Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Nana, Muridku

Yuk dilanjut... (Revisi bagian)

BEBERAPA hari berselang sejak malam itu. Malam dimana untuk pertama kalinya aku bisa melihat Nana berbugil ria untukku. Hal yang sama juga terjadi di malam-malam berikutnya, Nana tanpa sungkan mengirimkanku foto selfie-nya sambil bertelanjang, saat aku meminta. Sebagian besar dengan dia masih bertudung.
Ini sebagian yang aku jadikan kolase.



Seiring itu, suatu dalam diriku kian terbangkitkan. Aku mulai memiliki perasaan khusus pada Nana. Entah cinta atau sekadar birahi, aku sendiri tak tahu. Yang jelas aku tidak lagi puas hanya mengobrol lewat WA, tak cukup buatku hanya memandangi keseksiannya dari foto-foto kiriman. Aku terobsesi untuk bisa melihat gadis itu langsung, ingin memiliki serta menikmati keindahan itu. Aku harus cepat-cepat menjalankan rencana untuk menaklukkannya.

'Besok abis pelajaranku jangan langsung pulang ya. Tungguin aku di sekretariat lama, belakang gedung olahraga,' pesanku pada Nana malam sebelumnya, di penghujung WA ria kami. 'Da yang pengen aku bicarain. Tapi sendiri aja ya. Jangan ajak siapa-siapa.'

Nana tentu saja penasaran apa yang ingin kubicarakan, namun aku tetap merahasiakan. Satu setengah bulan sudah aku menjadi seorang guru. Hari itu, Jumat sore, rencanaku telah matang dan aku siap menjalankannya. Dia harus bersabar dengan kejutanku.

Usai pelajaran hari itu, aku bergegas balik ke ruang guru dan sengaja berlama-lama di sana. Aku harus memastikan sekolah benar-benar sepi, sambil harap-harap cemas Nana akan memenuhi permintaanku dan kini tengah menungguku di tempat janjian. Harapanku terkabul. Gadis itu benar sedang menungguku.

Sejenak aku bisa melihat Nana sangat gugup dan malu-malu, juga agak takut. Aku tak menyalahkannya. Seorang laki-laki mengajak bertemu di tempat sepi tanpa alasan jelas memang pantas dicurigai. Andai aku Nana, aku tentu bertanya-tanya apa sebenarnya niatku dan berharap itu bukan niat jelek. Menyadari itu, akupun menjaga jarak sopan dengan Nana.

Sekadar untuk meyakinkan dia bahwa aku tak bermaksud buruk.

"Ngobrol di dalem yuk," ajakku sembari mengeluarkan kunci sekretariat.

Butuh perjuangan selama beberapa hari bagiku untuk mendapatkan kunci itu dari Pak Wi, Sang Penjaga Sekolah. Setelah bujuk rayu, satu slop rokok, serta sedikit memanfaatkan statusku sebagai anak salah satu pemilik yayasan, aku akhirnya berhasil. Tentu saja aku terpaksa menceritakan sejujurnya rencanaku lalu janji bahwa aku tidak akan macam-macam.

"Kenapa nggak di sini aja pak?" tanya Nana gugup.

"Biar lebih pribadi," jawabku.

Sama seperti pada Pak Wi, aku tegas mengatakan pada Nana bahwa aku takkan macam-macam.

Nana tetap terlihat tak yakin dan khawatir. Meski begitu dia mengikutiku yang mendahuluinya masuk ke dalam di mana aku memintanya duduk di kursi yang telah kusiapkan sebelumnya (dengan bantuan Pak Wi).

Kuperhatikan Nana bingung dengan persiapanku—sebuah proyektor, lengkap dengan layarnya. Aku memintanya menunggu sebentar sampai aku selesai menghubungkan notebook-ku. Tak lama layar di depan Nana menampilkan hal yang sama terlihat di layar notebook-ku. Usai beberapa klik video singkat yang kubuat untuknya pun tayang.

Isinya bukan hal-hal aneh, apalagi mesum. Hanya slide show foto-foto Nana yang selama ini dia kirimkan.

Oke, ralat. Mungkin sedikit mesum karena aku juga menyertakan foto bugil gadis itu, tapi bukan itu intinya. Bersamaan dengan foto-foto itu, aku juga menyertakan rekaman suaraku sendiri, sebuah pernyataan jujur tentang apa yang kurasakan pada siswiku itu.

5 menit 13 detik, itulah durasi tayanganku. Sepanjang itu, aku terus memperhatikan Nana. Melihat reaksinya dan bertanya-tanya apa yang dia pikirkan saat menonton. Tayangan itupun berakhir. Sejenak aku menarik nafas, mengumpulkan keberanianku.

Aku lalu maju mendekat, berdiri di depan Nana, lalu berlutut. Bersamaan kuraih tangannya dan kugenggam mesra. "Aku cinta kamu, Na," ujarku, menegaskan yang telah kusampaikan lewat video singkat tadi.

"Kamu mau kan jadi kekasihku?"

Sedetik, lima detik, ataukah menit? entahlah, aku tak tau berapa lama Nana diam tak menjawab. Yang jelas terasa sangat lama dan aku mulai khawatir dia akan menolakku. Padahal aku cukup yakin dia juga jatuh cinta padaku, bahkan sebelum aku punya perasaan khusus padanya.

Aku yakin dia bukan gadis ekshibisionis, yang suka memamerkan tubuhnya. Apalagi alasan dia melakukannya jika bukan karena dia mencintaiku?

Aku mengulang pengakuanku. Mengungkapkan semua yang kurasa, bahwa aku sayang dan cinta padanya. Aku juga tak menyembunyikan bahwa aku juga memiliki hasrat birahi padanya. Baik atau buruk, itu terserah Nana untuk menilainya. Yang jelas aku takkan berbohong maupun menutupi sesuatu.

"Iya pak. Nana mau jadi kekasih bapak," lirihnya. "Nana juga cinta bapak."

Jawaban itu seketika menghilangkan keraguanku yang sempat muncul. Aku begitu senang dengan pengakuan Nana hingga sontak aku berdiri, mengajak gadis itu bersamaku, lalu menariknya dalam pelukan. Meski canggung, dia balas memelukku, dan selama beberapa saat kami bergeming dalam posisi itu.

Tak ada kejadian istimewa setelah itu. Usai saling menarik diri dari pelukan, aku pun mengajak Nana untuk pulang. Tak lupa aku mampir ke pos keamanan sekolah untuk mengembalikan kunci (yang ditolak Pak Wi dan mengatakan bahwa aku boleh memegang duplikatnya).

Tadinya aku ingin mengantar Nana sampai ke rumah namun dia menolaknya. Dia mengaku belun siap memperkenalkan seorang cowok sebagai pacar pada keluarganya. Apalagi sang pacar adalah gurunya sendiri. Aku bisa memahami itu, maka aku tak memaksanya. Tapi aku ngotot untuk tetap mengantar, setidaknya hingga sampai di dekat rumahnya.

Dan hari itupun berlalu.

***​

EMPAT bulan sudah aku menjadi seorang guru, dan dua bulan menjadi kekasih Nana, muridku. Pastinya secara rahasia. Sejauh yang kuketahui, hanya Pak Wi, sang penjaga sekolah yang tahu tentang itu. Aku juga meminta Nana agar tak bercerita pada teman-temannya. Akan merepotkan andai ada yang tahu tentang hubungan kami.

Selama dua bulan itu pula, aku memiliki rutinitas baru. Hampir di setiap waktu istirahat siang, aku dan Nana bertemu di ruang sekretariat, tempat kisah cinta kami dimulai.

Sesuai janjiku pada Pak Wi, kami tak pernah berbuat macam-macam atau bertindak mesum disana, hanya bertemu untuk makan siang berdua lalu mengobrol sampai waktu istirahat berakhir.

Aku bahkan selalu menjaga jarak sopan dengan Nana. Kecuali awal dia menerimaku sebagai kekasih—dimana aku memeluknya—aku nyaris tak pernah menyentuhnya. Kecuali mungkin sekedar berpegangan tangan mesra.

Lain di luar, lain pula saat di WA (kami memang masih tetap berbalas pesan, nyaris tiap malam, terutama akhir pekan). Baik Nana dan aku tak lagi sungkan berpose bebas, seseksi dan sepolos mungkin.

Yups. Aku pun mulai kerap ber-selfie untuk Nana. Beberapa di antaranya tentu saja dalam keadaan polos tanpa busana.

Sayangnya keberanian dan kenakalan kami hanya sampai di situ. Seperti yang telah kuceritakan sebelumnya, saat bertemu kami saling menjaga kesantunan, entah sampai kapan. Aku sendiri, karena sering melihat Nana berbugil ria untukku, seiring waktu aku semakin tak kuasa menahan hasratku.

'Aku penasaran nih.'

Saat itu malam senin, tepat dua bulan dan dua hari kami berpacaran.

'Iihh... Mas mah penasaran mulu. Penasaran apalagi sih? Kan udah sering liat Nana. Heee,' balas pacarku itu.

Saat kami hanya berdua atau sedang WA-an, Nana memang memanggilku mas. Toh umur kami tak terpaut jauh, hanya 7 tahun.

'Kamu pernah nggak nggak pake daleman waktu sekolah?' tanyaku.

'Ya nggak pernah lah. Mana aku berani,' tegasnya. 'Emang kenapa mas tanya itu? Pengen ya aku ga pake daleman di sekolah? Heee.'

Tepat sekali. Tebakan Nana memang tidak salah. Aku memang akhir-akhir ini sering membayangkan hal itu. Aku pun mengakuinya.

'Dasar mesum. Nggak mau ah. Nanti aku diapa-apain sama kamu.'

Aku balik membalas dengan sticker meledek. 'Emang aku mesum. Lagian mesum sama pacar sendiri ini,' lanjutku.

'Awas aja kalo mesumnya ke cewek laen.'

Aku tertawa. Rupanya pacarku itu sudah mulai berani mengancam. Aku pribadi masih penasaran, tapi aku tak mendesaknya. Obrolan kami pun beralih ke hal lain.

***​

Senin pagi, menjelang siang. aku sedang mengajar di kelas (bukan kelas Nana), saat hape-ku bergetar. Pesan dari kekasihku. Aku sedikit kaget, seingatku seluruh murid di larang membawa hape. Atau jangan-jangan dia sedang di rumah dan ijin tidak sekolah. Sejak tiba di sekolah, aku memang belum bertemu atau melihat dia.

Untung saja aku sedang memberi soal pada murid-murid di kelas dan mereka semua sibuk, jadi aku bisa langsung membuka pesan itu.

Untuk kesekian kalinya sejak kami akrab, Nana selalu mampu membuatku terperanjat. Tampak di layar WA-ku, fotonya ber-selfie ria. Dia mengenakan seragam lengkap, namun dia telah melepas seluruh kancing seragamnya, memamerkan busungan payudara indahnya di balik bra merah. Walau Nana menutupi wajah dengan tangan, aku masih bisa mengenali dia. Kuduga foto itu diambil sebelum kelas dimulai.



'Wow!!!' balasku. 'Mau dong.'

Sayang Nana tak membalas.

Jam mengajarku pun selesai, setelah ini aku punya waktu senggang selama sejam sebelum waktu istirahat. Sehabis menaruh perlengkapan mengajar di ruang guru, aku keluar sekolah untuk mencari warung kopi.

Sebenarnya ada kantin di sekolah, namun jadi satu dengan para murid hingga aku tak bisa merokok sambil menikmati kopi. Padahal saat ini aku butuh rokok untuk meredakan 'keteganganku'.

Well, sebenarnya itu cuma alasanku saja, tidak berpengaruh juga. Walau sudah setengah jam menikmati rokok dan kopi, tetap saja pikiranku tak lepas dari Nana, yang pastinya masih ada di kelas.

Aku masih asik dengan pikiranku sendiri saat WA dari Nana masuk. Lagi-lagi sebuah foto selfie kekasihku itu, namun yang membuat darahku kembali berdesir adalah di balik seragam putih tipis itu Nana tidak lagi mengenakan bra merahnya.



'Kalau yang ini mau ga?' goda Nana, membalas pesanku sebelumnya.

'Jelas mau,' aku menjawab. 'Tapi kurang ah.'

'Hihihi... Dasar cowok. Ga ada puas-puasnya.'

'Emang.'

Sambil kembali memandangi foto Nana, pikiranku menerawang. Hingga kini aku tak memahami kekasihku itu, dia seakan punya dua kepribadian yang berbeda.Pertama, sosok gadis lugu nan pemalu yang senantiasa menjaga kesantunan. Kedua, sosok siswi nakal yang tampaknya tak sungkan untuk memamerkan keindahan tubuhnya.

Memang sih itu semua hanya untukku (menurut pengakuannya) dan jelas aku senang.

Hanya saja dari fotonya, Nana sepertinya ada di dalam kelas, aku khawatir ada orang lain yang melihatnya. 'Kelas kamu udah selesai?' tanyaku.

Nana menjawab bahwa kelasnya selesai lebih awal, gurunya ada urusan penting. Jadi kupikir dia pasti sendirian di kelas.

Aku jadi tak sabar ingin bertemu Nana di tempat rahasia kami. Cukup sudah. Aku tak tahan lagi. Aku benar-benar ingin bisa memiliki gadis itu seutuhnya. Ingin bisa menikmati tubuhnya.

'Masih kurang,' balasku.

'Apalagi?' tanya Nana.

'Tunggu aku di tempat biasa, nanti aku kasih tau.'

'Emang aku udah di tempat biasa,' balas Nana.

Hampir saja aku tersedak kopi yang kuseruput. Ternyata aku salah duga ternyata dia ada di ruang sekretariat lama, sendirian. Pantas saja dia berani berpose senekat itu.

Tanpa pikir panjang, aku menyudahi acara ngopi-ku dan bergegas meninggalkan kantin. Tujuanku cuma satu, ke tempat Nana berada dan menanti kedatanganku.

Benar saja, Nana telah menungguku dengan sabar. Jelas terlihat gugup dan malu-malu. Aku segera masuk, tak lupa menutup pintu dan mengunci. Di ruangan itu sendiri sejak awal telah terpasang gorden yang menutupi seluruh jendela, jadi tak ada yang bisa melihat kami dari luar. Ruangan memang jadi sedikit gelap, tapi tak masalah bagiku.

Aku yang sudah sangat berhasrat langsung menggandeng Nana, membimbingnya ke salah satu sudut ruangan dimana terdapat ranjang UKS lama, lengkap dengan kasurnya. Aku memepet kekasihku hingga pantatnya bersandar di tepi ranjang, kulingkarkan kedua tangannya ke belekang leherku, dan tanganku sendiri melingkar di pinggulnya.

"Nana mo diapain mas?" tanya dia lirih. Malu-malu sekaligus takut.

"Boleh nggak aku mencium kamu?" tanyaku dengan suara bergetar oleh birahi.

Nana tak menjawab, wajahnya merona malu. Meski diam, dia kemudian memejamkan matanya dan menunggu. Kutangkap itu sebagai isyarat setuju dan wajahku pun maju, menyasar bibir kekasihku.

Tak ada gerakan macam-macam ataupun berlebihan. Bibir kami hanya saling bersentuhan dan merapat disertai getaran-getaran kecil. Tapi sensasinya...

"Wow!!!"

"Kenapa mas?" tanya Nana.

Sejak awal hubungan kami, aku selalu berusaha jujur pada Nana. Begitupun sekarang. Kuakui bahwa ciuman itu adalah yang pertama bagiku.Dia terlihat tak percaya maka aku kembali menegaskan.

Di usiaku yang ke-24 ini aku memang belum pernah berpacaran. Nana merupakan kekasih pertamaku. Aku memang banyak memiliki teman wanita, tapi paling jauh hanya sebatas persahabatan.

Sama sepertiku, gadis itu pun kemudian menyatakan hal yang sama. Baginya aku pacar sekaligus ciuman pertamanya.

"Kalo gitu, aku juga mau jadi yang kedua," godaku.

Ciuman kedua kami berlangsung seperti sebelumnya. Itu awalnya. Kemudian birahi kami mengambil alih dan secara naluri kami mulai saling memagut serta menghisap. Lembut dan perlahan, kemudian kian panas.

"Boleh minta sesuatu?" tanyaku sedikit terengah-engah setelah menarik diri dari bibir Nana, yang menjawab dengan anggukan kecil.

Tanganku yang semenjak tadi di pinggul Nana berpindah untuk meraih kancing teratas seragamnya (saat bertemu, Nana telah menyampirkan kerudungnya ke belakang). "Boleh aku liat kamu langsung?" aku kembali bertanya, sejenak menahan tanganku yang hendak menanggalkan kancing itu.

Nana tak menjawab, bahkan tak menggangguk setuju. Namun dari ekspresinya, aku menduga dia mengijinkanku. Apalagi dia tetap bergeming hingga aku berhasil melepas seluruh kancing seragamnya. Aku takkan menceritakan bagaimana penampilan pacarku itu. Kalian bisa lihat sendiri. Karena setelah itu aku mundur beberapa langkah untuk mengaguminya lalu mengeluarkan hape untuk mengabadikan.

Klik!!!



Nana hanya tersenyum oleh tingkahku.

Usai mengambil foto, aku kembali maju hingga jarak kami hanya sejangkauan tanganku. "Boleh aku sentuh?" pintaku.

Nana mengijinkan dengan suara lirih.

"Hahhhh..." Nana menghela nafas, tubuhnya tersentak oleh sentuhanku. Meski begitu dia tetap bergeming, kedua tangannya terlihat mencengkeram keras sisi ranjang.

Jadi seperti ini rasanya toket cewek? Pikirku.

Seperti yang telah berulang kali kukatakan, aku memang mata keranjang—dengan artian senang memperhatikan cewek-cewek seksi—namun ini sungguh pertama kalinya aku menyentuh seorang perempuan. Aku memang beberapa kali membayangkan hal itu, apalagi saat menghibur diri dengan menonton bokep koleksiku.

Seperti yang kuperkirakan, benda itu terasa empuk dan kenyal di telapak tanganku, namun juga terkesan keras, saat aku dengan lembut mulai meremasnya. Nana sendiri kembali mendesah. Tubuhnya tampak sedikit gemetar, seolah menahan sesuatu.

"Sakit ya sayang?" tanyaku khawatir.

Nana menggeleng cepat. "Geli mas,' jawabnya kemudian.

Pengakuannya semakin membuatku bergairah.

"Kalo gini gimana?" godaku.

Kali ini kujadikan puting kecokelatan Nana sebagai sasaran, pelan memilinnya, penuh perasaan. Reaksi siswiku itu tepat seperti yang kubayangkan. Tubuhnya bergoyang dan menyentak-nyentak menahan rangsangan. Bersamaan, desahnya kian terdengar. Dia refleks memegangi tanganku, namun tak berusaha menyingkirkannya.

Setengah jam berlalu, menurut perkiraanku sekitar ¼ jam atau 10 menitan lagi akan masuk waktu istirahat dan setelah itu kebersamaan kami siang itu hanya tersisa 1½ jam. Waktuku tak banyak. Padahal aku masih ingin berlama-lama menikmati tubuh Nana.

Selama ½ jam itu pula aku telah berhasil melucuti seluruh pakaian Nana, hanya menyisakan kerudung putih yang masih menutupi kepalanya. Aku sendiri telah melepas kemejaku, berikut kaus dalam yang kukenakan, dan bertelanjang dada di depannya.

Tak hanya berhasil menelanjangi Nana, aku pun dengan penuh birahi bergerilya di tubuh gadis itu. Menjelajahi leher, dada, hingga payudaranya dengan lidah dan mulutku. Berhati-hati agar tak meninggalkan bekas cupangan.

Bersamaan, kedua tanganku tak tinggal diam. Membelai mesra punggungnya hingga dia bergelinjang dan mengerang, serta meremas gemas kedua bongkah pantatnya yang montok. Namun itu semua tak mampu meredakan birahi yang kurasakan.

"Nana mau diapain lagi mas?"

Meski setelah yang terjadi selama ½ jam belakangan ini, Nana masih saja terdengar takut dan khawatir. Aku tak menyalahkannya, apalagi dia pasti sudah menebak apa niatku yang membimbingnya agar duduk di tepi ranjang.

"Mau kasih kamu enak," godaku.

Usai mengatakan itu aku berlutut di depan Nana, kedua tanganku memegang lututnya, dan lembut berusaha membuatnya mengangkang. Tentu saja dia menahan upayaku, bahkan mencoba semakin merapatkan paha. Aku bisa lihat ekspresinya yang semakin ragu dan takut saat aku mendongak untuk memandang wajahnya.

"Jangan takut sayang. Mas cuma mau liat koq," bujukku.

Nana jelas tak percaya kata-kataku. Meski begitu dia tak lagi menahan saat aku kembali mencoba membuatnya membuka paha. Untuk pertama kali dalam hidup, aku pun bisa melihat langsung bagaimana bentuk kemaluan seorang wanita, yang selama ini hanya bisa kusaksikan dari film-film bokep.

"Wow!!!"

Entah berapa kali aku sudah mengucapkan kata-kata itu, selama seharian ini. Mau bagaimana lagi? Aku kehabisan kata-kata untuk menjelaskankan apa yang kusaksikan. Jika dipaksa menggambarkan, aku hanya mampu bilang bahwa memek Nana membelah indah dengan daging kecil mencuat di ujungnya dan dihiasi rambut-rambut halus.

Maaf saja kalau apa yang kugambarkan terdengar umum.

Hal pertama yang terlintas di pikiranku saat melihat memek Nana adalah aku ingin merasakannya, dan tepat seperti itulah yang kulakukan. Menahan lutut kekasihku agar tetap mengangkang, wajahku maju dengan cepat, mulutku membuka, dan lidahku menjulur.

Nana yang jelas tak siap, menjerit kecil saat lidahku menyapu belahan memeknya, diikuti hisapan mulutku di klitorisnya. Kedua tangannya refleks menjambak rambutku, berusaha menjauhkan kepalaku dari selangkangannya.

Aku bertahan sekuat tenaga sembari terus menjilat dan menghisap. Selama beberapa saat Nana terus berusaha menjauhkan kepalaku, namun akhirnya dia tahu takkan bisa menghentikanku. Selain itu, pastinya kekagetannya telah mereda dan dia mulai bisa menikmati rangsanganku.

"Uuhhh.. Mas udah mas... Nana nggak tahan."

Setelah beberapa menit, Nana akhirnya mengiba. Tapi aku tak memperdulikannya, bahkan semakin buas. "Jangan ditahan sayang. Lepasin aja,' ujarku di sela aksi.

Aku terus mengoral Nana. Yakin dia telah pasrah, kedua tanganku beralih untuk meainkan kedua payudaranya. Meremas dan tak jarang memilin putingnya. Gadis itu sendiri telah mencondongkan tubuhnya ke belakang, bertumpu pada kedua tangan. Tubuhnya terus bergerak belingsatan, sesekali perutnya terangkat melenting tatkala aku menghisap sedikit kuat, lalu memutar pinggul ketika lidahku menyusuri belahan memek dan klitorisnya.

Hingga...

"Maaasss... udah. Mass.. A-aku... Aaagghhh..."

Nana tak mampu melanjutkan kata-katanya saat tiba-tiba tubuhnya mengejang-ngejang, perutnya kembali melinting terangkat lalu kaku. Bersamaan aku bisa merasakan cairan hangat mengalir deras semakin membasahi lidah serta mulutku. Aku tak tahu pasti, namun aku yakin dia mengalami orgasme pertamanya. Penuh semangat, kuhisap semua cairan cinta itu.

Aku ingin menceritakan bahwa usai orgasme Nana oleh permainan oralku, gantian dia yang mengoral kontolku, disusul aku yang akhirnya berhasil memerawani pacarku, itulah niatku. Sayang sekali hal itu tak terjadi karena baru saja aku hendak meminta itu, bel berakhirnya istirahat sekolah berbunyi.

Kaget, kami pun tergesa-gesa merapikan pakaian dan langsung keluar ruangan. Nana lalu kembali ke kelasnya, sedang aku sendiri ke ruang guru untuk menyiapkan diri mengajar di kelas berikutnya. Tentu saja dengan birahi yang menggantung belum terpuaskan.​

***​
 
Terakhir diubah:
maaf suhu sepertinya kelongkap 1 updeate yah atau perasaan saya saja.
di update hal 3 disitu dinyatakan bahwa pak Guru dan nana baru tahap saling memberi foto sexy
lalu di update hal 4 sudah pacaran selama 4 bulan
kasih cerita dong suhu pertama kali betemuberdua dan mengikat cinta dan ketauan penjaga sekolah
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd