CHAPTER 15: SAKTIA OKTAPYANI
Berkas menumpuk. Komputer yang masih menyala. Segelas kopi sachet. Dan malam hari.
Keempat hal itu jelas-jelas bukan kombinasi yang baik untuk seorang pekerja kantoran. Malam hari yang seharusnya dihabiskan bersama dengan keluarga, menjadi hal yang jauh dari nyata untuk seorang Rio Hidayat, seorang lajang yang memang workaholic, bahkan di umur karirnya yang masih muda. Hampir setahun Rio bekerja di Valkyrie dan berkat sifat workaholicnya Rio berhasil menunjukkan kinerja yang hebat. Bos Titan langsung menaikkan grade-nya dan Om Minmon menjadikannya pegawai kepercayaan untuk hal yang berkaitan dengan manajemen talent. Untuk seorang pegawai biasa dan masih baru, pencapaian ini membuat Rio semakin bersemangat mengabdi di Valkyrie.
Paras Rio sebenarnya tampan namun memilih untuk cuek karena orientasinya lebih kepada pekerjaan dan karir. Memang sesekali Rio berpikir kapan dia bisa menikah dan mempunyai keluarga. Memang sesekali Rio bertanya dalam hati bisakah dia mempunyai istri yang cantik seperti para pegawai terpilih. Sesekali juga nafsu membuncah dalam diri Rio ketika dia menatap lama Riskha atau Melody yang sedang berdiri tak jauh darinya. Namun semua pikiran dan pertanyaan itu buyar ketika berbagai email pekerjaan masuk untuk dibaca dan dikerjakan.
Dan kini, hampir jam setengah 9 malam Rio masih berkutat di komputernya sambil sesekali menyeruput kopinya. Di ruangan besar lantai 4 itu kini hanya tinggal Rio. Bungkus nasi goreng yang baru dihabiskannya tergeletak begitu saja di samping kaki mejanya. Sehabis selesaikan ini aku pulang ah, batinnya.
Rio baru saja menyimpan hasil pekerjaannya untuk dikirim via email ke Melody ketika Rio mendengar langkah perlahan di belakangnya. Seketika Rio menoleh cepat ke belakang dan mendapati Saktia berjalan ke arahnya sambil membawa bungkusan plastik hitam.
‘Lho Via, kamu ngapain malam-malam kesini?’ Melihat Saktia memakai kaos ketat dan celana pendek di kantor terasa agak aneh bagi Rio, namun mengingat tempat tinggal pegawai terpilih berada di lantai atas kantor, Rio langsung maklum.
‘Hai Yo. Udah aku duga, kamu pasti belum pulang. Dasar workaholic hahaha. Nih aku baru aja buatin kamu telur ayam kampung setangah matang. Untuk orang yang sampe malam kerja kayak kamu, asupan begini perlu banget lho, supaya tetap fit.’ Saktia langsung menyerocos dan mengambil kursi di samping Rio.
‘Nih kamu minum dulu. Abis itu kamu minum nih, Susu Beruang. Supaya ga gampang sakit’
Rio terpana sesaat melihat kepedulian Saktia. Sepanjang hidupnya Rio tak pernah mendapat perhatian dari seorang wanita selain ibunya sebesar ini. Langsung saja dia bersemangat membuka cup plastik dan langsung menghirup cepat cairan kental telur setangah matang. Kemudian dia mengambil susu beruang kalengan dan dengan cepat meneguk habis.
Melihat hal itu Saktia tersenyum dan berkata,’Nah gitu dong, kamu tuh kalo sering kerja begini harus perhatiin kesehatan juga. Coba sini aku pijit, kamu pasti cape banget kan.’
Tanpa aba-aba Saktia memutar kursi Rio sehingga kini Rio membelakanginya. Rio kaget gelagapan kemudian tangannya melepas cepat tangan Saktia yang sudah menggenggam bahunya.
‘Ehh eh ga usah Via makasih. Aku abis ini balik ke kosan kok hehehe’ Rio salah tingkah namun tidak dapat menyembunyikan rasa sungkannya.
‘Halah kamu ini udah berapa lama sih kerja di sini? Kayak baru kenal aja kita. Udah santai aja kalo dengan aku’ Tangan Via mendarat kembali di bahu Rio dan mulai memijit pelan bahunya. Rio yang sebenarnya tidak enak hati akhirnya membiarkan bahu dan punggungnya dipijit Saktia.
Sambil memijit Rio, Saktia mulai mengajak ngobrol,’Eh kita ini kan beda divisi ya. Kamu itu kerjaannya apaan sih? Kita sih kadang ngobrol yak, tapi aku ga tau lho kerjaan kamu apa’
Rio yang mulai santai dipijit Saktia, sambil memejamkan mata menjawab,’Aku tuh sekarang jadi bawahan langsungnya Pak Mino, ngurusin talent. Ya datanya lah, jadwalnya, ngurus kontrak dengan yang lain, banyak deh. Makanya tuh aku kadang kewalahan, tapi seru kok kerja di divisi ini hehe’
‘Oo gitu. Berarti kamu sering dong ketemu langsung dengan artis-artis Valkyrie. Aku kadang pengen lho ketemu ama mereka langsung. Tapi kan jadwal mereka padat kan ya?’
‘Iya sih. Apalagi privasi mereka kan diprioritaskan. Ruangannya khusus di lantai 6, ga sembarangan orang yang bisa ke lantai 6. Yang bisa cuma yang punya kartu akses. Sama kayak lantai kamar kalian juga kan?’
‘Betul. Oo berarti data talent ama kamu lengkap dong? Emang Om.. eh Pak Mino percaya ama kamu?’ sambil tetap memijit Saktia bertanya lebih banyak.
‘Pak Mino percaya lah ama aku. Aku juga pertama ga nyangka, tapi makin ke sini ya makin baik’
‘Ooo gitu’ Saktia menjawab pelan. Sesaat kemudian tangannya mulai bergerilya dari bahu ke dada Rio. Rio yang sadar langsung tersentak. Dia refleks memukul pelan tangan Saktia.
‘Aduh kamu kok mukul tangan aku sih’ Saktia meringis sambil menatap Rio.
‘Y-ya kamu nyentuh.. duh maaf ya Via. Aku ga maksud..’ Rio langsung meraih tangan Via dan mengelus bagian yang dipukulnya.
‘Kamu tuh.. Padahal aku cuma mau ngasi yang enak ke kamu. Kamu kan udah cape kerja..’ Wajah innocent Saktia membuat Rio tidak tega. Dia menelan ludah sambil bertanya,
‘Yang enak maksud kamu apa..’
‘Yaudah kamu duduk dulu biar kamu tau’
Segera Saktia mendorong Rio sehingga Rio duduk kembali ke kursinya. Sambil mendekat ke Rio, Saktia dengan menatap matanya,’Kamu udah pernah cium wanita belom?’
‘B-belom..’
‘Hehehe kamu ini polos banget sih. Yaudah biar kamu pernah..’ Tanpa aba-aba Via memagut bibir Rio dan dengan cepat memainkan lidahnya di permukaan bibir Rio. Rio yang kelagapan tidak bisa melepaskan ciuman mendadak Saktia. Entah karena badannya Saktia yang condong mendorong ke arahnya atau memang Rio tidak ingin melepaskan kesempatan ini. Nafsunya melonjak tiba-tiba seiring jemari Via yang mulai mengelus dadanya. Beberapa menit berlalu sampai akhirnya Via melepas kecupan bibirnya,
‘Gimana enak kan? Mau yang lebih enak lagi ga? Sini.’ Saktia mulai melepas gesper Rio yang tidak tahu harus melakukan apa. Melihat Rio yang mau memberontak, Saktia menatap tajam Rio sambil berkata pelan namun terdengar tegas,
‘Kamu diem aja ga usah gerak-gerak. Biar kamu tau yang enak-enak!’ Rio hanya bisa terdiam jiper melihat Saktia yang tiba-tiba mendiktenya. Nafsunya pun menyuruh Rio untuk tetap diam dan menikmati pelayanan Saktia.
Sampai akhirnya terlihat boxer hitam Rio, Saktia dengan tidak sabar melepas cepat sepatu dan celana Rio. Gundukan hitam menyembul dari boxer Rio. Penisnya daritadi sudah tegang ternyata. Segera saja Saktia melorotkan boxernya dan kini tampaklah penis Rio yang tegak kokoh. Bulu kemaluannya lebat mengelilingi batang penisnya. Saktia yang melihatnya terkekeh,
‘Wahh ini nih yang mau aku puasin. Btw kamu udah pernah ML belom?’
‘B-be-belom Via..’
Tawa Saktia langsung membahana di ruangan besar tersebut.
‘Wahh berarti rezeki aku dong ini yaa hahaha’ Kemudian Saktia mulai mengocok pelan penis Rio. Saktia bisa merasakan penis Rio yang semakin menegang seiring kocokannya sakin cepat. Merasa sudah cukup tegang, Saktia berdiri dan mulai melepas kaos ketat dan celananya. Ternyata di balik kaos dan celananya Saktia tidak mengenakan apa-apa lagi. Seakan sudah siap untuk bersenggama dengan Rio.
Rio hanya bisa bengong melihat pemandangan indah di depannya. Tubuh Saktia yang putih mulus nan ramping, dengan sebongkah payudara yang tidak terlalu besar namun ukurannya pas dengan bentuk badannya. Dan oh, kapan lagi Rio bisa melihat ini: vagina Saktia yang bersih tanpa ada bulu. Rio bisa melihat dengan jelas Labia Majora yang tembem dan putih bersih, dengan klitoris kuncup di tengahnya. Seakan menantang penisnya untuk menembus dan memuaskannya. Tak terasa penisnya menegang maksimal.
Melihat Rio yang sudah ‘siap’, Saktia mengambil sikap duduk di atas Rio dengan penis Rio siap tertancap di vaginanya.
‘Kamu jangan kaget ya. Dibawa enak aja’ Dengan gerakan cepat Saktia menuntun penis Rio masuk perlahan ke dalam liang vaginanya. Rio hanya bisa melenguh pelan. Matanya terpejam merasakan kenikmatan yang mulai menyergap tubuhnya. Ah rezeki gue banget ini, pikirnya.
Saktia mulai menggenjot pelan dan kemudian semakin cepat sambil dia menunduk melihat wajah keenakan Rio. Telur setengah matang udah cukup bikin libidonya naik, pikir Saktia.
‘Ka-kamu enghh kalo udah mau keluar.. bilang ya nghh. Jangan dikeluarin nnghh.. di dalem..’ kata Saktia sambil terengah terus menggenjot penis Rio. Rio yang duduk santai menikmati genjotan Saktia, hanya mengangguk pelan. Setelah 10 menit mengambil sikap WOT, Saktia mengeluarkan penis Rio dari vaginanya kemudian mengambil sikap menungging membelakangi Rio.
‘Heh sini Yo berdiri masukin dari belakang cepet’ Rio yang tadi merasa keenakan, kaget mendapati sebongkah pantat mulus dan vagina yang tembem menantinya. Dengan modal film bokep yang sering ditontonnya kala luang, Rio mengingat posisi ini kemudian berdiri dan memasukkan penisnya ke vagina sempit Saktia. Sambil penisnya menggoyang cepat pinggul Saktia, Rio mulai melepas kemeja kerjanya, seperti satu adegan bokep yang diingatnya. Anjirr ini gue udah kayak di bokep, pikirnya senang. Kenikmatan tiada tara untuk pertama kalinya Rio rasakan di sekujur tubuhnya. Ternyata making love itu memang enak, pikirnya sambil memejam mata menggoyang bokong Saktia.
Sambil nafsunya yang terus menanjak, Rio semakin mempercepat genjotannya sambil mulai menampar-nampar bongkahan pantat Saktia.
‘Nah! Iya! Iya! Begitu! Kamu cepet belajar Yo!’ Saktia yang semakin keenakan berteriak.
Dengan adegan-adegan bokep yang diingatnya, Rio memberanikan diri meminta ke Saktia, ’Via..nghh.. bisa.. ganti posisi ga..’
Saktia terkekeh mendengarnya,’Oh ah udah mulai nakal ya ngghh..yaudah abis gue keluar dulu ngghh’
Tak lama paha Saktia menegang menyerap semua kenikmatan dari penis Rio. Saktia langsung berdiri sehingga penis Rio meluncur keluar dari vaginanya. Segera Saktia menuju meja kosong di sampingnya dan berbaring di atasnya. Sambil kakinya menjuntai di pinggir meja dan vaginanya terpampang indah, Rio langsung mengerti posisi barunya. Rio langsung mengambil sikap berdiri sambil penisnya mulai dimasukkan kembali. Kali ini penisnya meluncur lebih lancar dari yang sebelumnya, karena Saktia sudah orgasme. Namun posisi ini melemahkan Rio. Melihat Saktia dengan tubuhnya yang indah, payudara yang membuncah bergoyang seiring genjotannya, penis Rio merasa semakin enak sampai akhirnya,
‘Via.. aku ohh.. mau keluarrr nggh ahh..’
Mendengar itu Saktia langsung beranjak duduk dari rebahannya, mendorong kasar Rio sampai Rio hampir terjungkang ke belakang, dan dengan capat berjongkok mendekat ke penisnya. Tangan Saktia dengan cepat mengocok penis Rio, yang membuat urat paha Rio menegang menahan kenikmatan kocokan Saktia. Tak lama setelah dikocok,
‘Nggghh Viaa aku keluarrrr..’ Rio berteriak menahan kenikmatan senggama yang baru pertama kali dia rasakan. Keperjakaannya diambil sudah. Namun dia tak peduli. Rasa geli nikmat yang Rio rasakan jauh lebih besar daripada pentingnya keperjakaan. Saktia langsung menyedot cepat penis Rio dan merasakan lahar panas menyembur lidah dan rongga mulutnya. Lumayan gue bisa dapet sperma perjaka, batinnya senang.
Setelah pejunya keluar semua, Rio hanya bisa terengah-engah sambil memejamkan matanya, berharap rasa nikmat yang baru dirasakannya tidak menghilang. Saktia yang memastikan semua peju Rio sudah keluar, kemudian menelan tuntas peju di dalam mulutnya.
‘Ahhh enak banget peju kamu Yo fiuhh..’
‘Hahaha ahh enak banget Via..’
Sambil mendongak menatap wajah keenakan Rio, Saktia dengan tersenyum menggoda,’Mau lagi ga..?’
‘Hah? Maksudnya?’
Tanpa menjawab pertanyaan Rio, Saktia mendorong tubuh Rio untuk kembali duduk. Setelah terduduk, Saktia mulai menyedot cepat penis Rio. Lidahnya meliuk-liuk menjilati batas penis Rio yang mulai melemas. Rio menggelinjang geli merasakan penisnya dikulum dan dihisap Saktia. Namun geli kali ini tanpa ada rasa nikmat.
‘Via.. Via ahh udahhhnghh..’ Rio tanpa bisa melawan hanya bisa melenguh merasakan geli tidak enak di penisnya. Saktia kemudian melepas kulumannya,
‘Ah bawel lo diem aja dulu biar gue puasin lagi lo!’ Rio hanya bisa terdiam mendengarnya.
Sambil menahan geli yang menyengat penisnya, Rio merintih tertahan. Menyadari penis Rio harus cepat dibuat tegang lagi, Saktia beranjak berdiri kemudian mencondongkan payudaranya ke wajah Rio,
‘Nih isep dulu cepetan! Biar lo pernah ngerasain nenen!’ Rio yang gelagapan dengan sungkan mulai mengisap payudara Saktia. Putting coklat mudanya mulai basah dibalur liur Rio. Rio kembali memejamkan mata keenakan merasakan manisnya putting payudara Saktia. Setelah puas di kiri, Rio beralih ke payudara kanan Saktia. Saktia pun melenguh menikmati hisapan si pemain baru.
‘Iyahh.. Nahh.. begitu.. enakk..’ Saktia melenguh pelan.
Saat Saktia menoleh ke bawah, yang diharapkannya datang. Penis Rio kembali menegang. Tapi Saktia ingin bermain lebih lama. Saktia ingin mengajari Rio beberapa hal, sebelum Saktia kembali ke tujuannya.
‘Udah udah.. Nah sekarang ikut gue sini.’ Saktia kembali ke meja yang dipakainya tadi. Kembali merebahkan diri.
‘Nih. Sekarang isap pepek gue.’
Rio kembali mengingat adegan-adegan bokep yang ditontonnya. Oh iya kadang prianya mengisap vagina cewenya, ingat Rio. Kemudian dengan mengambil sikap jongkok, Rio mulai mendekatkan wajahnya ke vagina Saktia. Vagina yang putih bersih membuat Rio tidak sungkan bahkan semangat penuh nafsu ingin mengisapnya. Perlahan sampai akhirnya lidah Rio mulai membelai klitoris Saktia.
‘Ngghh yeahh gitu. Lebih cepet! Ayo!’ Saktia kembali berteriak. Rio yang semakin semangat mulai membenamkan bibir dan lidahnya ke liang luar vagina Saktia. Rio menjilat, menggigit pelan dan menyedot Labia Majora vagina Saktia yang membuat Saktia mengelinjang. Sampai akhirnya,
‘Ngghh yaahh gue keluar hahaha’ Saktia tertawa menerima kenikmatan puncak untuk kedua kalinya.
Sambil beranjak duduk kembali, Saktia menatap penis Rio,’Nah udah tegang lagi tuh. Sini enjot gue lagi.’
Saktia berdiri menungging dan menaikkan satu kakinya ke meja, sehingga vaginanya terpajang jelas dari belakang. Rio yang sudah paham berdiri membelakanginya dan memasukkan kembali penisnya. Rasa geli juga nikmat kembali menjalar ke penisnya. Rio tersenyum puas dan menggenjot kembali bokong indah Saktia. Rio mulai mengambil inisiatif menjambak rambut Saktia yang terurai berantakan.
‘Hahaha sialan lo ya udah berani jambak-jambak gue!’ Saktia memaki namun menikmati permainan kasar Rio. Menjambak rambut Saktia memberi sensasi tersendiri bagi Rio. Rio mulai merasa seperti pemain bokep sambil dia mulai meraih lengan Saktia dan mempercepat genjotannya. Kenikmatan semakin membuat dia terlena. Apalagi kata-kata sensual dari Saktia yang mulai mengiringi genjotan doggy stylenya.
‘Ahh. Yeah honey..! Yes..! Entotin aku honey! Yesss..!’
Sampai akhirnya rasa klimaks menyergap pangkal penisnya. Peju keduanya sudah siap untuk meluncur. Segera Rio berteriak,’Sayang aku udah mau keluarrr!’
Namun jawaban Saktia membuatnya kaget,’Kamu nghh.. mau keluarin dimanahh ahh..?’
Rio yang diberi pertanyaan seperti itu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Kapan lagi aku bisa kayak pemain bokep beneran, pikirnya.
‘Sayangghh.. Aku bisa ga.. ahh.. keluarin di wajah kamu..?’
Saktia yang mendengarnya tersenyum,’As you wishh babyyhh..’
Segera Rio mencabut penisnya, menyorongkannya ke wajah Saktia dan mulai mengocok cepat. Tak lama kemudian fantasi seksnya terwujud. Sperma meluncur cepat dari ujung penisnya dan muncrat di wajah Saktia, memenuhi wajah Saktia dengan cairan kental putihnya. Rio semakin senang melihat Saktia membuka mulutnya, membiarkan peju masuk ke dalam mulutnya. Rio refleks tertawa senang.
‘Hahaha aku udah kayak pemain bokep begini sayangg haha..”
Saktia yang mendengarnya, menjawab,’Kamu mau lebih kayak bokep lagi? Nih..’
Disaksikan Rio, jari Saktia mulai menyapu pipi dan keningnya, menguras sperma yang tercurah, kemudian menjilat nikmat sperma di jarinya, seakan-akan itu adalah sisa makanan yang lezat. Rio terbahak senang melihatnya.
‘Hahaha wah makasih ya Via, kamu wujudkan fantasi bokep aku..’
‘Iya dong seneng kan sama aku? Makanya sering-sering main sama aku..’ sambil menoleh manja ke arah Rio, Saktia membersihkan sisa sperma di wajahnya.
‘Udahan yuk..’ Saktia dan Rio mulai membereskan kursi, mengelap sisa keringat di meja dan memakai pakaian mereka masing-masing.
Sambil bersiap pulang, Via mendekat ke Rio, menyentuh bahunya dan berkata perlahan,’Eh Yo.. aku bisa minta tolong ga..’
‘Apaan sayang..?’ Rio mulai berani memanggil sayang ke Via. Via hanya tersenyum berpikir rencananya akan berjalan lancar.
‘Hmm gini.. Aku kan pengen temenan dengan artis-artis Valkyrie.. Boleh aku minta data mereka ga.. Yahh sekedar punya ajah..’ Rio langsung diam bingung mendengarnya.
‘Yaa gimana ya Via.. Itu kan rahasia.. Yang punya cuma Bos Titan, Pak Mino, Mbak Melody dan aku.. Jadi kalo dikasi ke yang lain ntar jadi bocor..’
‘Ya kan cuma aku doang sayang.. Kan kamu juga tau ada di aku.. Jadi aman kan hehe.. Boleh dong sayang.. Ntar aku kasi yang enak lagi deh hehe..’ sambil mengerling Saktia memohon ke Rio.
Akhirnya Rio menjawab,’Yaudah deh sayang, tapi janji ya. Jangan share ke yang lain. Ntar aku yang berabe lho.’
‘Siap! Aku janji! Promise you honey. Hehe.. Terimakasih ya sayangg..’ Saktia pun mengecup pipi Rio.
‘Yaudah aku email ya. Nih kamu perlu data yang mana aja?’
‘Data master aja deh sayang biar ga ribet’
‘Yaudah nih udah aku kirim ya..’ Sambil memastikan file sudah diattach dan dikirim, Saktia tersenyum lebar.
‘Makasihhh ya Rio sayaanngg.. Aku suka deh ama kamuu hehe’ Saktia tersenyum memeluk Rio dan Rio pun bersiap pulang turun ke tempat parkir. Senyum Saktia menggiring langkah Rio ke tempat parkir motor. Setelah memastikan Rio tidak tampak lagi, Saktia meraih ponselnya dan menelpon nomor di kontaknya. Setelah beberapa detik dengungan nada panggil, suara wanita menjawab pelan namun terdengar berwibawa,
‘Gimana? Dapat?’
‘Apa sih yang Saktia Oktapyani ga bisa, Bos? Buka selangkangan, dapet solusi hhahahah..’
‘Bagus. Kamu tinggal kirim ke aku ya. Secepatnya.’ Suara wanita disana menjawab singkat namun jelas.
‘Oke deh Boskuu. Yang penting janji dan komisi dipenuhi ya Booss..’
‘Iya sudah aku urus. Ngomong-ngomong gimana kabar Nabilah?’
‘Baik kok Bos. Tapi ya gitu deh semenjak kejadian itu dia jadi dijauhi hahah.’
‘Hmm oke baiklah. Kerjakan aja tugasmu ya.’
‘Oke Bos’
Pip. Saluran telepon diputuskan. Menyisakan keheningan yang mengiringi langkah Saktia kembali ke kamarnya. Senyumnya merekah, karena semua berjalan sesuai rencana. Juga karena keperjakaan yang baru direnggutnya.