Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dibalik Teduhnya Senyum Ibuku

2 | DENDAM

Seluruh es pada gelas Arga sudah mencair, begitupun senyum Reno kepada temannya. Sejak tadi dirinya sudah berusaha untuk membuat lelucon hingga bertingkah bodoh. Namun, hanya mendapatkan lirikan mata acuh dari Arga.
"Lu kenapa si?" Tanya Reno pasrah.
"Gapapa, gua latihan basket dulu" balas Arga sembari berdiri menenteng tas pada satu sisi bahu nya.

Setiap kali melihat guru wanita dada Arga terasa sakit dan malas untuk berbuat apapun. Dirinya merasa payah karena tak bisa menghentikan tindakan ibunya kemarin.
Kini dirinya hanya duduk dibangku lapangan basket, hari ini sebenarnya tak ada jadwal latihan--tetapi dirinya hanya ingin mengeluarkan kekesalan dengan olahraga. Berharap saat pulang ke rumah tubuhnya siap untuk tidur dan lebih baik jika tak melihat muka ibunya.

2 hari lalu.

Saat itu sudah menunjukkan pukul 10 pagi dan ibunya masih bersimpuh diantara selangkangan Asep.

Tangan hitam itu mengelus kepala ibunya dengan pelan dan hanya ditanggapi senyuman nakal.
Arga tak habis pikir martabat ibunya bisa tak berharga saat ini, dielus oleh tangan seorang satpam yang setiap hari membungkuk padanya saat melewati pos komplek.

Jari-jari cantik ibuku mulai mengocok penis Asep dengan ritme pelan, sesekali menatap mata Asep dan dibalas dengan ciuman oleh bibir hitam itu.

"Uhhh, Arga bangun gak Bu. Bahaya kalo sampe bangun badan dia dua kali lebih besar dari saya Bu hehe" tanya Asep setelah melepaskan ciuman pada ibuku.

"Tenang aja, Arga kalo lagi sakit bakal tidur terus. Salah sendiri punya kontol kayak gini hihi, jadi pengen aku mainin terus" balas ibuku yang kembali mengocok penis Asep.

Kedua tangan Asep dilebarkan pada sisi sofa dan kepalanya menengadah ke atas, matanya terpejam dan sesekali mendesis saat kocokannya berubah ritme.

Ibuku terlihat gatal melihat kontol Asep yang sudah tegang kembali, kini dengan tanpa rasa jijik ibuku melahap penis Asep yang membuat mata Asep melotot.

Begitupun Arga. Dirinya hanya bisa menahan air mata juga rasa sesak di dada. Tapi dirinya masih penasaran apa yang akan ibunya lakukan.

Kali ini ibuku menjilati kepala kontol Asep dengan lidah yang menyapu dari bawah hingga lubang kencing. Lidah itu seperti sengaja dimasukan pada lubang kencing yang membuat Asep bergetar hebat.

"Uuhhhh shhhh aduhhh Bu ampunn" racau Asep saat jilatan ibuku semakin cepat dengan alur yang sama.

"Masa udah ampun" goda Ibuku nakal, karena melihat Asep yang tak kuat ibuku merubah gaya dengan memasukkan seluruh kontol Asep pada mulutnya.
Namun kali ini tak jauh berbeda, Asep terlihat menikmati dengan tidak meracau lagi.

Cenderung diam dan hanya mendesis.

Tangan hitam nya menjambak rambut ibuku dan memaksanya untuk memasukkan seluruh kontol hitam itu pada mulut ibuku.
Namun ibuku hanya menggeleng pelan dan terlihat sudah terbiasa diperlakukan seperti itu, bahkan mata ibuku seperti menatap mata Asep yang dibalas dengan tatapan tak percaya dari satpam komplek itu.

"Akhhh enak banget ya hihi" goda Ibuku setelah menunjukkan kemampuannya. Sedangkan Asep yang berada diatas nya hanya bisa menelan ludah berkali-kali.

Ibuku bangkit dan duduk diatas tubuh Asep. Kali ini aku seperti melihat permen kopi susu yang berbeda warna. Aku hanya bisa mengelus penis ku dengan pelan.

Tangan ibuku dikalungkan pada leher Asep, tanpa lama bibir ibuku kembali melumat bibir Asep dengan ganas. Lidah keduanya saling membelit hingga suara kecupan itu memenuhi ruang tamu keluarga ku.

Tangan Asep tak tinggal diam, jari-jarinya menggerayangi tubuh ibuku dengan meremas dan mencubit setiap jengkal. Ibuku ikut mendesis saat titik sensitifnya tersentuh.
Ciuman keduanya sesekali terlepas dan hal yang aku takutkan pun terjadi.

Satu tangan ibuku melepas pelukan, dan bergerak kearah belakang tubuhnya--seperti mencari sesuatu. Asep pun hanya tersenyum jail dan mengarahkan tangan ibuku untuk bisa menggenggam kontol hitam nya.

Dan....
"Ahhhhhh" Desah ibuku saat kontol Asep masuk kedalam vagina Ibuku. Keduanya terdiam dan memejamkan mata. Menyamankan posisi masing-masing dan mengatur napas. Ibuku kembali mengaitkan pelukan pada leher Asep.

Asep pun membuka mata dan menatap mata Ibuku dengan intens. Keduanya kembali saling lumat tanpa melapas kan kemaluannya.

"Uhhh enak banget kontol kamu sep shhh" desah ibuku saat Asep tak sengaja bergerak. Asep hanya tertawa kecil dan bergerak pelan.

Jantungku ikut berdesir saat ibuku terlihat seperti keenakan dientot oleh satpam itu.

Dan benar saja tak lama gerakan Asep mulai konstan dengan memaju mundurkan penisnya. Ibuku merubah sandaran tangannya dari leher menuju sisi sofa dibelakang tubuh Asep.

Ibuku terlihat lihai saat menggerakkan pinggulnya, terlihat saat Asep mendorong kontol kearah atas ibuku mendorong pinggulnya kearah bawah. Hingga saat keduanya saling terkait desahan pun tak terelakan.

Nafsu.

Jika saja keduanya tahu maka mereka akan saling diam, karena desahan keduanya sangat kencang. Akupun bisa mendengar jelas saat pertemuan antara dua kulit itu, belum lagi desahan ibuku yang semakin lama makin kencang.

Ditengah genjotan Ibuku suasana rumah menjadi panas dan keadaan diluar pun menjadi lebih gelap. Arga pun menoleh kearah taman dibelakangnya dan benar saja rintik air mulai turun dengan saling mendahului.

Suara hujan yang semakin keras membuat Arga tak bisa mendengar suara ibunya dengan Asep. Hanya ada suara hujan dan gerakan ibunya yang bisa ia lihat.

Rasanya gatal jika hanya melihat ibunya tanpa mendengar apapun --- hanya ada bayangan hitam yang bergerak naik-turun dihadapan nya. Namun, pergerakan ibunya terhenti saat hujan semakin besar.

Kali ini Asep mengambil alih permainan dengan menyuruh ibuku untuk nungging dengan bersandar pad sofa. Namun hujan masih saja jatuh hingga Arga belum bisa mendengar apapun.

Gerakan Asep semakin cepat dan tangan nya ikut menampar pantat ibuku. Ibuku pun hanya bisa menoleh dan menepuk pinggul Asep yang tak bisa aku dengar sedang menyuruh apa.

Yang jelas setelah tepukan itu tangan Asep menjambak rambut ibuku yang lagi-lagi membuat Arga tercekat.

Gerakan Asep berubah dari maju mundur menjadi memutar yang membuat ibuku semakin mendongak karena jambakan Asep.

Tatapan Arga memburam karena dirinya tak bisa menahan rasa sesak di dadanya, air mata pun lagi-lagi tak biasa ia tahan biar hujan yang menyamarkan suara tangisannya.

Pilihan Arga adalah meninggalkan semua kegilaan ini dan saat itulah ibunya seperti orgasme dan Asep pun memeluk ibunya dari belakang.

Arga mundur dengan mengendap-endap dan berjalan lemas untuk kembali menuju kamar.

Tatapan pada pintu dan dinding didepannya menjadi penutup siang hari kelabu dan menjadi gerbang pandangan baru terhadap ibunya. Namun ada satu pertanyaan yang terus membayangi kepalanya.

Sejak kapan dan apa penyebab ibunya menjadi binal seperti itu hingga dengan tega bermain dengan Asep yang notabene orang asing bahkan terlalu asing untuk masuk kedalam rumahnya.

Arga memiringkan badan kearah kanan yang menampilkan jendela halaman belakang. Matanya sesekali mengedip dan terasa berat karena ini air mata pertama setelah sekian lama dirinya tak pernah menangis.
Tubuhnya kembali panas dan hanya selimut yang bisa memeluk dirinya saat ini. Tak ada lagi senyum teduh dari ibunya---hanya ada rasa benci dan dendam yang mendalam.

Rumah?
Mungkin rumah dirinya saat ini adalah kesadaran bahwa ibunya telah berkhianat dan sakit karena dengan berani bermain api didalam rumah yang sejak kecil ia anggap tempat paling aman didalam hidupnya.

-----

Lapangan basket.

Jari-jari Arga memainkan daun yang berserakan disisinya, kali ini langit mulai mendung dan beberapa kali ibunya memanggil via telepon. Mungkin hujan akan segera turun, tetapi rasa malas lebih besar untuk sekedar membalas telepon dari ibunya itu.

Handphone nya berdering kembali, namun kali ini ada sebuah pesan.

My Mom
'Cepet pulang udah mau hujan, Ibu ada perlu dulu sama ibu-ibu komplek nanti malam baru bisa pulang'

Arga mendesis tak percaya, rasa penasaran nya kali ini bertambah dua kali lipat karena tak mungkin pertemuan ibu-ibu komplek dilakukan saat hari kerja bahkan hingga malam.

Memilih berdiri dan membuang napas kasar sebelum menerima kenyataan bahwa rumahnya sudah berubah menjadi tempat paling menyeramkan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd