Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Am I Wrong

Kira-kira bakal berakhir kayak mana?


  • Total voters
    215
  • Poll closed .
Sayang banget baru tau thread ini,ceritanya bener2 menguras emosi.
Mengalir bagai air.
Pokok nya the best dah
 
PART 21 (S2)
POV Ricky

Kini aku sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan bersama sepupuku yang cantik. Hanna memintaku untuk menemaninya membeli beberapa souvenir untuk dibawanya ke Australia nanti. Aku jadi teringat akan 4 tahun yang lalu, dimana aku juga membawa Hanna ke sebuah mall untuk membeli buku dan souvenir. Bedanya, dulu Hanna hanya sebatas sepupuku saja, namun sekarang ia sudah lebih dari itu. Ia adalah kekasihku, walau hanya untuk sementara waktu.

Hanna berjalan sembari menggandeng lenganku. Aku hanya mengikuti kemanapun ia ingin pergi. Selama 1 jam di mall ini, ia sudah membeli 3 kantong souvenir. Merasa cukup, ia menyudahi petualangannya untuk mencari souvenir dan mengajakku untuk makan siang terlebih dahulu sebelum pulang.

Di tengah langkah kami untuk menuju ke food court, langkahku terhenti karena aku berpapasan dengan seseorang yang aku kenal. Mella, ia berjalan berlawanan arah dengan kami berdua. Maka ia langsung tersenyum ramah dan menyapa diriku ini.

"Hai, Ricky." Mella sudah tidak canggung lagi dengan diriku. Ia sudah tidak menyapaku dengan sebutan Bapak lagi.

"Hai, Mella," sapaku dengan ramah.

"Kebetulan banget kita ketemu di sini," ucapnya sembari tersenyum padaku.

"Iya, Mel."

"Pacar kamu ya, Ricky?" tanyanya sambil memandang ke Hanna.

"Iya, Mel. Dia pacarku," kataku sambil mengelus rambut coklat milik Hanna.

"Gila, pinter banget kamu nyari cewek. Dapatnya bule cantik kayak dia loh," pujinya sambil memandang ke Hanna.

"Hehe…."

"Dari mana nih bulenya kalau boleh tahu?" tanya Hanna padaku.

"Gue dari Aussie," jawab Hanna.

"Eh, bisa Bahasa Indonesia rupanya. Boleh kenalan gak?" tanya Mella sembari mengulurkan tangannya kepada Hanna.

"Boleh kok. Nama gue Hanna," ucapnya sembari tersenyum ramah kepada Mella.

"Aku Mella, mantan admin di kantornya Ricky. Salken ya."

"Salken juga, Mella."

"Mau ke mana nih, Mel?" tanyaku mengambil alih percakapan.

"Oh, aku mau nyari make up nih."

"Oh gitu."

"Kalau gitu, aku duluan ya. Soalnya aku dah ditungguin temanku nih."

"Ya, silakan, Mel."

"Pamit dulu ya. Bye Hanna dan Ricky."

Aku dan Hanna sama-sama melambaikan tangan kami. Seiring dengan kepergian Mella, kami pun turut melanjutkan perjalanan kami. Hingga sampailah kami ke food court yang kami tuju. Lewat diskusi singkat yang kami buat, maka kami memilih untuk makan di sebuah restoran yang menjual makanan Indonesia saja. Alasannya karena Hanna ingin memuaskan dirinya untuk memakan hidangan asli Nusantara sebelum nantinya ia kembali berkutat dengan makanan barat di Australia sana.

"Halo, selamat siang, Mas. Silakan menunya," sapa seorang pelayan wanita sembari memberikan buku menunya ke kami.

Aku dapat menjatuhkan pilihan dengan cepat. Sepiring nasi goreng ikan teri dan es jeruk. Sementara Hanna, ia terus membolak-balik menu saking bingungnya ingin makan apa. Akhirnya setelah beberapa menit mencari, ia tersenyum dan menatap pelayannya untuk memberi isyarat bila ia ingin memesan.

"What would you like to order, Miss?" tanya pelayan tersebut dengan Bahasa Inggris yang cukup baik.

"Ehm gue maunya nasi goreng kampung, mie jawa, sama sate ayam ya, Mbak. Minumnya es jeruk aja deh," kata Hanna dalam Bahasa Indonesia yang membuat pelayannya sedikit terkejut.

"Baik, saya ulangi ya pesanannya. Punya Mas nasi goreng kampung sama es jeruk. Kalau punya Mbaknya nasi goreng kampung, mie jawa, sate ayam, sama es jeruk ya."

"Iya, Mbak. Makasih ya," ucap Hanna dengan ramah.

"Saya ambil buku menunya lagi ya. Ditunggu pesanannya ya."

Aku dan Hanna tersenyum ramah kepada pelayan tersebut. Setelah ia meninggalkan kami, Hanna langsung menyandarkan kepala ke bahuku karena tempat duduk kami yang lesehan dengan sebuah meja besar nan rendah di hadapan kami.

"Ricky, muka gue gak ada nuansa Indo sama sekali ya?" tanyanya sambil menatap wajahku.

"Kamu benar-benar mirip bule asli, Hanna." Bagaimana tidak, kulit Hanna benar-benar putih bersih bagai susu sapi murni. Rambutnya coklat sedikit terang. Bola matanya lebar. Posturnya cukup tinggi untuk ukuran wanita Indonesia yaitu 171 cm. Nuansa Nusantara di wajahnya hanya terletak pada matanya yang berwarna coklat hazelnut.

"Tapi, lidah gue Indonesia banget kan hihihi…."

"Itu sih pasti, Hanna."

Beberapa menit kemudian, datanglah makanan dan minuman kami. Kami menyantap semua hidangan yang dipesan. Selepas aku menyantap habis makananku, kulihat Hanna memakan tiga jenis makanan tersebut dengan lahapnya. Gila juga sepupuku ini. Wajahnya sedikit belepotan dengan saus kacang dari sate. Kemudian ia menyadari jika aku menatap dirinya dan ia tersenyum.

"Sorry ya, Ricky, kalau gue jorok pas makan."

"Gak kok, Hanna."

"Kapan lagi sih lu bisa lihat bule makan sate sampai belepotan gini?"

"Kamu mah bule setengah KW, Hanna," kelakarku.

"Bisa aja lu, Ricky."

Minuman kami sudah habis. Hanna bersandar padaku karena merasa kekenyangan. Aku hanya mengelus kepalanya perlahan dan tersenyum melihat ekspresi Hanna yang menggemaskan.

"Kamu rakus banget sih jadi orang, kekenyangan kan."

"Hehe… di Aussie gue gak bisa begini lagi, Ricky."

Selama 15 menit, kami bercengkrama di restoran ini. Merasa pencernaannya sudah menjalankan tugasnya, ia pun mengajakku untuk pulang. Dalam perjalanan kami ke apartemenku yang berjarak tidak jauh dari Mall ini, Hanna tak berhenti untuk menunjukkan kemesraannya padaku. Seperti yang sudah kuduga, banyak orang yang memerhatikan kami, terutama para lelaki muda yang berjalan sendiri tanpa pasangan. Dalam hati mereka, pasti mereka sangat iri denganku yang membawa pacar seorang gadis setengah bule.
.
.
.
.
.
.
Singkat cerita, jam sudah menunjukkan pukul 9 malam sekarang. Aku dan segenap keluargaku sudah berada di bandara saat ini untuk melepas kepergian keluarga besar kami, terutama keluarga dari Elle dan Hanna. Kedua sepupuku ini akan pulang ke negaranya masing-masing karena mereka akan menjalankan aktivitas normal mereka dua hari lagi.

Aku berangkat dari apartemenku satu jam setengah yang lalu dan kini baru tiba di bandara internasional kota kami. Kulihat rombongan keluargaku segera memanggil diriku untuk datang. Aku menghampiri mereka dan terlihat keluarga besarku sedang mengadakan sesi perpisahan. Bahkan beberapa dari mereka melinangkan air mata perpisahan.

Elle menghampiri diriku. Kemudian ia mengulurkan tangannya padaku. Aku menyambut tangannya tersebut dan ia tersenyum padaku.

"Thanks, Ricky, for everything you already gave to me. I'm sorry if I bothered you a while ago," ucap Elle dengan tulus.

"No problem, Elle," jawabku dengan memberinya senyum.

"Thanks, Ricky. Congratulations for your dating with Hanna," ucapnya dengan kedua sudut bibirnya yang membentuk senyum kepadaku.

"You knew it?" tanyaku sedikit terkejut.

"Of course, I've talked with Hanna few hours ago. She really loves you and I hope you can give her some love too."

"Thanks, Elle. Hope you will find a lover ASAP." (ASAP = As Soon As Possible)

"Yeah, thanks. But you are still my dream boyfriend," ujarnya sambil menggenggam tanganku.

"There are a lot of other me, hope you will find him at any nearest time."

"Yeah, definitely. Once again, thanks for everything you already gave to me. I'll wait for you to come to my house soon."

"Yeah, don't worry. See you soon, Elle."

"You too, Ricky."

Saat Elle telah meninggalkan diriku, aku melihat Hanna yang sedang menengok ke kiri dan kanan. Kemudian, Hanna menyadari kehadiranku dan langsung menunjukkan wajah gembiranya.

"Ricky!" panggil Hanna sambil berlari ke arahku. Saat jarak tubuh kami hanya tersisa beberapa inci, Hanna langsung memeluk erat diriku. Tangisannya pecah.

"Kenapa, Hanna?" tanyaku sembari mengelus rambut coklatnya yang halus.

"Hiks… Ricky. Gue gak mau berpisah sama lu."

"Hanna, kamu kan harus kerja lusa nanti."

"Gue baru aja dekat sama lu. Sekarang gue udah harus pergi ninggalin lu, huhu…."

Hanna meluapkan air matanya di dadaku. Kedua orang tua Hanna menatap diriku dan tersenyum. Begitupun dengan kedua orang tuaku. Aku terus mengelus rambut Hanna untuk menenangkan dirinya.

"Hiks… Ricky, gue gak mau pisah sama lu! Gue mencintai lu! Lu cowok terbaik yang pernah gue punya!"

"Hanna… waktu kebersamaaan kita sudah berlalu."

"Hiks… seandainya gue bisa mutar ulang waktu, gue pengen berlama-lama sama lu."

"Maafkan aku, Hanna."

"Ricky…."

Ia menatapku dengan kedua bola matanya yang lebar nan indah itu. Iris mata berwarna coklat hazelnut menusuk dalam ke retina mataku. Tanpa sadar aku seolah terhipnotis oleh dirinya. Ia menutup matanya dan begitu pula dengan aku. Ia memajukan wajahnya ke wajahku. Nafas hangatnya dapat kurasakan. Tak butuh waktu yang lama, bibirnya sudah menempel di permukaan bibirku. SLURP! Kini kami sudah berciuman dengan mesra di tempat umum seperti ini.

Setelah beberapa menit, aku melepaskan bibirku dari bibirnya Hanna. Aku membuka mataku kembali dan mengedarkan pandangan ke sekeliling. Semua anggota keluargaku takjub dengan apa yang barusan mereka lihat, termasuk ibuku yang menutup mulutnya karena syok.

"Ricky, maaf. Gue kebawa suasana," ucap Hanna dengan penuh penyesalan.

"Gak apa kok, Hanna. Semua sudah terlanjur terjadi." Aku mengelus rambutnya agar bisa menenangkan dirinya.

"Gue malu, Ricky."

Kedua orang tua Hanna malah tersenyum melihat tingkah kami berdua yang sudah melewati batas. Paman Josh yang merupakan ayah dari Elle hanya tertawa terkekeh sama dengan yang dilakukan oleh Elle. Sementara kedua orang tuaku hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah kami.

"Ciee… ciee… anak Mama udah gak jomblo lagi loh," goda Tante Gani, ibu dari Hanna kepada anaknya.

"Mommy…."

Wajah Hanna langsung tersipu malu. Semburat merah muncul di pipinya yang seputih salju itu. Hanna menutup wajahnya dan menghentakkan kakinya seperti anak TK yang sedang ngambek. Tapi seiring dengan godaan dari keluargaku, Hanna menjadi tertekan dan secara naluriah, ia malah memeluk tubuhku serta mengadu padaku.

"Ricky… tolongin gue!" adu Hanna dengan nada yang manja. Sontak saja seluruh keluargaku tertawa dan begitu juga dengan diriku.

Aku mengelus-elus rambut Hanna. Ia tak kunjung melepaskan pelukannya, melainkan malah semakin erat memeluk diriku. Sekarang aku menjadi bingung karena suasananya menjadi semakin canggung.

"Hanna… lepasin dong," pintaku dengan lembut.

"Gak mau!" bantahnya dengan nada seperti anak kecil dan membuat semua orang tertawa.

"Hanna… please. Aku jadi malu loh dilihatin semua orang."

Akhirnya setelah beberapa menit kemudian, barulah Hanna luluh dan melepaskan pelukannya. Seluruh keluargaku tersenyum kepada kami. Hanna menatap wajahku ini. Lalu, ia mengenggam kedua tanganku.

"Ricky, buat janji ya sama gue. Lu bakal datang ke Australia nanti. Habis itu lu main ke rumah gue."

Aku agak ragu harus menjawab apa. Aku menundukkan wajahku. Menyadari bahwa aku tak punya pilihan, maka aku mengiyakan saja permintaan dari Hanna.

"Janji ya, Ricky. Gue bakal tungguin lu."

"Ya, Hanna. Aku janji."

"Nanti gue bakal traktir lu kok selama di Australia," ujarnya sembari tersenyum kepadaku.

CUP! Hanna mengecup pipi kiriku. Ia tersenyum dan semakin erat menggenggam kedua tanganku. Setelah itu, ia juga mengecup kedua tanganku. Dilepaskannya genggaman tangannya dan ia langsung memelukku erat.

"Ricky, I love you so much! Gue gak bisa bayangin kalau gue harus pacaran sama cowok lain."

"Hanna, kan janjinya kita pacaran sampai sini aja."

"Gue berubah pikiran, Ricky. Gue mau LDR-an sama lu."

"Tapi… kamu kan sepupu aku. Kita gak boleh--"

"Gue gak peduli! Gue mau pacaran sama lu doang, titik!" Hanna memotong pembicaraanku dan tetap bersikeras padaku.

Aku memandang ke arah keluargaku. Mereka semua menyimak drama kami ini dengan penuh khidmat dan seksama. Tante Gani selaku ibu dari Hanna menganggukkan kepalanya. Sementara ibuku terlihat ragu-ragu, namun ia juga setuju dengan Tante Gani.

"Maaf, Hanna. Beri aku waktu buat berpikir dulu."

Raut muka Hanna seketika berubah drastis. Matanya kini berkaca-kaca mendengar kata-kataku. Bibirnya bergetar dan tatapannya semakin sendu. Kemudian kedua tangannya naik ke wajahnya dan ia mulai menutupi wajahnya itu dengan kedua telapak tangannya. Huhuhu… ia mulai menangis tersedu-sedu di hadapanku.

"Hanna… maafkan aku."

"Rick, kamu ini jangan cuma bisa buat dia nangis. Hibur dong!" sorak Tante Reina kepadaku yang langsung disambut oleh sorakan dari anggota keluargaku yang lain.

Kuperhatikan lagi Hanna yang masih menangis. Dengan segenap keyakinanku, aku langsung memeluk dirinya. Kuelus-elus pula rambut coklatnya tersebut. Tak lupa, kukecup dan kucium pula kepalanya tersebut seperti yang biasa kulakukan untuk menghibur Kak Kimi.

Benar saja, ini adalah senjata terampuh yang kupunya. Tak butuh waktu lama, tangisan Hanna mulai berhenti. Ia menatapku dengan wajahnya yang sembab. Aku mengelus pipinya dengan tujuan untuk menghapus air mata miliknya. Walau masih sesenggukan, Hanna sudah mulai tenang dan bisa mengendalikan dirinya.

"Ricky… please. Gue pengen jadi pacar lu yang sebenarnya."

"Ya sudah, Hanna. Aku tak bisa menolaknya," ujarku setelah mempertimbangkannya bersama dengan hati nuraniku. Demi menghibur Hanna saat ini, setidaknya aku harus memberikan jawaban yang baik untuknya. Kedepannya itu masih akan jadi misteri.

Hanna kembali menangis di hadapanku, namun kali ini air matanya adalah air mata haru. Keluargaku bertepuk tangan seolah-olah ini adalah pertunjukkan drama teater. Kulihat Elle turut bertepuk tangan untukku pula.

Hanna kembali memelukku dan meluapkan tangisannya di bajuku. Aku mengelus-elus kepala Hanna dan juga mencium kepalanya tersebut. Aku menatap semua keluargaku saat ini. Mereka semua tersenyum melihat kami, bahkan ada beberapa dari mereka yang juga meneteskan air mata melihat 'drama' ini.

Setelahnya, Hanna melepaskan pelukan dari tubuhku. CUP! Ia mengecup pipi kanan dan kiriku secara bergantian. Aku hanya tersenyum dan mengelus rambut Hanna.

"Thank you, Ricky."

"Yeah, you're welcome."

Pada akhirnya, Hanna dan keluarga besar kami harus menuju ke ruang tunggu bandara. Hanna sebenarnya sangat enggan untuk berpisah dariku, namun apa daya, ia juga harus pulang ke negerinya. Ia memberikanku pelukan terakhirnya dan melangkah menjauh dariku dengan berat hati. Tangisannya kembali pecah saat ia melambaikan tangan padaku sembari berjalan pergi. Aku hanya tersenyum dan turut melambaikan tanganku.

Kini hanya tersisa Ibu dan Ayah di sampingku. Ibu mengelus-elus kepalaku tanda bahwa ia turut bahagia dengan hubungan antara diriku dengan Hanna. Ayahku juga mengatakan kalau ia menyetujui hubunganku ini. Namun yang sedikit mengganjal dariku, kenapa mereka memperbolehkanku berpacaran dengan Hanna, tapi tidak dengan Kak Kimi?

Oh iya, aku tidak melihat Kak Kimi di sini. Sepertinya ia tak ikut hadir di pelepasan keluarga besarku ini. Aku tak tahu alasannya kenapa, tapi akan kucari tahu. Untuk membahas nasib ke depanku di kota ini, aku akan membahasnya bersama kedua orang tuaku. Maka saat ini, aku ikut mereka untuk ke rumah mereka. Tentu saja dengan maksud tersembunyi untuk menemui kakakku yang cantik itu.
 
Terakhir diubah:
Kimi kemana kamu
Apa yang terjadi dengan mu
Knp kamu gk ikut ke bandara, jd nya kan Ricky jadian lg sama hanna
 
Samuel kok ga ada? Ga balik ke aussie dia? Jgn2 lagi sama Kimi??? :| :|
 
Yoi gan, sama-sama :beer:
Terimakasih atas update ceritanya suhu @Ichbineinbuch ..
Yakin neh Hu sama Hana cuma pacar sehari?
Karena sepertinya Hana tetep mau walaupun jd yg kedua..
Jd nanti pinter2nya Ricky untuk merayu Kak Kimmy yg notabene sangat mencintai Ricky untuk dijadikan yg pertama..
Samuel knp ga dimatiin sekalian seh, buang ke laut aja, ato dibakar sampe jd Abu ato dikubur hidup2, jd ga ketahuan polisi, jd Ricky ga masuk penjara..
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
Masalahnya, Kak Kimi mau jadi pacar satu-satunya Ricky, gimana dong? Hmm banyak cara ya buat matiin Samuel, tapi kalau Samuel dicariin sama orang tuanya, ketahuan dong semua
Hanna hamil, urusan bakalan panjang :D
entar jadi iparan deh sama samuel :ha: :dance:
Doakan aja moga Hanna gak hamil dari sperma Ricky
ya bisalah maen halus, disantet contohnya.... :pandajahat: :pandaketawa:
Emang santet bisa nembus ke Benua Australia ya?
Wkwkw adek sendiri bisa jadi candu yak
Bisa dong, setelah sekian lama tinggal bersama Ricky, ada ikatan batin yang kuat dengan Ricky
Sayang banget baru tau thread ini,ceritanya bener2 menguras emosi.
Mengalir bagai air.
Pokok nya the best dah
Yoi gan, makasih atas pujiannya :beer:
Matabs......tengkyu om?
Sama-sama :beer:
 
"PART 21 (S2)"

mantul updetnya hu @Ichbineinbuch
Yoi gan
Kimi kemana kamu
Apa yang terjadi dengan mu
Knp kamu gk ikut ke bandara, jd nya kan Ricky jadian lg sama hanna
Untung aja Kak Kimi gak datang, dia gak ngelihat cowok kesayangannya jadian sama cewek lain
Samuel ga skalian perpisahan ya.. 🤔🧐
Ada gan, cuma gak nampak sama Ricky aja
nah loh jadian.... :eek:

ribet2 deh lu ricky.... :ngupil:
Pusing deh kepala Ricky, antara mau milih Hanna sama kakaknya
Samuel kok ga ada? Ga balik ke aussie dia? Jgn2 lagi sama Kimi??? :| :|
Tenang aja gan, Samuel ada di bandara kok. Cuma dia udah kicep sama Ricky jadi gak berani nampakkan diri
Ricky antara bad guy ama badass :Peace:
Karena kehilangan Kak Kimi, Ricky mulai keluar sisi liarnya gan
 
kok si samuel ga ikut pulang. apa tinggal di indonesia ya sekarang. kak kimi ga ikut jangan2 lagi ihik2 sama samuel balas dendam ke ricky
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd