Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA H-Virus

Bimabet
TERBANG


Bali International Convention Center terletak di ujung selatan Pulau Dewata, di Nusa Dua yang merupakan tempat yang eksklusif, tertutup dari turis umum. Rio dan Santi disupiri oleh Kawana memakai mobil Alphard berwarna putih, terasa sejuk di dalam walau di luar cuaca cukup panas. Mereka menempuh perjalanan dalam waktu hampir satu jam, di mana sepanjang jalan Santi dengan manja merangkul dan bercanda dengan Rio. Benar-benar seperti pengantin baru. Rio nampak gagah dengan kemeja lengan panjang dan celana hitam, sedang Santi memakai blouse dan rok panjang di bawah lutut, sangat cantik dan anggun. Bibirnya merah merekah. Matanya berkilauan, penuh bahagia.

Mereka dihentikan oleh seorang petugas sekuriti di mulut jalan menuju ke kompleks Nusa Dua. Kawana mengeluarkan sejumlah surat-surat yang terus diperiksa. Mereka harus menunggu lima belas menit di pinggir jalan, sebelum akhirnya petugas itu kembali sambil membawa surat yang sudah dicap tanda lolos pemeriksaan.

Santi memperhatikan dengan heran. "Apaan tuh, Kak Rio? Kok dijaga gitu?"
Rio mengangkat bahu. "Biasa San, di tempat begini penjagaan memang ketat."
"Kita mau ngapain ke sini?"
"Umm... Ada yang perlu aku temui San. Jangan khawatir, pokoknya kita enjoy aja bersama."
"Oh... Urusan kerja, ya?"
"Iya San, urusan kerja."

Santi tidak berbicara lagi. Kalau sudah menyangkut pekerjaan atau studi Rio, ia tidak mau buka suara. Mobil mereka terus melaju ke dalam melalui jalan berkelak kelok, kira-kira dua kilometer. Mereka tiba di lapangan parkir yang luas, dan lorong dengan tiang-tiang di jalan yang menuju ke pintu masuk Bali International Convention Center, BICC. Santi berdecak kagum memandang bangunan yang seperti menyatu dengan alam di sekitarnya. Terasa asri, sejuk.

Santi dan Kawana menanti di mobil, sementara Rio melangkah masuk ke dalam gedung pertemuan. Rupanya pertemuan sudah berakhir, para peserta sudah membawa tas mereka masing-masing dan mulai melangkah keluar. Rio mencari-cari Dr. Maureen Raskin, sesuai foto yang diberikan Yellen kemarin dulu. Tak lama ia telah menemukan Dr. Raskin yang masih berbicara dengan beberapa peserta lainnya, mudah terlihat karena wanita paruh baya dengan rambut blonde itu nampak sangat anggun dan cantik. Lebih cantik daripada fotonya.

"Dr. Raskin? Excuse me, are you Dr. Maureen Raskin?" tanya Rio.
"Ya, saya Dr. Raskin, dan Anda adalah...?" tanya Dr. Raskin.
"Nama saya Rio, saya diberi tugas untuk menjemput dan mengantar Anda, Dr. Raskin," sahut Rio sambil memperlihatkan surat tugasnya. Wanita paruh baya itu membaca surat sambil mengangkat kedua alisnya dan tersenyum. Gayanya lucu sekali, dan cantik.
"Ahh... Rio! Senang ketemu kamu di sini... Ah ya, jadi kamu yang menjemput saya ya?"
"Betul, Dr. Raskin. Err... Saya akan menunggu di sebelah sana, kalau Anda masih mau berdiskusi dengan peserta lain," kata Rio lagi.
"Ok, please wait, saya selesai dalam waktu 10 menit."

Rio berdiri di depan pintu sambil mengamati situasi. Kebanyakan orang sudah pergi meninggalkan ruangan, tinggal sedikit saja yang bergerombol di sana sini. Rio memperhatikan di pojok sana ada seorang petugas kebersihan yang mengepel, tapi caranya aneh karena ia mendorong tongkat pelnya sambil berjalan maju. Lap pel yang basah itu membuat jejak di lantai yang terus diinjaknya sendiri. Kotor lagi dong?!

Di sisi lain, seorang pria berdiri sambil membawa baki berisi beberapa gelas minuman. Anehnya, orang ini berdiri saja di situ, hampir tidak meninggalkan posisinya walau ruangan ini semakin kosong. Untuk siapa gelas-gelas minuman di atas bakinya itu? Ngapain berdiri terus di sana? Rio dalam hati merasa heran. Ia berdiri tegap sambil mengawasi, menemukan bahwa kenyataannya si pembawa baki juga sedang mengawasi keadaan di lantai bawah.

Ketika Dr. Raskin akhirnya melangkah keluar dari ruangan, Rio merasa sedikit lega. Dengan terburu-buru ia membantu membawa tas besar berisi pakaian Dr. Raskin dan berjalan di depan menuju ke mobil. Wanita itu sendiri berjalan sambil membawa tas dari alumunium, model baru tas hazmat berisi sampel pekerjaannya. Rio cukup lega melihat bahwa si petugas kebersihan maupun pelayan membawa gelas itu sama sekali tidak beranjak dari tempat mereka.

Kawana segera menyalakan mobil, memasang AC. Dr. Raskin masuk di tengah, terus menyapa dan menjabat tangan Santi yang agak kasar karena bekerja. "Oh, hard working lady," katanya sambil mengangkat alis. Santi hanya meringis saja mendengar komentar wanita cantik di hadapannya. Bahasa Inggrisnya tidak begitu bagus, jadi ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia hanya berusaha untuk duduk dengan sopan dan diam di pojok, memandangi Rio yang duduk di depan sebelah Kawana.

Baru saja Rio merasa sedikit lega karena sudah berada dalam mobil yang segera meluncur keluar kompleks, tiba-tiba sebuah truk diesel Fuso muncul dari jalan tanah di sebelah kiri dan terus menghantam mobil Alphard putih itu. Hantamannya keras, mobil itu terus terguling ke sisi kanan masuk ke dalam parit yang dalam. Santi menjerit ketika hamburan kaca menghujaninya, kemudian seluruh mobil berputar dua kali, hingga berhenti di semak-semak di dasar parit dalam keadaan terbalik!

"KALIAN BAIK-BAIK?" seru Kawana. Pelipisnya berdarah. Rio di sebelahnya menggeleng-gelengkan kepala, mengusir rasa pusing yang menyergap. Lengan baju kirinya robek, bahunya terluka. Di belakang, Santi baret-baret di tangan dan lehernya. Dr. Raskin sedikit lebih parah, karena hantaman truk itu tepat mengenai pintu di sisinya. Luka besar di sepanjang kaki kiri. Untungnya ia masih sadar, mengernyit kesakitan.

Santi dan Kawana membuka pintu di sisi mereka, terus membantu Rio dan Dr. Raskin keluar. Baru saja keempat orang itu berhasil keluar dengan terengah-engah di samping mobil, muncul delapan orang di sekeliling mereka, membawa golok.

"Habisi mereka dan ambil tasnya!" seru si pemimpin gerombolan sambil menyerang. Kawana yang berada paling dekat dengannya langsung berkelit dan menjegal. Si pemimpin rombongan terhuyung ke depan, langsung disambut pukulan telapak kiri tepat di leher bagian depannya. Tanpa ampun, si pemimpin terjatuh ke tanah dan memegangi lehernya yang kena pukul telak, tercekik karena tenggorokannya luka dalam parah. Kawana terus mengambil golok si pemimpin yang terjatuh dan menyerang yang lain.

Si Pemimpin mungkin ceroboh, namun bukan berarti mereka adalah orang-orang lemah. Mengetahui Kawana pandai ilmu bela diri, mereka berhati-hati menyerang dengan bersilat. Kawana mungkin mahir dalam jujitsu dan karate, tapi kini ia harus melawan empat orang yang jago pencak silat, hingga kewalahan sekali. Rio berusaha membantu, ia juga terus harus menghadapi tiga orang, padahal tangan kirinya terluka berdarah.

Santi menarik tubuh Dr. Raskin yang kakinya terluka parah ke sisi, keluar dari area pertarungan -- atau pengeroyokan tidak seimbang. Matanya memperhatikan Rio yang sangat kewalahan, Santi sangat khawatir. Ia melihat para penjahat itu beraksi, mengingat saat di mana para jahanam itu memperkosa dan membuatnya tidak berdaya. Hanya bisa diam saja.

Bedanya, waktu itu dirinyalah yang menjadi korban. Ia merasa malu, terlalu rendah untuk melawan. Mereka menindihnya, mereka menusuknya -- tapi itu adalah dirinya saja. Kini ia memandang pria yang dicintainya berkelahi, di keroyok. Terpukul perutnya sehingga terbungkuk-bungkuk. Dihajar di pipinya. Kena tendang kepalanya. Tergeletak, mereka masih menendangi tubuh tak berdaya itu. Sesuatu bergejolak di dalam diri Santi. Ia mengenal gerakan-gerakan silat mereka, melihat mereka itu lamban, salah posisi, salah letak kaki.

"Diam di sini," kata Santi kepada Dr. Raskin. Ia berdiri, mau melangkah tapi roknya menghalangi gerakan kakinya. Tanpa ragu, Santi melepaskan roknya, memperlihatkan sepasang kaki yang putih panjang indah, dan celana dalam hitam berenda, di pantat yang seksi membulat. Tapi, Santi tidak peduli itu sekarang, matanya terfokus. Ia terus meloncat ke depan, kakinya telanjang menginjak rumput dan semak. Oleh kebiasaan dan latihannya mengurus rumah selama ini, Santi tidak kehilangan kelenturan dan kekuatan ototnya.

Hanya dalam satu tarikan nafas, Santi telah tiba di depan ketiga orang yang masih asyik menendangi tubuh Rio yang tergeletak tidak sadar di tanah. Santi menjerit, kemarahannya memuncak. Ketiga orang itu tercengang memandang wanita sangat cantik berambut panjang, dengan kaki indah terbuka begitu rupa. Sejenak mereka tertegun -- dan itu mendatangkan bencana karena Santi tidak lagi menahan diri. Tidak ragu-ragu. Seperti halilintar, Santi menyambar. Tangan yang indah dan kuat itu menghantam bawah perut, dada, dan leher dengan kecepatan yang tidak bisa dilihat manusia biasa.

Dalam segebrakan saja, satu orang penyerang langsung tumbang, tak bergerak lagi. Kedua orang lain kaget, lalu menyerang kalang kabut tapi Santi seperti hantu perempuan yang halus tak terjamah, namun memberi hantaman yang keras mematikan. Segera saja kedua orang lain ini juga terkapar tak sadar di tanah. Kehabisan lawan, Santi terus melompat ke tengah pengeroyok Kawana yang mulai kewalahan karena dari tadi tidak berhasil menumbangkan satu orang pun.

Santi menangkis satu tendangan dengan memakai bahu sambil memutar tubuh, lantas tangannya telak menghajar selangkangan si penyerang yang tidak bisa mengelak lagi. Dua pukulan ke dada dan leher menamatkan langkah orang itu, langsung terkapar tak sadar! Melihat itu, dua penyerang di kiri dan kanan berbarengan mengayunkan parang. Santi meloncat tinggi, kedua kaki jenjangnya yang putih indah itu menjadi senjata ampuh dalam tendangan ganda telak mengenai wajah kedua orang yang menyerang.

Sementara Kawana yang kini hanya menghadapi seorang musuh, dengan mudah menjatuhkannya. Suara rubuhnya tiga tubuh mengakhiri perkelahian itu. Santi langsung berlari kembali menghampiri Rio yang masih tergeletak. Ia memegang dadanya. Tak ada detak jantung lagi di sana. Santi meraba hidung berdarah itu. Tak ada nafas lagi di sana.

Rio mati. Santi menjerit. Suaranya nyaring dan pedih, menggetarkan daun pohon-pohon yang menjadi saksi.

Kawana berjongkok di sebelah Santi, menatap wajah pemuda yang darahnya mulai mengering. Menutup mata jenazah pemuda itu, yang masih terbuka, lantas pria itu bangkit dan menghampiri Dr. Raskin. Ia menggendong wanita yang kakinya luka itu, terus menggendongnya naik ke atas, ke tepi jalan beberapa puluh meter dari situ. Santi masih terduduk di tanah, bersimpuh, menangis sesenggukan. Kekasihnya terbaring miring, entah berapa banyak tulang yang telah patah ditendang para penjahat sialan itu!

Berapa lama waktu berlalu? Nusa Dua di bagian ini sangat sepi, wilayah yang tertutup bagi orang luar. Dunia terasa terhenti bagi Santi, tidak ada lagi masa depan. Tidak ada lagi yang bisa diharapkan.

"GGRAAAAAHHHHHHHHHHH!!!"
Tubuh di depannya mendadak mengeluarkan geraman -- atau jeritan? -- panjang, terus melompat bangkit berdiri. Matanya terbuka, berwarna merah. Seperti banteng terluka. Seperti harimau yang kelaparan. Mata itu memandang pada Santi yang masih terduduk, memandang dengan terbelalak. Tidak lagi sanggup menjerit karena terlalu terkejut, bahkan rasa takut menguasai gadis ini sepenuhnya.

Tetapi Rio memandang pada kedua kaki Santi yang telanjang, dan karena terkejut maka posisinya terbuka mengangkang. Seperti singa menerkam, Rio terus menindih Santi. Entah bagaimana, sebelumnya ia telah membuka celana panjang hitamnya yang kini telah kotor dan robek di sana sini. Batang kemaluannya panjang dan keras, kepalanya berkedut-kedut berair.

Rio merobek celana dalam Santi, dan penis besar berurat itu terus amblas menusuk dalam. Santi menjerit sakit, tapi Rio tidak peduli, ia terus membenamkan batang miliknya semua, hingga tinggal dua bola besar tertinggal di luar. Tak lama kemudian, Rio mulai bergerak berirama, dan Santi yang semula merasa sakit kini mulai menikmati, pikirannya kalut antara takut, senang, dan nikmat melanda setiap kali vaginanya di garuk oleh penis panjang kekar itu. Tak lama, Santi orgasme, ia menjepit kuat-kuat, kedua kakinya yang indah melingkar menjepit lelaki yang ada di atasnya.

Tetapi Rio begitu kuat, ia tidak tahan menahan gerak lelaki yang semakin cepat memompa vaginanya. Hantaman orgasme kedua segera datang lagi, kini lebih lama. Vaginanya berkontraksi mencengkeram penis itu, tapi licin, terlalu licin sehingga tidak terhentikan. Keperkasaan bak seorang dewa di atasnya, membuat Santi hanya memejamkan mata erat dan mengerang-erang, menggelepar oleh deraan orgasme bertubi-tubi.

Sampai akhirnya, Rio memuntahkan semua lahar di dalam dirinya, kedua insan itu mengerang, merintih panjang. Rio terus mencabut penisnya, lalu kembali tergeletak di tanah, di sisi Santi. Matanya terpejam, nafasnya teratur, dadanya bergerak naik turun.

Perlahan-lahan, kesadaran juga mulai memenuhi benak Santi. Ia juga mulai bernafas normal kembali, setelah begitu lama menahan nafas saking hebat orgasmenya yang panjang itu. "Rio? Kak Rio!" serunya mengguncangkan tubuh kekasihnya. Penis yang basah berlendir itu masih nampak mengacung keras, walau tadi sudah banyak sekali mengeluarkan mani.

"Santi?" desah Rio lirih. Santi menutup mulutnya, menahan isak tangis yang meledak.
"Kak Rio!" ia terus berada di tubuh lelaki itu, menciumnya. Mencium bibirnya. Merasakan penis keras menyentuh pantatnya, Santi terus merenggangkan kedua kakinya, mengarahkan ujung penis itu ke lubangnya dan menekan ke bawah. Sekali lagi, penis keras itu memenuhi seluruh diri Santi.

"Oohhh.... Kak Rio...." desah Santi, yang mulai menggerakkan pinggul. Penis besar itu kembali menggaruk bagian dalam vagina yang licin berlendir, dari semua mani yang tadi tertumpah di sana. Kenikmatan hebat kembali memenuhi keduanya, dan tak lama Santi sekali lagi mengalami orgasmenya sambil tertelungkup di atas Rio, berciuman panjang dan dalam.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ajib bener critanya.... sci-fi......:jempol: bukak losmen dimari ya suhu.....
 
Wow, jd santi anti virusnya rio...


Astagah santi maniak :aduh:
Udah orgasm berkali2 masih aja dia wot sama rio pas rio sadar :pandaketawa:
 
entah:pandaketawa: kedepan berjalan seperti apa? Mumpung ada pakarnya, biar Dr. Raskin yang jelasin nya.

ane khawatir saja bila setelah banyak lendir berceceran setelah pergumulan itu terendus dan dijilat anjing jalanan.
:kacau:
 
Sekilas membanyangkan film zombie sejenis walking dead.. Atau izombie ya.. Kena virus jd zombie..
Wah keren banget suhu.. Penuturan cerita nya.. Kaya novel2 top.. Deh.. Lanjut ya hu..sampai tamat...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd