Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dibalik Teduhnya Senyum Ibuku

8 | ARGA DAN PIKIRANNYA

Tangan Arga sudah bersiap memegang gagang pintu dengan napas yang tak bisa ia tahan untuk santai. Rasanya seperti diatur tuhan untuk bisa memergoki ibunya yang sedang selingkuh, Arga tersenyum dan tangan kanannya masih memegang gawai.

Bruk.

Mata Yunie melotot dan diikuti oleh Ardi ayah sambung Arga. Mata Arga nyaris copot dan ingin rasanya menghilang dari muka bumi karena malu. Ibunya sedang duduk di ranjang dan memegang segelas air putih dibantu ayahnya yang ternyata sudah pulang setelah sekian lama dinas.

"Ehhh ada anak ayah" sapa Ardi yang membuat Arga semakin malu karena posisinya saat ini seperti maling bahkan diperparah dengan kakinya yang bergerak gelisah. Keringat dingin pada dahi Arga pun sudah mulai terbentuk.

"Kok kamu pulang cepet si?" Tanya Ardi yang saat ini memakai kemeja bunga-bunga dan lehernya dihiasi kalung emas.

"Eee itu Yah, Arga tadi pusing jadi izin pulang lebih dulu" ucap Arga grogi yang semakin membuat Yunie dan Ardi mengerutkan dahi. Wajar saja karena kondisi fisik Arga jauh dari kata sakit, jika pucat mungkin iya karena sudah menelan malu.

"Ibu kamu sakit, jadi ayah pulang cepet." Balas Ardi yang berdiri dan memeluk anaknya itu. Arga pun membalas pelukan dengan perasaan bimbang karena jika ia membongkar rahasia ibunya-apa yang akan ia dapatkan.

Debaran jantung Arga Kemabli normal saat ibunya turun dari ranjang dan ikut memeluk dirinya yang tak sampai satu menit membuat Arga menjatuhkan air mata dari sebelah kanan, air mata itu terus mengalir hingga berakhir di dagu dan diusap oleh ibunya.

"Maafiin ibu ya, kemarin ibu lagi banyak pikiran" pinta Yunie yang membuat Arga semakin erat memeluk orang tuanya itu.

"Yaudah kalo kamu pusing istirahat aja, gak anak gak ibu kok bisa bareng sakitnya" canda Ardi yang membuat Arga tertawa getir.

Pemuda itu memutuskan untuk menutup pintu setelah ibunya kembali berbaring diatas ranjang setelah berpelukan.

Arga menuruni tangga dengan pelan sembari memikirkan apa yang sudah ia lakukan, apa yang akan terjadi jika rahasia ibunya ia bongkar. Kepala Arga berputar dan berakhir pada sebuah keputusan dia akan menyimpannya-setidaknya sampai semua bukti yang cukup ia kumpulkan.

Hanya bisa berandai-andai dan mengeluarkan napas berat berkali-kali Arga memilih untuk tidur sejenak, berharap saat membuka mata semua menjadi baik-baik saja.

Sama seperti saat bapaknya masih hidup dan kakaknya yang selalu ada disampingnya.

---

Jari Arga masih mengetuk meja kaca yang menemaninya malam ini, kakinya ia naikan pada kursi sehingga dagunya bersandar pada lutut. Jari-jari itu bergerak seperti melukis sedangkan matanya hanya melihat tetesan air dari ujung genteng belakang rumahnya.
Ibunya masih didalam kamar ditemani ayah Ardi, sejak siang Arga memang tak berinteraksi dan cenderung diam dikamar.

Mungkin jalannya sudah seperti ini, bergerak pun rasanya sulit karena kondisi yang tidak memungkinkan. Sedikit menghibur diri Arga menyalakan musik dari gawai yang ia simpan di meja.
Lagu Pink Floyd itu sangat berkesan karena bapaknya setiap pagi memutarkan satu album sehingga dirinya ikut tahu dan suka.

"Ga dingin?" Ucap Ardi dari arah dalam.
"Eh Yah, engga enak kalo abis hujan-adem" jawab Arga menurunkan kakinya dari kursi.

Ardi mengambil tempat disisi Arga, tangan mengambil kotak rokok dari saku kemeja sebelum menyalakan nya. Kotak rokok itu ia simpan diatas meja sebelah memberi isyarat pada Arga untuk mengambil. Dan langsung dibalas dengan gelengan kepala.

"Ada masalah apa sama ibu?" Tanya Ardi setelah menghembuskan asap.
"Ga ada Yah" balas Arga pelan yang mendapat senyuman dari Ardi.
"Gabaik kalo semuanya diam, kalo ada masalah cerita sama ayah." Ardi pun mendongak dan matanya bergerak kearah kanan.

Pemuda itu hanya bisa menatap mata Ardi dan kembali menunduk, tangan nya terangkat dan memegang kotak rokok. Membuka dan menutupnya kembali tanpa mengambil isinya.

"Arga ngerti kok, Ibu yang bener." Ucap Arga pasrah. Tangan Ardi pun merangkul anaknya dan mengusapnya pelan.

"Terkadang kita laki-laki harus memilih mana yang lebih baik. Karena takdir kita memang seperti ini, logika kita lebih besar daripada perasaan." Ucap pria dengan rambut belah samping itu.

"Ibu sakit, mungkin bukan gitu maksudnya. Biasalah salah paham-justru kamu yang harus lebih dewasa dan mengalah" ucap Ardi yang membuat Arga semakin tersudutkan.

'andai ayah tahu apa yang sudah ibu lakukan, sama Asep dan pak Bambang' ucap Arga dalam hati.

"Tidur gih, besok sekolah" putus Ardi yang sudah menghabiskan rokoknya dan meninggalkan Arga yang masih melamun.

Arga menyandarkan tubuhnya dan menarik napas panjang, kakinya masih tergantung dengan mata yang menatap langit.

We're just two lost souls
Swimming in a fish bowl
Year after year
Running over the same old ground
What have we found?
The same old fears
Wish you were here

---
"Pagi"
Tangan Yunie menepuk pelan tangan Arga yang tak tertutupi selimut, anaknya masih memejamkan mata meski langit diluar mulai cerah. Senyum wanita yang sebentar lagi menginjak 40 tahun itu tiba-tiba menjadi masam saat melihat wajah Arga semakin kesini mirip dengan suaminya dahulu.
Rasanya jika bukan anak mungkin sudah ia peluk bagaikan kekasih, tetapi untung akal sehatnya masih berjalan.

"Gaa, udah pagi nak" ucap Yunie kembali yang ternyata mendapat respon gerakan dari Arga.
"Iya Bu" balas Arga yang langsung membuka kedua matanya.

'Morning glory'

Penis Arga tiba-tiba mengacung dan untungnya masih ada bed cover yang menutupi setengah tubuhnya. Jika tidak mungkin ibunya melihat jelas penis Arga yang sudah tegak itu.

Wajar saja karena saat ini tatapan pada ibunya sudah berubah, terlebih pakaian yang dikenakan hanya kemeja putih dengan dua kancing atas yang terbuka.
Setalah membenarkan posisi duduknya Arga mengambil gelas pada nakas disamping ranjang, ibunya sudah keluar dari kamarnya.

Hanya melihat sisa air digelas pemuda itu memikirkan lagi langkah apa selanjutnya untuk membuktikan ibunya pada semua orang-tetapi keutuhan rumah keluarganya tak akan sama.

Tapi pilihan Arga sudah bulat untuk mengambil bukti-bukti perselingkuhan ibunya, karena rasa benci juga dendam sudah bersarang semakin dalam dan menghitam seiring waktu.

"Ayo udah mulai terang" ucap ibunya tiba-tiba dari balik pintu. Kali ini rambut Yunie sudah basah dan tergerai begitu saja.W
Arga mengiyakan dan berjalan untuk membersihkan tubuhnya.

---
Udara pagi ini terlalu sejuk untuk hati Arga yanga masih berada panas, daun-daun kering memenuhi syarat aparkiran motor sekolahnya. Paving block masih basah sebeb hujan kemarin malam dan beberapa orang lalu lalang menuju kelasnya masing-masing.

Hawa dingin segera menyambut kulit Arga setelah membuka jaket jeans nya, dirinya berjalan pelan sembari mendengarkan musik yang ia putar.

"Pagi beb" ucap Reno yang datang membawa sebungkus siomay.
Arga hanya mendelik dan kembali berjalan.
"Entar pulang gua ke rumah lu ya" ucap Reno yang mendapat gelengan kepala dari Arga.
"Paling lu mau ngerampok rumah gua." Balas Arga malas yang sudah duduk di meja kelas nya.

Reno hanya menunjukkan semua giginya, pria dengan rambut ikal itu merangkul pundak Arga dan mengeluarkan gawai nya. Mata Arga pun langsung melotot melihat chat pada gawai Reno.

"Nyokap gua mau cerai" ucap Reno yang tak di dengar oleh Arga. Mata Arga masih melotot dan mengambil gawai Reno. Tangannya sibuk melihat riwayat chat ibu dari temannya itu, hatinya ikut sakit saat temannya diposisi itu.

Arga pun tersadar jika dia yang ada diposisi temannya akan bingung harus seperti apa, terlebih keluarga nya sedang baik-baik saja sebelum ia tahu ibunya berselingkuh.

Atau jika ia menyimpan rahasia ibunya, pasti ayah dan ibunya tak akan bercerai. Semua akan tampak sama bahkan tak ada yang berubah, namun jika dirinya memilih untuk membuka rahasia.....

"Kok jadi lu yang sedih si." Ucap Reno dengan mata menyipit, tangan melambai-lambai didepan muka Arga.

"Tau ah, pokoknya pulang sekolah gua kerumah lu ya." Ucap Reno yang memilih keluar kelas meninggalkan Arga yang masih dalam lamunannya.

----

"Masih gini-gini aja rumah lu" ucap Reno sembari turun dari motor Arga.
"Udah jadi tamu masih aja songong lu" balas Arga yang membuat Reno tertawa.

Sejak TK keduanya sudah berteman namun saat SMP keduanya berpisah karena Reno pindah rumah dan kembali bertemu saat memasuki SMA.

Reno mengekor di belakang Arga, keduanya sudah berada didepan pintu rumah.

"Astaga!!!" Jerit Reno saat pintu didepannya terbuka bahkan hampir menabrak hidung Arga.
"Ehhh ayam ayam!" Jerit Ardi tak kalah histeris.

Sedangkan Arga hanya bisa tertunduk malu karena melihat ayah sambungnya menunjukkan sifat aslinya - banci. Entahlah kenapa ibunya mau untuk dipersunting dengan pria yang saat ini memakai kemeja polos dengan lengan pakaian yang digulung itu.

"Kirain siapa, mau apa Reno kesini hmm?" Tanya Ardi yang langsung merubah gestur nya seperti pria sejati.
"Ehh, ini om mau main aja." Balas Reno yang menggaruk kepala belakang nya.

"Yahh, om mau keluar padahal. Tapi ada Tante didalam, masih ada pempek tuh didalam" cerita Ardi rempong yang membuat Arga semakin tertunduk.
"Oh iya, Arga ayah mau keluar dulu. Reno anggap aja rumah sendiri yaa" pamit Ardi yang langsung mencium kening Arga dan masuk kedalam mobil yang terparkir didepan rumah.

Reno masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya, wajar saja karena baru kali ini ia melihat ayah dari temannya seperti sekarang.
"Banci" ucap Reno pelan tanpa melihat muka Arga yang sudah seperti kepiting rebus.

----

Reno masih saja tertawa karena selalu terngiang wajah ayah temannya. Saat ini keduanya masih asik dengan permainan pada komputer milik Arga.
Saling berlomba dan membunuh waktu hingga langit pun sudah menghitam dan suasana semakin sepi.
Sudah jam delapan malam dan tidak ada percakapan antara keduanya, sedangkan Reno pun hanya menatap fokus pada layar yang menampilkan beberapa monster.

"Terus lu gimana?" Tanya Arga setelah lama diam.
"Maksudnya?" Balas Reno yang baru mencoba fokus pada Arga.
Arga menjeda permainan dan tatapan belum terlepas dari monitor.

"Lu gimana kalo ortu cerai?" Tanya Arga sekali lagi.
Reno pun hanya tertawa, bahkan tawanya semakin keras melebihi volume dari monitor yang sengaja dimulai kembali oleh Reno.
Arga menatap sahabatnya itu dengan tak percaya, karena meski tawanya keras Reno mengeluarkan air mata yang tak bisa ditahan bahkan terlalu deras hingga Arga dengan cepat memeluk Reno.

"Bapak gua anjing Ga, sebulan lalu nyokap tahu kalo bokap gua punya istri baru." Hati Arga seperti diremas karena posisinya sama seperti Reno.

Setelah itu Reni hanya bisa menangis dan Arga pun memejamkan matanya karena bingung harus membalas seperti apa.

Tok tok tok...

Suara ketukan pintu membuat keduanya terdiam.
"Arga" ucap suara dibalik pintu yang membuat Arga berdiri dan mendekati pintu.
"Ibu..." Ucap Arga setelah melihat Yunie, pemuda itu dengan cepat memeluk ibunya dengan e
rat.

Yunie hanya bisa diam dan mulai membalas pelukan anaknya, karena baru kali anaknya memeluk dirinya setelah sekian lama.

"Arga sayang ibu"

------
 
Naaahh... pann...
Dari pade bacot lemes, ngemengin slengka-slengki, mendingan biarin aje tuh mama Yunie ngebinal. Keluarga tetep utuh, harmonis suami istri. Dan yang paling penting nih ye, kite-kite para pembaca juga bisa enjoyy kek permen sojoyy menikmati kebinalan mama Yunie. Nyok ah, genjot terus tuh mama Yunie...

Hak.. hak.. hak..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd