Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dibalik Teduhnya Senyum Ibuku

10 | MATI RASA

Sudah hampir setengah jam Arga mengikuti mobil ibunya namun belum ada tanda-tanda akan menepi, keringat sudah berkumpul dipori-pori kulit kepalanya. Sepanjang perjalanan pemuda itu berpikir apa yang akan dilakukan saat ibunya sudah menepi.
Jika melabrak secara langsung mungkin masalah akan datang, namun jika membiarkan hatinya yang tidak akan baik-baik saja.
Arga pun memelankan laju motornya dan baru sadar jika sudah masuk kawasan perkampungan yang belum pernah Arga kunjungi, jalan yang berbahan beton itu mengantarkan Arga pada sebuah rumah satu lantai yang tampak asri.

Mobil ibunya masuk kedalam pekarangan setelah Pak Bambang membukakan pagar, Arga pun memutar otak agar tetap bisa mengawasi. Dan dengan cepat Arga memutar arah karena tak jauh dari rumah itu Arga melihat ada minimarket yang bisa menjadi tempat memarkirkan motornya.

Hari sudah menjelang sore saat Arga berjalan kembali menuju rumah yang menjadi tempat ibunya menepi. Pagar berwarna hitam menjadi batas antara jalan dengan pekarangan, suasana sekitarnya pun sepi dan cenderung tidak ada aktifitas.

Pohon masih banyak menghiasi lingkungan sekitar rumah bahkan pekarangan rumah itu ditumbuhi rerumputan yang sudah setinggi betis. Terlihat tak terawat namun masih enak dipandang. Arga mengintip dari luar sebelum menaiki kolom untuk loncat kedalam rumah.

Sisi kanan rumah itu berupa taman dengan lebar dua meter dan tak terputus hingga halaman belakang rumah. Rerumputan yang Arga injak lebih tinggi dibandingkan halaman depan sehingga orang diluar sulit melihat dirinya yang bersembunyi.

Namun Arga baru menyadari jika bahaya bukan hanya saat dirinya ketahuan mengintip, lebih dari itu dirinya takut jika ada hewan seperti ular yang bisa saja tiba-tiba mengigit kakinya. Tapi Arga meyakinkan dirinya jika ini kesempatan emas yang tak akan dia lewatkan begitu saja.

Hembusan napas Arga menerpa jendela yang untung nya menghiasi sepanjang dinding hingga ia dengan jelas melihat kedalam. Namun dirinya hanya melihat Pak Bambang yang sedang bermain gawai dan sesekali melihat kearah kanan dan tersenyum.

Memang tak bisa dibohongi jika pikiran Arga kali ini sudah dipenuhi dengan bayangan ibunya yang kembali binal dan memang tubuh Arga pun mulai bereaksi saat ini. Kaki Arga tak bisa diam karena merasa penasaran juga nafsu jika benar ibunya akan berbuat mesum dengan pelatih basket nya itu.

Mata Arga melirik kearah kanan dan memilih berjalan dengan tubuh yang merendah, napasnya mulai memburu dan sesekali mengintip kedalam rumah. Namun matanya dengan cepat melihat keatas dimana ada jendela kecil yang memancarkan cahaya dari dalam - suara air pun terdengar.

'Lagi mandi' ucap Arga dalam hati dan bergerak kembali kearah kiri dan kenyamanan posisi. Jari-jari Arga bergerak cepat menyiapkan gawainya untuk mengambil gambar. Kali ini posisi nya sudah nyaman terlebih ada rumput yang lebih tinggi dibandingkan tempat lain dan otomatis menyembunyikan tubuhnya yang bisa dikatakan sangat besar dibanding teman sebayanya.

Sayang sekali Arga tak bisa mendengar suara dari dalam setelah melihat pelatih nya itu menggerakkan bibir. Entahlah, tawa Pak Bambang kali ini membuat hatinya jengkel dan rasanya ingin muntah.

Pria besar dengan kumis tebal dan perut yang buncit, itulah Pak Bambang. Arga tak habis pikir ibunya menyukai pria yang sama jeleknya dengan Asep satpam komplek.

Arga melihat Pak Bambang membuka kaos polo nya dan baru kali ini ia melihat jika pelatih nya memiliki tato pada dada. Ada rasa takut melihat pelatihnya yang lebih mirip dengan preman pasar itu, mungkin jika dibandingkan dengan NBA pak Bambang adalah Shaq versi lokal. Setelah membuka bajunya Arga hanya melihat pak Bambang yang kembali memainkan gawai.

Cukup lama Arga menunggu dan langit pun mulai menghitam, kaki Arga merespon dengan rasa pegal juga gatal karena beberapa serangga hinggap di kaki nya. Arga menghembuskan nafas kasar dan memilih untuk melemaskan kakinya dan membelakangi dinding rumah, tangan arga memijat pelan kakinya sebelum sadar jika lampu didalam sudah dinyalakan.

Pemuda itu dengan cepat kembali mengintip kedalam rumah.

Hilang.
Tak ada orang didalam.

Arga panik dan langsung bergerak kearah kanan, namun dirinya tak melihat apapun. Arga berdiri dan mengacak rambutnya.
Dirinya mengintip kedalam dari halaman belakang dan tak melihat apapun kecuali sebuah pintu yang terbuka sedikit karena memancarkan cahaya pada lantai dibawahnya.

Harapan terakhir Arga beradu di dinding sebelah nya, namun berbeda dengan dinding sebelah kanan-dinding kiri itu hanya menyisakan jarak kurang dari satu meter yang membuat Arga memikirkan ulang untuk mengintip, terlebih rumput dibawahnya hanya setinggi betis.

Semoga saja gelap nya malam menjadi pelindungnya saat ini. Hanya bisa berharap Arga pun kembali bergerak kisisi sebelah kiri.

Sepelan mungkin agar tak terdengar suara rumput yang bergesekan dengan kakinya. Dan keberuntungan lagi-lagi milik Arga, ada cahaya lampu yang menerpa tembok didepan jendela itu. Menyamankan posisi Arga duduk disisi jendela sebelah kiri. Terlihat ibunya sedang duduk disisi ranjang dengan tangan yang digenggam Pak Bambang diatas paha pria itu. Keduanya tertawa dan sesekali ibunya menepuk pelan dada pak Bambang yang dipenuhi tato itu.

Arga rasanya sulit mengedipkan mata melihat ibunya hanya memakai handuk dan sedang dicabuli oleh pelatih basket nya itu. Ada rasa iba yang menghinggapi hati Arga, rasa itu muncul karena sang ibu yang kini tak jauh berbeda dari seorang pelacur murahan. Bahkan terlalu murah hingga rela bermain dengan satpam komplek kemarin.

Tangan Arga diletakkan pada dinding dan jari-jarinya memutih seiring remasan tangan Pak Bambang pada payudara ibunya semakin kencang. Ibunya pun terlihat bergelinjang hingga kepalanya terangkat keatas. Arga hanya bisa menaik-turunkan salivanya sembari berusaha menahan rasa serak pada tenggorokan yang kian meningkat. Arga pun mengangkat gawai nya dan mulai merekam dengan hati-hati.

Dan saat handuk ibunya terjatuh saat itu pula tangisan Arga turun dan menyatu dengan tanah yang tertutupi rumput.

---
Telapak tangan Pak Bambang sudah menempel pada payudara Yunie, sesekali tangan hitam itu meremas dengan pelan dan membuat Yunie hanya bisa mendesis. Handuk yang menjadi penutup terakhir sudah jatuh kebawah ranjang. Kini hanya ada rambut panjang basah, tubuh putih Yunie dan Pak Bambang yang sudah tak memakai pakaian apapun.

Remasan pada payudara Yunie semakin terasa dan menuntut, matanya memutih karena menikmati panasnya telapak tangan Pak Bambang. Disampingnya, Pak Bambang hanya tersenyum nakal dan sesekali mencubit pentil Yunie dengan keras.

"awww geli ah" tawa Yunie yang membaut Pak Bambang ikut gemas.

Desahan demi desahan keluar dari mulut keduanya hingga Pak Bambang melepaskan tangannya dan mulai menarik tubuh Yunie untuk mendekat.

Menatap mata ibu dari muridnya-ada rasa bangga juga jumawa karena pria jelek seperti dirinya bisa menjamah wanita sempurna seperti Yunie. Pentil cokelat dengan ukuran kecil ditambah ranumnya payudara membuat penis hitam nya mengacung begitu saja.

Tangan Yunie mulai menyentuh penis Pak Bambang dan tersenyum - dirinya langsung teringat dengan kontol Pak Abel meski ukurannya lebih kecil. Tanpa meminta izin pak Bambang menangkup wajah cantik Yunie dan tak lama bibirnya sudah bersarang pada mulut wanita itu.

Yunie langsung merasakan aroma tembakau yang menyengat juga panasnya lidah pak Bambang yang merangsek masuk-tangannya hanya diam di penis pak Bambang karena terlalu menikmati cumbuan pria hitam didepannya itu.

"Uhhhh sshhhh" desis Pak Bambang yang merasa gila dengan Yunie.

Tangannya mulai meremas tangan Yunie yang menempel pada penisnya dan memberi isyarat agar kembali bergerak setelah diam beberapa saat. Yunie pun merespon dengan mata berbinar tanpa melepaskan ciumannya.

Jari-jari halus Yunie bergerak meremas dan sesekali dia remas kedua biji Pak Bambang.

"Gede juga ya pak" ucap Yunie yang membuat Pak Bambang hanya terperangah.
"Gila!" Teriak Pak Bambang antusias dan langsung mendorong Yunie untuk segera berbaring pada ranjang.

Tangan nya kembali meremas payudara Yunie dengan semangat membara, kali ini tubuhnya berada diatas Yunie yang sudah pasrah itu.
"Ini apa?" Tanya Pak Bambang yang menyentuh vagina Yunie.
"Hehe, masa gatau" balas Yunie manja.

Pak Bambang tersenyum dan tak melepaskan sentuhannya.
"Ini apa ?" Tanyanya sekali lagi, sembari menepuk vagina Yunie yang sudah basah.

Yunie tak membalas pertanyaan pak Bambang, wanita itu memilih untuk bangkit dari ranjang dan kini mulai berpindah posisi-dengan senyum nakal Yunie sudah memegang penis Pak Bambang yang memilih berbaring.

"Yang tadi bapak pegang namanya memek. Ini kontol" ucap Yunie yang langsung melahap kontol Pak Bambang.
"uhhh anjing enak banget." racau Pak Bambang.

Lidah Yunie menjilatin kontol hitam yang berukuran dua kepalan itu, matanya sesekali melihat raut muka Pak Bambang yang menggigit bibir bawah untuk menahan desahan. Lidahnya bergerak dari bawah menuju keatas dan sesekali menenggelamkan kontol.
Jari-jari Yunie yang dihiasi cincin pernikahan terus mengocok dan meremas kontol Pak Bambang yang berubah warna menjadi merah gelap, mulutnya pun ikut meramaikan dengan menjilati setiap jengkal selangkangan Pak Bambang tanpa terkecuali.

Pikiran nakal Yunie muncul dan kembali melahap penis Pak Bambang hingga mentok dan memebuat dirinya terbatuk. Namun bukannya berhenti wanita yang sudah dipenuhi nafsu melahap kontol dengan tatapan nakal dan terus memaju mundurkan kepalanya.

Yunie semakin cepat menggerakkan kepalanya hingga membuat Pak Bambang menaikkan kedua pinggulnya dan menggeram.
"Ahhh ngentot enak banget bangsat!" geram Pak Bambang yang memegang kepala Yunie dan berusaha melepaskan penisnya dari mulut wanita itu.

Yunie pun tersenyum dan mengerti jika ia melanjutkan jilatannya maka tak sampai satu menit Pak Bambang akan orgasme. wanita cantik itu tersenyum dan menepuk dada Pak Bambang pelan.

"Masa udah mau crot, terus memek aku dicolok apa dong?" tanya Yunie berakting sedih dan membuat Pak Bambang gemas. pria itu mengambil alih tubuh Yunie yang duduk ditepi ranjang untuk berbaring bersamanya.

Kini kedunya sudah berhadapan dengan posisi menyamping. Tangan nakal Pak Bambang sudah bersarang pada payudara Yunie yang mengacung. jari-jari itu bergerak searah jarum jam dan dibarengi dengan lumatan kecil pada bibir Yunie.
Tak tinggal diam ibu dari Arga itu kembali memgang penis Pak Bambang dan mengocoknya pelan-seirama dengan lumatan Pak Bambang tbuh kedunganya bergerak seperti cacing kepanasan dan meminta agar segeran mengisi ruang kosong pada nafsu.

Yunie memutar posisi baringnya hingga Pak Bambang hanya bisa melihat punggungnya-pinggul Yunie dimundurkan dan menyentuk penis Pak Bambang yang lebih mirip besi panas itu.

"masukin pak." suara Yunie bergetar.

Pak Bambang mengamini dan lansung memasukkan penis hitamnya, mendesis dan menggeram. hangatnya memek Yunie membuat Pak Bambang tak percaya jika ini adalah nyata, seumur hidupnya baru kali ini Ia merasakan sensasi luar biasa dalam bercinta. Terlebih respon Yunie yang ikut merendahkan dadanya hingga kini punggung wanita itu seperti perosotan di taman bermain.

Hitamnya tangan Pak Bambang sangat kontras dengan putihnya kulit Yunie, ditambah cahaya lampu yang semakin memantulakn cahaya ibu dari dua anak itu. Mata Pak Bambang sulit rasanya untuk mengedip karena menyaksikan Yunie yang terus bergerak seperti orang gila dan terus meracaukan namanya tanpa henti.

penis itu masuk dan keluar dengan cepat, lakaynya piston yang diberi oli kenikmatan duniawi. Tanpa terasa cengkraman tangan Pak Bambang pada pinggul Yunie membuat sang empu mengerang kesakitan karena bebrapa jari Pak Bambang yang belum dipotong.

Namun setelah rasa sakit itu Yunie merasakan sensasi yang luar biasa, perihnya luka pada pinggul ditambah genjotan Pak Bambang semakin membuat dirinya menggelinjang.
"AWWHHHHHHHH SAKITT PAKKKKK!!!" Teriak Yunie yang berusaha memegang tangan Pak Bambang. Namun pria hitam itu tak tinggal diam dan meraup rambut Yunie dari belakang.

Disatukannya rambut panjang itu seperti ekor kuda-lalu rambut itu ditarik hingga kepala Yunie mendongak dan tak bisa lagi berteriak.

"Rasain kontol gua anjing!" geram Pak Bambang yang menambah dorongan pinggulnya.
"EUGHHHH" desah Yunie tertahan dan menepuk paha Pak Bambang. Pria itupun peka dan melepaskan jambakannya dan kemabli meremas pantat Yunie.
"UHHHH ENAKKKKKK!" jerit Yunie yang ikut menggoyangkan pinggulnya. Pak Bambang pun merasa puncaknya sudah didepan mata dan tanpa aba-aba penisnya dia tusuk hingga menyentuh dinding rahim Yunie.

"AHHH mau nyampeehhhh sayangg!" geram Pak Bambang yang mebuat Yunie tersenyum nakal dari balik punggungnya. keduanya berusaha mempercepat orgasme dengan saling menjepit dan bergoyang.

"AHHHHHHH ANJINGG!!!" Teriak Pak Bambang disusul dengan sperma nya yang keluar memenuhi rahim Yunie yang sama-sama mengeluarkan cairan kenikmatan.

Kedunya terengah dengan keringat yang membasahi seluruh tubuh dan diam menikmati sisa-sisa kebahagiaan.

-----

Arga masih diam terpaku melihat tanganya yang terkena spermanya setelah ikut mengambil kesempatan. Mungkin dirinya sudah bodoh dan memilih onani saat ibunya dijamah oleh ibunya sendiri.

Namun, inilah sensasi terbaik sepanjang hidupnya melihat pertunjukan didepan matanya secara langsung. Bahkan sperma pemuda itu mengenai dinding dan membashi sebagian pakaiannya. Hawa panas masih melingkupi tubuh Arga yang berjongkok ditengah-tengah rerumputan yang menjadi tempat bersembunyinya.

Ibunya masih menungging meski Pak Bambang sudah berbaring disamping, begitupun Arga yang melamun langkah apa yang akan ia ambil jika tadi saja dia menikmati permainan ibunya.

Arga pun memilih melepaskan pandangan dan membelakangi dinding rumah itu, ditariknya resleting celana bahan yang ia pakai. Tangannya terkepal dan lagi-lagi tangisan itu jatuh dan dadanya ikut merasakan nyeri yang begitu hebat.

"Anjing!" jerit Arga menahan rasa sakitnya dengan suara yang tertahan.

-----

Angin malam menerpa wajah Arga yang dihiasi air mata yang mengering, tangannya hanya menaik-turunkan gas dan sesekali mengerem.

Mati Rasa.

Mungkin itu kata yang pas saat Ia sendiri yang berperan menjadi orang bodoh saat tak bisa menhaan nafsunya sendiri.

"Bapak kemana?" tanya Arga pada angin malam.
"Ibu main sama orang lain Pakkkk!!!!" teriak Arga yang mempercepat motornya tanpa menghiraukan teriakan orang sekitar.

Motor itu terus melaju dengan cepat dan mata Arga tak melihat jika lampu jalan sudah berganti menjadi warna merah.

BRAKKKKK

Sebuah mobil dengan cepat menabarak motor Arga yaang sama-sama mengebut, tubuh jangkung itu terlempar beberapa meter dan berakhir dengan darah yang membanjiri aspal malam itu.

Pandangan arga hanya dipenuhi bintang dan bulan yang bersinar tanpa malu, napasnya tercekat sebelum kesadaran Arga hilang ditelan kegelapan.

'Andai Bapak ada'

BERSAMBUNG...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd