Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dibalik Teduhnya Senyum Ibuku

13 | KELAM

Arga masih duduk diranjang saat ibunya sedang merapihkan pakaian dirinya. Hari ini dirinya sudah resmi dinyatakan pulih meski beberapa memar belum sembuh sempurna.

“Tante Naya ga ada tugas hari ini Bu?” tanya Arga sembari melipat pakaian terkahir nya.

Yunie pun hanya menggeleng yang membuat Arga tersenyum masam, rasanya baru kemarin dirinya menikmati tubuh teman ibunya itu. Anehnya setelah kejadian itu Arga tak mendapat kabar apapun bahkan pesan nya tak pernah dibalas.

Rasa bersalah pun muncul kembali di benak Arga yang sudah membawa perasaannya kedalam hubungan semalam itu, wajar saja jika pria yang masih berusia tanggung itu belum bisa bersikapa dewasa dan membedakan nafsu dengan perasaan.

“Ayah gak bisa jemput, kamu pesan taxi dulu Ga” ucap Yunie yang memastikan tidak ada barang yang tertinggal.

“Iya Bu.” Jawab Arga menuruti perintah ibunya itu.

Keduanya berjalan pelan menyusuri lorong rumah sakit yang mulai ramai, hawa sejuka menerpa wajah Arga yang masih lebam dibagian dahi itu. Ibunya berjalan mendahului dengan kedua tangan menggendong tas.

“dengan Bapak Arga?” ucapa seorang pria tua yang membuat Arga paham.

“betu Pak, Dimana mobilnya?” balas Arga pada supir taxi itu.

“Baik, ikuti saya Pak… Mari Bu.”

Arga berjalan pelan dan matanya masih memeperhatikan sekitar berharap jika bisa melihat kehadiran Tante Naya yang hingga saat pintu mobil terutup dirinya tak melihat seujung kukupun. Kepalanya Ia sandarkan pada jendelas disisi kirinya itu, menghirup napas dan mengeluarkannya kembali.

“Ga, ada apa si. Dari tadi Ibu lihat kamu murung terus.” Ucap Yunie yang gemas dengan anaknya itu. Bayangkan saja dengan kulit puithnya Arga akan terlihat merah dikedua pipinya jika sedang murunga ataupaun salah tingkah.

“mmm ga ada Bu.” Balas Arga secukupnya.

“Gitu aja terus, pertanyaan Ibu masalah kamu kecelakaan aja ga dijawab.” Sindir Ibunya yang membuat Arga memeliangkan wajahnya.

Mata pemuda itu melihat ibunya dengan tatapan marah juga sedih disatu sisi.

‘Itu karena Ibu’ ucap Arga dalam hari dan kembali menyandarkan kepalanya.

Perjalanan dari rumah sakit menuju kediaman Yunie tak tarlalu jauh dan saat ini pun Ia dan Arga sudah sampai, keduanya turun dari taxi dan taka da pembicaraan lain yang berarti.

Lega, mungkin itu kata yang mewakilkan perasaan Arga saat ini setelah duduk di tepi ranjang dengan kaki yang tergantung. Tangganya ia tempatkan di belakang badan dengan kepala yang mendongak keatas. Meski kamar yang ia tempati di rumah sakit adalah vip tetapi rasanya lebih nyaman dikamarnya.

Rasanya dirinya berada didalam sebuah kotak yang siapapun tak bisa mengganggunya-hanya ada dirinya dan sejuta pikiran yang tak berujung. Pikiran tentang rencananya sudah buntu dan takt ahu harus diarahkan seperti apa.

Tangannya menyalakan gawai untuk membuka perpustakaan music untuk menepis rasa sepi yang kian mencekik lehernya. Masih belum ada balasan dari Tante Naya, sudah sekitar dua puluh pesan yang ia kirim tetapi tak ada satupun yang dibalas bahkan dibaca.

TOK TOK TOK…

Arga mendekat pada pintu kamarnya dan membukanya pelan, matanya tertuju pada kedua kaki putih yang mebuat kepalanya bergerak pelan ke atas.

“Hi Arga, tante kangen.”

---

Sup hangat yang berisikan daging ayam dan sayur mayur membuat ruang makan keluarga Yunie hangat, terlebih hujan yang mulai turun diserati angin pelan. Saat ini sudah ada Yunie, Naya dan Arga yang menikmati makan siang.

Sejak tadi Arga berusaha kerasa menahan senyumannya, pemuda itu kegirangan karena Naya yang ia tunggu datang dengan senyuman yang semakin cantik. Teman ibunya itu memakai dres bunga selutut dengan lengan pendek.

“Enak ga sop buatan Tante Naya?.” Tanya Yunie yang membuat Arga menunduk karena saat ini bibir Arga tertarik keatas.

“Ga enak kayaknya ya.” Balas Naya sedih.

“Ehhh engga ko Tan, enak banget ini.” Ucap Arga yang mendapat tatapan aneh dari Yunie.

“biasa aja kali, hihi.” Goda Ibunya dan membuat Arga semakin menunduk dengan tangan mengepal sendok.

Tak ada percakapan lain dan semuanya fous dengan makanan masing-masing. Naya sejak tadi meliahat Arga dengan tatapan rindu. Seminggu ini suaminya berada dirumah dan kembali bekerja tadi pagi, rasanya Ia sedang kasamaran terhadap anak dari Yunie itu.

Setelah mendengar jika Arga akan pulang Naya seperti mendapatkan energi baru yang tak bisa ia sembunyikan lebih lama lagi. Maka tak lama saat suaminya pergi bekerja dirinya menyiapkan sup ayam dengan beberapa lauk lainnya, sahabatnya pun terheran-heran karena dulu Ia tak sedekat itu dengan Arga.

Naya masih tersenyum saat melihat Arga dengan lahap memakan sup nya, rasanya hatinya akan terbang karena minggu kemarin Arga pun dengan lahap menjilati vaginanya bahkan setelah dirinya orgasme anak itu menjilati tanpa sisa.

“Ini ada apa si, saling diem.” Ucap Yunie.

"makan Bu, nanti Arga ngobrol disalahin." Balas Arga cepat menutupi rasa malu nya. Mendengar jawaban itu Naya hanya diam dan mengerjakan matanya beberapa kali.

"Aish, lucu banget anak Ibu. Oh iya bentar Ibu baru inget Ga." Ucap Yunie yang membuat perhatian kedua orang didepannya tertuju padanya.

"Ada apa Yun?." Sela Naya yang ikut bingung.

Yunie berdiri dari kursinya dan naik kedalam kamar yang membuat Arga mengerutkan dahi. Ibunya itu seperti kehilangan sesuatu sembari sesekali menanyakan padanya, hingga ibunya berhenti dan menyentuh dagu.

"Mmm Arga kamu nyimpen nomor taxi tadi gak?" Tanya Yunie pada anaknya.

"Ada, emangnya ada apa Bu?"

“Dompet ibu kayaknya ketinggalan di dalam taxi tadi, coba kamu hubungi.” Titah Yunie yang sedikit panik karena beberapa barang penting yang ada didalam dompet.

Arga meninggalkan kursi dengan gawai yang menempel dipipinya, pemuda itu masuk kedalam kamar dan tak lama kembali keluar dengan memakai jaket. Naya terperangah karena Arga semakin tampan dengan penampilan barunya, sedangkan Yunie hanya menatap dengan wajah bertanya.

“Arga mau ketemu supir taxi dulu Bu.” Ucap Arga yang membuat Yunie berjalan mendekat. Tangan Yunie mengambil kunci motor dari genggaman Arga.

Kunci itu dibawa menuju dalam kamar danmau tak mau membuat Arga mengikuti Ibunya kedalam kamar, Naya masih duduk dikursinya dan mencoba mendengar obrolan ibu anak itu.

“Kamu baru sembuh Arga, ngerti gak si?” tanya Naya menahan emosi. Mendengar nada Yunie yang naik membuat Arga hanya menampilkan gigi taringnya sembari menggaruk kepala belakang.

“hehe, maaf bu. Soalnya tadi udah janjian ketemu sama supir taxi.” Ucap Arga pelan.

“haduhhh, yaudah Ibu aja yang nyamperin. Kamu dirumah sama Tante Naya.” Putus Yunie yang langsung menuju parkiran dimana motor diparkir.

Tak lama Arga keluar dari kamarnya dengan jaket yang sudah dibuka, anak itu duduk kembali di depan Naya yang masih mengunyah.

“Gimana?” tanya Naya pada Arga yang ikut melanjutkan makan.

“Ibu mau ketemuan sama supir taxi tadi Tan.” Balas Arga secukupnya.

Naya menghela napas dan menengok kearah belakang, Wanita putih itu menyeringai dan beridiri dari duduknya. Berjalan keraha garasi dan kembali ke arah Arga dengan tatapan nakal.

“Arga!” ucap Naya yang mengecak pinggang, Arga meletekkan sendoknya dan matanya membulat.

Wanita yang tingginya hanya sebatas dagu Arga itu memgang ujung dress nya sehingga tubuhnya membungkuk sehingga Arga bisa meliahat belahan dadanya dengan jelas.

Dengan perlahan tangan itu bergerak naik diabrengi dengan dress yang ikut naik. Arga hanya bisa menhaan ludah saat dress itu kian memperlihatkan kemolekan tubuh Tante Naya.

Hingga dress itu berakhir dengan memperlihatkan celana dalam Naya yang hari ini berwarna putih dengan renda dibeberapa sisi. Nafsu makan anak itu hilang begitu saja dan berganti dengan nafsu seks yang tinggi.

“Ibu kamu udah pergi, giliran tante yang ingin dipuasin sama kontol kamu nih.” Ucap Naya yang membuat penis Arga mengacung tanpa bisa dihentikan.

Naya kembali berjalan dengan dress yang sudah terbuka sehingga hanya menyisakan celana dalam karena bh nya sudah ikut terlepas. Arga masih diam dikursinya dengan tangan meremas sendok.

“masa remes sendok terus, ini susu Tante di diemin aja hmm?” goda Naya sembari memegang kepala Arga. Karena tak mendapat respon Naya berinisiatif dengan bergerak cepat karena sadar Yunie tak akan lama lagi kembali.

Arga seperti dihipnotis saat Naya menyuruhnya untuk mundur sehingga ada ruang antara dirinya dengan meja makan. Benar saja Naya segera duduk diatas paha pemuda itu dengan tanganyang dikalungkan.

Tubuh Arga seketika memanas dengan tangan yang tergantung disisi kursi. Naya pun hanya tersenyum dan kembali menuntun Arga untuk meremas payudaranya.

Pinggul Wanita itu bergerak kekiri dan kekanan mengikuti napas Arga yang semakin cepat, belum lagi remasan pada payudaranya yang membuat mulut Wanita itu tak bisa menahan desahannya.

Arga mulai terbwa permainan teman ibunya itu, dengan tenaga yang sudah kemabli pemuda itu muali membuka mulut dan dengan lahap menjilati payudara Naya bergantian.

“Tante sudah tahu kalo ibu kamu shhhh selingkuh aww shhhh.” Ucap Naya yang membuat Arga menghentikkan lumatannya, pemuda itu menatap Naya dengan mengerutkan dahi.

“udah kamu jilatin dulu biar tante jelasin.” Ucap Naya yang memegang kepala Arga dan didekatkan pada dadanya.

Arga hanya mengangguk dan melanjutkan jilatannya, pemuda itu masih dikurung dalam kebingungan karena minggu kemarin dia bercerita tentang ibunya yang berselingkuh dan Tante Naya hanya menanggapi dengan secukupnya.

“Tante udah tau kalo Yunie ada main sama pria lain shhhh” jelas Naya yang dilanda kenikmatan karena jilatan Arga semakin intens.

“terus gimana?” tanya Arga disela dirinya mengambil napas sebelum kembali menciumi payudara Naya yang mulai berwarna merah dibeberapa titik.

“emm ga jadi deh.” Ucap Naya yang menyadari jika ia membongkar rahasia Yunie, tetapi dirinya merasa bersalah karena menyembunyikan hal penting bagi Arga dan tidak menutup kemungkinan Arga akan berbuat seperti kemarin.

Naya menggoyangkan pinggulnya beberapa kali untuk menggoda Arga karena tahu jika penis pemuda itu sudah tegang maksimal.

“uhhh kamu bikin Tante gak konsen nih, mana titit kamu udah ngaceng hihi.” Ucap Naya yang mengurangi rasa takutnya karena sekarang rahasia Yunie akan ia bongkar pada Arga.

Benar saja Arga hanya memancing Naya agar bisa berkata apa adanya dan sebaliknya disatu sisi dirinya ikut terbawa oleh permainan teman ibunya itu. Penis arga sudah seperti gelembung yang bersembunyi dibalik celana training yang Ia pakai.

Tiba-tiba pemuda itu menghentikan lumatannya dan menatap mata Naya dengan tajam dan membuat Wanita itu salah tingkah.

“Arga gak mau kalo Tante malah sembunyiin rahasia Ibu, kalo Tante jujur Arga bakal puasin tante kayak minggu kemarin.” Tawar Arga dengan tatapan tengil.

“hmm kok gitu si?.” Tanya Naya gemas.

“yaudah kalo tante gak setuju.” Ucap Arga yang memilih mengangkat Naya dan didudukan diatas meja yang masih berisikan makanan.

Naya termenung dengan tatapan tak percaya ditengah nafsunya yang sudah memuncak, celana dalamnya pun mulai basah belum lagi tangannya yang bergetar. Arga berjalan menjauhi Naya menuju halaman belakang.

“Ayah sambung kamu gay.” Ucap Naya tegas.

Arga seketika terdiam dan membalikkan tubuhnya hingga dirinya kembali melihat Naya yang menutup payudaranya.

“ma-maksud tante?.” Tanya Arga sekali lagi karena takut pendengarannya salah.

“Ardi gak suka cewek, ayah sambung kamu gay.” Ucap Naya tegas dan membuat Arga memebulatkan matanya.

Rasanya dunia sudah runtuh seiring tangisan Arga yang mulai turun hingga jatuh di lantai, pemuda itu berusaha keras mengusap matanay yang kain membuaram namun air mat aitu tak ekunjung berhenti dan kian deras.

“Tante udah tahu lama, maaf baru sekarang bisa ngasih tahu kamu.” Ucap Naya yang semakin membuat Arga tak bisa mengeluarkan jawaban sepatah kata pun.

“Arga ga ngerti. ANJINGGGGGG…” Jerit Arga yang membuat Naya turun dari meja makan dan segera berlari pada Arga yang sudah terduduk dilantai. Wanita itu memeluk Arga dengan erat dan terus mengusap punggungnya.

“Kenapa!, kenapa hidup Arga kayak gini Tante.” Ucap Arga yang semakin mengeluarkan air mata. Naya pun merasa menyesal tetapi apalah dayanya ia jika harus berbohong terus menerus.

“Kamu kaan ngerti Arga, tapi bukan sekarang.” Ucap Naya menenangkan.

“SEMUA SAMA AJA. IBU-AYAH-TANTE EMANG AKU APA DIAMATA KALIAN!.” Teriak Arga yang langsung berdiri dan berlari menuju kamarnya.

Naya pun bingung dan tanpa sadar air matanya ikut turun, Wanita itu seketika dilanda kebingungan yang hebat dan merasa bodoh.

Dengan sisa tenaga Naya memunguti pakaiannya dan memakai nya kembali, Wanita itu memilih duduk diruang tamu berharap jika Arga memebuka kembali pintu kamarnya dan Ia bisa berbicara kembali.

---

Yunie memarkirkan sepeda motornya dan berjalan menuju dalam rumah sembari membenarkan rambutnya, mata Yunie langsung tertuju pada Naya yang duduk disofa dengan kepala tertunduk.

“Ada Apa Nay?” tanya Yunie yang menyadari jika suasana rumahnya berubah.

Naya tak menjawab dan berjalan melewati Naya begitu saja, Wanita itu dengan cepat merapihkan sisa barang termasuk tempat makanan yang ia bawa. Dokter cantik itu keluar rumah tanpa pamit dan membuat Yunie hanya menggelengkan kepala.

Yunie menutup pintu depan yang sebelumnya dibuka oleh Naya, Ibu dari Arga itu memilih untuk mandi dan membersihkan badannya setelah berkeringat.

Tangannya masih menggosokkan sabun saat pikirannya melayang dan menerka apa yang terjadi saat dirinya keluar. Air yang mengalirpun tidak dapat memecahkan masalah yang ada didalam pikirannya.

---

Arga menutupi dirinya dengan selimut dan berharap tidak ada Cahaya yang masuk pada iris matanya, dirinya hanya diam dengan pikiran yang akan meledak. Semua yang diucapkan Naya membuat batin bahakn raganya ikut melemah begitu saja.

Ada sedikit harapan saat Tante Naya mau mendengarkan ceritanya seminggu lalu, tetapi semua itu hancur saat ia mengetahui jika teman ibunya itu sudah mengetahui jauh sebelum dirinya. Waktu sekaakan berhenti saat gelapnya pandangan Arga memekat dan terus hilang.

TOK TOK TOK

Arga terbangun dari tidurnya dan mendengar jika ketukan pada pintunya tak kunjung berhenti dan menuntut diirnya untuk membuakakan.

KREKK..

Arga hanya mendecih saat tahu jika Ibunya yang sejak tadi mengetukkan pintu dan dirinya hanya bisa mengecak pinggang. Melihat itu Yunie hanya mengedipkan matanya berapa kali dan menyentuk tangan Arga untuk turun dari pinggang karena terlihat tak sopan.

“sejak kapan ibu ngajari kamu gak sopan kayak gini?.” Ucap Yunie sembari menggelengkan kepala. Arga kembali mendecih dan metanya mendelik tajam.

“SOPAN?, MAKAN TUH SOPAN!” Teriak Arga yang langsung menutup pintu kamarnya.

“ARGA! DENGERIN IBU.” Teriak Yunie tak kalah kencang dan membuka paksa pintu anaknya.

Arga memilih mundur hingga berada disisi jendela yang menjadi saksi saat dirinya mengintip seorang satpam jelek menjamah tubuh ibunya itu.

“MAKSUD KAMU APA TERIAK-TERIAK HAH!” ucap Yunie yang belum merendahkan suaranya.

Arga tertawa dan membuat Yunie mengerutkan dahi, saat Wanita itu berjalan mendekat tawa itu memelan dan berubah menjadi tangisan yang tak bisa Arga tahan.

“Arga?” tanya ibunya dengan hati-hati.

“Maksud ibu apa?” tanya Arga pelan.

“Apanya Arga, ibu gak ngerti.”balas Yunie yang semakin heran.

“MAKSUD GUA LO NGAPAIN ANJING!!” Teriak Arga didepan muka Yunie.

PLAK.

Yunie menampar Arga hingga pipi anaknya itu memerah.

“MAKSUD IBU APA NGEWE SAMA PAK BAMABANG HAH!” Teriak Arga kembali.

“IBU NGEWE SAMA SATPAM KOMPLEK!!! BAHKAN ANJING GAK MAU NGENTOT DIDEPAN ANAKNYA YANG LAGI SAKIT!” Jerit Arga hingga suaranya melengking dan membuat Yunie hanya bisa diam.

“ka-kamu gak ngerti posisi Ibu.” Balas Yunie yang sudah menangis. Melihat itu Arga hanay tertawa dan meninggalkan ibunya yang mematung.

“Arga gak segan segan kabur kayak abang abis ini Bu, Ibu udah kelewatan” ucap Arga yang berjalan meninggalkan kamarnya.

Yunie mengepalkan tangannya dan memukul dadanya pelan, pukulan itu kian kencang dan terus cepat saat tangisannya meluruh.

“Bayu kenapa kamu….” Tangisan Yunie terus mengucur meski suara pintu dibelakangnya terbuka kembali.

“Arga mau keluar, maaf.” Ucap Arga pelan dan langsung meninggalkan Ibunya yang masih terududuk dilantai.

Pemuda itu berjalan menuju garasi dengan mata yang masih merah, saat ini dirinya hanya perlu menenangkan diri sebelum merencanakan apa yang akan ia perbuat kedepannya. Langit mulai menghitam saat Arga sampai didepan rumah Reno yang tampak sepi itu.

Arga menarik napas panjang sebelum memilih menekan bel pada sisi pagar.


Bersambung...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd