Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dibalik Teduhnya Senyum Ibuku

15 | PULANG

Ruangan hitam dengan pencahayaan lampu kuning menjadi teman bagi Arga selama 6 jam lamanya. Hanya ada suara jam yang berganti angka tiap detik. Jari Arga tak berhenti untuk mengetuk meja dengan ritme yang berubah ubah, termasuk raut wajahnya yang tertawa bahkan menangis dalam satu waktu.

Masih teringat raut pasrah ayahnya yang tak berdaya setalah puluhan kali menerima pukulan dari tangan nya. Darah menjadi teman dan teriakan dari Ibunya adalah kata selamat atas dirinya yang berani mengambil keputusan.

Satu jam lalu seorang penyidik dengan kumis tipis bertanya tentang peristiwa yang terjadi sehari lalu, namun dirinya sulit untuk merangkai kata dan terpaksa pemeriksaan akan dilakukan satu jam kedepan.

Mata Arga hanya bisa melihat sebuah poster di dinding ruang interogasi yang bertuliskan sebuah ayat dosa berbohong, bibir nya hanya bisa membaca dan berkaca. Dirinya sudah bingung untuk membedakan antara dosa dan rasa gembira. Disatu sisi dirinya merasa jika yang ia lakukan benar namun disisi lain ada secuil rasa bersalah yang jika ia tiup pun akan hilang dalam sekejap.

Kret..

Suara pintu terbuka membuat Arga menolah kearah kanan dan melihat Tante Naya. Dahi nya mengerut pelan dan tak percaya jika teman ibunya akan datang meski kali ini ditemani seorang penyidik yang sebelumnya memeriksa dirinya.

"Arga perkenalankan ini dokter Naya dari rumah sakit daerah, tolong kamu bekerja sama untuk menjawab semua pertanyaan.”

“Pak beri saya waktu untuk berdua” ucap Naya.

Tak lama setelah memastikan borgol pada tangan Arga, penyidik itu pergi meninggalkan keduanya yang sudah diliputi rasa rindu juga penasaran disatu sisi.

Mata Naya melirik penyidik yang menutup pintu dan menjadi suara terakhir sebelum melihat seorang pemuda yang ia ian betul kemarin bermalam dirumahnya sudah duduk di ruangan yang tak ia sangka.

Naya tak menyangka jika Langkah ang dimaksud Arga adalah dengan menghabisi ayah kandungnya sendiri, meski Yunie sudah mengabari jika Ardi sudah terbangun dari pingsannya. Wanita yang saat ini memakai kemja itu hanya bisa diam dan menatap Arga yang masih menunduk.

“Kenapa?” ucap Arga pelan dan membuat Naya mencoba untuk fokus.

“Kenapa jadi gini, kenapa jadi Arga yang salah. Kenapa semua jadi salah Arga.” Lanjut Arga setelah mengambil napas.

Naya hanya bisa diam dan membiarkan Arga untuk bercerita lebih lanjut, dirinya sudah beberapa kali mendamping pelaku kejahatan yang masih dibawah umur. Tetapi baru kali ini ia menemani seseorang yang kemarin menatapnya dengan dalam bahkan membawa hatinya.

Mata Naya meliahat cctv dan menggigit gigi nya dengan kencang, dirinya berandai-andai jika kamera pengawas itu tak ada mungkin dirinya sudah memeluk Arga dengan erat.

“Selesai?” ucap Naya dan membuat Arga mengangkat wajahnya.

“Maaf.” Balas Arga yang merasa terlalu jauh atas tindakannya.

Jujur saja saat ayahnya datang semua amarah muncul begitu saja dan dirinya merasa tak bisa dikontrol dan baru sadar saat Ibunya menarik paksa tubuhnya. Dari situlah matanyahnaya bisa menatap tak percaya pada ayahnya yang sudah tak sadar dengan dipenuhi darah.

“Tante gak butuh maaf kamu, tante butuh cerita kamu.” Tegas Naya mencoba bersikap professional meski jantungnya semakin kencang berdebar.

Klise memang saat dirinya jatuh cinta dengan anak dari temannya dan kini menjadi seorangyang ia pinta keterangan. Namun, saat ini cerita Arga akan menjadi pertimbangan untuk hukuman kedepannya.

Arga menarik tangan dari bawah meja dan manaruhnya diatas meja, Naya menatap cctv dan menganggukan kepalanya sebelum seorang penyidik masuk dan kali ini membawa sebuah laptop.

Arga kembali menunduk dan bibirnya bergerak menceritakan peristiwa kemarin. Bukan kemarin lebih tepatnya saat Ia mencertikan Ibunya yang berselingkuh, ayahnya yang gay dan kakaknya yang kabur dari rumah.

Penyidik beberapa kali mengerutkan dahi pada cerita Arga karena merasa tak percaya jika anak muda dengan sebuah beban yang besar. Ada rasa iba yang muncul sebelum sadar jika Tindakan pemuda didepannya tak bisa ia benarkan.

Cerita itu terus mengalir hingga tiga puluh menit, namun waktu itu terasa berjalan pelan bagi Arga bahkan energinya hampir habis belum pula tangisnya yang jatuh tiba-tiba.

Semuanya terdiam saat cerita Arga berakhir dengan adegan dimana dirinya memukuli ayahnya, saat itu pula penyedik menatap Naya dan Arga bergantian.

“Baik untuk mas Arga setelah ini akan dipindahkan ke sel semenatara dan Ibu Naya kami ucapkan terimakasih.” Penyedik berdiri dan memberi kode agar Naya segera ikut pergi.

Wanita itu mengangguk dan menatap Arga untuk terakhir kali sebelum akan berpisah untuk sementara waktu.



-----

5 Tahun kemudian

Arga masih memegang alat cukur saat metanya menatap pantukan dirinya pada cermin. Kumis yang tumbuh membuat dirinya lebih dewasa. Waktu berjalan sangat lambat rutinitas harian yang ia kerjakan dengan rasa malas membuat hari ini begitu spesial.

“Cabut lo?” ucap Bang Ucok dari belakang tubuhnya.

“Iya bang hehe.” Balas Arga asal namun bibirnya tak berhenti untuk tersenyum.

“Kayak gadis aja lo, ngaca dari tadi kagak beres-beres.” Balas Bang Ucok menggelengkan kepal pada anak paling muda di sel nya.

“Maaf ya kalo ada salah bang.” Arga membalikkan badannya dan melihat teman satu selnya.

Semua hanya tersenyum dan Bang Ucok pun berdiri, pria dengan tato disepanjang lengan kiri itu merangkul Arga.

“Lo kalo ada masalah diluar kabarin gua ya hahaha. Sayang wajah ganteng lo kalo ga jadi apa-apa.” Ucap Bang Ucok yang membuat semua orang didalam sela beridir dan menyalami Arga satu persatu.

Memang Arga merasa jika penjara adalah tempat paling terkekeng tapi dirinya tak menampik jika teman satu selnya adalah orang-orang dengan jiwa setia kawan yang tinggi. Mungkin dirinya beruntuk saat baru pindah dari penjara anak dirinya bertemu Bang Ucok yang melindungi dirinya saat tahu alasan dirinya dipenjara.

“Atas nama Arga.” Ucap sipir yang memebuat Arga berbalik dan tersenyum. Kali udah rasanya jauh lebih segar dari kemarin-ada beban yang terangkat dan membuat pemuda itu tak berhenti untuk terus tersenyum.

Kemeja polos berwana cokelat dipadupadankan dengan celana jeans membuat Arga Nampak gagah. Wajar saja karena bosan selama didalam penjara dirinya melakukan olahraga yang dua kali lipat dibandungkan dirinya dulu. Kini dadanya jauh lebih tegap dan tatapannya kian tajam.

Arga masih duduk pada bangku runag tunggu dengan tangan yang menepuk pelan tas gendong, menunggu giliran tanda tangan kepal sispir sebelum kembali mnejadi manusia bebas.

Tak berapa lama Arga masuk kedalam ruangan dengan warna biru muda dan duduk didepan kepala sipir.

“Siap ?” tanya kepala sipir pada Arga yang tersenyum

“Biar waktu yang menjawab Pak.”



----

Cahaya kuning masuk kedalam ruang tidur Naya, wanita itu terbangun dengan rasa pegal di pinggul setelah semalaman menemani suaminya. Matanya mengerjap beberapa kali sebelum menegakkan punggung dengan satu gerakan.

“Uhhh” rasa nyeri juga melanda selangakangan Naya yang ia lihat tak tertutup apapun.

Hanya bisa mendesis dan menaikkan kedua tangannya Naya memilih berdiri dan membuka jendela di samping kamarnya. Rasa-rasanya baru kali ini Ia merasa hidup dipagi hari, udara diluarpun terasa segar dengan daun ditaman dipenuhi embun.

“Sayang.” Ucap suaminya tiba-tiba dan membuat Naya membalikkan tubuhnya.

Sembari berjalan raut muka Naya berubah semakin manis dengan senyum lebar, tubuh polos yang dihiasi dua aerola berwarna cokelat muda dengan perut yang membuncit sedikit.

“ada apa?.” Balas Naya yang duduk kembali pada kursi disamping ranjang

“Makasih udah mau ada disisi aku.”

Naya hanya diam dan menunduk, tangan suaminya bergerak dan menyentuh jari-jari Naya .

“Makasih udah mengandung anak kita, akhirnya kitab isa punya buah hati juga.” Ucap suaminya hangat dengan tangan yang semakin erat meremas.

Naya menarik tangannya dan bergerak gelisah, tubuhnya memanas karena malu denga apa yang suaminya perbuat.

Keduanya terdiam dan hanya merasakan angin dingin dari balik jendela yang masuk tanpa permisi, pria dengan kumis tipis itu menarik Naya hingga semakin dekat dengan sisi ranjang. Naya hanya tersenyum kecil dan melepaskan genggaman suaminya, Wanita itu segera berjalan menuju keluar kamar.

“mau kemana?” tanya suaminya.

“Anterin kamu ke Yunie, dasar anak nakal.” Balas Naya setelah menutup pintu kamar. Arga hanya membulatkan matanya dan tak bisa berkata-kata.

Dengan cepa targa menyibak selimutnya dan langsung berjalan menuju pintu kamar tanpa menyadari jika dirinya tak memekai pakaian sehelai pun.

“ARGAA!!!!” Teriak Yunie yang ternyata sudah duduk manis pada ruang santai didepan kamar Naya.

“Ibu?” ucap Arga reflek menutupi kemaluannya dengan kedua tangan, pada sisi lain Yunie hanya bisa menahan tawa dan tanpa sepengatuhan Arga dirinya sudah memberi tahu Yunie mengenai Arga yang ia sembunyikan selama ini.

“mana baju kamu?” ucap Yunie kembali karena Arga hanya mematung. Karena kesal dengan cepat Yunie menarik Arga kedalam kamar dan berbuah tawa dari Naya dari balik dinding.



“Maaf.” Ucap Yunie mengawali percakapan dengan anakanya setelah dua tahun menjaga jarak.
Arga hanya diam dan menatap lurus pada mata Ibunya dan dibalas dengan raut sedih juga bingung, wajar saja karena sejak dirinya dipenjara selama lima tahun ibunya haya berkunjung dan itupun sekedar mengantar makanan.
“Masih inget punya anak?” sarkas Arga membuat Yunie tanpa sadar menangis.
“maafin Ibu ya.” Lirih Yunie dan mencoba memegang tangan anaknya
Arga tertawa kecil dan menepis tangan ibunya, pemuda itu menarik napas dalam dan membuangnya kasar. Matanya tertuju pada Naya yang sedang mengusap perut dimana anaknya sedang dikandung.
“Sekarang Arga bareng Naya, Arga udah maafin Ibu tapi maaf udah gak mungkin Arga pualng kerumah.” Putus Arga membuat Yunie hanya bisa diam dan terntunduk.
Arga berdiri meninggalkan ruang santai dan berjalan menuju kamar untuk menutupi rasa rindu juga benci pada Ibunya, sebenarnya ia tahu jika Ibunya ingin datang saat ia dipenjara namun dihalangi oleh Naya karena alasan mental dirinya.
Ia pun sadar dan hanya bentuk menegur ibunya, kini ibunya itu sudah bercerai dengan Ardi dan memilih hidup sendiri. Abangnya tak kunjung pulang namun kini lebih sering menghubungi ibunya itu.
Dan informasi dari Naya kini ia tahu jika Ibunya hanya hidup sendiri dan ditemani oleh tukang kebun Bernama Pak Abel yang belum pernah ia lihat.

TOK TOK TOK



Pintu terbuka dan menampilkan Naya, Wanita itu dengan cepat berjalan dan memeluk Arga dengan erat, tangannya mendekap hingga tubuh keduanya saling merasakan aman.

“Apapun keputusan kamu, aku akan dukung.” Ucap Naya menenangkan saat Arga kembali menangis dengan tubuh yang bergetar. Tangannya menepuk pelan dan sesekali mengusap punggung pemuda yang kini menjadi suaminya itu.

Tubuh kedunya terlepas tapi tidak dengan tangan Arga yang meremas pelan jemari Naya, pemuda itu tanpa malu membawa tangan Naya pada dadanya yang kini berdetak cepat. Mata nya menusuk kedalam palung terdalam hati Naya.

“Aku percaya sama Tante nakalku.” Ucapnya dan membuat Naya seperti terhipnotis.

Waktu seperti berjalan lambat dan Naya bisa dengan jelas melihat wajah tampan Arga yang mulai mendekat padanya untuk meminta sebuah jawaban.

Mmmhhh

“Buka mulutnya sayang.” Ucap Arga yang disanggupi Naya.

Napas kedunya saling mengisi jarak yang ada diantara kedua muka, Naya tak membohongi jika rasa nafsu yang ia punya berubah menjadi rasa cinta yang dia sendiri merasa naif.

“Kamu?.” Ucap Naya yang melihat Arga hanya diam menatapnya dengan senyum yang tak bisa ia artikan.

Tangan arga bergerak menuju Pundak Naya yang dihiasi tali piyama berbhan satin, dengan satu gerkaan tali itu jatuh hingga terlihatlah gundukan lucu dengan aerola berwarna cokelat muda.

“BH tante mana?” tanya Arga dengan tampak yang ia buat sepolos mungkin.

“Aish, kamu mah.” Keluh Naya yang memajukan dadanya hingga menyentuh hidung Arga.

Arga terkekeh dan tidak membuang kesempatannya-lidah pemuda itu sudah bersarang pada puting Naya yang mengacung seperti meminta pertanggung jawaban. Desahan keluar begitu saja dari bibir Naya, bagaimana tidak puting dari seorang istri pejabat itu diperlakukan layaknya permen yang membuat candu sorang Arga.

Lidahnya menyapu dengan gerakan memutar yang membuat Naya semakin tak nyaman berada dipelukan Arga, terlebih penis anak muda itu sudah mengacung.

“aduhhh udah Argaa shhh.” Desah Naya yang menjambak rambut Arga.



Brak

“ARGAAAA!!!” Teriak Yunie yang membuat Naya tertawa kencang.

Arga hanya bisa menhan malu dan merapihkan Naya yang ta kia duga kini menjadi Istrinya.

TAMAT
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd