Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dibalik Teduhnya Senyum Ibuku

Kayanya Arga sama aja kaya yg lain, cuma bisa memendam amarah, trus mau ngejalanin rencana ternyata udh kalah selangkah dari ibunya, trus ibunya mancing" Arga biar ikutan terjerumus.
 
7 | PEMBUKTIAN

Mata Arga masih menatap foto almarhum bapaknya, Bayu. Setelah semalam ia bertengkar hebat dengan ibunya, mulai pagi ini dia akan buktikan bahwa apa yang diperjuangkannya benar. Ingatannya akan dongeng yang diceritakan bapaknya menjadi semangat baru untuk mencari bukti yang akan dia berikan pada ayah sambungnya Aryo.

Meski tak sedekat dengan ibunya hampir tiap hari ia berkomunikasi dengan ayahnya itu, dirinya tak menampik jika diumurnya saat ini sangat membutuhkan sosok orang tua yang saat ini sudah tidak ia dapatkan dari ibunya sendiri.

Seusai mencuci piring Arga memanaskan motor dihalaman rumah sembari memakai sepatu dan sesekali membuka tas untuk memastikan bahwa tidak ada barang yang tertinggal.

"Pagi Ga!" Teriak Asep satpam komplek dari luar.
Arga hanya mendecih saat satpam itu menyengir tidak jelas, tangan Arga rasanya ingin memukul Asep yang tubuhnya tidak seberapa itu.

'berisik anjing' Ucap Arga dalam hati.
"Ibunya ada ?" Tanya Asep kembali. Satpam itu hanya termenung saat Arga mengacuhkan dirinya dan langsung melewatinya dengan cepat.

"Ehhh anak kurang ajar, gua entot juga ibu lo" umpat Asep dengan suara pelan sembari meremas pentungan.

Disisi lain Arga masih belum bisa menahan emosinya bahkan saat ini ia sedang mengebut hingga membuat beberapa pengendara lain mengelus dada.

Arga belum bisa menahan emosinya rasanya meledak-ledak dan saat ini dirinya hanya duduk dengan tangan meremas pensil.

"Napa Lo?" Tanya Reno yang baru masuk kelas dan duduk disamping Arga.
"Gapapa, lagi bete aja" jawab Arga yang mencoba memejamkan matanya.
"Gua gak tau masalah Lo, tapi yang jelas semua pasti ada jalan keluarnya" ucap Reno bijak yang hanya mendapat senyuman dari Arga.

----

Kepala Yunie pagi ini terasa pening, bahkan kepalanya seperti berdenyut-denyut. Namun suara motor di depan membuat kesadarannya tertarik dan berjalan pelan menuju ruang tamu. Wanita dengan pakaian piyama satin itu membuka gordyn dan melihat anaknya sudah diatas motor dan sedang berhadapan dengan Asep, tatapi ia tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan.

Yunie pun membuka pintu dan tepat Arga melajukan motornya, hanya bisa menghela napas sebelum Asep menyapanya dengan senyuman jail. Dirinya memang menyesal karena diliputi nafsu besar saat itu-tapi nasi sudah menjadi bubur, satpam itu masuk kedalam halaman rumahnya sembari manaruh sepeda disisi pagar.

"Ehh ada si geulis" Sapa Asep yang membuat Yunie menatap malas.
"Eh ada Asep, kok diem si kan harusnya patroli pagi" balas Yunie sekaligus menyindir satpam komplek itu.

"Hehe kan ini lagi patroli, jagain cewe cantik ya kan" ucap Asep yang semakin dekat dengan Yunie. Wanita itu pun merasa jengah dan langsung berbalik masuk kedalam rumah.
Asep hanya tersenyum palsu dan membatin anak dan ibu tak jauh berbeda, mungkin keberuntungan bisa menikmati ibu Yunie hanya sekali dan ia syukuri.

Sepeninggalan Asep, Yunie masih terduduk diatas ranjangnya. Tangannya mengurut pelan dahi yang sejak tadi berdenyut, entahlah rasanya hari ini ia absen tidak bekerja dan jari-jarinya mengetikan sebuah pesan pada seseorang yang menjadi orang pilihan terakhirnya.

'Abangku'
'Hai, bisa minta tolong kerumah ga?' ketik Yunie yang langsung mendapat respon cepat
'otiwi sayang' balasnya yang membuat Yunie tersenyum simpul.

----

Arga memainkan sendok nya diatas mangkok yang sudah baso yang sejak tadi sudah habis, pemuda itu masih memikirkan nasib ibunya saat melihat Asep didepan rumahnya. Saat ini istirahat pertama di jam 10 pagi dan mungkin ini kesempatan dirinya untuk membuktikan jika ibunya selingkuh.

Namun, apa alasan yang logis untuk izin kepada gurunya untuk pulang terlebih dahulu. Jika ia beralasan basket maka itu akan ditolak mentah-mentah karena tak ada pertandingan hari ini.
Jika ia beralasan sakit maka orang gila pun tertawa karena dirinya sangat bugar hari ini. Arga masih melamun memikirkan alasan untuk izin pulang lebih cepat.

"Kenapa lu kayak orang kesambet" ucap Reno yang muncul dari belakang tubuhnya.
"Gapapa" ucap Arga yang semakin membuat Reno penasaran.
"Aelah, lu udah gua anggap sodara masih gini ae" balas Reno yang mencomot kacang dari tangan Arga.

"Ish, ada urusan keluarga. Tapi gua bingung mau alasan apa ke Bu Mega" keluh Arga yang mendapat tatapan jail dari Reno.

"Kikikikik, jangan panggil gua Reno kali ga bisa ngeles" ucap Reno sembari menaikkan satu kali diatas kursi kantin yang langsung mendapat tatapan tajam dari penjual baso di sampingnya.

"Maksud Lo?" Tanya Arga penasaran.
"2 rebu dulu dungs" ucap Reno yang membuat Arga mengelus dada, tapi ini jalan terakhirnya karena dia tak pandai berbohong.

Reno pun kembali duduk dengan posisi tegak dan tatapan serius. Jari telunjuk Reno disimpan pada sisi kanan sedangkan dari telunjuk yang lain dia simpan pada bungkus kacang.

Arga hanya menggeleng tak percaya pada sahabatbga itu, ia pun menjitak dan langsung membuat Reno cengengesan dan langsung merubah raut wajahnya.

"Sorry sorry, jadi gini Ga. Lu kan kemarin ada tanding dan semua orang tau kalo lu pingsan di akhir babak." Ucap Reno pelan.
"Terus?" Tanya Arga yang mengikuti nada rendah Reno.
"Nah ini!" Teriak Reno sembari menggebrak meja dan membuat tukang baso jengkel.
"Woi lu, udah ga beli berisik bet dah!" Ucap tukang baso yang jengkel.

Dan disinilah kedua sahabat itu sekarang, dibawah pohon beringin dibelakang sekolah setelah diusir tukang baso kantin.

Reno berjongkok dibawah Arga yang duduk di bangku samping pohon.

"Lanjut Ren." Ucap Arga.

"Hmm, jadi gini Ga. Pertam lu harus pura-pura pingsan di depan Bu Mega. Gua sebagai teman lo akan ngejelasin kondisi Lo" ucap Reno dengan mata berbinar.

"Harus gitu ya?" Tanya Arga ragu yang membuat Reno mendecih.
"Cara ini apa engga sama sekali" balas Reno yang langsung meninggalkan Arga tanpa menoleh sedikitpun.

Arga merenung dan menanggapi saran sahabatnya dengan perasaan ragu. Bagaimana tidak karena Bu Mega termasuk guru yang tak bisa mentolerir siswa. Namun Arga meyakinkan dirinya untuk percaya pada Reno demi masa depan keluarganya.

Arga pun berlari setelah mendengar bel masuk kelas kembali, pemuda itu dengan kencang menaiki lantai dua dan melihat kelas nya sudah tertutup yang berarti Bu Mega sudah masuk kedalam kelas.

Dengan mengumpulkan keberanian Arga membuka pintu kelas dengan wajah yang dibuat sepucat mungkin. Semua mata dikelas sudah tertuju pada Arga termasuk Bu Mega yang masih merapihkan mejanya. Reno sudah menahan tawa melihat Arga yang akting dengan buruk.

BRUKKK

Arga menjatuhkan dirinya didepan kelas, tepat didepan papan tulis yang membuat semua orang dikelas teriak dan Bu Mega pun ikut histeris karena baru kali ini ia melihat Arga pingsan.
Reno menahan tawanya dan berlari kedepan, ia langsung mendongeng pada Bu Mega tentang hari kemarin saat pertandingan basket.

Belum selesai Reno bercerita, Bu Mega dengan cepat memanggil tim PMR yang tak lain adalah pacar Sinta, pacar Reno.

"Bawa Arga tolong, Reno kamu ikut antar Arga ke ruang PMR!" Titah Bu Mega yang langsung dikerjakan oleh Reno. Namun saat baru sampai didepan pintu Bu Mega kembali berbicara.
"Kalo sudah kamu balik ke kelas"
"Eh, iya bu" balas Reno yang membuat Arga menahan senyum saat akting pingsannya itu.

Setelah keluar dari kelas Reno tertawa kecil dan berlaga seperti James Bond. Sedangkan Arga membuka matanya dan mengaja hivi Reno. Ada Ilham yang membantu mengangkat tandu untuk Arga, dia hanya menggelengkan kepala dan tak habis pikir Arga berbuat seperti itu.

"Sorry" cengir Arga yang mendapat anggukan dari Ilham.

----

Disinilah Arga sekarang, tepat pukul sebelas siang dengan tas yang dia jinjing setelah turun dari taxi. Motor ia titipkan pada satpam sekolah.
Menarik napas dalam-dalam dan berjalan menuju rumahnya, sebenarnya hari nya tak tenang karena di depan rumahnya sudah ada mobil hitam yang sebelumnya tak pernah ia lihat.

Jantung Arga berdebar saat membuka kamera pada gawai nya untuk merekam video dan berharap menjadi bukti yang akan ia perlihatkan pada kakak dan ayahnya.

"Panas banget yang"

Arga yakin dan berjalan menuju kamar ibunya. Tangan kiri pemuda i
tu siap membuka pintu sebelum ada suara yang membuat jantung nya berdetak lebih cepat lagi.

"Telen!"

Bersambung...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd