Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT CINTA SAYUR ASEM (by Arczre)

Faiz=Iskha
Ray=Maria
Zain=Anik
James=Lili
... Secret Admirer mode on..
 
BAB II

Cinta itu Aneh


Hari ini si Anik jadian ama Zain. Jiaaan, rasane loro atiku(rasanya sakit hatiku). Kata Tukul Arwana seperti disobek-sobek. Tapi sekali lagi aku harus mengedepankan prasangka baik bahwa mereka bakal putus sebulan lagi sebagaimana taruhannya si Anik.

Anik memang terkenal seorang playgirl. Sering jadian ama cowok, tapi setelah itu putus, jadian lagi putus, jadian lagi putus. Dan setiap jadian putus-jadian putus itu selalu akulah yang jadi tempat sampahnya alias curhatnya. Aku pura-pura senyum di depannya seperti biasa, menyembunyikan luka di hatiku. Total hari itu aku nggak konsen apa yang diomongin ama guru di kelas. Gimana mau konsen? Di papan tulis ada wajahnya di sana. Duh, padahal duduknya dua bangku di samping kananku.

Setelah pulang sekolah. Tiba-tiba pasukan awan datang dari antah berantah membentuk awan hitam tebal sehingga dengan berbagai proses kimiwi dan fisikawi (emang ada?) akhirya terbentuklah sebuah rahmat dari tuhan berupa Hujan. Iya, hujan awal rintik-rintik, kemudian hujannya deras. Hujan deras disertai angin dan aku bengong di rumah.

"Heh, ngelamun aja," Mas Yogi melempar koran ke arahku yang sedang melamun di sore hari. Ngelamun karena emang sekarang ini hujan dan aku nggak bisa ke mana-mana. PR udah dikerjakan semua. Habis itu ngelamun.

"Opo seh mas(ada apa mas)?" gerutuku.

"Sedang mikirin cewek? Ngelamun wae."

"Sampeyan(kamu) itu lho, sok tahu!"

"Aku yo pernah muda An. Eh, sekarang juga masih muda ding, hehehehe. Biasanya anak cowok kalau sedang jatuh cinta itu ngelamunnya ya model kamu ini. Sopo iku(siapa itu)?"

"Anik," kataku spontan.

"Hah? Anik? Anaknya Pak Abdul Karim itu?"

Aku keceplosan.

"Wahahahaha, selaramu koq jos tenan? Hebat, hebat, nggak percuma kowe dadi adikku."

"Mas, ojok diomongne sopo-sopo(jangan bilang siapa-siapa) ya."

"Trus, udah nembak?"

Aku menggeleng.

"Ealaaaahh...asem kowe, jadi selama ini belum nembak?"

"Aku nggak berani mas."

"Lha? Kenapa? Takut ditolak?"

Aku mengangguk.

"Ealah Yan, Rian. Mendingan utarakan maksud hati kamu, biar cinta kamu nggak jadi sayur asem."

"Hah? Koq sayur asem?"

"Iyo, sayur asem, nanggung. Manis kalau dibayangin tapi sebenarnya asin. Asem kan? Untungnya bukan asemnya ketek."

"Wooo,...ndasmu mas mas(kepalamu itu kak kak)!" aku lempar koran tadi balik ke dirinya. Mas Yogi malah ketawa.

Sebuah BBM masuk ke ponselku. Aku lalu mengeceknya. Eh, dari Anik.

Anik: Hai Rian.

Me: Ada apa?

Anik: :(

Me: :(

Anik: Lho, kamu lagi sedih?

Me: Nggak, cuma niruin emot kamu.

Anik: Ih rese

Me: sama aja, baru buka BBM langsung ada emoticon sedih itu juga bikin bete tauk.

Anik: Idiihh...iya deh, aku nggak mau ngobrol ama kamu lagi. Dasar.

Me: Eh, bukan begitu maksudku. Maaf.

Agak lama ia tak menjawab.

Me: Maaf Nik, maaf. Ya udah deh. Aku ngaku salah, ngaku salah deh, kamu apain aja deh terserah.

Anik: :)

Me: Yee, malah senyum.

Anik: Maaf ya Rian, sorry deh. Habisnya aku hari ini ada janji ama Zain di mall, mau beli sesuatu tapi hujan. Gimana dong?

Aduh, Zain lagi nih.

Me: Lho, kamukan ceweknya. Masa' dia nggak bisa mikir apa kalau hujan??

Anik: Aku nggak tahu BBM-nya.

Me: Buseeett...kamu itu pacaran nggak ngerti BBM cowoknya gimana sih? Sing nggennah wae. (yang benar aja)

Anik: Aku lupa, nggak tanya.

Me: Nomor telepon.

Anik: Belum nyimpen. :(

Me: Yaelah mbak yuuuu...tobaat tobat. Pacaran yang aneh itu ya kamu ini. Udah deh, sudahi aja itu taruhannya. Kalau memang kamu kepengen nraktir temen-temenmu nonton bioskop aku bayarin deh.

Anik: Aduhhhh...nggak bisa gitu dong. Kan ini taruhanku.

Me: Nik, jujur ya. Aku itu bosen Nik lihat kamu mainin cowok terus. Kamu apa nggak punya perasaan apa mainin cowok-cowok itu? Kasihan, mereka juga punya hati. Pikir dong Nik, pikir.

Anik: :'( . Iya seh Rian. aku yang salah. Tapi aku sudah terlanjur janji nih. Gimana dong??? Ntar dia nungguin aku piye?.

Akhirnya dengan persetujuan yang aneh aku pun nganterin Anik ke mall pake sepeda motor minjem mas Yogi. Dengan bertutup mantel hujan kami pun berangkat. Dan aneh juga kenapa aku jabanin juga tuh anak. Udah hujan-hujan pake mantel pula. Tapi untungnya setelah sampai mall hujannya reda.

"Kamu tunggu bisa nggak?" kata Anik.

"Tunggu?" gumamku.

"Udah deh, tunggu bentar yah Yan. Aku takutnya anaknya nggak dateng," kata Anik dengan mengiba. Nik, kalau saja kamu bukan orang yang aku suka, aku nggk bakal bilang...

"Oke," kataku. "Aku tunggu di kafe depan itu ya sambil ngopi."

Ia tersenyum. "Makasih ya Rian, kamu emang sahabatku yang paling pengertian." Dia segera masuk ke mall. Nggak tahu mau cari apa sih mereka di mall ini.

Aku manggut-manggut aja. Setelah cari tempat parkir, aku pun duduk di kafe itu sambil memesan Cappucino. Yang kencan siapa eh, yang nungguin aku. Dasar semprul. Itulah masalahnya, aku nggak bisa bilang tidak ke Anik. Duh gusti. Aku menunggunya, setengah jam. Satu jam. Aku habiskan waktuku main wifi sambil online di kafe itu dengan smartphoneku. Mana tuh anak udah satu jam. Berarti kan dia ketemu ama si Zain. Ya udah deh, toh dia belum muncul juga. Kalau misalnya ada apa-apa juga paling nge-BBM aku. Kalau misalnya dia sudah selesai pastinya juga ngasih kabar aku. Toh dia tahu aku ada di sini. Tak mungkin si Anik ninggalin aku sendirian di sini.


#Pov Anik#

Ahhh...akhirnya selamet deh, selamet selamet selamet. Aku sampe juga di mall berkat bantuan Rian. Dia emang bener-bener sahabatku yang sangat diandalkan baik suka maupun duka. Aku segera menghampiri Zain yang sudah nunggu aku di stand Bread Talk.

"Lho, nekad juga ke sini? Kamu nggak datang aja aku nggak bakal marah koq. Wong hujan," kata Zain.

"Yah, nggak bisa gitu dong. Lagian aku belum nge-save BBM kamu ama nomor ponselmu," kataku.

"Yaelah," kata Zain.

"Sory sory sory," kataku.

Setelah itu aku pun mengesave nomor ponsel ama BBM-nya. Ya maklumlah baru jadian kemarin. Aku juga nggak pernah dekat ama Zain sebenarnya. Ini semua gara-gara Si Elok, kalau dia nggak nantangin taruhan aku nggak bakal deh kaya' gini. Tapi sebagai seseorang yang mempunyai gelar Miss Rempong, aku nggak boleh dong diam aja. Harga diriku mana coba. Total sampai sekarang aku sudah mutusin delapan cowok. Dan Zain ini korbanku ke sembilan habis ini. Hahahaha....

Aku senyum-senyum sendiri.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Zain.

"Eh, i..iya, nggak apa-apa," jawabku.

"Senyam-senyum sendiri, ntar dikira aku pacaran ama anak senewen lagi," kata Zain.

Aku tersipu-sipu.

Kami pun jalan-jalan hari itu, main di Time Zone, cari buku, trus makan. Setelah itu kita pulang. Aku dianter ama Zain. Zain ini anaknya sebenarnya baik, pintar, kaya. Bahkan ia nganter aku ake mobil ayahnya. Nggak tahu anak ini udah punya SIM apa belum. Kita ngobrol ngalur ngidul bahas banyak hal. Tapi karena seleranya si Zain ini tinggi, ia lebih suka membahas sepak bola dan film. Segala sesuatu tentang keduanya itu ia obrolin bersama aku sepanjang sore itu.

Bahkan kalau aku tidak bilang, "Sampai besok Zain." mungkin dia akan tetap ngoceh sekalipun aku sudah keluar dari mobilnya.

Aku hanya menghela nafas panjang. Akhirnya kencan pura-pura ini selesai. Ini demi taruhan. Pokoknya si Elok harus benar-benar bayar taruhannya ntar. Gila apa. Zain itu bukan cowok tipeku. Tipeku itu ya seperti Lee Min Ho gitu. Sebentar kayaknya ada yang lupa deh, tapi apa ya?

AKu masuk ke rumah.

"Assalaamualaikum?" sapaku.

"Wa alaikum salam." mbak Rahma ada di ruang keluarga sedang nonton tv. "Udah reda hujannya?"

"Wis mbak, wis terang (udah mbak, udah reda)," kataku.

"Helmnya bapak mana ya, nduk?" tanya bapak.

"Astaga! Aduh mati aku," kataku. "Aku lupa, lupa, kelaleen! (kelupaan)"

"Hah?" Mbak Rahma bingung ngelihat aku.

"Lho, Nduk!? Anik, mau kemana?" tanya bapak.

"Mau ngambil helm pak," kataku. Aku lupa kalau tadi kan aku perginya ama Rian naik sepeda motornya. Helmku masih ada ama dia.

Aku segera keluar lagi. Waduh, Rian. Aku lupa ama Rian. Koq aku nggak nge-BBM dia juga. Aku pun nge-BBM dia sekarang.

Me: Rian, kamu masih di sana?

Rian: Iya, habis dua Cappucino nih. Habis ini perutku bakal kembung.

Me: Aku ke sana ya, tunggu!

Aku naik angkot sekarang menyusul dia ke mall.

****

Setengah jam kemudian aku tiba. Aku panik dan segera menyusul dia di kafe itu. Dia masih ada di sana. Aku...aduuhh....aku terharu, Sahabatku, Rian. Dia setia menungguku sampai dua jam. Hiks...tak terasa air mataku meleleh. Rian, kamu baik banget. Aku menghampiri dia. Rian menoleh ke arahku. Ia langsung berdiri.

"Sudah?" tanyanya.

Aku mengangguk.

"Lho, koq kamu nangis? Kenopo Nik? (kenapa Nik) Diputus Zain? Biasanya kamu yang mutusin cowok."

Aku menggeleng.

"Trus?"

"Kamu begoooooo banget sih jadi cowok?" aku masih nangis.

"Hah?"

Aku langsung peluk dia. "Ayo, anter aku pulang sekarang!"
 
Terakhir diubah:
BAB III

Cinta itu Mbulet


#Pov Rian

Hal teraneh adalah ngelihat Anik nangis tanpa sebab kemarin. Kenapa juga ia bilang aku bego? Aku sendiri heran. Ah, tapi aku nggak tahu maksudnya. Paling nggak kencannya ama Zain nggak batal, kan? Heran. Kenapa juga aku seneng dia kencan ama cowok lain. Bego. Mungkin bener kata dia aku iki wonge bego.

Tapi lumayanlah dari hasil nganter si Anik. Itu boobsnya nekan aku berkali-kali. Aduh aku jadi malu mengakui kalau saat itu aku emang sedikit konak. Hehehe. Ya wajarlah aku cowok. Tapi yang membuatku spesial adalah Anik itu cewek berjilbab. Aku berusaha menyembunyikan si otongku dan menghilangkan segala bentuk pikiran mesumku ama dia. Dia terlalu spesial untuk dijadikan bahan fantasi seksku. Tapi beneran, tiap kali aku bayangin Anik, aku pasti nggak dapet. Entah kenapa otakku sepertinya nggak mau mikirin mesum ama dia.

"Hei, gelem ora? (mau nggak)" tanya Mas Yogi sambil nunjukin Hard Disk portablenya.

"Opo iku mas? (Apa itu mas)" tanyaku.

"Isine(isinya) JAV. Ada Saori Hara, Ameri Ichinose, Sherina Hayakawa, Tora-tora pokoknya."

"Waahh...mau-mau, aku kopi deh di laptopku."

"Yuk!"

Nah, biar pun aku dan Mas Yogi kadang ribut, tapi soal pikiran mesum kami kompak. Ya tentu saja, wong sodara. Aku masuk ke kamarnya dan meng-copy Hard Disk milik Mas Yogi. Gile bener ada 700GB isinya bokep JAV semua. Mana muat nih laptop, pilih-pilih aja deh. Lagian aku juga nggak mungkin nonton semua, gile aje. Bisa kering ntar otongku.

Saat enak-enaknya meng-copy Mas Yogi ditelpon seseorang.

"Halo, sayang....." kata mas Yogi. Dari pacarnya sepertinya. "Bentar yah..." Ia keluar kamar.

Ceweknya Mas Yogi ini rekan kerjanya. Cakep. Pernah diajak ke rumah sekali. Orangnya pake jilbab juga. Namanya Salsa. Walaupun pake jilbab, tapi beda ama Anik. Baju jilbab Anik lebih longgar daripada Salsa. Lekukan body Salsa lebih nampak daripada Anik. Dan jujur, aku lebih horni ngelihat si Salsa ini daripada si Anik dari soal body. Lucunya adalah aku pernah mergokin mereka ciuman di ruang tamu. Dan yah...aku akhirnya cuma coli di kamar mandi sambil bayangin pacar kakakku ini.

Setelah selesai meng-copy kakakku pun masuk lagi ke kamar.

"Udah?" tanyanya.

"Udah," jawabku sambil nyerahin hard disknya.

Dia lalu mutar salah satu film. Langsung deh wajah Saori Hara muncul di layar. Mana uncensored lagi.

"Mas, boleh nanya sesuatu?" tanyaku.

"Apaan?"

"Mas selama pacaran ini pernah gituan ama Mbak Salsa?" tanyaku.

Ia menatap ke arahku dengan pandangan nyelidik. "Ngapain tanya begitu?"

"Yah, takon wae(yah, tanya aja)," kataku.

Mas Yogi ngelirik kiri kanan lalu mendekat ke aku dan berbisik, "Sejujurnya pernah."

"HEeeeeehhhhh??????"

Aku ditempeleng. Sakiiit.

"Lapo jerit-jerit koyo' ndelok kuntilanak (kenapa jerit-jerit seperti habis lihat kuntilanak)?" bisik Mas Yogi.

"Seriusan mas?"

"Aku yang pertama lho, keren nggak?" dia kayaknya bangga banget dapetin perawannya Salsa, pacarnya itu. Beruntung sekali Mas Yogi ini.

"Koq, iso gelem karo sampeyan iku ceritane piye (koq mau ama kamu itu ceritanya gimana)?"

"Yang penting itu komitmen, bukan cinta sayur asem kayak kamu itu! Dipendeeeeeeemmm wae ampe kecut."

"Yah mas, akukan emang seneng beneran ama Anik. Nggak pengen ngerusak dialah. Tapi aku jujur nggak berani ngomong suka nang bocahe(sama anaknya)."

"Kenopo ora wani? Wedi ketolak(takut ditolak)?"

Aku mengangguk.

"Ditolak iku wajar Rian. Mas-mu iki ditolak wong wadon sepuluh, untunge sing kesewelas iki gelem. Hehehehe (kakakmu ini ditolak cewek 10 orang, beruntung yang ke-11 ini mau)."

Aku jadi mikir. Harus gimana ya ama Anik. Bingung juga.

****

Sebulan sudah si Anik menjalin hubungan ama Zain, setelah itu ia mutusin hubungannya. Zain tentunya patah hati, sampai berlutut di depan kelas kami agar si Anik kembali kepadanya. Tapi dengan dinginnya Anik bilang, "No way!"

Edan ini anak. Zain pasti habis ini bunuh dirilah dibuang gitu aja ama si Anik. Bener-bener Miss Rempong ini Anik. Trus, ngapain aku bisa naksir ama dia ya?

Alasan-alasan kucari tapi tak ada yang cocok. Aku sendiri tak tahu sejak kapan suka ama Anik. Yang jelas kami sejak kecil sudah main bersama, ngejar layangan bersama, main di got bersama. Nggak cuma ama Anik sama kakaknya juga si Rahma itu. Dia udah nganggap aku sebagai sahabatnya. Tapi aku tetap memberikan tempat khusus di hatiku.

"Plis Nik, kembalilah kepadaku," kata Zain sambil berlutut di hadapannya.

"Ogah, nggak mau," kata Anik. "Pergi sana, daripada ntar kamu disuruh pergi ama guru wali kelas."

Zain nangis. Gile cowok pake nangis juga? Dia pun berdiri dan keluar dari kelas si Anik sambil bersedih.

"Wong edan kamu Nik, ntar dia bunuh diri gimana?" tanyaku.

"Bukan urusanku," jawabnya dingin. Edan bener ini anak.

Anik jalan ke Elok dan melakukan tos. Dia menang taruhan.

"Iya, iya, ntar habis pulang sekolah ya," kata Elok.

****

#Pov Anik#

Horeee, akhirnya menang taruhan. Ntar sore aku ditraktir ama Elok. Hehehe. Segera setelah pulang sekolah kami pun pergi ke mall. Elok ngajak temen-temennya. Lebih tepatnya temen-temen geng kami. Hihihi. Kami ditraktir di sebuah restoran fast food Pizza Hutt. Kami ngobrol ngalor ngidul soal ekspresinya si Zain. Dan kami menganggap hal itu lucu. Entah kenapa perasaanku nggak enak hari itu. menganggap hal itu adalah lelucon adalah kesalahan terbesarku.

Setelah itu kami nonton bioskop. Elok benar-benar tekor kali ini. Tapi ternyata ia membuat rencana pembalasan yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Taruhan belum berakhir.

"Filmnya seru ya," kata Pipit, salah satu anggota geng Rempong kami.

"Iya seru," aku setuju.

"Eh, Nik. Aku belum mengaku kalah nih," kata Elok.

"Udah deh, aku sudah menaklukkan sembilan cowok, masa' nggak cukup?" tanyaku sombong.

"Gini, ini yang terakhir. Bener-bener terakhir, setelah itu aku akan akui kamu memang cewek yang hebat, bener-bener playgirl."

Aku agak ragu menerima tantangan Elok. Tapi entah kenapa aku pun bilang. "Ok, siapa takut. Taruhannya masih sama kan?"

"Nggak, beda dong. Enak aja sama," kata Elok.

"Apa?"

"Kali ini yang kalah harus nyium Pak Sapto satpam sekolahan di hadapan banyak anak-anak," kata Elok.

"Anjiiiirrr! Yang bener Lok. Ini sih keterlaluan namanya," kata Pipit.

"Iya, Lok. Ini kelewatan, Awakmu dewe paling yo ora gelem ngambung Pak Sapto(kamu sendiri juga nggak bakal mau nyium Pak Sapto)," kata Ririn.

"Wistalah, piye? Gelem ora? (Sudalah, gimana? Mau nggak?)" tantang Elok.

"OK, siapa takut. Nggak boleh mundur lho ya?"

"Deal!" kami besalaman.

"Waduh, manteng koen!" kata Pipit.

"Trus targetnya siapa?" tanyaku.

"Si Rian," kata Elok.

JEDEERRRR! Bagai disambar geledek aku denger nama Rian. Kenapa harus dia?

"Eh..bentar-bentar, nggak salah denger?" tanyaku.

"Nggak, beneran. Aku tahu kamu sahabatan lama ama dia. Kamu harus bisa naklukin dia, trus mutusin kaya' Zain. Gimana?" tanya Elok.

"Nggak ada cowok lain apa? Plis deh jangan! Kalau aku sampai ngelakuin itu ke dia. Rian bakal musuhin aku seumur hidup!" kataku. "Nggak Lok, cowok yang lain aja. Misalnya si Bima atau si Andre."

"Nggak, aku kepengen si Rian. Kalau dirimu nggak mau, ya kamu harus nyium Pak Sapto dihadapan banyak orang," ancam Elok.

Perasaan tak enakku ternyata ini. Duh, aku harus gimana ya? Rian. Maafin aku ya.

"Oke, aku akan lakukan."

==========

Terjemah kosakata:
Mbulet = Ruwet
 
Terakhir diubah:
Sinting.. Masih pagi pagi udah dibuat panas dingin.

Memang mengaduk emosi cerita ente gan..
 
pake pic ini aja gan buat anik-nya..



atau yg ini:




soalnya agak rancu klo anik-nya mirip nabila syakieb, tp sebenarnya ga mirip sama sekali.. :o
 
@rileksaja:
Makasih buat ilustrasinya.

@kenhacum:
Udah ane kasih tanda kurung buat terjemahan.
 
Keasyikan tahun baruan
sampe2 gak ngebuka2 forum tercinta ini...
jadi ketinggalan cerita Suhu yg terbaru...

so... :semangat: suhu nulisnya

:beer:
 
Bimabet
BAB IV

Cinta itu Ilusi


#Pov Rian#

Aku ada di kelas sendirian bersama Anik. Hari itu adalah hari Sabtu dan anak-anak sudah pulang semua. Kami sendirian di dalam kelas. Dia ingin bicarakan sesuatu kepadaku. Entah kenapa agak lain. Matahari sudah mulai berwarna kuning. Pertanda sebentar lagi sudah mau tenggelam. Ngapain juga kita masih di kelas coba?

"Rian, aku suka ama kamu," katanya.

"Kamu cuma kepengen ngomong ini doang?" tanyaku.

"Iya," katanya.

"Aku juga sebenarnya suka ama kamu Nik."

"Beneran?"

"Iya. Sejak dulu."

"Sejak kapan?"

"Sejak kamu masih kecil. Sejak kita masih bermain di empang, main di kebun tebu, dikejar ama Mbah Winih."

"Kamu masih inget aja, aku udah lupa malahan. Hihihihi."

"Trus?"

Kami berdua diam. Bingung mau ngomong apa. Hatiku saja berdebar-debar sekarang. Mungkin lebih cepat daripada seorang yang berlari maraton, mungkin juga lebih cepat dari kereta api ekspress, bahkan shinkasen sekalipun.

"Kita jadian?" tanyaku.

Anik mengangguk. Aku pun mendekat kepadanya. Kepalanya yang terbalut kerudung itu aku kecup keningnya. Tubuhku sangat nempel bahkan ia aku peluk. Eh, sejak kapan aku punya keberanian seperti itu? Nggak koq beneran aku meluk dia. Duh...dadanya kenyal banget menyentuh dadaku. Otongku langsung tegang.

Kacamata minusnya itu aku lepas. Kata orang anak cewek berkacamata itu nggak setia, karena bangun tidur yang dicari kacamatanya dulu. Sebenarnya aku sudah pernah lihat bagaimana dia tidak pakai kacamata. Dia agak sipit kalau nggak pake.

"Aku belum pernah ciuman ama cewek. Kamu mau aku cium?" tanyaku.

Anik mengangguk.

Perlahan-lahan bibirku sudah maju saja ke depan, mengecup sepasang bibir yang lembut miliknya itu. Aku mengecupnya lagi, kali ini aku basahi bibirnya dengan lidahku. Manisnyaaaa.....aku baru kali ini nyium cewek maaaak...enak rasanya maaakkk....selangiiiiiittt...Pokoknya rasanya ratusaaan....emang wafer?

Entah siapa yang memulai kami sudah berpanggutan. Aku ternyata berani juga ya? Hehehe. Aku menciumnya lagi dan lagi, bahkan ini pertama kalinya lidahku menari-nari di dalam lidahnya melakukan French Kiss. Nafas kami makin memburu, duh indah dunia saat itu. Kalau dipikir-pikir kita emang sahabatan lama, trus harus berakhir dengan cara seperti ini, rasanya mimpi. Tanganku mulai menggeranyangi tubuh Anik. Ia tak menolak ketika tanganku melingkar di pinggangnya. Kami masih berciuman entah berapa lama kami saling memanggut. Pokoknya sampai lidah kami pegel dan aku berhenti.

"Enak ya Nik?" kataku.

"Enak Yan," jawabnya.

"Aku boleh megang boobs kamu nggak?" tanyaku.

Ia mengangguk. "Kan kita udah jadian."

Duuhhh.....maaakk..aku megang susu maakk! Tanganku sudah ada di situ. Sesuatu bola yang empuk, kenyal, padat.

"Ohh...Rian...koq enak sih?" katanya.

Aku teruskan megang payudaranya itu. Kuremas-remas lembut, aku pun agak nakal sekarang kubuka kancing bajunya. Anik diam saja, ia bahkan ikut membantuku sekarang. Kemeja seragamnya sekarang dilepas. Heh?? Aku melihat cup bra berwarna hitam. Dan kulit buah dadanya itu ranum banget. Putih, aku bahkan bisa mencium parfumnya. Bau tubuhnya bikin aku makin konak.

"Niik, kamu koq seperti bidadari ya?" tanyaku.

Anik hanya tersenyum. Aku segera membenamkan wajahku di dua gundukan itu. Anik makin mendesah, tanganku mulai meraba-raba kaitan branya. Akhirnya lepas sudah bra itu. Aku turunkan dan kubuang ke lantai. Indah nian ini gundukan. Putingnya kecil sebesar kacang, warnanya pink merona. Alamaaak aku makin bernafsu ama Anik. Kuhisap dan kukenyot saja itu putingnya. Aku sekarang seperti bayi besar yang menyusu ke induknya.

"Ohh....ahh...Rian...hhhmmhh...teruss....aahhhh!"

Aku jilati dan mainkan puting susu itu sambil aku meremas-remas buah dadanya. Enak banget, sukar kuuangkapkan dengan kata-kata. Sensasinya seperti meremas marshmallow dengan susu di atasnya. Lidahku gemas sekali mengecup, menjilat dan bibirku menyedot kencang putingnya.

"Ahhh...Riaann....jangan kenceng-kenceng sakiit."

"Sluuuurrrppp...aahhhh..."

Wajah kami berdua sudah sange berat. Kami kemudian berciuman lagi. Anik mulai melepas ikat pinggangku membuka celanaku dan meloloskannya. Aku bantu dia, hingga kemudian batangku yang perkasa keluar dari balik celana dalamku. Ia langsung meremas batangku.

"Niik...enak banget," kataku.

"Nggak usah pemanasan yah, langsung. Aku kepengen ngerasain," katanya.

Tiba-tiba Anik menurunkan roknya, kemudian celana dalamnya yang berwarna putih pun diturunkan, Ia tinggal memakai kerudungnya aja. Dia duduk di atas meja kelas. Kakinya dilebarkan menantang juniorku untuk masuk ke sarangnya.

"Nik, nggak apa-apa? Kamu masih perawan kan?"

"Ini semua untukmu sayangku, masuklah! Jadilah yang pertama!"

Ahh...what the fuck! Koq terlalu kebetulan gini? Ini terlalu mudah namanya. Ya udah apa boleh buat, mumpung ada rejeki. Kapanlagi aku bisa ML ama cewek yang aku suka? Ya nggak? Mana di kelas lagi. Bodo amat ketahuan guru, toh mereka udah pulang semua.

Anik merangkul leherku. Dipejamkan matanya. Pionku sudah menyentuh bibir memeknya. Geli rasanya ketika benda itu kugesek-gesekan naik turun. Anik sudah banjir. Perlahan-lahan aku pun memasukkannya. Gilaaaa....sempit banget, batangku seperti menusuk sesuatu yang sangat keras.

"Aaahhh....Riaaann...sakiiittt!" katanya.

"Tahan ya sayang, aku sayang kamu, aku cinta kamu," kataku.

"Aku juga sayang!" katanya.

Untuk menghilangkan rasa sakit aku berciuman lagi dengan dia. Pantatku kumundurkan, kemudian aku majukan lagi. Kudorong, dorong dan SREETTT!

"NGGGGggggggggkkkk!" Anik menjerit dalam ciumanku. Aku sudah memerawani dia. Kini tinggal aku goyang maju mundur.

Tubuhnya yang duduk di atas meja itu bergetar hebat saat aku sudah memerawani dia. Aku memeluk Anik, dada kami berhimpitan, sementara pinggulku terus bergoyang maju mundur. Sempit rasanya, ahh...nggak...aku nggak kuat, rasanya ingin crot....Aduh, geli banget.

"Niik...aku mau keluar nih," kataku.

"Iya sayang keluarin aja," katanya.

"Aaahhhh....!" aku menjerit.

BYUUUUURRRRR! Tiba-tiba aku diguyur oleh air. Tampak Mas Yogi ada di depanku. Lho???

Aku terbangun. Aku masih ada di kamarku. Mas Yogi ada di sana dia nyiram aku pake segelas air. Aseeeeeemmmm.....itu tadi cuma mimpi toh? Ealaaaah...

"Mas Yogi, lagi enak-enak mimpi basah koq disiram sih?" tanyaku.

"Habis, berisik! Kowe(kamu) dari tadi manggil-manggil Anik. Mimpi basah? Makane ojo kakeyan ndelok bokep (makanya jangan banyak lihat bokep). Akhirnya kebawa mimpi," katanya.

Aku akhirnya bangun dan kudapati celanaku basah dan lengket. Ehhh??? Aku sampe keluar? Ini baru pertama kali aku mimpi sampe keluar begini.

"Heh, kunyu mandi sana!" kata Mas Yogi.

"Iya mas, iya! Lagian ini kan hari minggu," kataku.

"Habis ini bantu-bantu bapak sana, kerja bakti! Aku disuruh bangunin kamu tadi, ayo!"

Aku pun beranjak ke kamar mandi. Duh...kukira mimpi tadi itu beneran. Kalau beneran, waaaahh,...betapa indahnya dunia. Eh...tunggu tunggu tunggu. Aku nggak bakal seberani itu ama Anik. Aku nggak mau ngelakuin begituan ama dia. Kepengen aku awet-awetin. Ntar kalau sudah waktunya yang tepat aku kepengen begituan ama dia pas hari pernikahan. Nggak seperti di mimpi itu. Aku memang benar suka ama Anik, tapi bukan berarti aku harus berbuat seenaknya kepadanya. Cintaku bukan cinta nafsu. Ini baru pertama kali aku mimpiin Anik. Padahal biasanya nggak bisa bayangin mesum ke dia. Mungkin ini adalah Ultimate Fuck! Aku selama ini kan nggak pernah bayangin mesum ke Anik, sekali bayangin langsung bayangin ML.

Aku sudah putuskan. Dia bakal jadi istri masa depanku.

"Lho, Rian?! Koq belum mandi? Bantu-bantu bapak habis ini!" kata bapak.

"Nggih pak, nggih(iya pak, iya)," kataku. Aku pun masuk ke kamar mandi. Nggak perlu coli. Orang udah becek kayak gini koq coli. Tambah lemes nanti.

(bersambung...)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd