meguriaufutari
Guru Semprot
- Daftar
- 24 Feb 2011
- Post
- 693
- Like diterima
- 2.031
Scene 2
"Shinchaku jouhou, Ayumi? (Ada kabar baru apa, Ayumi?)" Tanyaku.
Dia sepertinya sedang sangat serius melihat laptopnya. Kemudian, ia melambaikan tangannya kepadaku. Aku segera datang ke tempatnya untuk melihat layar laptopnya.
"Menurutmu, ini siapa?" Tanya Ayumi.
Hmmm, Ayumi menunjuk seseorang yang sedang berjalan di tengah keramaian Ginza. Seseorang itu bertubuh kecil dan berambut pendek. Sepertinya wanita. Tunggu, dari cara berjalannya dan postur tubuhnya, bukan tidak mungkin aku melupakan orang itu. Aku pernah bertarung dengannya sekali, dan hampir saja kalah jika waktu itu Matsuyama tidak datang untuk membantuku. Wajar saja sih jika aku hampir kalah. Aku adalah petarung bela diri freestyle yang mencampurkan karate, taekwondo, aikido, dan bermacam-macam bela diri lain yang menggunakan tangan kosong. Dengan kata lain, aku adalah petarung jarak dekat. Menghadapi petarung jarak jauh seperti dia, tentu saja aku dirugikan.
"Tobari no Anegawa Houzuki ka? (Apakah itu Houzuki Anegawa, si jarum terbang?)" Tanyaku.
"Oretachi ha kanojo ga aruite iru michideari, kanojo no karada ni mireba, osoraku sore ha kanojo da. Mite yo, kanojo ha ichido mo modotte mitenai ga, kanojo ha tsuneni shinchou da. (Jika kita melihat dari cara dia berjalan dan postur tubuhnya, sepertinya itu memang dia. Lihat, dia berjalan hanya melihat ke depan saja, tapi dia sama sekali tidak lengah.)" Kata Ayumi.
"Anata ha sore ga kanojo denai baai demo, kanojo ha futsuunohito de ha naito iitai nodesuka? (Apakah kamu mengatakan bahwa sekalipun itu bukan dia, wanita ini tetap saja bukan orang biasa?)" Tanyaku.
"Yap. Itu dia." Kata Ayumi.
"Itu si jarum terbang, tidak salah lagi." Kataku.
"Mochiron, kisama ha hijou ni kakushin shite yo. Kisama ha tadashi kanojo no mae ni tatakatte kimashita ka? (Tentu saja kamu sangat yakin. Kamu pernah bertarung dengannya sebelumnya kan?)" Tanya Ayumi.
"Hai. Kanojo ha tsuyoi desu. (Iya. Dia itu kuat.)" Kataku.
"Jadi, mau bagaimana sekarang?" Tanya Ayumi.
"Ayumi, mohon terus lakukan monitor. Aku akan pergi kesana untuk meringkusnya. Mumpung ia sendirian." Kataku sambil bersiap-siap untuk pergi.
"Wakarimashita. (Baiklah.)" Kata Ayumi.
Sesaat setelah aku beres-beres dan hendak keluar dari ruangan Ayumi, tiba-tiba Ayumi memanggilku kembali.
"Kagura, Matsuyama ga iru ka? (Kagura, apakah Matsuyama ada?)" Tanya Ayumi.
Hmmm, Matsuyama? Aku melihat sekeliling, dan kemudian menggelengkan kepalaku.
"Sebaiknya, kamu membatalkan niatmu saja." Kata Ayumi.
"Hee? Doushite? (Hee? Mengapa?)" Tanyaku.
Kemudian, Ayumi menunjuk kembali laptopnya. Aku melihatnya, dan ternyata kamera tersembunyi di kota Ginza sudah mati, lebih tepatnya kamera yang sedang diarahkan oleh Ayumi untuk mengawasinya.
"Mungkinkah kebetulan saja?" Tanyaku.
Ayumi menggelengkan kepalanya sambil mengetik-ngetik sesuatu. Kemudian, layar laptopnya menampilkan seluruh kondisi kamera tersembunyi di Jepang.
"Lihat. Ini kamera yang tadinya sedang menyorot si jarum terbang itu. Terlepas dari kabel utamanya. Bukan kebetulan, Kagura. Ada yang memotongnya." Kata Ayumi.
"Baai ha watashitachi no kakusareta kamera ni tsuite hanashite imasu... nomi Takeru-san, anata, watashi, soshite Matsuyama ha sorera ga doko ni aru ka shitte imasu. (Masalah kamera tersembunyi milik Hikari... Hanya Takeru-san, kamu, aku, dan Matsuyama yang tahu letaknya.)" Kataku.
"Anata ha Matsuyama koto wo... (Apakah menurutmu Matsuyama...)" Kataku.
"Ore ga itta node ha aru nai yo. (Aku tidak bilang begitu.)" Kata Ayumi.
"Jadi?" Tanyaku.
"Siapapun orang itu, sepertinya ia ingin melindungi si jarum terbang... atau ingin menghilangkan bukti." Kata Ayumi.
"Jadi, ada kemungkinan bahwa ia hendak menyerang si jarum terbang itu?" Tanyaku.
"Aku tidak tahu. Tapi yang jelas, dia tidak berpihak pada kita." Kata Ayumi.
"Siapa yang menurutmu bisa menemukan kamera tersembunyi itu?" Tanyaku.
"Yah, mata-mata yang sangat hebat. Bisa jadi Matsuyama... atau si bayangan tersembunyi dari Yami." Kata Ayumi.
"Sasuke Sarutobi..." Kataku.
"Intinya, tanpa Matsuyama, bukan ide yang bagus untuk menyergap kesana." Kata Ayumi.
"Betul sekali, tanpa Matsuyama, bukan ide yang bagus untuk menyergap kesana." Kata Matsuyama dibelakang kami.
"Iya. Aku setuju." Kataku.
Kemudian, aku dan Ayumi saling lihat-lihatan satu sama lain. Kami terbingung-bingung dengan suara Matsuyama yang baru saja kami dengar. Kemudian, kami segera menoleh kearah suara itu berasal, dan ternyata Matsuyama sudah berdiri didepan pintu ruangan Ayumi.
"Matsuyama. Kebetulan. Bantu aku. Kita akan menyergap si jarum terbang Houzuki itu." Kataku.
"Ah, maaf Kagura. Aku baru saja mendapatkan perintah dari Takeru-san. Kita diminta untuk menginvestigasi kasus yang lebih penting." Kata Matsuyama sambil memberikan koran kepadaku.
Aku dan Ayumi langsung melihat berita di koran itu. DAYOTO NO MUSUME GA KETSURAKU SHITE IMASU. (PUTRI DAYOTO MENGHILANG.). Itulah berita yang tertera di koran pagi hari ini. Aku membaca detail berita itu. Berita detail artikel itu mengatakan bahwa putri pimpinan besar industri otomotif Dayoto, Kiriko Dayoto, menghilang pagi ini. Menurut ayahnya, Oki Dayoto, ia mengutus putrinya untuk bertemu dengan eksekutif industri otomotif Danho. Tempat pertemuan mereka adalah Hotel Crowne Plaza Tokyo. Mengenai apa yang menjadi tujuan dari pertemuan ini, Oki Dayoto sendiri tidak memberikan komentar apapun.
"Jadi, aku harus ke tempat ini sekarang?" Tanyaku.
"Tidak perlu, aku sudah menyelidiki tempat itu, dan sayangnya tidak menemukan bukti apapun. Jika kamu kesana, kamu hanya buang-buang waktu saja." Kata Matsuyama.
"Jadi?" Tanyaku.
Kemudian, Matsuyama menunjuk salah satu gambar dari koran itu. Aku melihat gambar yang ditunjuk olehnya, dan gambar itu adalah gambar pimpinan tertinggi Danho.
"Polisi divisi investigasi sudah mewawancarai Danho terkait hilangnya Kiriko Dayoto ini. Danho sendiri memberikan jawaban yang sangat tidak bisa dipercaya." Kata Matsuyama.
"Sore ha? (Dan itu adalah?)" Tanyaku.
"Danho mengaku sudah mengirimkan email resmi kepada Oki Dayoto mengenai pembatalan pertemuan ini. Ia juga sudah menerima balasan dari Oki Dayoto untuk mengkonfirmasi terkaitnya pembatalan pertemuan dengan Danho." Kata Matsuyama.
"Lalu, kenapa Dayoto masih mengirimkan putrinya?" Tanyaku.
"Disinilah misteri besarnya. Oki Dayoto mengaku bahwa ia tidak dapat membuka emailnya sejak tiga hari lalu dikarenakan masalah teknis, sehingga otomatis dia tidak tahu bahwa Danho mengirimkan email kepadanya." Kata Matsuyama.
"Berarti Dayoto berbohong?" Tanyaku.
"Mungkin saja. Tapi bagaimana jika kita memikirkan kemungkinan lain?" Tanya Matsuyama.
"Emailnya diretas?" Tanya Ayumi.
"Itulah yang ingin kutanyakan kepadamu, Ayumi-chan." Kata Matsuyama.
"Tanpa adanya akun email itu, aku tidak bisa berbuat apa-apa." Kata Ayumi.
Kemudian, Matsuyama melemparkan sebuah smartphone kepada Yumi.
"Sore wo uketori. (Kamu baru saja menerimanya.)" Kata Matsuyama.
"... Houhou? (Bagaimana caranya?)" Kata Ayumi dengan bingung.
Tapi, sepertinya Ayumi menyadari sesuatu. Ia melihat koran itu kembali, dan kemudian tersenyum penuh maksud kepada Matsuyama.
"Nara Noriko ka? (Noriko Nara ya?)" Kata Ayumi sambil senyum penuh maksud.
Matsuyama hanya membalas senyumannya dengan penuh maksud juga.
"Oi, kore no imi ha nani? (Oi, ada apa ini?)" Tanyaku.
"Mondai wo kakaete iru, Matsuyama. (Kamu sedang dalam bahaya, Matsuyama.)" Kata Ayumi sambil tersenyum sementara ia mengecek smartphone itu.
Setelah itu, sepertinya Ayumi menemukan email yang dikirimkan oleh Danho kepada Dayoto dalam smartphone itu. Kemudian, ia menyambungkan smartphone itu dengan laptopnya, dan mulai mengetik-ngetik sesuatu dalam laptop itu. Setelah itu, ia melihat layar laptopnya dengan penuh keseriusan.
"Dayoto ha uso ja nai. (Dayoto tidak berbohong.)" Kata Ayumi.
"Dou? (Bagaimana?)" Tanya Matsuyama.
"Kare ha gokakan no kare no meeru ni shomei sarete nai. (Dia tidak membuka emailnya selama lima hari.)" Kata Ayumi.
"Bagaimana jika dia membukanya dari tempat lain?" Tanya Matsuyama.
"Tidak membuka dalam hal ini, adalah betul-betul tidak membuka. Tidak ada yang membukanya." Kata Ayumi.
"Berarti email mereka tidak aman ya karena bisa diretas olehmu." Kata Matsuyama sambil tersenyum mengejek.
Ayumi langsung menendang kaki Matsuyama dengan keras, membuat Matsuyama sangat kesakitan sambil mengangkat kakinya.
"Email ini sebetulnya sangat aman. Aku bisa mengintip data-data dalam email ini adalah karena mereka bekerjasama dengan Hikari. Ini adalah proyek lama dari Takeru-san untuk membantu memerangi cyber crime dalam provider email ini, sebagai gantinya, mereka memberikan alat untuk memonitor komunikasi dalam mail server mereka." Kata Ayumi.
Sekedar pengetahuan, cyber crime adalah tindak kriminali yang dilakukan dalam dunia cyber. Contohnya adalah pencurian data secara online, peretasan website atau email tanpa izin resmi dari pemiliknya, dan lain-lain. Mail server adalah otak utama dari email. Mail server ini bertugas untuk mengatur jalannya komunikasi email dan juga mencatat berita acara dalam komunikasi email.
"Dan jika kita melihat berita acara mail server ini, terjadi pengiriman email oleh Dayoto untuk mengkonfirmasi terkait pembatalan pertemuan kepada Danho." Kata Ayumi.
"Mengapa rancu sekali ya?" Tanyaku.
"Kagura, jika kamu mengirim email, harusnya email yang kamu kirimkan itu tercatat kan?" Tanya Ayumi.
"Iya, tentu saja." Kataku.
Ayumi tidak menjawab apa-apa. Ia menyerahkan smartphone itu padaku. Aku tahu apa yang harus kulakukan, yaitu mengecek pesan terkirim di email itu. Dan ajaibnya, pesan terkirim itu memang tidak ada di kotak pesan terkirim email smartphone itu.
"Jadi, emailnya memang diretas ya?" Tanyaku.
"Ya, diretas. Tapi bukan email miliknya yang diretas, melainkan mail server email ini yang diretas. Si peretas ini mengirimkan email kepada Danho menggunakan akun Dayoto melalui jalur belakang, sehingga tidak tercatat dalam kotak pesan terkirim dari email milik Dayoto ini." Kata Ayumi.
"Ayumi-chan ha sore wo okonau koto ga dekimasu ka? (Ayumi-chan, bisakah kamu melakukan itu?)" Tanya Matsuyama.
"Dengan brute force, bisa dicapai dalam ratusan juta tahun. Jika aku mengembangkan kecerdasan buatan, aku cukup optimis bisa melakukannya dalam puluhan tahun, dengan syarat bahwa algoritma enkripsi milik mereka tidak berubah." Kata Ayumi.
Brute force dalam dunia IT adalah suatu metode untuk menembus suatu sistem dengan melakukan input menggunakan seluruh kombinasi input yang mungkin. Jadi, misalkan suatu sistem memiliki password dengan dua digit huruf, maka metode ini akan melakukan input seratus kali dengan mencoba kombinasi 0-0, 0-1,0-2,... 9-9. Enkripsi adalah suatu teknik untuk merubah suatu pesan menjadi deretan huruf dan angka, huruf, dan sandi yang acak.
"Berapa lama algoritma enkripsi mereka berubah?" Tanyaku.
"Sekali dalam dua hari." Kata Ayumi.
Matsuyama kemudian memegangi kepalanya dengan kedua tangannya. Aku menghela napas panjang.
"Berarti pelakunya adalah..." Kataku.
"Seseorang yang sangat pintar. Jauh lebih pintar daripada aku." Kata Ayumi.
Waw, aku tidak bisa membayangkan di dunia ini ada orang yang lebih pintar dari Ayumi. Menurutku, Ayumi saja sudah seperti orang aneh dengan segala bahasa tekniknya.
"Moshimoshi... (Halo.)" Kata Matsuyama sambil mengangkat telponnya.
Kemudian, kulihat Matsuyama menjadi sangat serius hanya dalam waktu beberapa detik saja.
"Doko ka? (Kemana?)" Tanya Matsuyama.
"Hai. Wakarimashita. (Iya. Aku mengerti.)" Kata Matsuyama yang kemudian menutup telponnya.
"Saksi mata melihat seseorang menaikkan dua orang ke dalam mobil yang diparkir di basement hotel." Kata Matsuyama.
"Kiriko dan bodyguard-nya?" Tanyaku.
"Kita belum yakin sepenuhnya, tapi besar kemungkinan itu mereka." Kata Matsuyama.
Kemudian, ia menunjuk suatu daerah pada peta. Oh, itu kan suatu hotel kecil.
"Baiklah, aku akan kesana. Matsuyama, ikutlah bersamaku. Ayumi, aku minta bantuan kepadamu untuk mengajukan personil bersenjata sebanyak dua unit. Aku akan duluan kesana bersama Matsuyama." Kataku segera bersiap-siap untuk pergi dari sini.
"Wakarimashita. Kiyotsukete, Kagura, Matsuyama. (Baiklah. Hati-hati, Kagura, Matsuyama.)" Kata Ayumi.
Aku segera pergi mengambil mobilku dan pergi bersama Matsuyama. Pada pertengahan jalan, aku mulai berbicara.
"Hmmm, polisi yang bertugas menyelidiki dan mengambil smartphone milik Oki Dayoto... bernama Noriko Nara ya?" Tanyaku.
Matsuyama tidak menjawab. Lebih tepatnya, ia tidak ingin menjawab.
"Lalu, kamu bisa mendapatkan smartphone itu, pasti karena kamu merayu polisi bernama Noriko ini kan?" Tanyaku memojokkan Matsuyama.
"Aahh... itu..." Kata Matsuyama.
"Tapi, cintaku tetap hanya untukmu, Kagura-chan." Kata Matsuyama sambil kemudian mencium bibirku, dan meremas-remas buah dadaku.
Ukh, aku langsung dibakar birahi seketika itu juga. Tapi untunglah aku ingat bahwa aku sedang mengemudikan kendaraan. Aku langsung mendorong tubuh Matsuyama, dan mengembalikan ketenanganku yang sempat hilang sesaat.
"Konya made gaman shite. (Bersabarlah sampai nanti malam.)" Kataku sambil mencium lembut Matsuyama.
Matsuyama hanya tersenyum. Kemudian ia memberi tanda kepadaku untuk menghentikan kendaraan. Tempat ini adalah daerah Ginza, tempat si jarum terbang tadi terlihat.
"Aku ada urusan disini. Kamu duluan saja. Nanti aku menyusul, sayang." Kata Matsuyama.
Aku menurunkannya disini. Karena aku juga sedang terburu-buru, aku tidak menanyakan lebih lanjut mengenai urusannya. Setelah menurunkannya, aku langsung mengemudikan kendaraanku secepat mungkin.
BERSAMBUNG KE EPISODE-10
"Shinchaku jouhou, Ayumi? (Ada kabar baru apa, Ayumi?)" Tanyaku.
Dia sepertinya sedang sangat serius melihat laptopnya. Kemudian, ia melambaikan tangannya kepadaku. Aku segera datang ke tempatnya untuk melihat layar laptopnya.
"Menurutmu, ini siapa?" Tanya Ayumi.
Hmmm, Ayumi menunjuk seseorang yang sedang berjalan di tengah keramaian Ginza. Seseorang itu bertubuh kecil dan berambut pendek. Sepertinya wanita. Tunggu, dari cara berjalannya dan postur tubuhnya, bukan tidak mungkin aku melupakan orang itu. Aku pernah bertarung dengannya sekali, dan hampir saja kalah jika waktu itu Matsuyama tidak datang untuk membantuku. Wajar saja sih jika aku hampir kalah. Aku adalah petarung bela diri freestyle yang mencampurkan karate, taekwondo, aikido, dan bermacam-macam bela diri lain yang menggunakan tangan kosong. Dengan kata lain, aku adalah petarung jarak dekat. Menghadapi petarung jarak jauh seperti dia, tentu saja aku dirugikan.
"Tobari no Anegawa Houzuki ka? (Apakah itu Houzuki Anegawa, si jarum terbang?)" Tanyaku.
"Oretachi ha kanojo ga aruite iru michideari, kanojo no karada ni mireba, osoraku sore ha kanojo da. Mite yo, kanojo ha ichido mo modotte mitenai ga, kanojo ha tsuneni shinchou da. (Jika kita melihat dari cara dia berjalan dan postur tubuhnya, sepertinya itu memang dia. Lihat, dia berjalan hanya melihat ke depan saja, tapi dia sama sekali tidak lengah.)" Kata Ayumi.
"Anata ha sore ga kanojo denai baai demo, kanojo ha futsuunohito de ha naito iitai nodesuka? (Apakah kamu mengatakan bahwa sekalipun itu bukan dia, wanita ini tetap saja bukan orang biasa?)" Tanyaku.
"Yap. Itu dia." Kata Ayumi.
"Itu si jarum terbang, tidak salah lagi." Kataku.
"Mochiron, kisama ha hijou ni kakushin shite yo. Kisama ha tadashi kanojo no mae ni tatakatte kimashita ka? (Tentu saja kamu sangat yakin. Kamu pernah bertarung dengannya sebelumnya kan?)" Tanya Ayumi.
"Hai. Kanojo ha tsuyoi desu. (Iya. Dia itu kuat.)" Kataku.
"Jadi, mau bagaimana sekarang?" Tanya Ayumi.
"Ayumi, mohon terus lakukan monitor. Aku akan pergi kesana untuk meringkusnya. Mumpung ia sendirian." Kataku sambil bersiap-siap untuk pergi.
"Wakarimashita. (Baiklah.)" Kata Ayumi.
Sesaat setelah aku beres-beres dan hendak keluar dari ruangan Ayumi, tiba-tiba Ayumi memanggilku kembali.
"Kagura, Matsuyama ga iru ka? (Kagura, apakah Matsuyama ada?)" Tanya Ayumi.
Hmmm, Matsuyama? Aku melihat sekeliling, dan kemudian menggelengkan kepalaku.
"Sebaiknya, kamu membatalkan niatmu saja." Kata Ayumi.
"Hee? Doushite? (Hee? Mengapa?)" Tanyaku.
Kemudian, Ayumi menunjuk kembali laptopnya. Aku melihatnya, dan ternyata kamera tersembunyi di kota Ginza sudah mati, lebih tepatnya kamera yang sedang diarahkan oleh Ayumi untuk mengawasinya.
"Mungkinkah kebetulan saja?" Tanyaku.
Ayumi menggelengkan kepalanya sambil mengetik-ngetik sesuatu. Kemudian, layar laptopnya menampilkan seluruh kondisi kamera tersembunyi di Jepang.
"Lihat. Ini kamera yang tadinya sedang menyorot si jarum terbang itu. Terlepas dari kabel utamanya. Bukan kebetulan, Kagura. Ada yang memotongnya." Kata Ayumi.
"Baai ha watashitachi no kakusareta kamera ni tsuite hanashite imasu... nomi Takeru-san, anata, watashi, soshite Matsuyama ha sorera ga doko ni aru ka shitte imasu. (Masalah kamera tersembunyi milik Hikari... Hanya Takeru-san, kamu, aku, dan Matsuyama yang tahu letaknya.)" Kataku.
"Anata ha Matsuyama koto wo... (Apakah menurutmu Matsuyama...)" Kataku.
"Ore ga itta node ha aru nai yo. (Aku tidak bilang begitu.)" Kata Ayumi.
"Jadi?" Tanyaku.
"Siapapun orang itu, sepertinya ia ingin melindungi si jarum terbang... atau ingin menghilangkan bukti." Kata Ayumi.
"Jadi, ada kemungkinan bahwa ia hendak menyerang si jarum terbang itu?" Tanyaku.
"Aku tidak tahu. Tapi yang jelas, dia tidak berpihak pada kita." Kata Ayumi.
"Siapa yang menurutmu bisa menemukan kamera tersembunyi itu?" Tanyaku.
"Yah, mata-mata yang sangat hebat. Bisa jadi Matsuyama... atau si bayangan tersembunyi dari Yami." Kata Ayumi.
"Sasuke Sarutobi..." Kataku.
"Intinya, tanpa Matsuyama, bukan ide yang bagus untuk menyergap kesana." Kata Ayumi.
"Betul sekali, tanpa Matsuyama, bukan ide yang bagus untuk menyergap kesana." Kata Matsuyama dibelakang kami.
"Iya. Aku setuju." Kataku.
Kemudian, aku dan Ayumi saling lihat-lihatan satu sama lain. Kami terbingung-bingung dengan suara Matsuyama yang baru saja kami dengar. Kemudian, kami segera menoleh kearah suara itu berasal, dan ternyata Matsuyama sudah berdiri didepan pintu ruangan Ayumi.
"Matsuyama. Kebetulan. Bantu aku. Kita akan menyergap si jarum terbang Houzuki itu." Kataku.
"Ah, maaf Kagura. Aku baru saja mendapatkan perintah dari Takeru-san. Kita diminta untuk menginvestigasi kasus yang lebih penting." Kata Matsuyama sambil memberikan koran kepadaku.
Aku dan Ayumi langsung melihat berita di koran itu. DAYOTO NO MUSUME GA KETSURAKU SHITE IMASU. (PUTRI DAYOTO MENGHILANG.). Itulah berita yang tertera di koran pagi hari ini. Aku membaca detail berita itu. Berita detail artikel itu mengatakan bahwa putri pimpinan besar industri otomotif Dayoto, Kiriko Dayoto, menghilang pagi ini. Menurut ayahnya, Oki Dayoto, ia mengutus putrinya untuk bertemu dengan eksekutif industri otomotif Danho. Tempat pertemuan mereka adalah Hotel Crowne Plaza Tokyo. Mengenai apa yang menjadi tujuan dari pertemuan ini, Oki Dayoto sendiri tidak memberikan komentar apapun.
"Jadi, aku harus ke tempat ini sekarang?" Tanyaku.
"Tidak perlu, aku sudah menyelidiki tempat itu, dan sayangnya tidak menemukan bukti apapun. Jika kamu kesana, kamu hanya buang-buang waktu saja." Kata Matsuyama.
"Jadi?" Tanyaku.
Kemudian, Matsuyama menunjuk salah satu gambar dari koran itu. Aku melihat gambar yang ditunjuk olehnya, dan gambar itu adalah gambar pimpinan tertinggi Danho.
"Polisi divisi investigasi sudah mewawancarai Danho terkait hilangnya Kiriko Dayoto ini. Danho sendiri memberikan jawaban yang sangat tidak bisa dipercaya." Kata Matsuyama.
"Sore ha? (Dan itu adalah?)" Tanyaku.
"Danho mengaku sudah mengirimkan email resmi kepada Oki Dayoto mengenai pembatalan pertemuan ini. Ia juga sudah menerima balasan dari Oki Dayoto untuk mengkonfirmasi terkaitnya pembatalan pertemuan dengan Danho." Kata Matsuyama.
"Lalu, kenapa Dayoto masih mengirimkan putrinya?" Tanyaku.
"Disinilah misteri besarnya. Oki Dayoto mengaku bahwa ia tidak dapat membuka emailnya sejak tiga hari lalu dikarenakan masalah teknis, sehingga otomatis dia tidak tahu bahwa Danho mengirimkan email kepadanya." Kata Matsuyama.
"Berarti Dayoto berbohong?" Tanyaku.
"Mungkin saja. Tapi bagaimana jika kita memikirkan kemungkinan lain?" Tanya Matsuyama.
"Emailnya diretas?" Tanya Ayumi.
"Itulah yang ingin kutanyakan kepadamu, Ayumi-chan." Kata Matsuyama.
"Tanpa adanya akun email itu, aku tidak bisa berbuat apa-apa." Kata Ayumi.
Kemudian, Matsuyama melemparkan sebuah smartphone kepada Yumi.
"Sore wo uketori. (Kamu baru saja menerimanya.)" Kata Matsuyama.
"... Houhou? (Bagaimana caranya?)" Kata Ayumi dengan bingung.
Tapi, sepertinya Ayumi menyadari sesuatu. Ia melihat koran itu kembali, dan kemudian tersenyum penuh maksud kepada Matsuyama.
"Nara Noriko ka? (Noriko Nara ya?)" Kata Ayumi sambil senyum penuh maksud.
Matsuyama hanya membalas senyumannya dengan penuh maksud juga.
"Oi, kore no imi ha nani? (Oi, ada apa ini?)" Tanyaku.
"Mondai wo kakaete iru, Matsuyama. (Kamu sedang dalam bahaya, Matsuyama.)" Kata Ayumi sambil tersenyum sementara ia mengecek smartphone itu.
Setelah itu, sepertinya Ayumi menemukan email yang dikirimkan oleh Danho kepada Dayoto dalam smartphone itu. Kemudian, ia menyambungkan smartphone itu dengan laptopnya, dan mulai mengetik-ngetik sesuatu dalam laptop itu. Setelah itu, ia melihat layar laptopnya dengan penuh keseriusan.
"Dayoto ha uso ja nai. (Dayoto tidak berbohong.)" Kata Ayumi.
"Dou? (Bagaimana?)" Tanya Matsuyama.
"Kare ha gokakan no kare no meeru ni shomei sarete nai. (Dia tidak membuka emailnya selama lima hari.)" Kata Ayumi.
"Bagaimana jika dia membukanya dari tempat lain?" Tanya Matsuyama.
"Tidak membuka dalam hal ini, adalah betul-betul tidak membuka. Tidak ada yang membukanya." Kata Ayumi.
"Berarti email mereka tidak aman ya karena bisa diretas olehmu." Kata Matsuyama sambil tersenyum mengejek.
Ayumi langsung menendang kaki Matsuyama dengan keras, membuat Matsuyama sangat kesakitan sambil mengangkat kakinya.
"Email ini sebetulnya sangat aman. Aku bisa mengintip data-data dalam email ini adalah karena mereka bekerjasama dengan Hikari. Ini adalah proyek lama dari Takeru-san untuk membantu memerangi cyber crime dalam provider email ini, sebagai gantinya, mereka memberikan alat untuk memonitor komunikasi dalam mail server mereka." Kata Ayumi.
Sekedar pengetahuan, cyber crime adalah tindak kriminali yang dilakukan dalam dunia cyber. Contohnya adalah pencurian data secara online, peretasan website atau email tanpa izin resmi dari pemiliknya, dan lain-lain. Mail server adalah otak utama dari email. Mail server ini bertugas untuk mengatur jalannya komunikasi email dan juga mencatat berita acara dalam komunikasi email.
"Dan jika kita melihat berita acara mail server ini, terjadi pengiriman email oleh Dayoto untuk mengkonfirmasi terkait pembatalan pertemuan kepada Danho." Kata Ayumi.
"Mengapa rancu sekali ya?" Tanyaku.
"Kagura, jika kamu mengirim email, harusnya email yang kamu kirimkan itu tercatat kan?" Tanya Ayumi.
"Iya, tentu saja." Kataku.
Ayumi tidak menjawab apa-apa. Ia menyerahkan smartphone itu padaku. Aku tahu apa yang harus kulakukan, yaitu mengecek pesan terkirim di email itu. Dan ajaibnya, pesan terkirim itu memang tidak ada di kotak pesan terkirim email smartphone itu.
"Jadi, emailnya memang diretas ya?" Tanyaku.
"Ya, diretas. Tapi bukan email miliknya yang diretas, melainkan mail server email ini yang diretas. Si peretas ini mengirimkan email kepada Danho menggunakan akun Dayoto melalui jalur belakang, sehingga tidak tercatat dalam kotak pesan terkirim dari email milik Dayoto ini." Kata Ayumi.
"Ayumi-chan ha sore wo okonau koto ga dekimasu ka? (Ayumi-chan, bisakah kamu melakukan itu?)" Tanya Matsuyama.
"Dengan brute force, bisa dicapai dalam ratusan juta tahun. Jika aku mengembangkan kecerdasan buatan, aku cukup optimis bisa melakukannya dalam puluhan tahun, dengan syarat bahwa algoritma enkripsi milik mereka tidak berubah." Kata Ayumi.
Brute force dalam dunia IT adalah suatu metode untuk menembus suatu sistem dengan melakukan input menggunakan seluruh kombinasi input yang mungkin. Jadi, misalkan suatu sistem memiliki password dengan dua digit huruf, maka metode ini akan melakukan input seratus kali dengan mencoba kombinasi 0-0, 0-1,0-2,... 9-9. Enkripsi adalah suatu teknik untuk merubah suatu pesan menjadi deretan huruf dan angka, huruf, dan sandi yang acak.
"Berapa lama algoritma enkripsi mereka berubah?" Tanyaku.
"Sekali dalam dua hari." Kata Ayumi.
Matsuyama kemudian memegangi kepalanya dengan kedua tangannya. Aku menghela napas panjang.
"Berarti pelakunya adalah..." Kataku.
"Seseorang yang sangat pintar. Jauh lebih pintar daripada aku." Kata Ayumi.
Waw, aku tidak bisa membayangkan di dunia ini ada orang yang lebih pintar dari Ayumi. Menurutku, Ayumi saja sudah seperti orang aneh dengan segala bahasa tekniknya.
"Moshimoshi... (Halo.)" Kata Matsuyama sambil mengangkat telponnya.
Kemudian, kulihat Matsuyama menjadi sangat serius hanya dalam waktu beberapa detik saja.
"Doko ka? (Kemana?)" Tanya Matsuyama.
"Hai. Wakarimashita. (Iya. Aku mengerti.)" Kata Matsuyama yang kemudian menutup telponnya.
"Saksi mata melihat seseorang menaikkan dua orang ke dalam mobil yang diparkir di basement hotel." Kata Matsuyama.
"Kiriko dan bodyguard-nya?" Tanyaku.
"Kita belum yakin sepenuhnya, tapi besar kemungkinan itu mereka." Kata Matsuyama.
Kemudian, ia menunjuk suatu daerah pada peta. Oh, itu kan suatu hotel kecil.
"Baiklah, aku akan kesana. Matsuyama, ikutlah bersamaku. Ayumi, aku minta bantuan kepadamu untuk mengajukan personil bersenjata sebanyak dua unit. Aku akan duluan kesana bersama Matsuyama." Kataku segera bersiap-siap untuk pergi dari sini.
"Wakarimashita. Kiyotsukete, Kagura, Matsuyama. (Baiklah. Hati-hati, Kagura, Matsuyama.)" Kata Ayumi.
Aku segera pergi mengambil mobilku dan pergi bersama Matsuyama. Pada pertengahan jalan, aku mulai berbicara.
"Hmmm, polisi yang bertugas menyelidiki dan mengambil smartphone milik Oki Dayoto... bernama Noriko Nara ya?" Tanyaku.
Matsuyama tidak menjawab. Lebih tepatnya, ia tidak ingin menjawab.
"Lalu, kamu bisa mendapatkan smartphone itu, pasti karena kamu merayu polisi bernama Noriko ini kan?" Tanyaku memojokkan Matsuyama.
"Aahh... itu..." Kata Matsuyama.
"Tapi, cintaku tetap hanya untukmu, Kagura-chan." Kata Matsuyama sambil kemudian mencium bibirku, dan meremas-remas buah dadaku.
Ukh, aku langsung dibakar birahi seketika itu juga. Tapi untunglah aku ingat bahwa aku sedang mengemudikan kendaraan. Aku langsung mendorong tubuh Matsuyama, dan mengembalikan ketenanganku yang sempat hilang sesaat.
"Konya made gaman shite. (Bersabarlah sampai nanti malam.)" Kataku sambil mencium lembut Matsuyama.
Matsuyama hanya tersenyum. Kemudian ia memberi tanda kepadaku untuk menghentikan kendaraan. Tempat ini adalah daerah Ginza, tempat si jarum terbang tadi terlihat.
"Aku ada urusan disini. Kamu duluan saja. Nanti aku menyusul, sayang." Kata Matsuyama.
Aku menurunkannya disini. Karena aku juga sedang terburu-buru, aku tidak menanyakan lebih lanjut mengenai urusannya. Setelah menurunkannya, aku langsung mengemudikan kendaraanku secepat mungkin.
BERSAMBUNG KE EPISODE-10
Terakhir diubah: