskan kursi, mengelap sisa keringat di meja dan memakai pakaian mereka masing-masing.

Sambil bersiap pulang, Via mendekat ke Rio, menyentuh bahunya dan berkata perlahan,’Eh Yo.. aku bisa minta tolong ga..’

‘Apaan sayang..?’ Rio mulai berani memanggil sayang ke Via. Via hanya tersenyum berpikir rencananya akan berjalan lancar.

‘Hmm gini.. Aku kan pengen temenan dengan artis-artis Valkyrie.. Boleh aku minta data mereka ga.. Yahh sekedar punya ajah..’ Rio langsung diam bingung mendengarnya.

‘Yaa gimana ya Via.. Itu kan rahasia.. Yang punya cuma Bos Titan, Pak Mino, Mbak Melody dan aku.. Jadi kalo dikasi ke yang lain ntar jadi bocor..’

‘Ya kan cuma aku doang sayang.. Kan kamu juga tau ada di aku.. Jadi aman kan hehe.. Boleh dong sayang.. Ntar aku kasi yang enak lagi deh hehe..’ sambil mengerling Saktia memohon ke Rio.

Akhirnya Rio menjawab,’Yaudah deh sayang, tapi janji ya. Jangan share ke yang lain. Ntar aku yang berabe lho.’

‘Siap! Aku janji! Promise you honey. Hehe.. Terimakasih ya sayangg..’ Saktia pun mengecup pipi Rio.

‘Yaudah aku email ya. Nih kamu perlu data yang mana aja?’

‘Data master aja deh sayang biar ga ribet’

‘Yaudah nih udah aku kirim ya..’ Sambil memastikan file sudah diattach dan dikirim, Saktia tersenyum lebar.

‘Makasihhh ya Rio sayaanngg.. Aku suka deh ama kamuu hehe’ Saktia tersenyum memeluk Rio dan Rio pun bersiap pulang turun ke tempat parkir. Senyum Saktia menggiring langkah Rio ke tempat parkir motor. Setelah memastikan Rio tidak tampak lagi, Saktia meraih ponselnya dan menelpon nomor di kontaknya. Setelah beberapa detik dengungan nada panggil, suara wanita menjawab pelan namun terdengar berwibawa,

‘Gimana? Dapat?’

‘Apa sih yang Saktia Oktapyani ga bisa, Bos? Buka selangkangan, dapet solusi hhahahah..’

‘Bagus. Kamu tinggal kirim ke aku ya. Secepatnya.’ Suara wanita disana menjawab singkat namun jelas.

‘Oke deh Boskuu. Yang penting janji dan komisi dipenuhi ya Booss..’

‘Iya sudah aku urus. Ngomong-ngomong gimana kabar Nabilah?’

‘Baik kok Bos. Tapi ya gitu deh semenjak kejadian itu dia jadi dijauhi hahah.’

‘Hmm oke baiklah. Kerjakan aja tugasmu ya.’

‘Oke Bos’

Pip. Saluran telepon diputuskan. Menyisakan keheningan yang mengiringi langkah Saktia kembali ke kamarnya. Senyumnya merekah, karena semua berjalan sesuai rencana. Juga karena keperjakaan yang baru direnggutnya.
 
Terakhir diubah:
Baca dulu aaaaah~

Makasih updatenya.

------

Via informan shania nih kayaknya heu...
 
Terakhir diubah:
Bimabet
CHAPTER 17: SHANIA JUNIANATHA

Indahnya senyum manismu… Dalam mimpiku… Selalu di situasi yang sama…

Lagu Neo Girl, grup remaja dari Valkyrie Management, mengalun riang dan membangkitkan suasana semangat di kamar Veranda. Cahaya matahari berpendar menerangi setiap sudut kamarnya. Sambil berdendang pelan mengikuti lagu, Veranda bersiap-siap untuk bekerja. Maskara, blush on, tak lupa lipstik peach menghiasi wajahnya, membuatnya bersemangat dan dalam mood yang baik untuk siap bekerja hari itu.

Pagi itu memang seperti biasanya, namun entah mengapa lebih cerah dirasakan Veranda. Sehabis sarapan bersama Naomi di ruang makan pegawai terpilih, Veranda turun ke lobby untuk memeriksa ketersediaan kendaraan yang akan dipakai ke luar kota siang nanti.

Sesampainya di bawah, Veranda menemukan lobby dalam keadaan ramai karena persiapan tour Neo Girl ke beberapa kota dimulai hari itu. Melody tampak sibuk mengurus perlengkapan bersama Yona dan beberapa pegawai biasa lainnya. Awak media tampak tertib namun ramai dalam mewawancarai personil Neo Girl di lobby depan. Segerombolan remaja pria juga riuh meneriakkan nama beberapa personil untuk menarik perhatian para gadis Neo Girl.

Namun mendadak fokus para awak media terpecah ketika sedan Avalon putih melintas perlahan dan berhenti di depan lobby. Tak lama kemudian, pintu mobil terbuka dan turunlah seorang wanita yang anggun dengan dress mahalnya. Gerakannya perlahan namun menyiratkan kewibawaan. Auranya sangat kuat, menghipnotis setiap orang di lobby depan yang terpana menatapnya. Waktu seperti berhenti sesaat, sebelum akhirnya para awak media tersadar dan berseru,

‘Itu Shania!’

Seketika para awak media memindahkan fokus lensa mereka ke sosok wanita cantik nan anggun di depan mereka yang kali ini merekahkan senyum terbaik di pagi itu.

XGoifDGK_o.jpg
BleKo1fk_o.jpg
NS9VFJ4h_o.jpg
VO4Uv2tC_o.jpg

‘Shania lihat kesini dong!’

‘Wah Shania makin cantik aja ya!’

Para reporter yang tadinya mewawancarai personil Neo Girl bergerak cepat menuju Shania untuk mewawancarainya. Berbagai pertanyaan langsung memberondong Shania Junianatha, wanita yang mencuri segala perhatian pagi itu.

‘Ada apa pagi-pagi berkunjung ke Valkyrie, Shania?’

‘Wah Shania kembali ke Valkyrie?’

‘Bagaimana The Detourne pasca kepergian Band Vechia, Shania?’

Namun semua pertanyaan itu tidak bertemu titik jawab. Shania sama sekali tidak membagi perhatiannya ke para awak media. Pandangannya hanya terfokus pada wanita yang ada di berdiri menatap tajam ke arah Shania. Melody.

Shania perlahan mendekati Melody yang melihat dengan tatapan sinis. Para awak media yang ingin mengikuti langsung dihadang oleh bagian keamanan yang langsung menutup pintu kaca. Personil Neo Girl langsung diarahkan untuk menuju bus mereka. Kini suasana lobby agak hening dengan riuh awak media yang terdengar lamat-lamat menembus pintu kaca.

Berdiri berhadapan, tatapan Shania dan Melody bertemu, memunculkan rasa dingin nan kaku di ruangan itu.

‘Wah kapan ya aku terakhir ke sini?’ Wanita anggun itu sambil tetap tersenyum akhirnya bersuara.

‘Ngga ada yang ingat kapan lo ke sini. Dan ga ada yang ingat sama lo lagi di sini.’ Nada sinis meluncur cepat dari mulut Melody, sembari tetap menatap tajam lawan bicaranya.

‘Wah santai dong, Kak Mel. Aku kan cuma berkunjung saja. Yah hitung-hitung bernostalgia lah, mengingat masa jaya Valkyrie ini hehehe..’ Tatapan Yona dan Melody sama sekali tidak mengganggunya untuk tetap menjawab dengan santai.

Sementara Veranda hanya bisa berdiri terdiam di sudut lobby, mencoba mencerna apa yang sedang terjadi. Yang Veranda tahu sekarang tak jauh darinya berdiri seorang artis ternama yang sering Veranda lihat di TV, membintangi berbagai film, juga mengeluarkan lagu-lagu yang Veranda suka. Tanpa sadar Veranda terpana menatap Shania yang baru kali ini bisa dia lihat langsung. Wah kalo dari dekat begini jauh lebih cantik ya, selama ini aku hanya bisa lihat di TV, batinnya kagum.

‘Ngomong-ngomong, Tristan mana ya?’ Pandangan Shania menyapu ruangan, berharap dapat bertemu sang pemilik Valkyrie.

‘Heh brengsek lo jangan kurang ajar ke bos gue ya! Ga berhak lo manggil namanya!’ Yona yang dari tadi menahan amarah langsung naik pitam ingin menampar Shania, namun dengan cepat ditahan Melody.

‘Yon sabar yon. Kamu ke atas dulu sana, panggil yang lain’ Melody dengan tenang meminta Yona untuk ke lantai atas sembari Yona menenangkan diri. Ketenangan dan kewibawaan Melody menjaga situasi tetap stabil.

Setelah Yona berlalu sambil sesekali menatap tajam Shania, Melody kembali ke lawan bicaranya, kali ini berbicara dengan pelan namun terdengar oleh siapapun di ruangan itu.

‘Saat ini kami mau mengurus tour talent kami, semua orang sibuk. Lo ga bakal dapat apa-apa di sini. Jadi kalo lo ga ada kepentingan lagi, silahkan keluar dari gedung ini.’

‘Wahh ngusir aku nih? Kalo aku masih ada kepentingan gimana? Aku ga keluar dong?’ Shania tersenyum menantang Melody yang berpostur lebih pendek darinya. Melody hanya bisa terdiam menatapnya kesal.

Namun suara lain menjawab pertanyaan Shania.

‘Berarti ngana berurusan dengan saya.’

Mendadak semua orang menoleh ke sumber suara. Tampak seorang pria botak berkulit coklat tua dengan badan yang tegap berjalan perlahan ke tengah ruangan lobby, tempat Melody dan Shania berdiri. Kaos hitam ketatnya memunculkan bentuk otot sempurna, yang membuat orang segan untuk berurusan dengannya. Melody mendadak sumringah melihat siapa yang datang.

‘Bang Simon!’

Sambil tersenyum sekilas ke arah Melody, kini Bang Simon berdiri tepat di depan Shania. Shania sesaat menunjukkan ekspresi takut dan tidak nyaman namun langsung menguasai dirinya.

‘Kalau ngana tidak ada urusan lagi, cepat-cepat keluar dari sini. Saya masih ingat cara menampar ngana pe wajah kalau saya lihat masih datang lagi ke sini.’

Shania memaksa tersenyum,’Wah Bang Simon udah lama ga ketemu. Kayaknya kondisi sekarang ga berpihak ke aku ya. Yaudah oke deh aku pamit kalo gitu. Padahal aku pengen nyapa teman-teman lama tapi kayaknya lagi bad mood semua ya. Oke deh kalo gitu byee.’

Shania tetap dengan tenang berbalik menuju sedan Avalon putihnya. Awak media yang daritadi menunggu di luar kembali riuh berkerumun ingin memotret dan mewawancarai Shania, yang tentu saja tidak mendapat hasil apa-apa dari wawancaranya. Mobil itu pun meluncur cepat meninggalkan gedung Valkyrie.

***​

‘Baaangg Siimoonn!’ Teriak Riskha menghambur berlari dan memeluk Bang Simon, diikuti Naomi, Gracia, dan pegawai terpilih lainnya. Pekerjaan yang tadinya sempat terhenti, kembali lanjut seakan-akan barusan tidak terjadi apa-apa. Kesibukan pegawai Valkyrie kembali memenuhi ruangan.

Veranda menatap enggan ke arah kerumunan pegawai terpilih dan Bang Simon, ingin bergabung namun sungkan. Beruntung Melody melihatnya dan langsung mengajak,

‘Ve! Sini.’

Veranda berjalan perlahan menuju mereka. Sambil tersenyum sopan Veranda menatap Bang Simon. Bang Simon yang beberapa menit lalu terlihat seram dan sangar, langsung berubah ramah membalas senyuman Veranda.

‘Wahhh ini yang namanya Nona Veranda yang sering diceritakan Bos Titan. Akhirnya beta bisa bertemu Nona Veranda. Hati riang sekali.’ Bang Simon langsung menyalam tangan Veranda yang kaget.

‘Izinkan saya mengenalkan diri, Nona. Saya Simon Isak, pengawalnya Bos Titan. Tapi lebih sering dijadikan tempat curhat sama Nona-Nona cantik ini’ Gelak tawa para pegawai terpilih langsung membahana mendengarnya. Veranda ikut tertawa dan langsung merasa nyaman bisa berteman dengan Bang Simon.

‘Salam kenal juga, Bang Simon. Saya Jessica Veranda.’

Namun tawa mereka terhenti ketika Melody menyadari satu hal,

‘Lho Bang Simon kok disini? Bukannya masih di London. Lho berarti…’ Perkataannya terhenti.

‘Betul, Nona Melody. Bos Titan udah nyampe Jakarta pagi tadi. Pulang lebih cepat dari jadwal. Tapi hari ini langsung ke kamar karena beliau masih capek perlu istirahat.’

Para pegawai terpilih langsung girang mendengarnya. Bos kesayangan mereka sudah kembali setelah hampir 3 bulan berkunjung ke luar negeri. Veranda tidak bisa memastikan perasaan dalam dirinya, antara senang karena bosnya sudah kembali atau rasa sungkan karena belum terbiasa bertemu Bos Titan.

‘Wahh akhirnya Bos kesayanganku udah kembalii...’ Ocehan Riskha langsung disambut tawa pegawai lainnya.

Melody langsung menenangkan suasana sambil mengingatkan mereka untuk kembali bekerja. Setelah memastikan kelengkapan kendaraan telah beres, Veranda menyusul Naomi yang melintas di depannya,
'Mi, itu Bang Simon beneran pengawalnya Bos Titan? Kok aku baru lihat sekarang ya?'

'Oh iya Ve, memang pengawal Bos Titan, orang kepercayaan, mungkin dari awal Valkyrie ini berdiri kali ya. Nah kebetulan pas kamu gabung Valkyrie, Bos Titan ngasi cuti ke Bang Simon, padahal Bang Simon udah nolak karena tetap mau menjalani tanggung jawab. Tapi tau kan perintah Bos Titan ga bisa ditolak, yaudah deh Bang Simon pulang dulu ke kampung halamannya.'

Sambil mengangguk tanda rasa penasarannya hilang, Veranda dan Naomi kembali ke lantai atas untuk melanjutkan pekerjaannya. Tour Neo Girl akhirnya dimulai, dan rutinitas pagi itu pun kembali berjalan seperti biasa.

***​

Saktia berjalan cepat menuju toilet wanita di lantai 4 ketika ponselnya bergetar tanda ada yang menelpon. Di toilet wanita yang kosong, Saktia langsung menuju bilik WC kemudian berseru tertahan menjawab panggilan telponnya.

‘Halo Bos! …Aduhh aku juga bener-bener ga tau Tristan ternyata udah nyampe Jakarta! …iya oke Bos siap! Kondisi tetap terjaga. Yang penting tadi itu media udah liput kok. …Oke deh Bos, nanti aku kabari lagi.’

Pip. Panggilan diakhiri. Saktia langsung keluar dari bilik sambil sesaat merapikan riasannya dan langsung keluar dari toilet, tanpa menyadari, pintu bilik di sudut toilet tertutup dengan slot ‘LOCKED’ warna merah, tanda ada orang di dalamnya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd