Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dibalik Teduhnya Senyum Ibuku

5 | ARGA
Mata arga masih menatap Pak Bambang dengan tatapan membunuh, senyum yang setiap hari menghiasi wajahnya kini hilang digantikan dengan gigitan keras pada gigi gerahamnya.
Mata itu masih menatap tajam tanpa disadari oleh ibunya maupun Pak Bambang, tangan Arga sibuk mendrible bola menuju sisi sebelah kanan lapangan namun pikiran nakalnya muncul.
Dalam sekali gerakan arga berhasil melewati guard dan dengan tembakan three point arga sengaja menjauhkan bola dari ring dan bola itu dengan cepat terbang kerarah pelatih dan pemain duduk.

DUG.

"AAAAAA" bola basket itu jatuh di muka tengil pak bambang.
seketika seluruh tim arga berhenti dan bergantian melihat arga juga pak bambang yang sedang mengaduh kesakitan, arga menampilkan senyum palsunya dan berlari menuju pelatihnya itu.
"Pak gapapa pak?" tanya Arga sembari menggoyangkan tubuh pelatihnya, ada rasa bahagia juga puas meliaht dahi pelatihnya membiru.
teman-teman arga ikut menyusul setelah tim meminta time out, arga masih memerankan peran bersalah sembari menahan senyum dibibirnya.

"lu gimana si Ga, masa salah shoot nya kebangetan." gerutu reno melihat arga yang masih duduk didepan pelatihnya itu. Sebenerya kali ini arga tak menyangka jika pak bamabang bisa sampai pingsan, tapi itulah resiko yang dia ambil sebagai anak dari seorang ibu yang bermain dengan pria lain.

arga sudah tak tahan untuk tersenyum saat rombongan tim medis merangsek masuk, disaat semua orang sibuk arga merasa batinnya tenang. seperti ada yang usai namun ia tak tahu apa---giginya tersungging hingga mata arga menyipit.
dibalik itu semua reno melihat temannya dengan tatapan curiga, sejak tadi temannya itu tak fokus bermain dan sering melihat ke arah pak bambang dengan tatapan yang ia tak bisa jelaskan.

arga memlih mundur kearah belakang dan terus melihat tim medis mengangkat pelatihnya menuju ruangan di dalam gedung, namun belum saja pak bamabang masuk gedung ibunya berlari dan menghampiri tim medis.
mata arga melotot tak percaya melihat itu, seperti ada besi panas yang menusuk dadanya dengan tanpa belas kasih.
mata itu---mata yang sejak kecil menatapnya dengan berbinar kini berubah menjadi tatapan marah, bahkan baru kali ini arga melihat ibunya marah. yang membuat arga tak percaya adalah tangan ibunya itu mengelus pergelangan pak bambang sebelum arak-arakan tim medis tenggalam di dalam gedung.

PRITTT

Bunyi peluit time out terdengat dan membuat arga mau tak mau masuk kedalam lapangan dengan rasa bersalah juga marah. bukan ini yang dia harapakan---bukan ini.
tangan arga bergetar dan tatapannya memburam, semua bergerak lambat dan sorak sorai penonton pun lenyap seketika.
seperti hanya ada dia diruangan gelap, bahkan bernapas pun sulit rasanya. kesadaran arga menghilang begitu saja.

hitam.

Bukan gelap ini yang ia kenali selama ini, rasanya Arga seperti berada didalam ruangan tak bertepi. Tenaganya homah begitu saja bahkan hanya ada suara napas yang menemani kali ini.
Lehernya tercekik hingga napaspun berat rasanya, namun itu semua tak sebanding dengan tatapan marah dari ibunya saat menemani pak Bambang masuk kedalam ruang kesehatan.

Hingga ada setitik cahaya yang muncul tiba-tiba didepan matanya, tangan menggapai cahaya itu dan...

"Akhirnya bangun juga Lo, malah ikut ikutan pingsan kayak pak Bambang. Hadeh" ucap Reno disamping Arga.
Melihat itu Arga hanya bisa mengedipkan matanya beberapa kali sebelum melihat sekitar ruangan yang bernuansa putih itu.

"Ibu" ucap Arga pelan yang terdengar oleh Reno.
"Ibu lu nitipin ke gua, katanya ada urusan tadi dia juga pulang anter pak Bambang."

Deg.

Arga hanya bisa menahan gejolak amarah, tetapi rasa amarah itu tak sebanding dengan raga nya yang tak mampu bergerak. Tanpa sadar jari-jari Arga seperti ingin bergerak yang membuat Reno tertawa kencang.

"Lu ngapain si kemarin, sampe gerak aja susah. Tim kita kalah Ga " ucap Reno asal.
"Sorry " hanya permintaan maaf yang keluar dari mulut Arga. Tubuhnya ia sandarkan pada ranjang sebelum melihat temannya yang melamun.

"Ren" ucap Arga memecah keheningan.
"Kenapa?, haus lu?" Balas Reno yang langsung membawa segelas air dari nakas yang membuat Arga termenung.

"Gua ga haus" lanjut Arga yang sudah disodorkan air didepan matanya.
"Ouh, kenapa si." Tanya Reno penasaran.
Arga menggerakkan jari-jarinya sebelum mengambil satu bantal dibelakang tubuhnya, sedikit membenarkan posisi Arga mengambil napas dalam.

"Makasih udah jadi sahabat gua dari kecil, maaf kalo gua punya salah" ucap Arga pelan.
"Hahahaha lucu Lo" jawab Reno yang langsung meninggalkan Arga dengan oleh-oleh jitakan kepalanya.

-----

Langit sudah menghitam saat Arga sampai dirumah setelah diantar Reno, ada rasa enggan untuk masuk kedalam rumah ketika melihat lampu ruang tengah belum mati.
Arga siap dengan apapun yang akan dia terima tapi akal sehatnya jalan, Reno pun mengganggap lemparan bola nya memang tak sengaja. Tetapi kenapa ibunya menatap dengan tatapan yang sulit dijelaskan antara marah juga benci.

Dengan sisa keberanian Arga masuk kedalam rumah tanpa mengetuk pintu dan benar saja ibunya sudah duduk manis pada kursi disisi meja makan.

Seakan mengerti Arga langsung mengambil tempat disamping ibunya. Tak perlu waktu lama ibunya langsung membuka percakapan.

"Biar apa?" Tanya ibunya kepada Arga.
"Maksudnya?" Tanya balik Arga.
Ibunya seperti mendecih dan melanjutkan percakapan.
"Maksud kamu apa sengaja ngelemparin bola ke arah pak Bambang?, udah gede kamu hah ? Udah bisa cari duit sendiri hah?" Tanya ibunya bertubi-tubi yang membuat Arga membeku.

Apakah salah?

Bisik hati Arga yang tak bisa mendengar ledakan selanjutnya dari ibunya, seperti sia-sia menjadi anak yang tak berani untuk menjawab pertanyaan itu.
Arga hanya menggeleng pelan saat ibunya masih saja mengomel tanpa melihat mata Arga yang sudah dipenuhi air mata dan hanya perlu tepukan ringan untuk menjatuhkan air mata itu.

Sebelum itu terjadi Arga hanya tertawa sendu sembari mengusap paksa matanya. Sedangkan ibunya hanya bisa melihat Arga dengan jengkel.

"Ibu gatau posisi Arga kayak gimana." Ucap Arga pelan dengan suara dalam.
Seketika ibunya terdiam dan kembali melihat mata anaknya yang sudah merah dengan air mata dikedua pipinya.

"Arga benci Bu" putus Arga yang berlari menuju kamar tidur nya.

----

Disaat Arga sudah didalam kamar Yunie hanya bisa termenung, seperti ada palu yang memukul kepalanya keras. Seakan sadar apa yang dikatakan nya salah Yunie berdiri dan mendekati kamar anaknya, dirinya sadar nafsu menutup segala logikanya.
Melihat pak Bambang pingsan dirinya menjadi buta dan mengeluarkan kata-kata kasar pada anaknya yang tak sengaja melemparkan bola.

Wanita itu terduduk lemas didepan kamar anaknya yang tertutup, melamun dan berandai-andai jika semua ini tak pernah terjadi dan rumah tangganya tak pernah berubah.

Tangan putih itu meremas baju yang ia pakai, satu demi satu air mata jatuh tanpa permisi. Ingatan nya memutar pada peristiwa dimana suami pertama sekaligus ayah dari Arga meninggal disaat yang tidak tepat.

"Andai Kamu ga ninggalin kita, Bayu" ucap Yunie terisak.

Bersambung....
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd